(END) SEAN AND VALERIA

By matchamallow

18.7M 890K 32K

ISI MASIH LENGKAP! ROMANCE DEWASA Seri ke 1 dari trilogi Sean-Rayhan-Daniel/ Bastard Squad Series MENURUT S... More

Harap Dibaca ❤️❤️
Part 1-Pertunangan
Part 2-Pesta Topeng
Part 3-Pesta topeng part 2
Part 4-Siapa Kau Sebenarnya?
Part 5-Dilema dan Penyangkalan
Part 6-Akan Kuhancurkan Hidupmu
Part 7-Keputusan
Part 8-Pertemuan
Part 9-Pernikahan
Part 10-First Night With You...
Part 11-Kiss Mark
Part 12-Tenang Sebelum Badai
Part 13-(PRIVATE) Aku Membencimu...
Part 14.1 - Apa Kau Mencintaiku?
Lanjutan part 14 (part 14.2) - Apa kau mencintaiku
Part 15.1 - Maafkan Aku
Part 15. 2-Maafkan Aku
PART 15.3 - Maafkan Aku
PART 15.4 - Maafkan Aku
Part 16.1 - Jealousy
Part 16.2 - Jealousy
Part 16.3 - Jealousy
Part 16.4 - Jealousy
Part 17.1 - About Daniel
Lanjutan Part 17.2
Part 17.3
Part 18-About Fabian
Part 18.2 - About Fabian
Part 18.3 - About Fabian
PART 19- Dating
Part 19.2 - Dating
Part 19.3 - Dating
Part 20-Realize
Part 20.2 - Realize
Part 20.3 - Realize
Part 21-Fallin in Love
Part 21.2 - Fallin in Love
Part 21.3 - Fallin in Love
Part 22.1 -Don't Leave Him
PART 22.2 - Don't Leave Him
Part 23.1 - That Day
Part 23.3 - That Day
PART 24.1 - Lost
Part 24.2 - Lost
Part 24.3 - Lost
Part 25.1 - Somewhere Only We Know
Part 25.2 - Somewhere Only We Know
Part 26.1 - Faded
Part 26.2 - Faded
PART 26.3 - Faded
Part 26.4 - Faded
Part 27.1 - Runaway
Part 27.2 - Runaway
Part 27.3 - Runaway
Part 27.4 - Runaway
Part 27.5 - Runaway
Part 28 - Masa Lalu Sean
Visualisasi Tokoh dan Promo Cerita Sekuel
Part 29 - END - When Love is Not Just A Word to Say
EPILOG, EXTRA PART, SECRET CHAPTER

Part 23.2 - That Day

129K 9.1K 299
By matchamallow

"Sangat sakit sekali, Ale. Istri teman Kakak minggu lalu melahirkan dan ia mengatakan rasanya seperti kiamat. Kakak menyaksikannya sendiri saat menemani teman Kakak itu. Istrinya berteriak selama 18 jam hingga telinga Kakak hampir pecah, dokter kebingungan sambil membawa pisau bedah, darah dimana-mana..Aww!!!" Felix memegang telinganya yang baru saja ditarik oleh Mamanya.

"Jangan memberi informasi yang menyesatkan pada adikmu, Felix!!" Mamanya melepaskan jewerannya di telinga Felix. "Melahirkan itu tidak sakit, Vally." Mamanya tersenyum manis padanya.

"Mama tidak perlu menghiburku. Aku tahu melahirkan itu sakit, Ma." Valeria menjawab dengan wajah membiru setelah menyelesaikan sesi konsultasinya dengan Felix.

"Kau bisa memilih operasi caesar, Le. Katanya tidak sakit dan cepat." Felix kembali berujar. "Hanya saja sebelum operasi dijalankan, kau akan dibius dengan cara disuntik pada daerah tulang belakang dan setelah melahirkan, kau baru akan merasa kesakitan yang luar bia...Awww" Felix kembali mengaduh karena Mamanya menjewernya kembali.

"Jangan dengarkan Kakakmu, Vally!" Amelia menatap anaknya dengan cemas. "Melahirkan memang menyakitkan, Vally. Tapi setelahnya kau akan merasa bahwa sakit yang kaurasakan sepadan dan tidak akan mengatakannya sebagai suatu hal yang terlalu menyakitkan lagi." Ia menggenggam tangan anaknya.

Valeria mengangguk-angguk sambil menelan ludah.

"Percayalah pada Mama. Kalau tidak, Mama tidak mungkin memiliki anak sampai tiga bukan?" Amelia tersenyum.

Valeria memeluk Mamanya. Agak sulit karena terhalang perutnya. "Mama...aku juga takut Sean akan menceraikanku dan mengambil anakku, Ma." Valeria mulai terisak. Ia sebenarnya tidak ingin membicarakan ini dengan Mamanya tapi ia tidak sanggup menyimpan kesedihannya lagi.

Amelia melepaskan pelukannya dan menatap heran Valeria. "Apa maksudmu!? Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu, Vally?"

"Mama tahu bukan kalau Sean dulu mengatakannya sendiri, dia hanya menikahi Vally karena Vally hamil. Setelah anaknya lahir, ia akan menceraikan Vally dan mengambil anak ini, Ma."

Amelia berdecak mendengar perkataan Valeria. "Kau hanya berprasangka buruk, Vally. Sean pasti sudah melupakan perkataannya itu sekarang."

"Ia tidak pernah membahasnya, Ma. Kadang Vally berpikir terlalu berlebihan, sehingga ingin sesuatu itu penuh kepastian. Vally ingin Sean mengatakannya dengan jelas jika memang benar ia tidak akan menceraikan Vally." Valeria termenung sambil mengusap air matanya.

"Vally ingin lanjut hidup bersama Sean?" Mamanya bertanya.

Valeria mengangguk-angguk. "Vally mencintai Sean, Ma. Tapi Sean tidak pernah mengatakan ia cinta pada Vally." Dan dirinya sendiri juga tidak pernah mengatakannya pada Sean.

"Tidak perlu diucapkan pun Mama bisa melihat Sean juga merasakan hal yang sama padamu, Vally. Kalian saling mencintai." Amelia menepuk-nepuk pundak anaknya.

"Benarkah, Ma?" Valeria merasa sangat senang mendengarnya. Meski itu hanya perkataan Mamanya, bukan pengakuan Sean. Sejak kecil ia selalu menuruti perkataan Mamanya karena ia percaya padanya.

"Ale...sebenarnya kamu nggak buta kan? Masih sadar kan? Masa kamu nggak bisa lihat sendiri? Sean itu tidak cinta padamu, Ale!! Bego banget sih!" Felix juga tiba-tiba berkomentar.

"Kok Kakak bisa ngomong kayak gitu sih?! Seneng banget ngebuat Vally down." Valeria memprotes. Mamanya pun ikut menoleh dan melotot pada Felix sambil berkacak pinggang.

"Sabar, Ale. Kakak belum selesai ngomong. Sean itu nggak bisa dibilang cinta lagi, dia udah tergila-gila ama kamu, Ale." Felix mengacak-acak rambut adiknya.

"Serius nih, Kak!? Kok Kak Felix bisa ngomong gitu sih?" Valeria penasaran sambil merapikan rambutnya.

"Kakak juga laki-laki, jadi ngertilah sedikit.. bukannya sok tau. Tapi terserah kamu sih kalau nggak percaya. Kakak sebenarnya gak terima dia membawamu pergi dariku begitu cepat, Ale. Kakak masih ingin membullymu lebih lama lagi disini." Felix menggerutu sambil melihat langit-langit dengan kesal.

"Isshhh, Kakak!! Aku masih tetap adikmu yang manis dan kiyut, kok." Valeria bergelayut di lengan Felix dengan manja. "Besok traktir ya, Kak."

"Jangan pegang-pegang gitu, ah! Dasar gendut!! Nanti kalau aku menggandengmu di jalan terus dilihat cewek lain, dikira sudah beristri ntar. Sana kempesin dulu tuh perut baru ngajak jalan."

Valeria tersentak mendengar ucapan Felix. "Kakak jahat banget sih!!!" Valeria memukul-mukul Felix.

Felix tertawa karena berhasil menggoda adiknya. Sebenarnya adiknya itu tidak gendut. Perutnya memang membesar, tapi badannya tetap semungil Valeria yang dulu ia kenal. Dan ia agak khawatir adiknya harus melahirkan semuda ini, tapi apa boleh buat.

"Ale, nanti kalau kau mau melahirkan, kau harus hubungi kami semua ya. Jangan sampai nggak lho ya. Kakak khawatir karena kamu adikku yang paling kusayang. " Felix mendadak menggenggam tangan adiknya.

"Ya iyalah, Kak. Ntar pasti Vally kasi kabar. Nggak usah pake acara kata gombal 'adik paling tersayang' gitu deh. Adikmu kan memang cuma satu!" Valeria menatap Felix dengan kesal.

Dari dapur, Amelia tersenyum melihat mereka. Sebenarnya Felix menyayangi adiknya meski ia sering menggodanya. Mereka berdua memiliki wajah yang hampir mirip sehingga sudah seperti saudara kembar.

"Vally. Kalau kamu merasakan mulas-mulas pada perutmu terus menerus, itu tandanya akan melahirkan ya. Jadi secepatnya kau harus ke rumah sakit atau hubungi Mama." Amelia menasehatinya.

Valeria mengangguk-angguk. Ia terus mendengarkan petunjuk Mamanya tentang apa yang penting dan harus dilakukan saat melahirkan nanti. Mamanya menceritakan juga tentang proses melahirkan yang pernah dijalaninya sehingga Valeria merasa sedikit lebih tenang.

Ini sudah ketiga kalinya ia berkonsultasi kepada Mamanya tentang tata cara melahirkan yang baik dan benar. Sean ada keperluan ke kantor hari ini sehingga meninggalkannya di rumah orangtuanya dan akan kembali menjemputnya sore nanti.

Sean kadang memang ke kantor setiap seminggu sekali karena ia sebenarnya memang seharusnya ke kantor, tapi mengorbankannya untuk menambah porsi waktunya bersama Valeria. Valeria sebenarnya agak sungkan mengenai hal tersebut. Ia seperti menjadi pengganggu bagi Sean. Karena dirinya, pekerjaan Sean menjadi terbengkalai. Valeria pernah mengungkapkan hal tersebut dan hanya menjawab bahwa Valeria tidak perlu mengkhawatirkannya.

***

Hari yang ditunggu-tunggunya tiba juga.

Ia sudah berada di rumah sakit dan sudah melahirkan. Ternyata melahirkan itu tidak terlalu menyakitkan. Ia sudah berada di tempat tidur rumah sakit dikelilingi semua keluarganya. Semua menatapnya dengan gembira, bahkan keempat temannya ada di sana.

Gwen, Indira, Maudy dan Dinda datang menyelamatinya.

Valeria melihat sekelilingnya dan mendadak suasana kamarnya ternyata lebih ramai. Guru-guru sekolahnya juga datang untuk menyelamatinya sambil membawa parcel. Valeria mengernyit. Sejak kapan guru-gurunya mengetahui kehamilannya? Pasti teman-temannya yang menceritakan pada mereka.

Bahkan Pak RT pun datang bersama para warga sambil membawa nasi tumpeng. Tunggu dulu! Pak RT? Yang benar saja?

Di tengah-tengah kebingungannya, ia mencari-cari dan menemukan sosok Mamanya. "Ma..." Ia mengangkat tangan seakan ingin meraihnya.

Mamanya duduk di samping tempat tidurnya. "Ada apa sayang?"

"Aku ingin melihat anakku, Ma." sahutnya sambil duduk di atas tempat tidurnya.

Mamanya tiba-tiba memalingkan wajah dengan sendu. Valeria kebingungan. Dan semua keluarga, teman-temannya dan tamu tak diundang lainnya mulai menunduk juga tidak berani menatapnya.

"Ma..." Valeria memegang kedua lengan mamanya. "Di mana anakku, Ma?"

"Vally..." Mamanya terlihat resah dan kebingungan hendak menyampaikan sesuatu.

"Anakku tidak apa-apa kan, Ma. Katakan, Ma, cepat katakan!!" Valeria mulai cemas dan mengguncang-guncang mamanya itu.

"Anakmu sehat, Vally..." Mamanya tersenyum lemah.

Valeria berhenti mengguncang mamanya dan mendesah lega. "Lalu bisakah Mama membawanya kemari, Ma?" pintanya.

Mamanya menggeleng-geleng. "Kurasa tidak bisa, Vally...anakmu..." ucapan mamanya terputus-putus dan membuat Valeria kembali cemas.

"Anakmu sudah dibawa Sean, Vally."

"Apa?!" Valeria syok mendengarnya. Ia tidak percaya semua ini. Ini tidak mungkin terjadi bukan? Tidak mungkin!!

"Tidak, Ma...Mama pasti bohong kan!? Mama berbohong!! Mana anakku, Ma? Bawa kemari!!" Valeria histeris sambil mengguncang Mamanya kembali. Mamanya tidak menjawab dan tiba-tiba menangis.

"Mama tidak berbohong, Vally. Sean menyerahkan ini padamu." Kak Jean menyerahkan selembar kertas padanya. Valeria menerimanya dengan gemetar.

"Apa ini, Kak?"

"Itu...surat cerai yang sudah ditandatangani Sean. Ia menyuruhmu menandatanganinya." jawab Jean.

Valeria menatap kertas itu dengan perlahan. Ia tidak bisa membaca tulisan apapun yang tertera di dalamnya. Pikirannya terasa melayang dan tidak bisa memikirkan satu hal pun selain apa yang sudah terjadi.

Sean benar-benar membawa anaknya. Sean merampas anaknya tanpa memberikan kesempatan pada Valeria untuk melihat wajahnya dan mengetahui jenis kelaminnya. Ia tidak menyangka Sean akan tega melakukannya.

Dunia mendadak terasa kabur dan sekelilingnya berubah gelap. Ia ingin berteriak.

"Tidakkk!!!"

Valeria terbangun sambil terengah-engah. Ia berada di tempat tidurnya sendiri, di rumah Sean. Ia dengan panik menatap perutnya.

Ternyata ia hanya bermimpi. Oh, Tuhan! Ia merasa luar biasa lega sehingga bisa menenangkan napasnya kembali. Valeria melirik sebelahnya dan tidak menemukan Sean. Hari sudah pagi. Mungkin Sean sedang berada di kamar mandi. Valeria merasa beruntung Sean tidak mendengarnya terbangun seperti tadi.

Kenapa dirinya bisa bermimpi seseram itu?

Pasti pikiran negatifnya ini sudah terlalu lama dibawanya dan mempengaruhinya dengan begitu rupa. Ia sudah tidak berpikiran negatif sejak beberapa hari lalu berbicara dengan Mamanya dan Felix. Tapi kenapa ia harus bermimpi seperti ini?

"Kau baik-baik saja?" Sean bertanya padanya saat membawakannya makan pagi.

Valeria menoleh pada Sean dengan gugup. Wajahnya pasti terlihat tidak baik-baik saja. "Aku hanya agak cemas akhir-akhir ini karena ini pertama kalinya aku akan melahirkan, Sean." Valeria meminum jus buahnya sambil menatap meja. Mereka sedang sarapan di sofa kamar.

Semoga saja Sean tidak tahu ia berbohong. Sean sudah tahu kebiasaannya jika berbohong pasti akan menatap benda lain. Dan ia baru saja melakukannya.

Sean menghampirinya lalu berjongkok di sampingnya. "Takut?" tanyanya.

Valeria mengangguk-angguk sambil menggigit bibir bawahnya.

"Jangan khawatir. Aku akan memastikan dirimu dan bayi kita selamat. Bahkan aku akan mengupayakan cara apapun agar kau tidak merasakan sakit selama melahirkan." Sean memegang tangannya sambil tersenyum.

Valeria tertawa kecil mendengarnya. "Kau tidak bisa, Sean. Melahirkan itu memang harus menyakitkan. Bahkan caesar pun tetap terasa sakit setelahnya. Itu sudah kodrat wanita, tahu."

Sean terlihat lega setelah Valeria bisa tertawa. "Pokoknya aku hanya ingin kau tidak mengkhawatirkannya, Vale. Aku akan selalu ada di sampingmu."

"Apa kau bisa bertahan? Kau bukan orang yang sabar, Sean. Aku akan memaklumi jika kau tidak tahan mendengar jeritanku dan pergi untuk menenangkan diri. Mamaku bercerita saat melahirkan Kak Jean ia menyiksa Papa dengan umpatan-umpatannya sehingga Papa berjanji tidak akan membuat Mama merasakan penderitaan yang sama lagi."

"Dan apa ia menepati janjinya?" Sean tertawa.

"Itu tidak perlu kujawab, Sean. Kau tahu ada Felix dan aku sesudah Kak Jean." Valeria mengedikkan bahunya sambil tertawa.

"Aku harus berhati-hati jika suatu saat ayahmu mengucapkan janji." Sean mengerutkan kening, lalu melanjutkan. "Aku akan bertahan, Vale. Kalau sudah menyangkut dirimu, apapun akan...."

Ucapan Sean terputus karena ponselnya berbunyi.

Padahal Valeria ingin mendengar kelanjutannya! Ishhhh!! Siapa sih yang menelepon Sean pagi-pagi begini?

"Aku tidak bisa, Lisa. Batalkan saja."

Valeria mendengar samar-samar Sean berbicara. Ternyata yang meneleponnya adalah Lisa, sekretarisnya. Sepertinya penting karena kalau tidak penting, Lisa tidak mungkin menelepon Sean. Lisa terlalu takut pada Sean.

Selesai berbicara, Sean menaruh kembali ponselnya dan melanjutkan sarapannya. Tuh, kan?! Ia tidak melanjutkan ucapannya tadi!?

"Sean, kalau aku boleh tahu, ada urusan kantormu yang cukup penting?" Valeria bertanya takut-takut.

"Apa perlu kau mengetahuinya?" Sean menjawab dengan pertanyaan.

Valeria hanya menghela napas. "Tidak terlalu perlu. Ya sudah kalau tidak boleh tahu, sih." Ia meneruskan memakan sarapannya juga dengan santai.

Valeria merasa Sean terdiam. Entah apa yang dipikirkannya.

"Lisa mengingatkanku ternyata aku telah berjanji untuk pergi ke Perancis beberapa bulan lalu untuk tandatangan kerjasama dengan seorang investor di sana. Dan aku tidak mungkin melakukannya. Kau akan segera melahirkan." Sean tak diduga bersedia menjawab pertanyaannya.

Tidak! Tidak! Ia kembali merasa bersalah sesudah Sean mengucapkannya.

"Berapa lama waktu tercepat yang bisa kaugunakan untuk pulang pergi kesana, Sean?"

Sean terlihat heran mendengar pertanyaannya. "Mungkin tiga sampai lima hari cukup, jika aku hanya melakukan hal yang kuperlukan disana dan mendapatkan pesawat yang hanya memerlukan waktu 17 sampai 18 jam perjalanan tanpa delay."

"Jadi pergilah kesana, Sean. Kau sudah berjanji!" Valeria menegaskan ucapannya.

"Aku tidak mau, Vale. Aku lebih memikirkan dirimu dibanding.."

"Kalau kau seperti itu aku hanya akan merasa sebagai penghambatmu, Sean." Valeria mulai menitikkan air mata.

"Hei, hei. Jangan menangis, Valeria. Seharusnya kalau tahu seperti ini aku tidak akan menceritakannya padamu." Sean memeluk Valeria.

"Kalau kau ingin aku tidak memikirkannya, lakukanlah kegiatanmu sewajarnya, Sean. Jangan hanya karena diriku kau sampai mengorbankannya. Sungguh, aku merasa menjadi bebanmu jika seperti ini." Valeria terisak.

"Kau bukan penghambat atau bebanku, Valeria..." Sean mencoba meyakinkan Valeria berulang-ulang, tapi gadis itu sepertinya sulit untuk mempercayainya.

"Jadi pergilah kesana, Sean!!" Valeria mendesaknya.

"Tanggal berapa jadwal perkiraan persalinanmu?" Sean menyerah dan bertanya padanya.

"Masih satu setengah minggu lagi." Valeria menyebutkan tanggal perkiraan persalinannya yang diberikan oleh dokter.

Sean terdiam selama beberapa saat.

"Baiklah, karena kau mendesakku, aku akan kesana setelah mendapatkan tiket dan secepatnya kembali kemari." Sean menghela napas. Ia sebenarnya merasa khawatir meninggalkan Valeria tapi ia juga tidak ingin melihat Valeria bersedih dan memikirkannya terus menerus.

"Apa kau sudah puas sekarang?" tanya Sean kembali.

Valeria mendongak menatapnya sambil tersenyum mengangguk. Mereka kembali melanjutkan acara makan mereka yang tertunda.

"Sean, aku ingin bertanya satu hal lagi."

"Apa itu?"

"Kenapa akhir-akhir ini kau tidak pernah membalas ejekan Daniel padahal ia jelas-jelas sengaja melakukannya."

Sean menatapnya sebentar dengan acuh tak acuh. "Aku hanya menahan diriku untuk sementara karena mendengar sebuah mitos. Aku tidak percaya kepada hal yang tidak realistis, tapi entah kenapa mitos ini membuatku khawatir."

"Mitos?" Valeria mengernyitkan alis keheranan.

"Mitos yang menyatakan bahwa jika kita membenci seseorang saat hamil atau istri kita hamil, maka wajah anak yang lahir akan mirip dengan orang yang dibenci. Aku tidak rela jika anakku terlahir mirip dengan Daniel dan membuatku kesal tiap kali menatapnya seumur hidupku, meski ia memiliki wajah adonis." Sean terlihat begitu kesal dan menggebu-gebu.

Valeria merasa geli mendengar maksud terselubung Sean di balik kesabarannya. "Ya, ampun, Sean. Itu hanya mitos!!"

"Tapi mitos itu sungguh mempengaruhiku, tapi ya sudahlah... tidak ada salahnya berjaga-jaga. Kau juga jangan membenci Daniel ya." Sean tersenyum dengan sangat manis padanya.

Valeria tidak percaya kata-kata itu bisa keluar dari Sean. Sean menyuruhnya jangan membenci Daniel? What a surprise? "Aku tidak bisa, Sean. Aku tidak bisa berpura-pura seperti dirimu!" Valeria menyanggah dengan setengah bercanda.

"Bersabarlah, Vale. Secepatnya aku akan kembali menjadi diriku sendiri. Setelah kau melahirkan, yang pertama kali kulakukan adalah mencari Daniel dan menghajar wajah tampannya itu untuk membayar hutang kekesalan yang kutumpuk selama ini."

Valeria hanya tertawa mendengarnya.

***

Continue Reading

You'll Also Like

617K 26.9K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
878K 81.2K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
2M 9K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1.5M 136K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...