Hello, December!

By RincelinaTamba

1.7M 109K 8.8K

(HELLO SERIES #1) Desember adalah namaku dan bulan kelahiranku. Tepat di hari ulang tahunku yang ke 20, Tuhan... More

Blurb
Desember ~ 1
Langit ~ 2
Desember ~ 3
Langit ~ 4
Desember ~ 5
Langit ~ 6
Visualisasi Hello, December!
Langit ~ 8
Desember ~ 9
Langit ~ 10
Langit ~ 12
Desember ~ 13
Langit ~ 14
Desember ~ 15
Langit ~ 16
Desember ~ 17
Langit ~ 18
Desember ~ 19
Langit ~ 20
Desember ~ 21
Langit ~ 22
Desember ~ 23
Langit ~ 24
Desember ~ 25
Langit ~ 26
Desember ~ 27
Langit ~ 28
Desember ~ 29
Langit ~ 30
Desember ~ 31
voting!
Tersedia pdf
OPEN PO KE 7

Desember ~ 11

33.2K 3K 168
By RincelinaTamba

Air mataku terus jatuh menetes yang diiringi dengan suara isakanku. Takut, bingung, cemas, dan malu. Itu yang aku rasakan saat ini.

Sekarang aku sedang duduk di ruang keluarga Prasaja. Tadi tuan Pramuda langsung membawaku keluar dari kamar tuan Langit. Aku tidak tahu bagaimana nasib tuan Langit setelah kejadian tadi.

Aku benar-benar terkejut saat melihat Pak Krisna meninju serta memukul putra nya sampai babak belur seperti itu. Aku pikir keluarga tuan Langit tidak akan membelaku, karena mereka orang kaya. Tapi ternyata aku salah. Tidak semua orang kaya itu sombong, masih ada yang baik dan rendah hati seperti Pak Krisna Prasaja.

Kepalaku masih menunduk ke bawah menatap ke dua kakiku di lantai. Aku tidak berani melihat Pak Krisna dan tuan Pramuda.

"Kapan putraku Langit melakukan hal yang tidak terpuji itu?"

Aku mendongak dan melihat Pak Krisna saat mendengar pertanyaan nya. "Satu bulan yang lalu. Waktu Pak Krisna dan Ibu Meta pergi ke Palembang."

"Dan sekarang kamu hamil?"

Aku mengangguk pelan.

Lalu aku mendengar suara hela nafas panjang dari Pak Krisna. Yah, dia pasti kecewa karena akan memiliki cucu dari perempuan pembantu sepertiku.

"Papa... pernikahan Langit dan Naomi harus dibatalkan," Ujar Pramuda pada Pak Krisna.

"Yah itu yang Papa pikirkan saat ini Pram. Langit harus bertanggung jawab atas perbuatan nya kepada Desember."

"Papa jangan bertindak gegabah dulu," Sahut Ibu Meta yang tiba-tiba datang dari arah belakang tempat dudukku.

"Maksud Mama apa?" Tanya Pak Krisna.

Ibu Meta menatapku dengan pandangan yang sulit untuk aku artikan.

"Desember mungkin hamil. Tapi kita tidak bisa percaya begitu saja, kalau janin yang sedang dikandungnya adalah benih dari Langit."

Aku meringis mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Ibu Meta.

Apakah aku wanita yang seperti itu di matanya selama bekerja menjadi pembantu di sini?

"Jangan berkata seperti itu Ma. Pram tahu benar, kalau Desember adalah wanita baik-baik," Ucap Pramuda membelaku.

"Kalau dia memang wanita baik-baik, seharusnya dia datang dan mengadu kepada kita satu bulan yang lalu. Kenapa baru sekarang? Kan itu aneh Pram! Mungkin benar Langit pernah menidurinya karena efek mabuk. Tapi kita tidak tahu, apakah setelah itu Desember juga tidur dengan pria lain kan? Siapa yang bisa menjamin coba?"

"Astaga Mama!!"

Aku sedikit terkejut mendengar suara bentakan dari Pak Krisna tadi.

"Mama itu wanita terhomat dan berpendidikan. Tidak seharusnya Mama berfikir sejelek itu tentang Desember. Dia sudah bertahun-tahun bekerja dengan kita. Dia anak yang sopan, santun dan pekerja keras. Mengapa Mama tega mengucapkan kalimat seperti itu!" Bentak Pak Krisna lagi.

"Zaman sekarang orang bisa melakukan apapun Papa demi mendapatkan uang. Pokoknya Mama mau dilakukan test DNA. Kalau benar itu anak nya Langit, baru Mama setuju mereka berdua menikah. Tapi, kalau sampai itu bukan anak Langit. Desember harus dituntut dan masuk penjara!"

Aku kembali menunduk dan menangis. Di sini aku yang menjadi korban. Akulah pihak yang tersakiti, tapi kenapa seolah aku yang menjadi tersangka utama?

Aku memang bodoh!

Seharusnya aku tidak perlu datang kemari untuk meminta dinikahkan. Seharusnya aku pergi saja dari kampung ini. Itu lebih baik.

Aku menghapus air mataku dan menatap mereka. "Saya tidak bermaksud untuk menghancurkan kebahagian dikeluarga ini. Yang dikatakan oleh Ibu Meta benar. Seharusnya saya datang meminta pertanggung jawaban satu bulan yang lalu saja. Maka dari itu, saya minta ma-maaf. Saya yang salah, saya yang bodoh dan sa-saya... saya memang wanita kotor," Ucapku dengan suara gemetar.

Aku mencoba untuk tegar tapi air mataku terus saja menetes seiring kalimat yang keluar dari bibirku. "Saya hanya kesalahan satu malam dari tuan Langit, dan saya tidak mau menjadi kesalahan seumur hidupnya nanti. Jadi kalian tidak perlu khawatir, saya tidak akan mengacaukan pernikahan tuan Langit dan mbak Naomi. Saya akan pergi dari kampung ini. Terimakasih sudah memberikan saya kesempatan untuk bekerja di rumah ini. Saya permisi pamit," Kataku sambil sedikit membungkukkan badan.

"Kamu mau bawa pergi kemana calon cucuku?"

Suara dari Pak Krisna menghentikan langkahku.

"Selama saya masih hidup, siapapun tidak boleh membawa pergi cucu saya tanpa seizin saya." Kata Pak Krisna lagi.

Aku menoleh kembali ke arah mereka. "Mengapa Pak Krisna yakin, kalau janin ini adalah cucu anda?"

"Saya percaya padamu."

Aku menatap Pak Krisna dengan mata yang sudah berlinang.

Ini pertama kali nya ada orang yang mau percaya padaku.

Katakanlah jika aku cengeng saat ini, tapi aku tidak peduli. Yang jelas aku sudah menangis di depan mereka. Aku menangis karena Pak Krisna percaya kalau aku benar sedang mengandung cucunya.

"Papa!" Bentak Ibu Meta karena tak setuju dengan perkataan suami nya.

"Desember dan Langit akan menikah, itu keputusan Papa." Seru Pak Krisna.

Kemudian beliau berdiri dan datang menghampiriku.

"Ayo, kita pergi ke rumahmu. Saya ingin bertemu dengan orang tuamu untuk meminta izin melamar putri nya ini," Ucap Pak Krisna tersenyum tulus.

Aku mengangguk sambil menangis sesenggukan.

"Sudah jangan menangis," Kata Pak Krisna dan merangkul bahuku layaknya seorang Ayah.

"Terimakasih," Ucapku tersenyum.

Kami pun berjalan keluar rumah. Beliau menuntunku masuk ke dalam mobilnya.

"Pak Krisna," Panggilku.

Beliau menoleh.

"Bapak dan adik saya tidak tahu soal kehamilan ini. Tolong rahasiakan saja dari mereka, boleh?"

Beliau tersenyum dan mengangguk. "Mulai sekarang panggil saya Papa saja, jangan Pak Krisna lagi. Karena sebentar lagi kamu akan menjadi menantuku."

"Terimakasih...." Kataku dengan tersenyum.

*****

Keesokan pagi nya aku terkejut saat Ibu Meta datang ke rumahku dan memaksaku untuk ikut dengan nya ke dalam mobil.

Aku bahkan tak sempat untuk untuk menutup pintu rumahku. Karena Bapak lagi pergi kerja dan Bass pergi ke sekolah. Semoga saja mereka tak mencariku nanti.

"Kita mau kemana Bu?" Tanyaku bingung setelah sekitar 30 menit perjalanan.

Kulihat ke arah Langit yang fokus menyetir dan tak ada niat untuk memberhentikan mobil nya.

"Kita mau ke rumah sakit yang ada di kota Medan," Jawab Ibu Meta.

Dahiku berkerut. "Untuk apa? Memang nya siapa yang sakit?"

"Saya mau kamu melakukan tes DNA. Kebetulan ada dokter terkenal di sana yang bisa saya percaya untuk melakukan tes ini."

"Ini seratus persen anak nya tuan Langit, kenapa Ibu tidak mau percaya kepada saya?"

"Saya akan percaya, kalau hasil tes nya sudah keluar nanti."

Aku memandang ke arah tuan Langit. Apakah dia yang menyuruh Mama nya untuk melakukan hal ini? Apakah dia tidak ingat kalau dia lah pria yang sudah memperkosa dan merenggut kesucianku?

"Kenapa tuan Langit jahat kepadaku?" Tanyaku padanya.

Dia menoleh. "Tidak usah berlebihan, kita hanya melakukan test DNA." Sahutnya.

Aku menahan emosiku. Dengan cepat aku menoleh ke arah kaca jendela mobil. Seharusnya semalam Pak Krisna meninju wajah nya lebih kuat lagi. Aku menyesal sempat khawatir padanya. Entah bagaimana nasibku nanti jika menikah dengan pria seperti dia.

Setelah dua jam diperjalanan, kami tiba di rumah sakit yang menurutku sangat mewah.

Aku melihat seorang wanita muda keluar dari ruangan. Dia tersenyum kepada kami. Aku rasa dia seorang perawat.

"Silahkan masuk, dokter Chokie sudah menunggu."

Tuan Langit menunggu di luar, karea dia tidak mau ikut masuk. Jadi hanya aku dan Ibu Meta yang berjumpa dengan dokter kandungan itu.

"Pagi dokter Chokie," Sapa Ibu Meta.

"Ya, selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya dokter itu dengan ramah sekali.

"Begini dok, perempuan di sebelah saya ini, dia mengaku telah ditiduri oleh putra saya satu bulan yang lalu. Dan sekarang dia hamil, saya hanya ingin memastikan apakah bayi yang diperutnya itu adalah cucu saya atau tidak."

Dokter pria itu menatapku. Dia tampak kasihan melihatku.

"Apa Ibu sudah bertanya pada putra anda?"

"Putra saya bilang dia tidak ingat, karena waktu itu dia sedang mabuk. Dan dia tidak tahu perempuan yangg ditidurinya. Maka dari itu saya mohon bantuan dokter. Bisakah dilakukan tes untuk mengetahui apakah janin yang dikandungan nya adalah anak putraku?"

"Bisa sih bu. Hanya saja, kenapa tidak menunggu sampai bayi ini lahir saja dilalukan tes? Terlalu beresiko jika kita melakukan tes ini dalam keadaan hamil. Resiko nya adalah keguguran, maka nya saya sarankan kita tes DNA nya saat dia sudah melahirkan saja."

Aku terkejut mendengar penjelasan dari dokter tersebut. Dia bilang akan sangat berbahaya jika melakukan tes DNA saat hamil seperti ini. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan kandunganku.

"Tidak bisa dok, saya dan putra saya tidak bisa menunggu lama. Karena putra saya akan segera menikah dengan tunangan nya. Maka dari itu, saya butuh kepastian dari si janin ini. Jika itu benar cucu saya, maka dia akan segera saya nikahkan dengan putra saya. Tapi jika dia berbohong, maka akan saya laporkan ke polisi."

"Ibu Meta, saya tidak menuntut untuk menikah dengan putra anda. Saya juga sadar, saya hanya seorang pembantu. Saya tidak pantas bersanding dengan tuan Langit. Jika Ibu tidak percaya, saya bisa pergi dan membesarkan anak ini. Tolong lepaskan saya, dan biarkan saya." Aku memohon padanya sambil menangis.

"Dengar Des, saya tidak akan melepaskanmu sebelum mengetahui hasilnya. Jadi kamu diam dan duduk saja."

Aku menutup wajahku yang menangis dengan kedua tanganku.

"Jadi bagaimana dok? Bisa tidak dilakukan tes?"

"Saat kehamilan bisa dilakukan tes DNA untuk menjawab keraguan siapa sebenarnya ayah dari bayi yang sedang dalam kandungan. Untuk penentuan profil DNA dalam kandungan itu bisa diambil dari cairan amnion atau dari villi chorialis. Dan bisa diambil pada saat usia kandungan 10-12 minggu. Kemudian sesudah diambil, maka ahli DNA yang akan melakukan profil DNA dan dibandingkan dengan putra anda."

"Hamil nya baru jalan 4 minggu, apa tidak bisa dilakukan dok?"

"Tidak bisa Bu, kita harus menunggu usia kehamilan nya minimal 10 minggu. Saya tidak mau mengambil resiko nantinya.

"Oh begitu, baiklah dokter. Kami akan kembali ke sini saat usia kehamilan nya sudah menginjak 4 bulan saja."

"Ya, emang harus seperti itu."

"Baiklah. Sekali lagi terima kasih dokter."

"Ya, sama-sama."

Ibu Meta Langsung menarik tanganku begitu beliau selesai berbicara dengan dokter itu.

"Bagaimana Ma?" Tanya tuan Langit saat kami sudah berada di luar ruangan dokter tadi.

"Kita tidak bisa melakukan tes DNA jika usia kandungan nya belum 4 bulan."

"Jadi gimana dong Ma? Masa Langit harus nikah sama dia sih!"

"Terus Mama bisa apa? Itu udah jadi keputusan Papa kamu! Maka nya lain kali, jangan suka mabuk!"

Aku menunduk saat tuan Langit menatap ke arahku yang menangis sesenggukan.

"Kamu nggak capek ya nangis terus? Saya yang lihatin aja capek, heran deh! Cengeng banget jadi perempuan."

Aku tidak memperdulikan ejekan nya itu. Telingaku sudah kebal akan hinaan nya. Aku memandang ke arah lain. Tidak mau melihatnya.

29-November-2016

Continue Reading

You'll Also Like

467K 22.6K 36
[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Tarima Sarasvati kira akan mudah baginya menjadi istri bayaran Sadha Putra Panca. Hanya perlu mela...
4.4M 265K 35
Judul lama Gorgeous Stepmother Ibnu Anggoro-seorang duda anak dua-terpaksa menikahi Marsha Amalia Adinata karena sebuah tuntutan. Perbedaan usia yang...
289K 26.7K 43
》Love Makes Series 2《 • • • Tentang Laras yang ditinggal nikah oleh mantan kekasih yang telah lama menjalin hubungan dengannya. Sekitar tujuh tahun l...
99.7K 12.4K 46
Awalnya, Aerylin tau Sakha cuma dari namanya doang. Tapi, setelah kesan pertama yang ditinggalkan Sakha untuk Aerylin, dia jadi ngerasa kalau Sakha a...