NO; ketika gadis anti-pacara...

By zoelzahro

403K 17.7K 657

[SELESAI] Kalau kata orang gadis alim itu lemah lembut. Tapi kalau Alya Rayhanna?! satu-satunya gadis alim... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
BTS
SIDE STORY: RAKA (1)
TRAILLER NO
MENGENANG SOSOK RAKA
SIDE STORY RAKA (2)
YES KETIKA HANYA ADA SATU JAWABAN
READY FOR YES
NEW STORY; SUPEREGO

22

5.9K 265 0
By zoelzahro

"Lo nya gak apa-apa Al? I mean... setahu gue lo juga deket sama Hani. Ya emang nggak sedeket lo ke kita sih, cumam lo bener nggak apa-apa?" tanya Gendis.

Seketika tanganku berhenti bergerak bersamaan dengan hatiku yang bergetar mendengar pertanyaan Gendis. Aku menahan getaran tubuhku sekuat tenaga. Aku tidak apa-apa, tidak apa-apa.

"apa yang kenapa?" tanyaku menunduk, menyembunyikan air mata yang sudah ku tahan.

"Alya, gue tahu gimana perasaan lo. Lo dengerin Hani ngomongin Haikal, dengerin curhatan dia tentang rasa cintanya dia ke Haikal. tapi lo, cuman bisa diem dan memendam perasaan cinta sekaligus sakit." Kata Gendis dengan begitu jujur.

Aku tidak bisa menjawab atau menyangah perkataan Gendis. Bukan dia tidak benar. Tapi ucapan Gendis tidak ada yang salah. Tidak ada yang meleset sedikit pun. Aku akan memendam rasa sakit dan rasa cinta sekaligus.

Aku mendongak menatap satu demi satu temanku. Bulir air mataku jatuh. Aku menghapus air mataku cepat.

"gue nggak apa-apa." Ucapku pelan, "cinta, rasa suka adalah hak setiap manusia. Apa gue harus marah ketika ada orang lain suka sama Haikal? alasan apa yang membuat gue harus marah pun juga nggak ada. Haikal bukan milik gue. Bukan."

Raisya, Juli, Gendis, dan rahmah memegang erat tanganku. Mereka memberi kekuatan padaku. Entah apa, aku menahan perasaan yang sudah ku tahan dari kemarin lusa. Aku tidak menangis karena menangis laki-laki bukan muhrim bagi seorang muslimah itu tidak baik. Sayangnya, perasaanku tidak mampu berbohong bahkan mampu mengalahkan logikaku.

000

Istirahat kedua. Sehabis shalat dzuhur, aku pergi ke kantin bersama Raisya dan Gendis. Masih ada waktu 10 menit, cukuplah untuk pergi ke kantin membeli minuman dingin. Hari ini begitu panas dan aku dehidrasi ini.

"Bu, susu coklat dingin 3 tiga." Pesanku pada Bu kantin.

"sip mbak Alya." Bu kantin mengacungkan jempolnya.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Gadis tinggi. Hani.

Aku tersenyum mengangguk padanya, "beli minum ya?" tebakku.

"ya begitulah. Agak panas soalnya." Jawab Hani.

"biar nggak panas, lo naik lagi ke kelas gue buat ketemu..." kataku mengodanya.

"Apaan sih lo, Al?" Hani salah tingkah.

Aku cekikikan melihat reaksi Hani, "yeah, he look like ice. Maybe you will feel cold with him"

"don't be crazy Alya!"

"I'm not", kataku sambil mengibaskan tangan dan terkekeh geli,"you will."

Bu kantin memberikan 3 susu coklat dingin lalu aku membayarnya, "btw, gue duluan nih!" kataku sambil mengacuhkan ke-3 susu coklat padanya.

"ya jauh-jauh lo." Balasnya tersenyum jail.

Aku berjalan mendekati Gendis dan Raisya yang sudah menunggu di dekat gerbang kantin. Lalu aku memberikan mereka masing-masing susu coklat dingin.

"sempet-sempetnya lo ngeledekin Hani, inget tuh hati nyesek." Kata Raisya.

"sumpah gue nggak ngerasa nyesek waktu ngeledekin dia." Kataku jujur.

"iya aja deh!"

"Alya", Gendis memanggilku  "Haikal ke kantin!" seru Gendis pelan.

Aku menengok ke belakang mencari sosok laki-laki antik dan unik –Haikal, kebetulan lewat di depanku. Sepertinya ia tidak melihatku.

"Bu susu vanilla dingin satu." Kata Haikal, suaranya agak samar sebab direndam oleh suara ribut siswa-siswa di kantin.

"Hai Kal!" sapa Hani.

Aku melihat Hani menyapa Haikal. Jarak berdiri mereka memang agak dekat, bersebelahan. Meski Hani terlihat biasa, namun hatinya pasti bahagia. Aku?! Jangan ditanya. Aku baik-baik saja.

"ayo cabut!" seruku.

Tidak ada urusan lagi di kantin. Aku mengajak Gendis dan raisya untuk kembali ke kelas. Namun satu suara membuatku terhenti.

"Kenapa lo pergi Al, ada Haikal ya?!"

Aku terdiam mendengar ucapan itu. suara melengking miliki Indah, kalau mau kusamakan dia mirip dengan tokoh Sisi di GGS. Si biang gosip, ratunya usil, dan suaranya yang tok masjid pun kalah. Aku membalikan badanku menatap tajam Indah. Yang ditatap hanya tersenyum lebar.

"gue mau balik ke kelas." Kataku lugas, "bukan karena ada Haikal".

"jangan cepet blushing gitu dong Al! lo ngehindar dari Haikal kan?" tambah Kaila –sahabat Indah.

Benar-benar menambah masalah saja mereka. Aku benar-benar tidak suka di ledek begitu. Tunggu, bukankah Hani masih ada di kantin. Dia masih berdiri menghadap ke arah Bu kantin. Oh jangan sampai dia mendengar judge Indah yang kelewatan. Atau akan terjadi salah paham seperti dulu. Ku harap dia tidak mendengarnya.

000

Setelah pulang sekolah, aku dan teman-temanku yang berempat memutuskan untuk mampir ke café dekat sekolah. Selain ingin mengerjakan tugas berkelompok yang mengejar deadline. Kami juga ingin ngumpul karena ini sudah 2 bulan terakhir sebelum UAS semester .

Disebuah meja panjang yang terletak diujung ruangan dekat jendela café. Kami memilih duduk disana. 5 buah minuman yang berbeda dengan 2 menu makanan yang bisa kami makan bersama. Meja ini bukan penuh dengan makanan tapi penuh dengan kertas, buku, dan jurnal. Tak lupa dua buah laptop bertengger manis di atas meja.

"Ibu Feli itu baik, tapi kalo udah ngasih tugas bisa nggak inget dunia." Celutuk Rahmah yang memengangi smartphone sambil mencatat sesuatu yang penting.

"gue setuju. Ini tugas baru dikasih kemarin, minta ngumpulinnya tiga hari lagi. Kayak mahasiswi di kejar dosen rasanya." Keluh Raisya.

"jalani aja!" kataku seadanya, mataku tertuju pada layar screen laptop mengetik makalah. "lo mengeluh juga nggak bakal bikin masalahnya selesainya, lo ngeluh cuman bikin setenggah hati ngerjainnya."

"iya ustadzah Alya."

Aku mengelengkan kepala saja. Sebutan ustadzah Alya memang akrab oleh teman-temanku. Bagiku itu bukan judge, tapi do'a.

"eh lo tau nggak tadi, Haikal ketemuan sama Hani sama Qonita juga di kelas kita." Kata Juli tapi kefokusnya tidak beralih.

"sumpah lo?" ucap yang lain bersamaan, kecuali aku.

Juli menganggukan kepala.

"kok gue nggak liat yak?" tanya Gendis.

"kan lo keluar duluan, gue mah entaran. Jadi gue ngeliat hani sama Qonita nyamperin Haikal." kata Juli semangat dan sudah melupakan laptopnya.

"ah palingan membahas pelajaran kalo nggak hobi mereka. Hobi mereka kan sama." Ucapku memberi tanggapan.

"Alya lo masih biasa-biasa aja. Lo nggak kemakan api cemburu." Kata gendis.

"api, lo pikir Hani itu pengendali api apa?" tanyaku asal.

"Alya lo terlalu lembek deh sama perasaan lo sendiri." Kata Raisya.

"Raisya, inget deh lo juga lembek. Buktinya lo nangis waktu Kak Andre jadian sama Kak Yatsa." Kataku yang tidak terima disebut lembek.

Raisya mancun tidak jelas.

"Al sorry nih gue nanya, tapi lo kok kayak terkesan menjodohkan Hani dan Haikal yah?!" kata gendis.

Aku terdiam sebentar. Apa iya?

"Alya."

"emh."

"lo sadar nggak sikapnya lo itu kayak menjodoh dia sama Haikal. lo yang ngerasa, apa sengaja kek gitu." Kata Gendis.

"Oh ya, gue nggak ngerasa gitu. Kalian aja mungkin yang pengen gue sama Haikal. Fansbase ya..." kataku menanggapi.

"Fansbase apaan? Males banget kita ngefans sama lo.." kata Raisya.

Rahmah memainkan pulpennya, sedang berpikir. "Kalian maksud gue, lo dan Haikal emang cocok kan. Tapi Hani? Gue sendiri nggak yakin soal itu."

Aku hanya mengelengkan kepala saja tanpa menangapi perkataan Rahmah. Selain malas untuk membahas Haikal dan segala hal yang berhubungannya. Aku pun juga tidak tahu harus menjawab apa.

"Alya", Juli mendekat padaku. "Dengerin gue ngomong!"

"Iya gue dengerin." Balasku cuek, masih menatap monitor laptop. Makalah ini lebih penting dari pembahsaan yang sudah bisa aku tangkap kemana arahnya.

Juli mendengus kesal lalu mengambil paksa laptopku dan menjauhkannya dari jangkauanku. My leppy. Aku memajukan bibirku, memasang wajah cemberut. Tidak suka diganggu ketika mengerjakan tugas. Juli menatapku lurus. Juli akan berbicara serius sepertinya.

Tangan Juli menyentuh pundaku dan mencengkramnya, "Lo harus mikirin deh sikap lo itu. Gue tau Hani dan Haikal sudah deket dari mereka masuk sekolah. At least kalau ngomong mereka nyambung banget karena suka pada hal yang sama. Kalo lo bersikap dingin bahkan pro dengan Hani Haikal. It wil be hurt your self!"

Aku melepaskan tangan Juli sambil tersenyum. Ada mereka yang masih memperdulikan aku untuk masalah sepele seperti ini. Aku menatap keluar jendela. Sileut Haikal dan Hani tergambar di otakku yang mampu berimajinasi. Namun bayangan masa lalu ku muncul seolah mengatakan, kamu akan mengalaminya lagi.

"Gue pernah sesakit ini, gue pernah mengalami seperti ini." Ucapku sendu.

"Mengalami seperti ini?!", semua teman-temanku menghentikan aktivitasnya.

"Maksud lo jatuh dengan cinta sama orang yang juga dicintai oleh teman lo?" tebak Raisya.

Aku mengangguk pelan. Aku menatap kawa-kawanku satu persatu menyakinkan. Kepalaku terasa berat rasanya, reflex aku menunduk. Ya apalagi yang bisa kulakukan ketika sedih akan masalaluku.

"Jadi Haikal bukan cinta pertama lo, Alya?" tanya Juli.

"Mungkin saatnya kalian tahu itu..."

***

update, update, update, yah mungkin gue bakalan update satu kali lagi.  sorry for typo, vote and comment pliss, dont be silent reader...

mulmed: Yura Yunita feat Glen Frendly- Cinta dan Rahasia

Continue Reading

You'll Also Like

109K 3.5K 22
Seorang gadis yang bersekolah di London untuk melanjutkan pendidikan di sekolah penerbangan yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai Pilot...
457K 8.7K 13
Masa sekolah sangatlah menyenangkan, apabila telah menyelesaikan pembelajaran akhir di sekolah, dan kelulusan. Itu semua akan menjadi suatu kenangan...
52.6K 2.6K 54
apaini definisi dari kata " kau bisa menentukan menikah dgn siapa, tpi kau tak bisa menentukan cintamu untuk siapa" 😕
410K 9.5K 15
Prolog Menceritakan sosok perempuan yang sabar dalam menhadapi Sikap sang suami yang súper duper dingin,kasar,egois fan bahkan membencinya.yak ialah...