Kumpulan Coretan

Von tcsstory

58K 2.1K 183

Hanya kumpulan oneshot, flashfict, songfict yang random Mehr

Cinta Dibalik Awan
Dakishimecha Ikenai
Secret
Sorry
I'm Here, Capt!
When Your Love Gone Bag. 1
When Your Love Gone Bag.2
Pilihan Sulit
Kita Yang Berbeda [GreVin]
Cukup Sampai di Sini [GreShan]
Cinta Pertama [GreShan]

When Your Love Gone Bag.3 [End]

2.3K 171 15
Von tcsstory

Semenjak hari dimana Shani memilih mundur dan mengikhlaskan Viny untuk Gracia, Shani semakin menjauh dari Viny dan Shani sama sekali tidak mau menatap mata Viny jika bertemu ataupun saat ia harus berbicara dengan Viny. Dan Viny pun kembali kepada Gracia karna permintaan Shani. Mungkin jika Shani tidak memintanya untuk kembali kepada Gracia, ia akan lebih memilih mengejar Shani saat itu juga.

Jangan salahkan Gracia jika sekarang ia lebih mengekang Viny karna kejadian itu. Gracia seakan tidak mau membiarkan Viny dan Shani berdekatan satu centi pun. Seperti sekarang, disaat mereka sedang latihan dan sedang mendengarkan intruksi sensei, Gracia bertukar posisi dengan Viny saat disebelah Viny adalah Shani.

Viny hanya bisa menghela nafas panjang sambil menggenggam tangan Gracia untuk menenangkannya sedangkan Shani menundukkan kepalanya dengan perasaan yang sangat campur aduk.

"Kalian boleh istirahat 10 menit setelah itu kita latihan lagi"

"Iya kaaa!"

Semua langsung bubar dan menuju tas masing-masing untuk mengambil minum dan juga makanan yang sudah tersedia.

Viny menyandarkan tubuhnya di dekat tasnya sambil menunggu Gracia yang mengambil makanan untuk mereka berdua. Ia memutar-mutar botol minumnya sambil menatap kosong ke arah depan. Sejujurnya dalam hatinya ia merasa sangat kehilangan Shani. Ia tak bisa lagi merasakan pelukan hangat milik Shani. Ia tak bisa lagi menatap mata indah milik Shani lebih lama. Ia tak bisa mendengar suara tawa khas milik Shani lagi dan yang terakhir ia tak bisa lagi melihat senyum manis milik Shani yang hanya untuknya.

Viny menghembuskan nafasnya kasar sambil mencengkram erat botol minumnya. Ia ingin Shani berada di sampingnya namun itu tak akan mungkin bisa karna Shani tidak akan mau kembali bersamanya dan ia pun tidak bisa kembali menyakiti Gracia yang sangat mencintainya.

Gracia berjalan riang menghampiri Viny yang duduk seorang diri sambil membawa dua kotak makanan. Namun langkahnya melambat saat melihat Viny sedang melamun dengan wajah sedihnya. Gracia menghela nafas panjangnya. Lagi-lagi ia memergoki Viny yang seperti ini.

"Kakak"panggil Gracia saat ia sudah sampai didepan Viny. Viny masih terdiam dan tak menyadari kehadiran Gracia.

"Kak.." Belum ada jawaban dari Viny. Gracia menghembuskan nafasnya kasar saat rasa kesalnya muncul melihat Viny yang tidak menyadari kehadirannya.

"Ka Viny!!"sentak Gracia yang langsung membuat Viny tersentak kaget. Viny mengerjapkan matanya lalu menatap Gracia yang sedang berdiri didepannya.

"Iya Gre? Kenapa?"tanya Viny menatap Gracia.

"Aku yang seharusnya tanya itu. Kamu kenapa?! Kamu ngelamun terus dan selalu nyuekin aku! Kamu mikirin S...."

"Ah iya aku ngelamun lagi? Maaf ya, tugas kuliah lagi banyak banget apalagi ditambah kerjaan disini. Maaf ya sayang"sela Viny dengan cepat saat sadar apa yang akan diucapkan Gracia selanjutnya. Gracia menatap sejenak mata Viny lalu menganggukkan kepalanya.

"Iya. Jangan keseringan ngelamun, aku ga suka liatnya. Muka kamu jelek"ucap Gracia sambil membuka kotak makannya.

"Jelek jelek juga kamu sayang ini"goda Viny sambil menusuk-nusuk perut Gracia.

"Iihhh kakak geli"rengek Gracia sambil menahan tangan Viny. Viny pun hanya tertawa kecil sambil menepuk kepala Gracia dengan lembut.

***

Sudah dua bulan berlalu semenjak kejadian dimana Shani mengikhlaskan Viny untuk Gracia. Memang sepantasnya seperti itu.

Helaan nafas kasar terdengar dari mulut Shani. Semangatnya dengan tim K3 yang baru luntur seketika. Kesalahannya membuatnya tak hanya kehilangan sang kapten, tapi juga sahabatnya yang sudah seperti adiknya sendiri.

Namun sebagian hatinya merasa bahagia saat melihat keduanya nampak bahagia. Viny dan Gracia nampak mesra dan tak terpisahkan. Viny juga terlihat begitu menyayangi Gracia.

Padahal seandainya Shani tahu, semua yang dilakukan Viny hanyalah kepura-puraan. Begitu Gracia tak ada di dekatnya, ia kembali jadi Viny yang muram. Viny yang terluka dan merindukan Shani disisinya. Dan yang paling membuatnya terluka adalah melihat Shani tersenyum miris, tersenyum menganggap bahwa Viny telah bahagia dengan Gracia.

"Kalau kamu masih sayang sama aku, kenapa ngerelain aku, Shan?" Lirih Viny pelan sambil menatap Shani. Shani yang nampak termenung disudut ruang latihan.

Viny terus memandangi Shani dari kejauhan. Tersirat kerinduan di balik matanya. Gracia yang baru saja kembali, terdiam melihat pemandangan itu. Luka di hatinya kembali tergores. Pikirnya Viny sudah melupakan Shani, nyatanya? Nampaknya itu hanya harapannya saja.

Tiba-tiba Viny bangkit. Keluar dari ruang latihan. Gracia bahkan tak sempat memanggilnya. Gracia menoleh kearah Shani, gadis yang lebih tua darinya itu telah menghilang dari tempatnya. Pikirannya pun langsung memikirkan hal yang tidak-tidak. Apakah Viny dan Shani masih bertemu di belakangnya?

Viny berdiri menyandar di tembok samping pintu toilet. Tangannya disedekapkan di depan dadanya. Tak lama pintu toilet terbuka. Keluarlah Shani yang nampak terkejut melihat keberadaan Viny.

"Ka-kamu ngapain disini, Kak?"

Viny membenarkan posisi dirinya dan menatap Shani, "ini kan toilet umum."

"Bukan itu yang aku tanya. Kamu ngikutin aku?"

"Kalau iya kenapa?" Tiba-tiba Viny memegang tangan Shani, "aku kangen kamu, Shan. Kamu juga kangen aku, kan?"

Shani sempat terdiam sesaat. Munafik bila ia tak merindukan kehangatan dan kelembutan kedua tangan Viny. Namun kesadarannya cepat kembali, ia pun membanting tangan Viny.

"Apaan sih, Kak. Jangan pegang-pegang aku!"

"Kamu kenapa Shani? Kamu emangnya gak rindu aku? Aku tahu kamu sering nangis karena aku, kan?"

Tanpa izin, Viny menyentuh lembut pipi Shani. Diusapnya air mata yang terlihat ingin kembali menetes.

"Shan..."

"Aku bilang jangan sentuh aku!"

Plakk!!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Viny. Gracia yang baru tiba disana pun nampak kaget. Viny sendiri hanya terdiam mematung.

Tangan Shani bergetar. Ia tak menyangka akan menampar Viny. Seseorang yang berarti dalam hidupnya. Tak ingin terlalu lama dalam keadaan seperti ini, tak pedulikan air matanya yang kembali menetes, ia pergi meninggalkan Viny. Melewati Gracia.

Viny menyandarkan kembali tubuhnya. Memukul tembok yang ada di belakangnya. Menangis dalam hatinya. Menyadari kesalahannya bahwa ia telah membuat persahabatan kedua gadis yang ia cintai hancur dan merusak keduanya dengan cintanya yang tak setia.

Gracia yang mengintip hanya terdiam dan memilih meninggalkan Viny.

***

Team K3 kembali mendapat event diluar. Mereka pun memasuki bis yang sudah terparkir didepan fx. Setelah 15 member masuk ke dalam bis, barulah Viny dan sang manager masuk ke dalam bis. Viny sempat terdiam melihat Gracia yang duduk sendiri dibangku yang jauh dengan beberapa member lain begitu pula Shani yang duduk sendiri. Viny menghela nafas panjang lalu berjalan ke arah bangku paling belakang. Melihat Gracia yang sepertinya membutuhkan waktu sendiri, ia pun memilih untuk sendirian.

Ditengah perjalanan hujan mulai turun dan membuat suasana di dalam bis menjadi dingin. Karna itu pula beberapa dari member mulai menghangatkan suasana dengan bermain sambung lirik lagu. Kecuali Viny, Shani dan Gracia yang hanya diam menatap ke arah luar jendela. Entah apa yang mereka sedang pikirkan.

Semula ku tak yakin
Kau lakukan ini padaku
Meski di hati merasa
Kau berubah saat kau mengenal dia

Tubuh Gracia menegang mendengar lagu yang dinyanyikan oleh Sisca.

"Ka Rona sambunggg..."seru Sisca.

bila cinta tak lagi untukku
bila hati tak lagi padaku
mengapa harus dia yang merebut dirimu

bila aku tak baik untukmu
dan bila dia bahagia dirimu
aku kan pergi meski hati tak akan rela

Gracia menggigit bibir bawahnya saat sadar bahwa lagi ini sangat menggambarkan kehidupan cintanya sekarang. Ia menutup matanya saat merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari sudut matanya.

Tak berbeda jauh dari Gracia, Shani terlihat mengepalkan kedua tangannya saat merasakan sesak didadanya. Lagunya sangat menyindirnya dan membuat rasa bersalah di hatinya semakin bertambah. Mengapa kisah cintanya harus seperti ini? Mengapa ia harus mencintai kekasih dari sahabatnya sendiri?
Shani menghela nafas panjang lalu menghapus air mata yang lagi-lagi mengalir di pipinya.

"Ganti lagi ah. Rel lo duluan"seru Rona. Aurel sedikit berpikir lalu tersenyum saat lagu yang pas terlintas di pikirannya.

Bingung caraku 'tuk mengatakan
Bahwa ku sudah tak bisa denganmu
Jalani cinta ini lebih lama lagi

Viny yang sedang menatap air hujan langsung menoleh ke arah Aurel yang sedang bernyanyi. Lagu itu sangat menusuk ke hatinya.

Maafkan aku tak mampu lagi
Terus menyimpan perasaan ini
Tak mau sakitimu lebih lama lagi

Viny menghela nafas panjang lalu menatap kosong ke arah air hujan. "Aku ga bisa nyakitin kamu lebih dalam lagi Gre"desis Viny sangat pelan.

Ada yang salah dengan hubungan kita selama ini
Setelah sekian lama baru ku sadar
Aku merasa kita
Takkan seindah dulu
Jujur saat setiap kali ku ada, bersamamu
Ku sudah merasa hambar

Viny menutup kepalanya dengan kupluk hoodienya saat merasakan ada yang mengalir disudut pipinya. Hubungannya dengan Gracia memang sudah tak wajar, raganya memang berada disamping Gracia namun hatinya berada sangat jauh dari Gracia. Hubungan ini hanya akan menyakiti hatinya dan juga hati Gracia. Namun ia tak tau harus bagaimana memperbaiki ini semua. Semua tak seindah dulu.

***

Gracia nampak berjalan menghampiri Shani yang tengah duduk memakan makan siangnya seorang diri.

"Boleh ikut duduk disini, Ci?"

Shani mendongak, terlihat terkejut. "Ah, iya. Gre. Ada apa?"

"Soal Kak Viny..."

"Gre, Ci Shani..."

"Aku tahu Kak Viny waktu itu menemui Ci Shani."

"Gre, kita-"

"Setelah itu Ci Shani nampar Kak Viny, kan?"

"Maaf soal itu." Lirih Shani.

"Gak apa. Malam minggu nanti ada acara?"

Shani nampak mengerutkan keningnya heran.

"Emm?"

"Aku mau ajak Ci Shani main ke rumah. Temenin Gre, bisa? Udah lama kita gak main."

"Gre... Kita..."

"Cuman kita berdua. Bisa?"

Shani hanya mengangguk. Gracia pun hanya mengangguk dan mulai memakan makan siangnya.

***

Sudah setengah jam Viny duduk disofa kamar Gracia. Sedangkan Gracia sendiri masih terdiam, menyandarkan kepalanya dibahu Viny. Gracia sengaja membiarkan Viny tenggelam dalam pikirannya sendiri, mungkin beberapa detik berikutnya ia akan mengetahui apa yang ada dipikiran Viny saat ini.

"Kak," seru Gracia sedikit keras.

Viny yang terhanyut dalam lamunannya tentu tidak bisa mendengarkan apa yang Gracia ucapkan. Hanya satu nama yang berputar dalam pikirannya. Siapa lagi kalau bukan Shani? Gadis yang kemarin menamparnya. Tamparan itu meninggalkan rasa sakit, bukan hanya dipipinya tetapi juga dihatinya. Ia tidak menyangka akhir dari hubungannya dengan Shani akan seperti ini. Meskipun ia tau, ia yang salah dalam masalah ini. Seharusnya ia memang tidak boleh mencintai Shani apalagi mengungkapkan rasa cintanya disaat ia masih bersama dengan Gracia.

"Kakak!" panggil Gracia sekali lagi

"Iya, Shan?" jawab Viny tanpa sadar. Detik berikutnya ia tersentak kaget karena ucapannya sendiri lalu segera memiringkan posisi tubuhnya menatap Gracia.

Gracia tersenyum getir, menahan rasa sesak yang menggulma dalam dadanya. "Kamu masih cinta kan sama dia?"

"Apasih Gre." Viny membuang pandangannya ke arah lain lalu menunduk kaku, tidak tau apa yang harus ia jelaskan. Tidak mungkinkan ia mengatakan bahwa ia masih sangat mencintai Shani? Itu sama saja dengan sengaja menyakiti Gracia.

"Kak, jujur sama aku. Kamu masih cinta kan sama dia?" Gracia mengangkat dagu Viny, "jujur sama aku."

"Apa sih? Aku mau pulang aja." Viny bangkit dari tempat duduknya. Langkahnya terhenti ketika merasakan sebuah pelukan dari belakang. Ia menghela napas kasar, tanpa menolehkan wajah kebelakang.

"Kita putus kak."

"Gre," Viny berusaha melepaskan pelukan Gracia tetapi Gracia malah semakin mengeratkannya, "aku gak mau."

Gracia menyandarkan pipinya dipunggung Viny lalu memejamkan matanya untuk beberapa saat, membiarkan setetes airmata yang sedari ia tahan keluar perlahan menyelusuri pipinya. Ia menggigit bibir bawahnya seraya mengeratkan pelukannya pada Viny.

"A-aku cinta kamu, kak." lirih Gracia pelan diikuti oleh air matanya yang kembali mengalir, punggungnya naik turun masih berusaha menahan isakannya agar tidak keluar.

"Gre, aku gak mau putus. Aku cin,"

"Jangan boongin aku lagi, kak. Jangan bilang cinta sama aku cuma karena kamu pengen bikin aku seneng. Ngga, aku gak seneng kaya gini." Gracia membuka matanya, tetapi masih belum melepaskan pelukannya. "Jawab yang jujur, kamu cinta sama dia kan?" tanyanya sedikit bergetar.

Viny menarik napas dalam lalu dihembuskan perlahan, "A-aku cinta banget sama Shani."

Gracia langsung menelan ludahnya dengan susah payah ketika merasakan sesak itu semakin dalam ia rasakan. Ia kembali mengeratkan pelukannya. Seolah, pelukan itu bisa menghilangkan rasa sesaknya tapi ternyata percuma saja. Kenapa bisa sesakit ini?

"Gre," Viny mengusap lembut tangan Gracia yang melingkar diperutnya. Hatinya seperti teriris tajam saat mendengar suara isak tangis Gracia dari belakang. Sungguh, ia tidak berniat menyakiti Gracia dengan mengucapkan itu.

"Ki-kita udahan ya kak? Ka-kamu balik lagi sama Ci Shani. Aku gapapa kok." Gracia melepaskan pelukannya lalu membalikan tubuh Viny agar menghadap kearahnya. Ia memaksakan seutas senyum sambil menghapus kasar airmatanya.

"Gre," Viny menggeleng pelan kemudian mengusap lembut kedua pipi Gracia, "jangan gitu."

"Apa artinya raga tanpa hati? Apa arti sebuah hubungan tanpa cinta? Raga kamu selalu ada disamping aku, tapi aku sama sekali gak ngerasain kamu ada bersama aku. Kamu tau kenapa? Karena hati kamu udah sama Shani." Gracia menghapus kasar airmatanya yang tiba-tiba mengalir lalu mencium lembut tangan Viny yang berada dipipinya, "kamu milikin aku sepenuhnya, raga dan hati aku tapi aku cuma bisa milikin raga kamu. Hati kamu udah gak bisa manggil nama aku."

"Ngga!" Viny langsung memeluk Gracia karena tidak sanggup melihat air mata Gracia yang semakin deras. Ia bahkan bisa mendengar isak tangis Gracia yang memilukan. Wajahnya sedikit ditundukan untuk mencium puncak kepala Gracia beberapa kali, "sayang, kita gak boleh putus ya?"

"Gre, ada ap--" Shani yang baru saja datang langsung membeku ketika melihat Viny menatap ke arahnya. Ia berbalik hendak pergi tetapi satu tangan menahannya. Perlahan ia membalikan tubuhnya, menatap mata Gracia yang sudah memerah.

Gracia menuntun Shani untuk mendekat ke arah Viny, ia meraih satu tangan Viny kemudian digenggamkan pada tangan Shani tadi. "Kalian pasangan serasi." ucapnya berusaha untuk tetap tersenyum menatap Viny dan Shani secara bergantian.

"Gre, aku gak bisa." ucap Shani melepaskan genggamannya dari Viny.

"Aku juga gak bisa."

"Kenapa?!" tanya Gracia berteriak keras karena sudah frustasi melihat kemunafikan Viny dan Shani. "Kalian ngorbanin perasaan kalian sendiri buat aku, tanpa sadar kalo yang kalian lakuin itu malah bikin aku sedih bukan bahagia. Semenjak kejadian itu, aku bukan cuma kehilangan cinta aku tapi juga sahabat aku."

Viny dan Shani langsung terdiam tanpa mengucapkan apapun. Gracia menggenggam tangan Shani dan Viny, "Aku gapapa. Aku bakal bahagia ngelihat sahabat sama orang yang aku cintai bahagia."

"Ngga gini, Gre. Aku gak mau putus."

"Ini yang terbaik kak."

"Gre tapi--"

"Ga ada tapi-tapian Ci, aku gapapa, yang penting mulai sekarang aku bahagia punya dua kakak sekaligus sahabat yg baik buat aku"ucap Gracia berusaha tersenyum manis menatap Shani lalu beralih menatap Viny.

"Kakak, jaga ci Shani ya. Jangan sakitin ci Shani lagi. Cukup kakak bikin kesalahan sama aku aja. Maaf aku selalu egosi dan ngekang kamu. Tapi sekarang kamu bebas, kamu berhak bersama dengan seseorang yang emang kamu cintai"ucap Gracia berusaha menahan air mata yang ingin kembali menetes.

"Gre..." Hanya itu yang terucap dari mulut Viny. Ia tak tau harus berbicara apa kepada Gracia. Hatinya ikut sakit melihat Gracia seperti ini.

"Aku tinggal ya. Mungkin kalian butuh ngobrol berdua"ucap Gracia melepaskan tangannya dari tangan Viny dan Shani lalu berjalan pergi keluar kamar.

"Gre tunggu. Aku--" langkah kaki Shani yang ingin menyusul Gracia terhenti saat ada tangan yang menahannya.

"Yang di bilang Gre bener. Kita ga bisa terus munafik dengan mengorbankan perasaan kita Shan"ucap Viny menatap dalam mata Shani.

"Tapi aku ga mau! Aku ga bisa liat Gre sedih kaya gini! Gre harus bahagia sama kamu!"ucap Shani dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kamu ga denger apa yang di omongin Gre?! Dia malah sedih karna kamu yang memaksa aku buat terus sama dia! Kamu bukan nyakitin hati Gre aja tapi hati aku juga Shan! Aku sakit jauh dari kamu!"ucap Viny mulai frustasi dengan kemunafikan Shani. Shani terdiam mendengar ucapan Viny.

"Aku cinta sama kamu. Aku sayang sama kamu. Kamu ga bisa memaksa aku untuk mencintai Gracia lagi. Aku ga bisa Shan. Hati aku udah sepenuhnya untuk kamu. Dan aku tau kamu pun merasakan yang sama halnya dengan aku. Tolong jangan egois. Jangan korbankan perasaan kita lagi. Gracia udah ikhlas Shan. Ini kesempatan kita buat kembali bersama"ucap Viny dengan penuh kelembutan. Shani menundukkan kepalanya, bahunya bergetar kecil menandakan bahwa ia menangis. Hatinya menyuruh untuk menerima kembali Viny namun logikanya menyuruh untuk tidak menerima Viny.

"Shani, ikutin kata hati kamu. Kamu masih cinta sama aku kan?"ucap Viny mengangkat dagu Shani lalu menghapus air mata yang mengalir di pipi Shani. Shani menatap mata Viny yang penuh dengan cinta dan kelembutan untuknya. Ada sepercik harapan di mata Viny.

"Shani.. Jawab pertanyaan aku"ucap Viny yang masih setia memegang kedua pipi Shani. Shani menutup matanya sejenak sambil menghembuskan nafasnya perlahan, kemudian ia membuka matanya dan menatap mata Viny yang masih memancarkan harapan.

"A-aku cinta kamu Vin"ucap Shani dengan senyumnya. Viny ikut tersenyum lalu menarik Shani ke dalam pelukannya. Shani memejamkan matanya sambil membalas pelukan Viny dengan erat. Pelukan yang selalu ia rindukan sekarang kembali ia rasakan.

Gracia yang sedaritadi berdiri dibalik pintu hanya bisa menahan sesak didadanya mendengar semuanya. Ia mendongakkan kepalanya berusaha menahan air mata yang ingin jatuh kembali. Setidaknya ini adalah keputusan yang benar untuk semuanya. Bisa melihat sahabat yang ia sayangi kembali dan seseorang yang dicintainya kembali bahagia.

***

Sebulan berlalu sejak Shani dan Viny resmi kembali. Keduanya nampak bahagia dan selalu bersama.

Seperti saat ini, keduanya sedang kencan dan makan bersama di sebuah restoran. Tapi.. Mereka tidak hanya berdua.

"Maaf, telat. Jadi kenapa kalian minta aku dateng kesini? Bukannya kalian lagi... Kencan?"

Gracia yang baru saja tiba langsung duduk di hadapan Shani dan Viny.

"Ga ada. Cuman pingin ngajak kamu makan." Jawab Viny sambil melanjutkan makannya.

Gracia menganga dan menatap Viny tak percaya, "hah? Jadi Kak Viny cuma mau aku ikut makan dan jadi obat nyamuk diantara kalian dan terlihat jones?!"

Viny tertawa lalu mencubit kedua pipi Gracia, "uwuwu. Segitunya."

"Ish, apaan, sih. Ciciiii Kak Viny nya nih!!"

"Duh, tenang deh adikku sayang. Sebentar lagi status jomblo nya juga ilang kok." Ucap Viny setelah melepas cubitannya, "iya kan, Shan?"

"Maksud Kak Viny?"tanya Gracia heran.

"Liat aja ke belakang."

Dengan kening berkerut Gracia pun menoleh ke belakangnya dan terkejut mendapati Okta yang berdiri dengan sebuah balon berwarna ungu ditangannya.

"Okta? Okta ngapain?"

"Anu Gre... Ini... Emm... Ba-balon buat Gre."

"Balon? Buat Gre?"

Okta menelan ludahnya dan berusaha menghilangkan kegugupannya.

"Iya, jadi... Kalau Gre mau jadi pacar Okta ambil balonnya. Tapi kalau gak, Gre boleh pecahin balonnya."

Gracia yang sudah berdiri itu menoleh pada Viny yang langsung berpura-pura tidak tahu apa-apa. Shani bahkan hanya mengangkat bahunya.

Gracia kembali menatap Okta dan mendekatinya.

"Gre, mau. Makasih, balonnya." Bisiknya. Ia pun langsung memeluk Okta yang masih terdiam tak percaya.

"See, diterima, kan." Ucap Viny pada Shani.

"Makasih ya, Vin. Buat segalanya. Dan untuk Gracia juga."

"Ya, ya, ya. Cium?"

"Gak."

"Shaniiii ahhh kok jahat..." Rengek Viny manja.

Dan akhirnya, cerita ini berakhir dengan indah. Gracia yang akhirnya menemukan pasangan yang tepat dan juga pasangan VinShan berakhir bersama.

"Shaniii..."

"Gakkkkk!!"



End


AKHIRNYA YA HAHA. Tadinya takut kepanjangan lagi 😂 tapi alhamdulilah ga kepanjangan wehehey.

Gimana endingnya? Sesuai harapankan? Wkwkwk

Thankyou udah mau baca!

Vote commentnya jgn lupa gais!

Cheers,
Tcsstory
iiaMlk
jurimayu14

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

3K 276 6
Shani dan Gracia saling mencintai! Namun, sampai detik ini Shani masih belum meresmikan hubungan keduanya. Apakah Gracia akan tetap bertahan? Hah? Or...
29.2K 2.4K 28
langsung baca aja cepettt!!!! Cerita hanya fiksi jangan dibawa kedunia nyata oke
5.8K 716 8
Chika tidak tahu apa yang sedang dikerjakan Papanya yang seorang polisi sehingga harus menghilang. Sampai Papanya disingkirkan karena dianggap sebaga...
188K 15.3K 27
seorang anak SMA yang harus bertanggu jawab kepada pacar kakaknya yang sedang hamil, ia bertanggu jawab karena kakaknya kabur dari masalah, seperti a...