(END) SEAN AND VALERIA

By matchamallow

18.7M 893K 32K

ISI MASIH LENGKAP! ROMANCE DEWASA Seri ke 1 dari trilogi Sean-Rayhan-Daniel/ Bastard Squad Series MENURUT S... More

Harap Dibaca ❤️❤️
Part 1-Pertunangan
Part 2-Pesta Topeng
Part 3-Pesta topeng part 2
Part 4-Siapa Kau Sebenarnya?
Part 5-Dilema dan Penyangkalan
Part 6-Akan Kuhancurkan Hidupmu
Part 7-Keputusan
Part 8-Pertemuan
Part 9-Pernikahan
Part 10-First Night With You...
Part 11-Kiss Mark
Part 12-Tenang Sebelum Badai
Part 13-(PRIVATE) Aku Membencimu...
Part 14.1 - Apa Kau Mencintaiku?
Lanjutan part 14 (part 14.2) - Apa kau mencintaiku
Part 15.1 - Maafkan Aku
Part 15. 2-Maafkan Aku
PART 15.3 - Maafkan Aku
PART 15.4 - Maafkan Aku
Part 16.1 - Jealousy
Part 16.2 - Jealousy
Part 16.3 - Jealousy
Part 16.4 - Jealousy
Part 17.1 - About Daniel
Lanjutan Part 17.2
Part 17.3
Part 18-About Fabian
Part 18.3 - About Fabian
PART 19- Dating
Part 19.2 - Dating
Part 19.3 - Dating
Part 20-Realize
Part 20.2 - Realize
Part 20.3 - Realize
Part 21-Fallin in Love
Part 21.2 - Fallin in Love
Part 21.3 - Fallin in Love
Part 22.1 -Don't Leave Him
PART 22.2 - Don't Leave Him
Part 23.1 - That Day
Part 23.2 - That Day
Part 23.3 - That Day
PART 24.1 - Lost
Part 24.2 - Lost
Part 24.3 - Lost
Part 25.1 - Somewhere Only We Know
Part 25.2 - Somewhere Only We Know
Part 26.1 - Faded
Part 26.2 - Faded
PART 26.3 - Faded
Part 26.4 - Faded
Part 27.1 - Runaway
Part 27.2 - Runaway
Part 27.3 - Runaway
Part 27.4 - Runaway
Part 27.5 - Runaway
Part 28 - Masa Lalu Sean
Visualisasi Tokoh dan Promo Cerita Sekuel
Part 29 - END - When Love is Not Just A Word to Say
EPILOG, EXTRA PART, SECRET CHAPTER

Part 18.2 - About Fabian

167K 10.8K 105
By matchamallow

"Apa-apaan sih dirimu merajuk di siang bolong seperti ini, padahal tidak ada apa-apa." Sean menegur Valeria yang sedang mengerucutkan bibirnya.

Mereka sedang menaiki tangga menuju gedung kantor Sean. Sean memintanya untuk mampir sebentar karena ingin mengurus sesuatu.

"Kalian semua sudah puas bukan membicarakan semua kelemahanku tadi!" Ia menoleh dengan kesal tapi tidak berhenti berjalan.

Sean tertawa. Valeria semakin kesal melihatnya. Tapi dalam hati ia sebenarnya senang menyaksikan Sean tertawa. Sesuatu yang sangat jarang terjadi.

Tadinya ia mengira suasana rumahnya akan tegang jika ada Sean yang ikut berkunjung. Tapi ternyata semua berjalan tidak sesuai dengan prediksinya. Hanya saja ia merasa lega sekarang bahwa keluarganya sudah berbaikan dengan Sean.

Tanpa sadar mereka berdua sudah sejak tadi memasuki gedung kantor. Semua orang sontak ternganga menatap bos mereka, Pak Sean Martadinata, sedang berjalan bersama seorang gadis dan tertawa.

Tertawa!? Apa kiamat sudah dekat?!! Selama ini bos mereka itu amat sulit untuk dibuat senang. Jangankan tertawa, tersenyum pun mereka jarang melihatnya.

Gadis itu bahkan berani memukul-mukulnya.

Mereka tetap ternganga setelah kedua orang itu menghilang di pintu lift.

"Jadi kalau kau memerlukan sesuatu dan aku tidak ada, kau dapat memintanya pada Wira." Sean menjelaskan.

Valeria tersenyum mengangguk pada seorang laki-laki yang berumur empat puluhan di depan mereka yang diperkenalkan oleh Sean.

Sejak tadi Sean mengajaknya berkeliling ke beberapa ruangan dan memperkenalkannya sebagai istrinya kepada semua orang. Valeria agak terkejut pada awalnya mengetahui bahwa urusan yang dimaksud Sean adalah memperkenalkannya sebagai Nyonya Martadinata.

Tadi ia juga sempat bertemu gadis yang dulu berada di rumah sakit bersama Sean dan ternyata dia adalah sekretarisnya yang bernama Lisa. Lisa sangat baik hati. Ia mengucapkan salam dengan gugup pada Valeria dan menawarkannya segala camilan untuk tamu yang tersedia. Valeria mencoba semuanya mulai dari permen, cokelat hingga kue-kue dan semuanya sangat lezat. Sean yang tidak menyukai makanan manis hanya meringis melihatnya.

"Berarti jika Nyonya meminta apapun, saya harus memberikannya tanpa bertanya pada anda?" Wira memastikan pendengarannya.

"Tentu saja." Sean menjawab, lalu tiba-tiba mengerutkan keningnya. "Kecuali jika dia mengatakan ingin membeli salah satu dari benda-benda ini. Mobil dan peralatan dapur. Secepatnya kau harus melaporkannya padaku."

Valeria yang mendengarnya hanya bisa menggertakkan gigi.

Setelah Wira keluar ruangan dengan wajah penuh tanda tanya, Valeria langsung menarik-narik rambut Sean. "Kau terus-menerus menyebutnya!! Apa belum puas seharian ini mengejekku!!?" Valeria mendesis kesal.

Sean tertawa sambil mengernyit kesakitan. "Hentikan, Valeria..Aku hanya mengantisipasi agar musibah tidak terjadi." Ia merangkul pinggang Valeria dan otomatis gadis itu duduk di pangkuannya.

Valeria selalu memakai celana kemanapun ia pergi, kecuali jika menghadiri acara resmi. Hari ini ia memakai celana jeans dan sepatu ketsnya yang berwarna pink. Entah kenapa Sean merasa hal itu terlihat menarik jika Valeria yang memakainya.

Genggaman tangan Valeria pada rambutnya terlepas dan Valeria menjatuhkan tangannya dengan gontai ke sisi tubuhnya. Gadis itu masih duduk di pangkuannya sambil menghadap Sean tapi ia terlihat lesu. "Seharusnya kau tidak perlu melakukan ini semua, Sean." Valeria menunduk.

Sean heran melihat perubahan sikap Valeria. "Ada apa Valeria?" Ia membelai rambut gadis itu yang terurai menutupi wajahnya dan menyelipkannya di belakang telinga. Valeria terlihat sedih.

Untuk apa Sean memperkenalkannya pada orang-orang di kehidupannya? Sungguh itu hal yang sangat mubazir jika mereka pada akhirnya akan berpisah.

Valeria juga teringat kembali apa yang selalu membuatnya resah selama ini, tapi ia tidak tahu bagaimana harus mengungkapkannya pada Sean. Setiap kali ia ingin mengutarakan sesuatu yang menyangkut hubungan mereka berdua ia merasa ketakutan. Ia trauma.

Ia ingin menanyakan dua hal ini pada Sean.

Pertama, tentang pernyataan Sean dulu bahwa ia akan menceraikannya setelah anak mereka lahir....

Kedua, apakah Sean mencintainya...

Tapi keduanya tidak mungkin ditanyakannya sekarang. Ia takut kejadian beberapa hari yang lalu akan terulang kembali. Kejadian saat Sean menghindarinya karena Valeria menanyakan salah satu dari dua hal sensitif tersebut.

Sebenarnya pertanyaan itu juga patut ditanyakan pada dirinya sendiri.

Pertanyaan pertama, apa yang diinginkannya? Apa ia menginginkan tetap menikah dengan Sean setelah anaknya lahir? Ia memang sedih memikirkan akan berpisah dengan Sean, apa itu berarti ia ingin hidup dengan Sean untuk seterusnya?

Valeria juga kebingungan menjawabnya.

Ia kembali tersadar dan menatap Sean yang menunggunya. Ia tersenyum sambil menaikkan bahunya. "Tidak ada apa-apa." lalu memeluk Sean dan membenamkan wajahnya di bahu pria itu.

Valeria merasakan Sean kebingungan dan mengelus rambutnya.

Biarlah ia menikmati saja saat-saat indah bersama Sean saat ini, meski hanya sementara.

Di tengah perasaan melankolisnya, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Valeria mendongak dari bahu Sean dan mengambil ponselnya. Ternyata panggilan dari Gwen.

"Elo gak lupa hari ini hari apa kan? Saking keasyikan bolos." Suara Gwen langsung terdengar tanpa basa-basi mengucapkan salam.

"Hari ini hari Jumat kan, Gwen?" Valeria menjawab sambil berusaha mengingat-ingat.

"Semua orang juga tau ni hari Jumat. Tapi elo inget kagak kalo lo tugas di pensi malem ini?"

Valeria tersadar sambil memegang pipinya. Ya ampun! Hari ini acara pensi sekolah hari pertama. Dan ini juga akan jadi pensi terakhirnya di SMU. Ia langsung turun dari pangkuan Sean dengan panik dan berjalan mondar-mandir di depan Sean.

"Sean!! Aku harus ke sekolah sore ini, dan aku tidak peduli meski kau akan melarangnya atau tidak, aku akan tetap pergi kesana. Aku harus pergi kesana karena ini adalah acara sekolah dan semua murid mendapatkan tugas masing-masing dan kalau aku tidak datang mereka akan menganggapku seorang anak yang tidak bertanggung jawab, tidak setia kawan, tidak peka, tidak..."

"Cukup!Cukup!" Sean menghentikan kalimat tanpa jeda Valeria dengan jengkel. "Katakan saja kau ada acara sekolah dan aku akan mengantarmu. Tidak perlu berpidato panjang lebar seperti tadi. Kau hanya membuatku pening mendengarnya."

***

"Seharian ini kau jadi mengurusi diriku saja. Maaf ya." Valeria tersenyum sambil mengedip-ngedipkan matanya saat Sean menghentikan mobilnya di depan sekolahnya. Tampak tenda-tenda dan umbul-umbul berjejeran di depan sekolahnya.

"Tapi itu salahmu sendiri sih. Aku sudah bilang kan kalau aku bisa menyetir mobil matic. Dan kau juga bisa menyuruh sopirmu..."

"Tidak usah pidato lagi. Cepat turun dan selesaikan tugasmu!" Sean berdecak kesal. "Ingat, aku akan menjemputmu pukul sembilan tepat. Aktifkan selalu ponselmu. Jangan keluyuran, ingat makan dan jangan jajan sembarangan. Jangan menerima ajakan orang asing..."

Ucapan Sean terhenti karena Valeria mencium pipinya. "Iya! Iya! Kau seperti menasehati anak SD saja." Valeria membuka pintu mobil dan berjalan menuju lokasi acara.

Sean hanya mematung terdiam tanpa kata.

Ia masih syok karena Valeria mencium pipinya. Apa-apaan tadi? Valeria benar-benar sudah membuatnya berada di awang-awang hanya dengan perlakuan sederhana semacam itu. Sean merasa ketakutan dengan besarnya pengaruh Valeria pada dirinya.

Valeria segera menemukan Gwen di kelasnya. Ia sudah memakai kostum ala host kafe wanita. Bukan hanya Gwen, beberapa temannya juga terlihat sudah berdandan dan memakai kostum. Valeria melepas scarfnya dan memperlihatkan lehernya yang bermasalah pada Gwen.

Gwen mendelik melihatnya dan merona. Ternyata Gwen pun bisa merona. "Nggak perlu lo jelasin juga gue sudah bisa menduga apa aja yang elo lakuin selama bolos!"

Valeria hanya tertawa geli. Ya ampun, sekarang ia yang menjadi gadis tidak tahu malu, dan Gwen sebaliknya. Dunia sudah berubah.

Gwen menyuruhnya menunggu sebentar dan setengah jam kemudian Gwen memberikannya sebuah kostum yang memiliki kerah besar yang menutupi lehernya. Valeria hampir tidak percaya saat melihatnya. Ia akan memakai kostum Hatsune Miku! Karakter anime vocaloid yang cukup terkenal dengan rambut panjang warna tosca.

"Gue pinjam dari teman yang kebetulan punya grup cosplay." Ia menjelaskan. "Gue juga dah ngomong sama Angga dan katanya gak apa-apa elo pakai kostum ini. Malah ia mendukung." lanjutnya.

Valeria memeluk Gwen. "Gwennn...aku nggak tau gimana kalo nggak ada kamu. Selama ini kamu selalu membantuku." Valeria mengucapkan terimakasih dengan sungguh-sungguh.

Sejam kemudian ia meralat ucapannya....

Kostumnya benar-benar membuatnya menderita! Selain ribet karena harus berhati-hati dalam bergerak, kepalanya juga terasa panas dan gatal akibat memakai wig. Untung cuma sebentar ia berada dalam wujud seperti ini.

Tapi ia merasa bagaikan selebritis. Teman-temannya dan juga para adik kelasnya berlomba-lomba ingin berfoto dengannya dalam kostum aneh itu. Kafe yang mereka buat pun menjadi semakin ramai karena banyak yang penasaran ingin melihatnya. Mereka bisa cepat mencapai target penjualan kalau seperti ini.

Sean memasuki acara yang mirip pasar malam itu dengan khawatir. Ia sempat menghubungi Valeria dan gadis itu tidak mengangkat teleponnya. Ia hanya ingin memastikan Valeria tidak terlambat makan malam. Mungkin ia hanya bertingkah berlebihan. Ia sudah merasa seperti orang tua yang terlalu overprotektif terhadap anaknya.

Dan ia kebingungan sekarang.

Dimana gadis itu berada? Ia melewati beberapa stand yang menjual buku pelajaran, promosi bimbel dan pernak-pernik khas remaja. Di kejauhan tampak panggung siswa yang menampilkan acara band mereka. Untung saja acara ini dibuka untuk umum sehingga bukan hanya dirinya orang asing dewasa disana. Banyak orang tua yang mengajak anaknya kesana dan beberapa pasangan yang sepertinya anak kuliahan. Mungkin mereka lulusan sekolah ini.

Valeria hanya mengatakan kelasnya membuat kafe yang menjual minuman dan pattiserie. Ia menemukan salah satu yang cocok dengan deskripsi Valeria dan masuk kesana. Di dalam ia disambut oleh seorang wanita yang berpakaian seperti pelayan kafe dengan rok yang lebar dan stocking panjang. "Mau pesan apa Kakak?" gadis pelayan itu bertanya dengan sopan. Sean semakin merasa berada di dunia asing. Ia ingin kabur dari acara aneh ini.

"Apa disini ada anak yang bernama Valeria?" Ia balik bertanya.

Gadis pelayan itu mendesah pelan. "Ah... Valeria lagi. Kakak harus mengantre kalau ingin bertemu dengannya. Kebetulan tinggal 10 urutan lagi. Duduk dulu, Kak."

Sebelum Sean sempat bertanya lebih lanjut, gadis itu sudah melenggang pergi. Apa-apaan maksudnya? Antrean? Ia harus mengantre hanya untuk bertemu istrinya sendiri?!

Lima belas menit kemudian setelah menunggu dengan kesabaran tingkat dewa, seseorang menghampirinya. "Saya Valeria...ada yang bisa diban...Sean!!!" Valeria terkejut saat menyadari bahwa tamunya adalah Sean.

Sean ternganga tak percaya menatapnya. Valeria memakai pakaian yang membuatnya tak bisa berkata-kata. Ia memakai stocking, rok mini, kemeja tanpa lengan dan rambut berwarna hijau. Hijau?

"Apa yang kaulakukan disini?! Ini belum jam sembilan, Sean!" Valeria mendesis agar tidak terdengar oleh orang-orang di sekitarnya.

"Kostum macam apa ini?" Sean berdiri dari kursinya. Wajahnya tampak marah.

"Ini...semua juga memakai kostum, Sean. Ini malam kreativitas siswa. Kau juga pernah jadi murid SMU bukan? Kecuali jika kau mengalami akselerasi dari SMP ke bangku kuliah." Valeria memprotes.

"Sekarang...pulang!" Sean menggertakkan giginya.

"Apa!?" Valeria tidak percaya yang didengarnya. "Yang benar saja, Sean! Aku tidak bisa!! Teman-temanku akan menuduhku mangkir dari tugas. Aku tidak bisa pulang jika target penjualan kelas belum terpenuhi. Kau ingin melihatku dihajar teman-teman sekelasku?!" Valeria menoleh ke kanan dan kirinya dengan cemas.

"Aku tidak peduli! Kau berpakaian minim dan mondar-mandir menjajakan dirimu. Itu sudah cukup menjadi alasan bagiku untuk menyuruhmu pulang."

"Aku tidak menjajakan diri! Disini hanya menjual makanan, Sean!" Valeria hampir menghentakkan kakinya karena kesal.

"Ada apa, Val? Ada masalah ya? Kau kenal dia?" Temannya yang bernama Indira menghampirinya, disusul oleh Gwen. Mereka lalu memandang Sean. Gwen seketika mengerti dan memegang tangan Valeria.

"Siapa ini, Val?" Indira mengerling nakal pada Valeria.

"Seseorang yang membuatku kesal!" Valeria membuang muka.

"Kakakmu ya?"

"Bukan!"

"Pacarmu berarti." Indira tersenyum kembali. Valeria melotot menatapnya. Perlahan-lahan ia merasa rona panas menjalari wajahnya. Ya ampun, semua orang pasti bisa menyimpulkan sesuatu yang tidak-tidak hanya dengan melihat wajahnya saat ini.

"Bukan juga!" Valeria melengos menaikkan dagunya. Ia tidak berbohong bukan? Sean memang bukan pacarnya. Sean suaminya.

Gwen terasa mengeratkan pegangan pada tangannya. Valeria bisa menebak apa yang terjadi. Sean pasti menampakkan wajah seramnya lagi. Biar saja...Valeria malas melihatnya. Nanti setiba di rumah ia akan merayu Sean mati-matian.

"Ada apa nih kumpul-kumpul rame!" teman sekelasnya yang bernama Iwan tiba-tiba datang dan bergelayut pada mereka. Ia merangkul pundak Valeria dan Gwen. "Kalian manis banget!! Udah lolos target ya?"

Valeria merasa sebentar lagi akan mati. Ia tidak tahu lagi bagaimana nanti menghadapi kemarahan Sean kalau seperti ini. Iwan sialan!!!

"Berhenti, Wan! Ada pacarnya Valeria disini!" Indira menarik Iwan dari Valeria dan Gwen.

"Masa?" Iwan bercelingak-celinguk dan menemukan Sean. "Sorry, Kak! Peace!" Ia nyengir tanpa rasa bersalah.

"Sudah kubilang, dia bukan pa..."

"Berapa kurangnya target kalian supaya Valeria bisa pulang?" Valeria hendak memprotes tapi ucapannya terpotong oleh ucapan Sean.

Sean berhasil mendapat perhatian dari semua teman-temannya termasuk dirinya. "Sean...jangan lakukan..." Valeria meringis.

Indira tiba-tiba menghentikannya. "Diam, Val! Kita juga nggak mau pulang malem-malem nih. Mumpung ada yang mau jadi donatur." Indira memprotes lalu menyebutkan sejumlah uang pada Sean dan Sean langsung setuju untuk membayarnya.

Valeria hanya bisa diam mematung meski hatinya kesal. Apa-apa selalu diselesaikan Sean dengan uang! Menyebalkan! Apa asyiknya sih kehidupan seperti itu?

"Ya ampun kita sudah lolos target!! Sekarang bisa santai nih!" Indira terlihat kegirangan bersama Iwan dan teman-temannya yang lain. "Val, kamu pulang sana! Kamu udah nggak diperlukan lagi disini. Hus hus!" Indira mengusirnya.

Valeria menggertakkan giginya dan berbalik menatap Sean. Sean tersenyum. Eh, dia tidak marah? Valeria tidak percaya dengan apa yang disaksikannya. Tapi ia mendadak curiga. Jangan-jangan Sean hanya berpura-pura dan sampai di rumah ia akan melampiaskan kemarahannya.

***

Continue Reading

You'll Also Like

519K 26.7K 46
Bagi Elena, pernikahan bersama Kaisar hanyalah sebuah pengorbanan untuk balas budi.
1.4M 85.1K 37
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
247K 18.5K 43
Nara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dun...
646K 57.3K 54
⚠️ BL LOKAL Awalnya Doni cuma mau beli kulkas diskonan dari Bu Wati, tapi siapa sangka dia malah ketemu sama Arya, si Mas Ganteng yang kalau ngomong...