"INFINITY" [N.H]

By squidbams_

57.6K 5.5K 1.2K

Ini semua tentang kisahmu, y/n. Seorang anak kedua dari keluarga Payne yang baru saja kembali ke London untuk... More

"INFINITY" | PART 1
"INFINITY" | PART 2
"INFINITY" | PART 3
"INFINITY" | PART 4
"INFINITY" | PART 5
"INFINITY" | PART 6
"INFINITY" | PART 7
"INFINITY" | PART 8
"INFINITY" | PART 9
"INFINITY" | PART 10
"INFINITY" | PART 11
"INFINITY" | PART 12
"INFINITY" | PART 13
"INFINITY" | PART 14
"INFINITY" | PART 15
"INFINITY" | PART 16
"INFINITY" | PART 17
"INFINITY" | PART 18
"INFINITY" | PART 19
"INFINTY" | PART 20
"INFINITY" | PART 21
"INFINITY" | PART 22
"INFINITY" | PART 23
"INFINITY" | PART 24
"INFINITY" | PART 25
"INFINITY" | PART 26
"INFINITY" | PART 27
"INFINITY" | PART 28
"INFINITY" | PART 29
"INFINITY" | PART 30
"INFINITY" | PART 31
"INFINITY" | PART 32
"INFINITY" | PART 33
LAST PART
"INFINITY" | PART 34
"INFINITY" | PART 35
"INFINITY" | PART 36
"INFINITY" | PART 38
"INFINITY" | PART 39

"INFINITY" | PART 37

1.2K 141 96
By squidbams_


***

"Dimana y/n?" Tanya Maura yang melihat Niall datang ke meja makan sendirian.

Niall terlihat menarik bangku yang akan didudukinya, memberi sedikit space untuknya agar bisa duduk, "ia masih bersiap. Mungkin sebentar lagi akan turun."

Mendengar jawaban anaknya yang sudah cukup memuaskan, Maura hanya mengangguk. Tangannya kembali cekatan menata semangkuk kentang rebus dan bacon diatas meja.

Dan setelah semuanya siap, ia kembali kedapur untuk membereskan beberapa peralatan yang masih tertinggal.

"Kau baik-baik saja?"

Niall menoleh kearah Bob yang sedari tadi sudah menatapnya lamat-lamat.

"Aku?" Tanya Niall memastikan.

Ayahnya mengangguk.

Niall mengangguk mantap, mencoba terlihat bersemangat. "Ya, tentu. Aku sangat baik."

Tidak, Niall tidak baik-baik saja. Dan Bob tau semua itu, ia tau betul bahwa putra bungsunya yang satu ini sangat kelelahan. Diam-diam Bob memperhatikan Niall yang menemanimu agar bisa terlelap dan saat kamu terlelap ia akan melanjutkan pekerjaan dikantor, berkutat dengan laptop dan berkas-berkasnya hingga pukul 4 pagi.

"Aku tau belakangan ini y/n memang sangat membutuhkanmu. Dan aku tau bahwa kau sudah mengeluarkan seluruh usahamu untuk menghiburnya. Aku pikir itu sudah cukup, Niall. Sekarang mulailah pikirkan dirimu dan beristirahatlah."

Bob memang bukan tipe ayah yang biasa menampakkan kasih sayangnya secara terang-terangan terhadap anak-anaknya. Namun kali ini situasinya berbeda, ia tak bisa lagi menyembunyikan kekhawatirannya terhadap kesehatan Niall.

Sebuah senyuman terukir diwajah Niall, "aku akan beristirahat nanti malam. Thanks, Dad."

Mendengar suara langkah kaki dari arah tangga, dengan refleks Niall memutar pandangannya menuju asal suara, "hei." Sapanya sambil tersenyum manis.

Kamu hanya balas tersenyum dan melanjutkan langkah sampai akhirnya duduk berhadapan dengan Niall dan Bob.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Bob yang mulai menyendok mash potato keatas piringnya.

"Sudah jauh lebih baik." Jawabmu tersenyum.

Dan bertepatan dengan jawabanmu, Maura datang dari arah dapur dan membawa beberapa potong buah kiwi dan berries untuk dessert.

"Kau seharusnya tak perlu datang kemeja makan, biarkan Niall yang membawakanmu sarapan kedalam kamar." Maura berkata ramah.

Kamu menggeleng sungkan, "tak perlu, Maam. Aku sudah jauh lebih baik. Lagi pula aku lebih senang sarapan bersama kalian dibanding hanya sendiri diatas kasur, itu sangat membosankan."

Maura hanya manggut-manggut sambil tersenyum memaklumi, "makanlah yang banyak sayang, kau harus cepat pulih."

***

Saat sampai dikamar, kamu menutup pintu dan memilih duduk dipinggiran bed berukuran king size milik kalian.

Sementara Niall langsung beranjak menuju lemari dan terlihat mengambil sebuah handuk putih didalamnya.

"Ada apa?" Tanya Niall membuyarkan lamunanmu, sepertinya ia menyadari bahwa sedaritadi tatapanmu mengikutinya secara tidak sengaja.

Kamu menggeleng dan mengalihkan tatapanmu kearah jendela, "bukan apa-apa."

Bukannya malah pergi kearah kamar mandi, Niall malah mendekat dan duduk disampingmu.

"Jika kau punya sesuatu untuk diungkapkan, katakan saja, y/n." Ia menatapmu lamat.

"Apa kau akan ke kantor hari ini?" Tanyamu angkat suara.

Niall mengangguk, "tentu saja, y/n. Ini bukan hari libur."

"Semenjak keluar dari rumah sakit aku hanya diam dirumah tanpa melakukan kegiatan apapun. Ini sangat membosankan." Ujarmu lesu.

"Apa hari ini kau ingin jalan-jalan? Aku bisa mengambil cuti sehari untuk menemanimu."

Kamu cepat-cepat menggeleng, "tak perlu mengambil cuti, aku tau pekerjaanmu sangat banyak dikantor."

"Tenang saja, hanya ada beberapa meeting kecil hari ini. Tak masalah jika aku ijin sebentar."

Sebenarnya kamu sangat ingin menghabiskan waktu bersama dengan Niall, tapi disisi lain kamu juga mengerti bahwa kesibukan Niall sebagai salah satu orang penting diperusahaan keluarga Horan tak bisa diganggu gugat. Kamu tak mungkin menyuruhnya untuk meninggalkan semua kewajibannya hanya untuk menemanimu.

"Sudah berapa banyak meeting yang kau batalkan saat mengurusku tempo hari? Lagi pula aku hanya ingin bercerita denganmu bahwa aku sedang bosan. Aku bisa menunggu hari liburmu untuk jalan-jalan." Kamu tersenyum.

Niall terdiam sejenak sampai sebuah ide brilian muncul begitu saja dipikirannya, "bagaimana jika kau ikut ke kantor hari ini?" Ajaknya sumringah.

Kamu mengerutkan alis, "m-maksudmu?"

"Kau bisa keluar menghirup udara segar sejenak dan aku akan dengan senang hati ditemani kerja olehmu."

"Astaga, ide gila macam apa itu? Kau tau jika aku ikut, aku hanya akan menjadi bebanmu saat bekerja nanti Niall." Kamu memutar bola mata.

Niall yang melihat ekspresi lucumu hanya bisa mencubit pipimu dengan gemas, "hari ini aku hanya punya dua acara meeting kecil dan saat kau menungguku, kau bisa menghabiskan waktu menjelajahi isi kantor atau bersantai diruanganku dan ditaman belakang kantor."

"Tapi a-"

"Sudahlah, jangan banyak berkomentar lagi dan aku tak ingin mendengar adanya penolakan. Aku akan mandi dan siap dalam waktu lima belas menit. Okay?"

Ia kembali mencubit pipimu sebelum memutuskan untuk beranjak masuk kedalam kamar mandi.

***

Sudah dua jam kamu menunggu sesi meeting Niall yang kedua. Awalnya kamu hanya berkeliling dan melihat-lihat isi kantor Niall sebelum memutuskan untuk membeli sebungkus cheese n' fries di Cafètaria kantor dan membawanya masuk kedalam ruang kerja pribadi Niall.

Dan disinilah kamu sekarang, memakan satu persatu kentang goreng keju sambil berkeliling diruang kerja utama yang ada dikantor ini.

Sebuah iMac keluaran terbaru dengan meja kerja yang terbuat dari kayu mahoganny menjadi pusat utama ruang kerja. Jendela kaca berukuran raksasa yang menghadap langsung kearah pemandangan kota London dan furniture lainnya dengan harga yang selangit membuat ruang kerja Niall terlihat sangat modern dan nyaman.

Alismu mendadak mengkerut saat melihat sebuah frame photo diatas meja kerja Niall.

Didalam frame tersebut terdapat wajahmu dan Niall yang sedang tersenyum lebar dengan latar belakang London Eye.

Mendadak semua kenangan kalian tentang London Eye menyeruak keluar dikepalamu.

Kamu yang takut ketinggian.

Niall yang berusaha mendekap dan menenangkanmu.

Pemandangan sungai Thames.

Dan kecupan singkat ditengah-tengah pemandangan kembang api yang bersaut-sautan.

Semuanya membuatmu tersenyum secara tak sadar.

"Saat semua urusan kantor membuatku lelah, foto itu dapat menenangkanku y/n. Efeknya nyaris sama seperti saat aku melihat wajahmu.."

Kamu menoleh kearah Niall yang entah sudah sejak kapan bersender didepan rak buku dan menatap langsung kearahmu dan sontak saja kamu menaruh bingkai foto itu kembali ketempatnya.

"K-kau? Sejak kapan-"

"Lihatlah, kau bahkan terlalu sibuk memperhatikan wajah tampanku difoto itu hingga kau tak sadar aku sudah berada disini sejak tadi." Niall terkekeh.

Sementara kamu hanya mendengus sambil memutar bola mata, "terserah apa katamu."

Niall membuka dasi kemejanya sambil berjalan mendekat kearahmu dan kini kamu bisa mencium aroma musk yang khas dari parfum Niall dengan sangat jelas.

"Kau mau makan apa?" Tangan Niall bertumpu pada sudut meja dan tatapannya mengarah langsung padamu.

"Tidak, makannya nanti saja. Setelah semua urusan pekerjaanmu selesai."

"Justru karena semuanya sudah selesai aku bertanya padamu ingin makan apa nona?" Kini giliran Niall yang memutar bola matanya.

Kamu terlihat berpikir sejenak, "entahlah, aku tak begitu memikirkan suatu makanan sekarang. Terserah kau saja."

Niall hanya mengangguk dan kini ia mengacungkan tangannya padamu lalu dengan senang hati kamu menjamah tangannya dan beranjak dari meja kerja Niall.

***

"Y/n.." Niall mengelus pipimu pelan hingga akhirnya kamu terbangun.

Dengan nyawa yang masih setengah, kamupun berusaha mengerjap-erjapkan mata sambil melihat kearah luar kaca jendela mobil.

"Dimana kita?"

Niall tak menjawabmu, ia hanya tersenyum kemudian keluar mobil dan memutar untuk membukakan pintu mobil untukmu.

"Ayo.." ia menyodorkan tangan dan sekali lagi kamu meraihnya.

Kamu yang baru keluar dari mobil langsung merapatkan kedua tangan ketubuhmu. Walaupun sudah memakai baju lengan panjang berwarna peach kesukaanmu, tetap saja udara diluar terasa cukup dingin. Entahlah, mungkin karena hari juga sudah menunjukkan waktu yang nyaris pukul tujuh.

"Niall?" Kamu menoleh kearah Niall yang sedang asik menikmati pemandangan.

"Hmm?"

"Kemana sebenarnya kau mengajakku? Bukankah terakhir kali kau bilang akan mentraktirku makan? Dan kenapa ini sudah jam tujuh malam? Sudah berapa lama aku tertidur?" Tanyamu bertubi-tubi.

Kini giliran Niall yang menoleh dan menatapmu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tangannya mengacak lembut puncak kepalamu dan itu membuatmu langsung menepis tangannya dengan kasar, "hei, jangan rusak rambutku!"

Niall tertawa, "kau terlihat cantik jika cerewet begini."

Entah kenapa sebuah kalimat pendek yang mengucur begitu saja dari bibir Niall dapat membuat pipimu menghangat dengan mudahnya.

"Kita sedang berada di Cumbria. Tepatnya dikawasan District. Dan kau tertidur sekitar satu jam, y/n." Jelas Niall tersenyum hangat.

"District?"

Niall mengangguk. Ia mendekatkan tubuhnya padamu dan tangannya terlihat menunjuk sesuatu, "kau lihat didepan sana? Itu adalah danau District. Dan kau lihat disamping sana? Kita datang dari sana, disana pusat kota terlihat sangat jelas bukan?"

Benar kata Niall, kalian berdiri tepat dihadapan danau District. Walaupun langit sudah gelap, pemandangan danau masih saja indah. Lampu-lampu kota yang gemerlap dari kejauhan menjadi siluet latar belakang yang membuat keindahan danau ini masih terpancar jelas.

Niall membuka tuksedo abu-abu miliknya dan memakaikannya padamu.

Kamu yang sedaritadi asik memperhatikan pemandangan sontak terkejut saat Niall memakaikan tuksedonya padamu.

"Pakailah, kau terlihat kedinginan.."

Niall menggulung lengan kemejanya sebatas siku dan kini bentuk badannya terlihat sangat jelas dibalik kemeja putih polos yang ia gunakan.

Kamu menggeleng, "bagaimana denganmu? Kau juga pasti kedinginan, disini dingin sekali."

"Aku laki-laki, y/n."

"Aku tak pernah bilang bahwa kau waria, Niall." Kamu memutar bola mata dengan sarkastik.

"Astaga, maksudku aku ini laki-laki. Jadi akan jauh lebih kebal darimu."

"Tetap saja udaranya dingin kan? Sekebal apapun kulitmu tetap saja kau akan kedinginan Niall." Timpalmu.

Niall yang terlihat sudah malas berdebat akhirnya melangkah mendekatimu. Dari arah belakang tangannya memeluk pinggangmu dan dagunya ditumpukan dipundak kananmu.

"Nah, jika begini sudah jauh lebih hangat bukan?"

Nafas Niall terasa hangat saat beradu dengan tengkukmu.

Entah mengapa tiba-tiba bayangan Harry kembali memenuhi kepalamu. Harry sangat suka meminjamkan jaketnya saat kamu kedinginan, persis seperti cara Niall.

Harry yang memelukmu dan membenamkan wajahnya ditengkukmu.

Dan entah sejak kapan air matamu terasa sudah siap untuk tumpah dari pelupuk matamu.

"Aku merindukanmu, y/n.." Niall berbisik sambil memejamkan matanya.

"Aku juga merindukanmu Harry."

Niall langsung membuka mata dan melepas pelukannya secara perlahan. Ia beranjak kesampingmu dan menatapmu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sementara kamu masih tetap termenung melihat pemandangan danau dengan air mata yang menggenang.

"Y/n?" Lirih Niall, namun kamu sama sekali tak menggubrisnya.

Tangan Niall dengan lembut menyentuh pundakmu.

"Oh, hei-" mendadak kamu tersadar dan dengan cepat kamu mengelap pipimu yang sudah sedikit basah.

"Ada apa?" Tanyamu yang sedaritadi melihat Niall yang menatapmu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Niall hanya tersenyum, "kau bilang bahwa kau merindukan Harry.."

Matamu membulat, "apa? K-kapan aku mengatakannya? Aku tidak-"

"Tadi kau mengatakannya y/n."

"Niall aku.. sungguh, aku tak bermaksud." Kamu tertunduk lemas.

Niall mengangkat dagumu dengan perlahan, "kau merindukannya?"

"Aku.."

"Y/n tatap mataku." Lirih Niall pelan namun sangat mengintimidasi, "apa kau merindukan Harry?" Tanyanya ulang.

Kamu hanya menatap kedua mata biru Niall yang mulai menggelap. Sorotan matanya terlihat sendu, ada sesuatu yang ia coba tahan dengan sangat.

Tiba-tiba saja Niall menarikmu kedalam dekapannya.

Tidak, bukan dekapan seperti biasanya. Dekapan kali ini jauh lebih erat.

"Ku pikir setelah sekian lama, hatimu sudah bisa terbuka untukku y/n. Namun ternyata aku salah.."

Dan untuk kesekian kalinya batin Niall merintih dalam diam.

"Maafkan aku Niall." Tangismu dalam dekapan Niall.

Ia hanya menggeleng, "tak apa y/n, ini bukan salahmu."

***

Sudah nyaris lima belas menit Niall menghabiskan waktu untuk mencari kayu bakar dan sekarang ia berhasil membuat api unggun ditepi danau.

"Selesai!" Ucapnya bersemangat sambil menyeka peluh.

Sementara kamu duduk diatas karpet piknik sambil membuka botol wine.

"Kau menyiapkan karpet dan wine ini?" Tanyamu sambil menuang wine kedalam gelas.

Niall mengangguk dan langsung mengambil posisi duduk disampingmu, "aku pria yang romantis bukan?"

Kamu hanya bisa tertawa sambil menyodorkan sebuah gelas kosong pada Niall, "kau mau?"

"Tentu."

Dan dengan cekatan kamu menuang wine kedalam gelas Niall, "wine nya cukup enak." Ujarmu.

"Prosecco Zonin*." jelas Niall.

Kamu hanya manggut-manggut, "brand kesukaan Liam."

"Jadi Niall, sebenarnya apa tujuanmu mengajakku kemari?"

Niall menyeruput wine miliknya, "aku pikir kau sudah sangat jenuh berdiam dirumah terus tanpa kegiatan."

"Kau benar, aku sangat suntuk." Timpalmu.

"Y/n, boleh aku tidur? Badanku terasa pegal setelah satu jam mengemudi."

Kamu mengangguk, "tentu saja."

Niall meletakkan gelas wine nya disampingmu kemudian ia tertidur dikarpet dan menyenderkan kepalanya dipahamu, "nah, begini jauh lebih baik."

Kalianpun menikmati pemandangan malam dari arah tepi danau.

"Aku suka rambutmu." Ujarmu sambil menyisir lembut rambut blonde milik Niall.

"Aku menyukaimu." Lirih Niall sambil memandang lekat kearah wajahmu.

Namun kamu malah mencubit pipinya, "berhenti merayuku."

"Aku tak pandai merayu y/n. Aku berkata sejujurnya."

Tanganmu refleks berhenti memainkan rambut Niall.

Dan kamu hanya membalas perkataannya dengan sebuah senyuman. Entah mengapa setelah sekian lama, masih ada rasa mengganjal jika Niall mulai berusaha mengutarakan perasaannya seperti ini.

"Oh ya, aku hampir lupa!" Niall bangkit sambil menepuk dahinya.

Alismu berkerut, "lupa apa?"

"Tunggu sebentar."

Niall beranjak kearah mobil dan mencari sesuatu.

Dan tak lama ia kembali dengan sebuah kotak berwarna emas ditangannya.

"Apa ini?" Tanyamu.

"Bukalah, Mom dan Dad menghadiahkannya pada kita."

Dan saat kamu membukanya, terdapat dua tiket pesawat, "Netherlands Airlines?"

Niall hanya mengangguk.

"Untuk apa ini?" Kamu masih tak mengerti.

"Dad bilang bahwa kita berdua butuh liburan, Mom juga menambahkan sejak kita menikah kita belum sempat... kau tau.." Niall terlihat tak nyaman sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Kamu tertawa, "mereka membelikan kita tiket bulan madu?"

Niall mengangguk kikuk.

"Astaga Niall, wajahmu lucu sekali." Kamu terpingkal melihat wajah Niall yang kikuk.

"Hei, jangan tertawakan aku!" Niall tak terima.

"Lagipula kenapa kau memasang wajah kikuk jika tak ingin ku tertawakan?" Kamu mengelap air mata yang sedikit keluar akibat tertawa terlalu banyak.

"Diam atau-"

"Atau apa? Atau kau akan membuangku kedanau? Atau bahkan kau-"

Ucapanmu terhenti saat Niall mendaratkan bibirnya dan melumat bibirmu secara perlahan.

"Atau aku akan menciummu lagi seperti itu.." lirih Niall tepat disamping telingamu.

°•°•°•°

Note :
* Prosecco Zonin : Brand perusahaan wine jenis Processo asal Italia Utara.

Hallo semuanya, apa kabar? Masih hidup?:") Setelah hampir setengah tahun ini fanfict nggak lanjut-lanjut karena athornya (sok) sibuk sama project sekolah, akhirnya hari ini dilanjut juga h3h3.

Maaf banget nggak bisa balasin commentnya satu-satu karena takut dibilang mengumbar janji palsu buat lanjutin cepet hehe. Dimaklumin ya.

Jangan lupa vomment(s) ya, 80+ vote baru aku lanjut deh :p

Ketcup basah,

- Bininya Grayson Dolan♡

Continue Reading

You'll Also Like

106K 11.1K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
62.9K 7.5K 21
Ibarat masuk isekai ala-ala series anime yang sering ia tonton. Cleaire Cornelian tercengang sendiri ketika ia memasuki dunia baru 'Cry Or Better Yet...
459K 46.2K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
149K 15.2K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...