My Little Girl

By Itsdai7

411K 28.1K 1.6K

Diktator. Dingin. Tegas. Adalah sebagian dari sifat Iqbaal Dhiafakhri. Pria tampan yang menjadi kekasih seora... More

'My Little Girl' 1
'My Little Girl 2'
'My Little Girl 3'
'My Little Girl 4'
'My Little Girl 5'
'My Little Girl 6'
'My Little Girl 7'
'My Little Girl 8'
'My Little Girl 9'
'My Little Girl 10'
'My Little Girl 11'
'My Little Girl 12'
'My Little Girl 13'
'My Little Girl 15'
'My Little Girl 16'
'My Little Girl 17'
'My Little Girl 18'
'My Little Girl 19'
'My Little Girl 20'
'My Little Girl 21'
'My Little Girl 22'
'My Little Girl 23'
'My Little Girl 24'
'My Little Girl 25'
'My Little Girl 26'
'My Little Girl 27'
'My Little Girl 28'
'My Little Girl 29'
'My Little Girl 30'
'My Little Girl 31'
'My Little Girl 32'
'My Little Girl 33'
'My Little Girl 34'
'My Little Girl 35'
'My Little Girl 36'
'My Little Girl 37'
'My Little Girl 38'
'My Little Girl 39'
'My Little Girl 40'
'My Little Girl 41'
'My Little Girl 42'
'My Little Girl 43'
'My Little Girl 44'
'My Little Girl 45'
'My Little Girl 46'
'My Little Girl 47'
'My Little Girl 48'
'My Little Girl 49'
'My Little Girl 50'
'My Little Girl 51'
'My Little Girl 52'
'My Little Girl 53'
'My Little Girl 54'
'My Little Girl 55'
'My Little Girl 56'

'My Little Girl 14'

7K 429 0
By Itsdai7

LONG PART!!!

Typo? Manusiawi -,-

Happy Reading

***

(Namakamu) memproutkan bibirnya sebal atas ulah Iqbaal yang selalu menarik(?) hidungnya tanpa henti, belum lagi Iqbaal juga mencubit pipi chubby-nya. Sesekali Iqbaal terkekeh melihat reaksi (Namakamu) yang sedang kesal karena tingkahnya, bagi Iqbaal membuat (Namakamu) kesal adalah kebahagiaan kecil yang dapat membuatnya tersenyum.

Sementara itu Heri –ayah Iqbaal– yang melihat tingkah laku putranya terhadap kekasihnya menggeleng-gelengkan kepalanya dari balik kaca spion depan mobilnya. Heri sedang mengendarai mobil menuju ke panti asuhan, Rike duduk manis disampingnya, sedangkan Iqbaal dan (Namakamu) duduk di jok belakang mobil.

Heri senang melihat putranya sudah kembali seperti dulu. Kehadiran (Namakamu) dikehidupan Iqbaal mampu membuat Iqbaal lupa akan rasa sakitnya di masa lalu. Itu yang menyebabkan beberapa tahun yang lalu, Iqbaal menjadi pria yang dingin dan datar, Heri sama sekali tak melihat wajah semangat Iqbaal sejak cinta pertama yang dia rasakan pergi tanpa alasan.

Awalnya Heri tak yakin jika Iqbaal akan berubah kembali ceria. Namun pemikirannya salah, kehadiran (Namakamu) membuat Iqbaal yang dingin menjadi sosok pemuda hangat. Walaupun Iqbaal masih selalu bersikap dingin dan datar pada setiap orang yang tidak –terlalu– dekat dengannya, tapi setidaknya akhirnya Iqbaal memiliki kembali semangat hidupnya yaitu –(Namakamu)–

"Kakak, jangan rese hidung aku udah merah. Udah dong.." rengek (Namakamu) meminta Iqbaal agar menghentikan aksinya. (Namakamu) terus menghalau jemari Iqbaal yang kembali ingin menarik hidungnya.

"Kalo aku gak mau gimana? Lagian punya hidung kok kecil banget lucu tau, aku jadi gemes" ucap Iqbaal yang masih berusaha menarik hidung (Namakamu).

Hidung (Namakamu) memang mungil, dengan pipi chubby yang ia miliki. Siapapun yang melihatnya akan merasa gemas kepadanya. Ini bukan pujian tapi ini memang kenyataannya.

"Salah aku kalo aku punya hidung kecil? Kakak.. hidung aku bukan mainan"

Iqbaal sama sekali tak memperdulikan celotehan (Namakamu) yang ditujukan untuknya. Ia terus berusaha mencubit pipi chubby (Namakamu).

"Iqbaal udah dong, jangan jahilin (Namakamu) terus. Kasihan tuh (Namakamu) hidungnya sampe merah gitu" ucap Heri melirik kearah spion mobil depannya guna melihat Iqbaal dan (Namakamu).

"Tautuh om, kak Iqbaal hari ini jahil banget sama aku.." (Namakamu) mengadu tingkah Iqbaal yang selalu menjahilinya.

Iqbaal mendengus sebal "Terus aja ngadu.." (Namakamu) terkikik geli mendengar ucapan Iqbaal.

"Biarin wlee" (Namakamu) memeletkan lidahnya kearah Iqbaal.

"(Namakamu), gimana kabar papa sama mama kamu?" tanya Heri pada (Namakamu).

"Alhamdulillah mereka semua baik om.." (Namakamu) tersenyum manis.

"Bagus kalo gitu, katanya papa kamu lagi di luar negeri yah?" Heri mendengar kabar terakhir mengenai Haviar –ayah (Namakamu)– sedang bekerja diluar kota.

(Namakamu) menggeleng "Papa udah pulang kok om"

"Ohya? Kapan?"

"Udah dari seminggu yang lalu" jawab (Namakamu) lagi.

"Ayah ini gimana sih kok bisa sampe kudet gitu?" timpal Rike yang sedari tadi hanya menjadi pendengar setia antara Heri dan juga (Namakamu).

"Yaampun bunda, bunda kan tau sendiri kalo beberapa hari terakhir ini ayah sibuk banget. Jadi mana ayah tau kalo papa (Namakamu) udah pulang ke Indonesia"

"Makanya ayah jangan terlalu sibuk sama kerjaan"

"Iya bunda.."

Iqbaal dan (Namakamu) terkikik mendengar perdebatan Rike dan Heri hanya karena masalah sepele.

"Gimana kalo lusa kita makan malam bareng? (Namakamu) kamu ajak papa sama mama kamu ya? Nanti kita dinner direstoran" usul Rike yang menolehkan kepalanya kearah Iqbaal dan (Namakamu).

"Ide bagus tuh, ayah setuju" Heri menyetujui ucapan istrinya.

"Emang dalam rangka apa bun? Kok pake acara makan malam segala" tanya (Namakamu) sedikit heran.

"Ya dalam rangka ngebahas pernikahan kita dong sayang. Bener kan bun?" tanya Iqbaal menatap Rike. (Namakamu) merona malu atas perkataan yang dilontarkan Iqbaal tadi.

Masih butuh waktu lama untuk membicarakan soal pernikahan. Jangankan pernikahan, Sekolah Menengah Atas-nya saja, (Namakamu) belum lulus. Iqbaal juga belum wisuda. Mana mungkin kedua orang tua mereka menyetujuinya.

Rike terkekeh mendengar pertanyaan Iqbaal, rupanya dia sudah tidak tahan untuk meminang (Namakamu) sebagai calon istrinya. Rike tidak akan keberatan dan sama sekali tidak keberatan jika Iqbaal telah melabuhkan cintanya pada (Namakamu). Tetapi saat ini bukan waktu yang tepat untuk membahas masalah pernikahan. Mereka berdua masih terlalu muda untuk menikah, perjalanan yang mereka tempuh masih jauh untuk melangsungkan sebuah pernikahan.

"Kamu kayaknya udah ngebet banget pengen jadi suami (Namakamu). Lihat, kamu udah bikin muka (Namakamu) merah gitu" ucap Rike menggoda (Namakamu) yang membuat wajah (Namakamu) semakin merah padam menahan malu.

Iqbaal menolehkan kepalanya kearah (Namakamu). Benar juga apa yang dikatakan bunda-nya. Wajah (Namakamu) benar-benar terlihat merah sekarang.

"Kamu kenapa? Kok mukanya merah gitu?" tanya Iqbaal berpura-pura bodoh.

(Namakamu) lalu mencubit pinggang Iqbaal yang sepertinya senang sekali menggodanya "Kakak.."

"Udah baal jangan digodain terus (Namakamu)-nya. Gimana (Namakamu) kamu mau kan ngajak papa sama mama kamu buat dinner sama kita?" tanya Heri lagi.

"Iya om, nanti aku bilang sama mama papa. Mereka pasti seneng diajak makan malem" (Namakamu) tersenyum manis.

Heri menganggukkan kepalanya mendengar ucapan (Namakamu). Rike dan Heri sedang membicarakan rencana makan malamnya dengan kedua orangtua (Namakamu). Ia menentukan dimana tempat yang pas untuk makan malam yang akan mereka adakan.

Sementara itu (Namakamu) dan Iqbaal kembali berlarut dalam obrolan mereka.

"Kak besok aku mau nonton pertandingan cheers boleh ya?" tanya (Namakamu) pada Iqbaal.

"Sama siapa?"

"Bella"

"Ada Ari?"

"Eumm..kayaknya ada deh soalnya dia kan mantan kapten basket, otomatis dia bakal ngeliat perkembangan adik kelasnya tanding basket juga. Jadi dia pasti ikut kak" jelas (Namakamu).

Itu artinya, tidak hanya ada perlombaan cheers saja. Tetapi ada pertandingan basket juga. Dan kebanyakan pemain basket itu mempunyai tampang keren dengan gaya yang suka tebar pesona pada setiap wanita. Bisa saja ada laki-laki yang akan menggoda (Namakamu) disana. Jangan tanya kenapa Iqbaal bisa tahu.

Iqbaal adalah mantan kapten basket disekolahnya dulu, jadi dia hafal benar dengan tingkah anak basket. Iqbaal tidak akan membiarkan gadis-nya di goda oleh laki-laki hidung belang seperti mereka.

"Enggak kamu gak boleh ikut" jawab Iqbaal, raut wajah (Namakamu) berubah menjadi lesu.

"Kenapa kak?"

"Besok abis ngajar aku ada urusan dikampus, jadi aku gak bisa nemenin kamu nonton pertandingan itu"

"Kakak gak perlu nemenin aku, aku bisa nonton sama Bella kok" balas (Namakamu) lagi.

"Gak ada penolakan, aku gak akan izinin kamu pergi kemana-mana tanpa ada aku disisi kamu. Inget itu!"

"Tapi kak aku––"

"Sekali enggak! tetep enggak!"

(Namakamu) menundukkan kepalanya, ia hanya merasa sedih. Kenapa Iqbaal diciptakan Tuhan sebagai kekasih yang terlalu protective untuk (Namakamu). (Namakamu) juga masih ingin memiliki kebebasan dalam melakukan sesuatu tapi Iqbaal malah mengekangnya seperti ini.

***

"Kak (Namakamu), tiup gelembungnya lagi. Biar gelembungnya makin banyak"

"Iya kakak tiupin lagi yah!" (Namakamu) tersenyum riang menatap beberapa anak panti yang sedang merebuti tubuhnya hanya karena ingin menyentuh gelembung-gelembung kecil yang ia tiup.

Kini (Namakamu) dan anak-anak panti sedang bermain dihalaman depan panti yang cukup luas. Rike, Heri dan juga Iqbaal sedang berada didalam panti untuk sekedar bertanya-tanya mengenai panti pada pemiliknya. (Namakamu) lebih memilih bermain bersama anak-anak panti daripada harus ikut bersama dengan keluarga Iqbaal yang sedang berada didalam panti sana.

Pasti lebih seru bermain bersama anak-anak dibandingkan mendengarkan pembicaraan kedua orang tua Iqbaal dengan pemilik panti yang sama sekali tidak dimengerti oleh (Namakamu).

(Namakamu) tertawa lepas saat beberapa anak saling berebut untuk menyetuh dan memecahkan gelembung yang berhasil ia tiup. Mereka sangat menggemaskan.

"(Namakamu), di minum dulu. Pasti lo haus deh" ucap Farez dengan tangan yang memegang segelas es susu cokelat kesukaan (Namakamu).

"Iya, nanti..gue lagi asik nih"

Farez tersenyum manis lalu mendudukkan tubuhnya di atas rerumputan hijau. Dengan seksama Faren memandangi wajah (Namakamu) yang sedang bermain dengan adik-adiknya. Ia sudah menganggap semua anak panti disini adalah adiknya karena dia sendiri anak tunggal.

Sesekali Farez tertawa ketika melihat ekspresi kesal (Namakamu) karena anak-anak yang tidak sabar agar (Namakamu) segera meniupkan gelembungnya ke-udara.

(Namakamu) adalah gadis dua tahun lalu yang baru ditemuinya. Setelah gadis itu resmi menjadi kekasih seseorang yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri –Iqbaal–. Dia dan Iqbaal sudah seperti sahabat sekaligus saudara yang mempunyai tali silahturahmi yang begitu kuat. Orang tua Iqbaal dan Iqbaal sendiri selalu membantu panti ini dengan semua kemampuan mereka.

Farez merasa dirinya serta seluruh penghuni panti telah berhutang budi pada keluarga Iqbaal. Sudah banyak bantuan yang ia terima dari keluarga Iqbaal hingga Farez sudah menanggap mereka seperti keluarganya sendiri.

"Heuh capek.." keluh (Namakamu) kemudian duduk disamping Farez. (Namakamu) lalu meminum minuman yang tadi telah Farez sediakan hingga benar-benar kosong tak tersisa.

Farez terkekeh melihat tingkah (Namakamu) "Lo haus apa doyan?"

(Namakamu) tersenyum lebar "Dua-duanya"

"Kenapa mainnya berhenti?"

"Cairan gelembungnya habis. Lagian anak-anak juga udah pada kecapean. Kalian capek gak nyil?"

"Capek kak!" jawab anak-anak panti dengan serentak. Mereka sedang duduk membentuk lingkaran.

Lagi-lagi Farez tertawa keras, mendengar panggilan untuk anak-anak panti dengan sebutan 'nyil' atau 'unyil'. Apalagi saat anak-anak panti tidak merasa terganggu dengan sebutan itu dan malah merasa senang saat (Namakamu) memanggil mereka dengan sebutan 'unyil'.

(Namakamu) memang suka memanggil semua anak panti dengan sebutan unyil karena menurutnya anak-anak disini kecil dan imut-imutnya mirip unyil. Selain itu (Namakamu) juga tidak pernah bisa menghafal satu persatu nama anak-anak disini. Jadi dia memutuskan untuk memanggil mereka dengan sebutan unyil. Toh mereka juga tidak keberatan.

"Kak minta cokelat sama permen" celetuk seorang anak yang biasanya mendapatkan cokelat serta permen tiap kali (Namakamu) berkunjung ke panti.

"Aku juga mau permennya kak!"

"Devan mau cokelat kak!"

"Kak aku mau dua-duanya"

Mampus! (Namakamu) lupa membeli cokelat dan permen, belum lagi stok permen dan cokelat yang sering ia bawa juga habis. Lalu bagaimana ini? Pasti anak-anak panti bakalan kecewa. (Namakamu) tidak mau membuat semua anak-anak merasa kecewa.

"Lo gak bawa cokelat sama permennya ya?" bisik Farez tepat ditelinga (Namakamu). Dan (Namakamu) hanya menganggukkan kepalanya lemas.

"Hai semua :) nih kak Iqbaal bawa cokelat, ini semua buat kalian" kata Iqbaal yang barusaja datang, sambil menenteng satu kotak besar yang berisi cokelat. Anak-anak panti mulai berebut untuk mendapatkan cokelat.

"Adek-adek jangan berebut gitu.. bilang apa sama kak Iqbaal?" ujar Farez yang melihat adik-adiknya yang terlihat begitu senang.

"Terimakasih kak Iqbaal!!" kata anak-anak panti dengan serempak. Iqbaal hanya memberikan senyum manis yang ia miliki.

(Namakamu) tersenyum lega melihat anak-anak terlihat begitu ceria. Syukurlah, Iqbaal membelikan cokelat untuk anak-anak. Iqbaal menolehkan wajahnya untuk melihat (Namakamu), senyumnya semakin mengembang ketika melihat (Namakamu) juga terlihat begitu bahagia.

Merasa diperhatikan oleh Iqbaal, (Namakamu) langsung membuang pandangannya kearah lain yang sebelumnya sempat bertemu pandang dengan Iqbaal.

Iqbaal menghela nafasnya pelan, pasti (Namakamu) masih kesal dan marah gara-gara dia melarang (Namakamu) untuk menonton pertandingan basket itu.

"Kak Iqbaal, ayo duduk disini.." ucapan Farez membuyarkan lamunan Iqbaal. Dilihatnya Farez mempersilahkan Iqbaal duduk diantara dirinya dan juga (Namakamu).

Iqbaal kemudian duduk diantara Farez dan juga (Namakamu), tapi setelah ia duduk. (Namakamu) segera menjauhkan jaraknya dengan Iqbaal, wajahnya dipalingkan hingga seperti tak mau menatap Iqbaal.

"Mau cokelat?" tanya Iqbaal pada (Namakamu) dan dibalas dengan gelengan kepalanya.

"Kenapa tadi gak ikut masuk kedalem panti?" lagi-lagi (Namakamu) menjawab pertanyaan Iqbaal dengan gelengan kepalanya.

Farez yang melihat tingkah (Namakamu) dan juga Iqbaal merasa agak aneh, seperti ada sesuatu yang terjadi "Lagi berantem kak?" bisik Farez.

Iqbaal menganggukkan kepalanya "Ya..dia lagi marah sama gue gara-gara gue ngelarang dia buat nonton pertandingan basket besok"

"Kenapa dilarang kak?"

"Lo tau kan kalo anak basket itu orangnya suka tebar pesona gitu. Gue gak mau (Namakamu) jadi salah satu korbannya"

Farez terkekeh mendengar ucapan Iqbaal "Jadi kak Iqbaal takut (Namakamu) bakal kecantol sama cowok lain gitu?"

"Ya wajar dong kalo gue waspada. Lo tau kan gimana sikap (Namakamu)?"

"Tapi kak menurut gue (Namakamu) bukan cewek genit yang selalu kecentilan kalo liat cowok ganteng dikit deh"

"Bukan (Namakamu) yang gue khawatirin, tapi cowok-cowoknya yang gue takutin bakal ngegodain (Namakamu), dan lo tau sendirikan gimana polosnya (Namakamu)? dia gak bisa bedain mana yang tulus atau yang cuma modus" jelas Iqbaal.

"Iya juga sih, tapi gak semua anak basket kayak gitu kak, contohnya gue. Gue gak pernah tuh yang namanya modusin cewek. Eh, tunggu ngomong-ngomong pertandingannya dimana kak?"

"Di tempat yang biasa ngadain perlombaan satu tahun sekali itu"

"Oh disitu.. kebetulan banget, besok gue juga mau liat pertandingan disana kak"

"Serius?" tanya Iqbaal memastikan dan Farez membalasnya dengan anggukan kepalanya.

"Iya, gue jadi pelatih adek-adek kelas gue yang mau tanding kak. Dan kakak bisa ngandelin gue biar bisa jagain (Namakamu) kalo dia mau nonton disana"

"Maksud lo, gue harus ngizinin (Namakamu) pergi nonton kesana?"

"Kenapa enggak? Gue yakin (Namakamu) pasti seneng dan gak akan marah lagi sama kakak"

"Tapi–"

"Kak Iqbaal mau (Namakamu) marah terus sama kakak?" Iqbaal melihat kearah (Namakamu) yang sedang bercanda dengan salah satu anak panti.

Setelah mencerna ucapan Farez dan memikirkannya, akhirnya Iqbaal memutuskan untuk memberi izin pada (Namakamu) agar dia bisa menonton pertandingan basket besok. Ini Iqbaal lakukan agar (Namakamu) tidak marah lagi pada dirinya.

Farez kemudian beranjak dari tempat duduknya dan bermaksud untuk mengajak adik-adiknya pergi menjauhi Iqbaal dan juga (Namakamu). Farez tahu Iqbaal dan (Namakamu) perlu waktu untuk membicarakan ini semua.

"Adek-adek kita pindah tempat yuk, disini udah mulai panas, kita cari tempat yang adem" ajak Farez pada anak-anak panti yang sedang bersendau gurau bersama (Namakamu).

Anak-anak panti yang mendengar ucapan Farez segera berdiri dan mulai pergi satu persatu. Tak lama halaman belakang ini sudah kosong hanya ada Iqbaal dan (Namakamu) yang masih duduk disana.

"Jangan pergi, ada yang mau aku omongin sama kamu" Iqbaal mencekal pergelangan tangan (Namakamu) yang sudah beranjak dari tempat duduknya. Iqbaal lalu berdiri dan menatap wajah (Namakamu).

"Kenapa? Kamu marah?"

(Namakamu) sama sekali tak membalas ucapan Iqbaal, matanya ia palingkan tak mau menatap mata Iqbaal.

Iqbaal menghela nafas, (Namakamu)-nya memang benar-benar marah. Iqbaal lalu menangkup wajah (Namakamu) dengan kedua tangannya yang membuat (Namakamu) mau tidak mau harus menatapnya.

"Jawab aku..kamu marah?"

"Enggak."

"Ohya? Kalo kamu gak marah, kamu gak akan diemin aku terus dari tadi"

"Iya aku marah sama kakak, aku kesel sama kakak. Soalnya kakak gak ngizinin aku buat liat pertandingan itu. Aku benci kak.." (Namakamu) memanyunkan bibirnya sebal.

Iqbaal terkekeh melihat reaksi (Namakamu), ia lebih suka (Namakamu) marah-marah cerewet seperti ini daripada (Namakamu) mendiamkannya dan mengabaikan semua pertanyaannya. Sementara itu, (Namakamu) semakin kesal ketika Iqbaal malah tertawa atas sikapnya. Apa yang lucu? (Namakamu) langsung memutar tubuhnya hingga membelakangi Iqbaal.

"Kamu tau kenapa aku gak ngizinin kamu nonton pertandingan basket itu?" Iqbaal memutar tubuh (Namakamu) untuk kembali menghadapnya.

"Itu karena aku gak mau kamu digodain sama para pemain basket. Mereka semua kebanyakan suka modusin cewek-cewek dan aku gak mau kamu jadi korban mereka"

"Kok kakak bisa tau?"

Iqbaal lagi-lagi harus terkekeh "Soalnya aku pernah ngerasain ada diposisi mereka"

(Namakamu) membulatkan matanya "Jadi selama ini kakak suka genit-genit sama banyak cewek kalo lagi main basket?"

Sekarang Iqbaal tidak tahu harus menjawab apa "Euh bukan eh.."

"Tuh kan, kakak suka gitu. Kakak selalu ngelarang aku deket sama cowok tapi kakak sendiri suka godain cewek lain"

"Eh, sayang itu kan dulu. Sekarang aku udah gak kayak gitu kok, lagian aku kan udah punya kamu... pacar aku yang paling cantik. Jadi buat apa aku godain cewek lain. Aku gak perlu cari cewek yang lebih baik diluar sana karena kamu udah cukup sempurna buat aku"

Mendadak wajah (Namakamu) merona merah akibat ucapan Iqbaal barusan "Ish gombal mulu"

"Siapa yang gombal sih? Aku serius tau...jadi kamu mau maafin aku?"

"Gak!"

"Yakin gak mau maafin aku?" (Namakamu) menganggukkan kepalanya.

"Yaudah berarti rencana aku buat ngizinin kamu pergi nonton pertandingan basket besok, aku batalin ya?"

"Maksud kakak?"

"Maksud aku, kalo kamu mau maafin aku, aku bakal kasih izin kamu nonton pertandingan itu tapi–"

"Aku udah maafin kakak, berarti aku boleh nonton pertandingan basket itu kan?" (Namakamu) tersenyum manis.

Iqbaal tertawa "Oke kamu boleh nonton pertandingan itu, dan inget tujuan utama kamu nonton cheers bukan basket" Iqbaal lalu menyentuh hidung (Namakamu) dengan jari telunjuknya.

(Namakamu) tersenyum senang "Iya..kakak paling the best"

"Ada satu lagi.."

(Namakamu) mengernyitkan alisnya ketika mendengar ucapan Iqbaal "Apa?"

"Aku punya mata-mata yang selalu ngawasin semua kegiatan dan tingkah laku kamu selama kamu nonton pertandingan itu. Jadi jangan macam-macam.."

"Siap" (Namakamu) memberi hormat pada Iqbaal, layaknya seorang prajurit yang memberi hormat pada komandannya.

Iqbaal kemudian merengkuh tubuh mungil (Namakamu) kedalam pelukannya. (Namakamu) tersenyum manis mendapat perlakuan dari Iqbaal. Saat-saat seperti inilah yang paling (Namakamu) sukai –ketika Iqbaal meminta maaf karena kesalahan yang telah diperbuat dan memeluknya dengan erat–.

"I love you" Iqbaal mencium kening (Namakamu).

"Love you too"

***

Keesokkan harinya...

Anaya melangkahkan kakinya terburu-buru, hari ini jadwal mata kuliahnya sangat padat. Hingga ia lupa membawa satu buku mata kuliahnya, buku itu tertinggal dirumah. Dan sekarang ia tengah kerepotan untuk meminta tolong seseorang untuk mengambil bukunya yang ada dirumah.

Anaya mengambil ponselnya dan mulai menghubungi Ari..

Tutt...tutt..

"Halo sayang?" ucap Anaya saat panggilan telfonnya dengan Ari tersambung.

'Iya kenapa nay?'

"Aku boleh minta tolong sama kamu? Tolong ambilin buku catatan mata kuliah aku yang ada dirumah, terus anterin kekampus aku sekarang.."

'Maaf aku gak bisa nay, sekarang aku harus pergi ke pertandingan basket secepatnya. Soalnya sebelum pertandingan dimulai aku harus ngasih sedikit beberapa teknik buat mereka yang mau tanding'

"Emang gak bisa kerumah aku sebentar? Please.."

'Gak bisa..maaf yah nay?'

"Hmm yaudah gakpapa, kamu berangkat sendiri?"

'Ari cepetan! Katanya mau berangkat, nanti kita telat' Anaya dapat mendengar suara teriakan (Namakamu).

'Iya sabar'

'Aku berangkat bareng (Namakamu)'

"Oh.. take care sayang, see you"

'See you too'

Klik Anaya memutuskan sambungan telfonnya ketika dia mendengar (Namakamu) memanggil Ari. (Namakamu), (Namakamu) dan (Namakamu) Ari selalu saja lebih mementingkan (Namakamu) dibandingkan dirinya. Entahlah untuk saat ini Anaya merasa sangat cemburu pada persahabatan Ari serta (Namakamu).

Anaya tidak membayangkan bagaimana kedekatan Ari dan juga (Namakamu) saat dirinya masih berkuliah diluar negeri. Pasti lebih dekat dari sekarang ini. Tapi Anaya segera menepis pikiran negatifnya mengenai hubungan (Namakamu) dan juga Ari toh (Namakamu) sudah memiliki kekasih, jadi ia tidak perlu terlalu khawatir dengan kedekatan mereka berdua.

'BRUKH'

Karena tidak fokus, Anaya tidak sengaja menabrak seseorang yang ada didepannya yang mengakibatkan barang-barang yang ia bawa dan seseorang yang ia tabrak menjadi berceceran diatas tanah.

"Aduh sorry gue gak sengaja"

Anaya berusaha melihat siapa yang ditabraknya ini "Sorry gue.. kamu?"

***

(Namakamu) sedang duduk manis di kursi penonton yang ditemani Bella dan juga Farez. Beberapa orang sudah meninggalkan tepat duduknya karena pertandingan baket telah usal 15 menit yang lalu. (Namakamu) menunggu Iqbaal menjemputnya begitupun Bella. Farez? (Namakamu) sendiri tidak tahu kenapa dengan tingkah Farez hari ini.

Farez selalu mengikutinya kemana saja ia pergi. Bahkan tak segan Farez akan melarang (Namakamu) melakukan sesuatu, hari ini Farez seperti menjadi pengawal pribadinya. Farez selalu menjaga, mengawasi dan melindungi (Namakamu) selama menonton pertandingan.

Bukan hanya itu, Farez hampir berkelahi karena ada seseorang yang mengganggu dan menggoda (Namakamu). Untung saja (Namakamu) dapat mengendalikan Farez untuk tidak membuat keributan.

Senyuman (Namakamu) mengembang ketika melihat kekasihnya sedang berjalan memasuki gedung pertandingan "Kak Iqbaal!!" teriak (Namakamu).

Iqbaal yang mendengar (Namakamu) memanggil namanya, segera berjalan kearah (Namakamu) dan yang lainnya.

"Hai sayang, Bella, Farez" sapa Iqbaal saat sudah didepan (Namakamu), lalu ia mencium kening (Namakamu).

(Namakamu) tersenyum manis "Hai kak, kakak datengnya telat"

"Maaf, kamu tau sendiri kan jalanan macet. Gimana pertandingannya seru?"

"Seru banget kak tadi sempet deg-degan juga karena ada pemain yang cedera, tapi untungnya dia gakpapa. Eh tapi, kak Iqbaal tau? Selama nonton pertandingan masa Farez ngawasin aku terus kak, hampir aja dia berantem sama orang gara-gara ada orang yang gangguin aku. Belum lagi Farez suka ngelarang-larang aku buat ngelakuin sesuatu kak. Hari ini dia aneh ya?" cerocos (Namakamu) pada Iqbaal.

(Namakamu) memang seperti itu ketika dia tidak merasa nyaman mengenai sesuatu dia akan menceritakan dan mengadukannya pada Iqbaal.

Iqbaal terkekeh mendengar penuturan (Namakamu), Farez memang ditugaskan untuk menjaga (Namakamu) oleh Iqbaal. Berarti dia menjalankan tugasnya dengan baik.

Bukannya menjawab pertanyaan (Namakamu) Iqbaal malah menatap Farez sambil berkata "Thanks ya rez"

"Sama-sama kak" jawab Farez membuat (Namakamu) dan Bella kebingungan.

"Kok kakak malah bilang makasih sama Farez?" tanya (Namakamu) kebingungan.

"Kamu inget aku pernah bilang mata-mata?" (Namakamu) menganggukkan kepalanya. Tunggu! berarti yang dimaksud mata-mata oleh Iqbaal adala Farez?

(Namakamu) membulatkan matanya "Maksud kakak, Farez ini mata-matanya?"

"Yap! Gue ini mata-mata kak Iqbaal yang ditugasin buat ngawasin lo" ucap Farez.

"Ish..nyebelin, pantes dari tadi lo selalu ngelarang-larang gue" (Namakamu) mengerucutkan bibirnya sebal.

"(Namakamu) gak berbuat yang aneh-aneh kan Farez?" tanya Iqbaal pada Farez mengenai sikap (Namakamu) selama menonton pertandingan.

"Enggak kok kak, cuma (Namakamu) sempet ngelirik cowok terus senyum-senyum gitu"

"Apaan enggak kayak gitu..ish lo nyebelin tau rez" sangkal (Namakamu) tak terima dengan tuduhan Farez.

"Apa itu bener sayang?" tanya Iqbaal lagi membuat (Namakamu) kebingungan. Sungguh (Namakamu) tidak melakukan seperti yang Farez katakan.

"Enggak kak, kalo kakak gak percaya tanya aja sama Bella. Bella gue gak kayak gitu kan?"

Bella yang mendapat pertanyaan dari (Namakamu) pun menjawab "Enggak itu gak bener kak Iqbaal..." (Namakamu) menghela nafas lega "(Namakamu) tadi ngedipin mata ke cowok itu"

What? (Namakamu) terkejut dengan ucapan Bella, sepertinya mereka berdua sedang mengerjainya. Ah sial! Iqbaal pasti akan memarahinya.

"Kak.."

"Kak Iqbaal, kita berdua pergi duluan" ucap Farez kemudian berlalu pergi bersama Bella meninggalkan (Namakamu) dan Iqbaal digedung pertandingan ini.

(Namakamu) menatap wajah Iqbaal, wajah Iqbaal menampakkan wajah tidak sukanya "Kak..aku gak ngelakuin apa yang diomongin sama Farez ataupun Bella. Kakak percaya kan sama aku?"

Iqbaal masih terdiam. Sebenarnya Iqbaal hanya ingin menggoda (Namakamu), ia sama sekali tak mempercayai ucapan Bella dan Farez. Ia tahu bahwa Farez dan Bella hanya sedang bercanda. Tapi karena (Namakamu) terlalu polos dia tidak tahu mana yang bercanda dan yang bukan.

"Kak jawab pertanyaan aku"

"Apa yang harus aku jawab? kalo ada dua orang yang ngomong kayak gitu tentang sikap kamu"

"Jadi kakak gak percaya sama aku?" mata (Namakamu) mulai berlinangan airmata.

"Gimana aku mau percaya sama kamu?"

"Yaudah..aku minta maaf, mungkin kakak udah gak per–"

"Aku percaya sama kamu" (Namakamu) menengadahkan wajahnya yang daritadi menunduk untuk menatap wajah Iqbaal, dilihatnya Iqbaal tersenyum manis kearahnya.

Iqbaal lalu menangkup wajah (Namakamu) "Kamu lucu tau, kamu mirip unyil-unyil yang ada dipanti, kalo mereka nangis tinggal dikasih permen terus berhenti nangisnya.."

"Kakak nyebelin..aku mau pulang sekarang" rengek (Namakamu) yang sudah merasa kesal.

Iqbaal terkekeh "Iya-iya tapi kamu senyum dulu baru kita pulang"

(Namakamu) tersenyum paksa dihadapan Iqbaal "Nih aku udah senyum"

"Jangan terpaksa gitu dong sayang.."

"Biarin" ucap (Namakamu) lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Iqbaal.

Iqbaal tertawa melihat tingkah (Namakamu), kemudian ia berlari mengejar (Namakamu) yang mulai menjauh dan merangkul tubuh mungil (Namakamu) sambil berjalan, walaupun (Namakamu) masih terlihat kesal.

***

Bersambung...

Continue Reading

You'll Also Like

421K 34.1K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
320K 3.6K 81
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
88.6K 12.7K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
269K 28K 30
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...