Married by Accident

By litmon

5.2M 382K 57.6K

[ver. belum di edit] Jeon Jungkook dan Shin Jinri adalah tetangga yang terkenal selalu tidak akur. Jeon Jungk... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Litmon Info (Harap dibaca)
Chapter 22
Chapter 23
Pengumuman (Wajib Baca)
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
ask_litmon
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Pengumuman
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Tolong dibaca :'v
Chapter 59
OPEN ORDER MBA versi PDF

Chapter 21

109K 7.5K 1.7K
By litmon

Warning! Chapter ini isinya 5k. Siap-siap obat sakit kepala dan kantong kresek :’v Terima kasih.












Jinri keluar dari kamar mandi sambil bersenandung kecil. Moodnya pagi ini sedang baik. Gadis itu melihat sekeliling kamar, ia tidak menemukan Jungkook di kamar.

Dering ponsel Jungkook di atas nangkas mengejutkan gadis itu. Jinri berjalan mendekat lalu matanya tiba-tiba membulat ketika melihat nama Kwon Yuri tertera dilayar. Ternyata Jungkook masih menyimpan nomor ponsel gadis itu pikirnya. Ada sesuatu yang mengganggu perasaannya ketika melihat gadis itu menghubungi Jungkook.

Jinri tanpa pikir panjang langsung mengambil ponsel tersebut. Awalnya, ia ingin mereject panggilan itu namun timbul rasa penasaran. Ia ingin tahu apa yang ingin dikatakan gadis itu. Jinri akhirnya menjawab panggilan tersebut.

“Yeoboseyo? Akhirnya kau mengangkat panggilanku,” terdengar suara merdu dari seberang sana. Jinri sengaja tidak bersuara.

Cukup lama tidak ada suara dari seberang sana membuat Jinri mengangkat sebelah alisnya bingung. Namun, setelah itu terdengar sebuah isakan yang cukup nyaring.

“Kau kemana, Jungkook-ah? Kenapa kau tidak hadir diacara ulang tahunku malam ini? Aku menyiapkan semua pesta ini agar kau hadir. Aku ingin kita bersama-sama merayakan ulang tahunku seperti tahun-tahun yang lalu,” Yuri berbicara masih dengan isakannya.

Jinri meremas kimono handuknya ketika mendengar isakan Yuri yang terdengar begitu sakit. Ia juga perempuan, ia mengerti bagaimana perasaan gadis itu. Namun, disisi lain ada rasa nyeri yang juga mulai menyerang hatinya.

“Apa kau masih ingat janjimu waktu itu? Kau berjanji untuk melamarku saat ulang tahunku ke-24 tahun dan malam ini aku berulang tahun ke-24 tahun, Jungkook-ah. Waktu itu kau mengatakan akan tetap melamarku tidak perduli apapun yang terjadi,” gadis itu terdengar sedikit lebih tenang sekarang walaupun masih terdengar isakannya.

Jinri langsung menegang. Ia tanpa sadar memegang dadanya. Melamar? Kata-kata itu seperti menghujam jantungnya. Sesak dan sakit. Rasa itu yang mendominasi hatinya sekarang,

“Kau brengsek, Jeon Jungkook. Kenapa kau tidak bersuara? Kenapa kau lari dari janjimu?,” Yuri mulai berteriak diseberang sana dengan segala umpatannya.

Jinri ingin bersuara namun tiba-tiba Jungkook datang dari arah belakang lalu langsung merebut ponselnya itu yang masih menempel dikuping Jinri. Ia langsung mematikan panggilan itu secara sepihak. Jungkook terlihat menegang ketika melihat Kwon Yuri yang menelpon.

Jungkook membalikkan tubuh gadis itu agar berhadapan dengannya. Pandangan Jinri kosong. “Kenapa kau sembarangan mengangkat panggilan ponsel oranglain, Shin Jinri?” tanya Jungkook dengan suara dingin.

Jinri menatap laki-laki itu dengan tatapan sayu. “Apa hal ini yang membuatmu akhirnya menyetujui untuk hadir di acara ulang tahun pernikahan bibi mu?” tanya gadis itu pelan.

Dahi Jungkook tampak berkerut samar. “Apa maksudmu?” tanya nya cepat.

Jinri tersenyum kecut. “Kwon Yuri berulang tahun hari ini. Kau setuju untuk pergi kesini itu karena kau menghindar, bukan?” Jinri membuang mukanya kearah lain.

Jungkook meremas ponselnya. “Itu bukan urusanmu,” sahutnya dingin.

Jinri kembali menatap Jungkook. Kali ini tatapannya terlihat lebih berani. “Ya, aku tahu ini bukan urusanku. Tapi, kau keterlaluan, Jeon Jungkook. Ia menunggumu. Ia menunggu janji mu,” Jinri mengepal tangannya. Rasa sakit semakin menjalar didadanya ketika ia mengingat janji tersebut.

Jungkook membalas tatapan Jinri. “Kau... Apa yang ia katakan padamu?” sorot mata laki-laki itu terlihat menyeramkan sekarang.

Jinri kembali membuang mukanya kearah lain. “Kau berjanji untuk melamarnya saat ulang tahunnya ke-24 tahun dan itu hari ini,” ucap Jinri setengah berbisik namun masih didengar oleh Jungkook.

Jungkook tampak menutup matanya sesaat. “Lalu? Lantas apa yang kau permasalahkan?” tanya laki-laki itu.

Jinri menghela napas. “Kenapa kau tidak menghadirinya? Bukankah kau sudah berjanji?” Jinri semakin kuat mengepal tangannya. Matanya mulai berkaca-kaca.

Jungkook tertawa hambar. “Jadi, kau ingin aku menghadirinya? Kau ingin aku melamarnya? Itu yang kau mau, hah?” suara laki-laki itu meninggi.

Jinri tidak menjawab. Setetes airmata sudah jatuh dipipinya. Ia merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia harus menangis karena hal ini?

Ponsel Jungkook kembali berdering. Hal tersebut membuat fokus laki-laki itu teralih. Jinri menggunakan kesempatan itu untuk mengusap airmata. Ia tidak ingin Jungkook melihatnya tengah menangis sekarang.

Emosi Jungkook semakin menjadi-jadi ketika melihat yang menelponnya itu adalah sekretaris ayahnya. Hari ini ia memang memiliki janji untuk menemani ayahnya untuk bertemu kolega keluarga Jeon. Panggilan itu mengganggunya.

Jungkook langsung mematikan ponselnya. “Brengsek!” umpatnya.

Ia mengalihkan tatapannya kearah Jinri yang kini sepertinya enggan untuk menatapnya itu. “Aku harus pergi. Kita bahas masalah ini nanti,” ucapnya dengan nada bicara yang terdengar sama sekali tak bersahabat. Laki-laki itu keluar dengan membanting pintu.

Tubuhnya langsung merosot kelantai setelah kepergian Jungkook. Gadis itu tidak bisa menahan air matanya lagi, ia berkali-kali mengusap air matanya namun air mata tersebut semakin deras membasahi pipinya. Ia tidak mengerti kenapa ia harus menangis karena masalah ini. Kenapa ia begitu merasa sakit ketika mengetahui janji tersebut?

-00-

Jinri baru saja kembali dari acara berkelilingnya di sekitar pantai Laguna ketika ponselnya berbunyi. Ia dengan cepat mengambil ponselnya yang ia simpan didalam tas selempangnya itu, Jinri tersenyum ketika ia mengetahui Hana kakak iparnya yang menghubunginya.

“Yeoboseyo? Eonnie?” Jinri mengangkat panggilan dari kakak iparnya itu dengan nada riang.

Namun, tidak ada jawaban dari seberang sana. Jinri mengerutkan keningnya ketika hanya mendengar suara ribut Hana dan Namjoon. Mereka terdengar seperti sedang meributkan sesuatu.

“Oppa, bukan begitu caranya mengupas apel,” terdengar suara teriakan Hana dari seberang. Jinri sampai menjauhkan ponselnya dari telinganya ketika mendengar suara tersebut.

“Yeoboseyo? Jinri-ya? Apa ini sudah tersambung?” kembali terdengar suara Hana dari seberang.

“Yeoboseyo?! Hana Eonnie,” sahut Jinri ketika ia mendengar Hana menyebut namanya.

“Oh, Jinri-ya. Apa asistenku sudah berada disitu?” tanya Hana to the point.

“Asisten? Aku tidak melihatnya. Memangnya ada apa, Eonnie?” Jinri mengerutkan keningnya bingung.

“Mungkin mereka masih dalam perjalanan. Tentu saja untuk membantu mu, Jinri-ya. Aku sudah menyuruh asistenku membawakan semua keperluanmu untuk menghadiri pesta bibi Alice malam ini,” ucap Hana dengan nada ceria.

“Eonnie, tidak usah repot-repot. Aku-“

“Jangan berkata seperti itu, Jinri-ya. Kau harus tampil sempurna malam ini. Buat adik bodohku itu tergila-gila padamu malam ini. Arraseo?” cerocos Hana memotong perkataan Jinri.

Jinri ingin menyahut namun suara teriakan Hana dari seberang sana membuat ia kembali tidak bisa berkata-kata. Jinri harus menjauhkan ponselnya dari telinganya lagi karena suara Hana.

“Oppa, bagaimana bisa kau memotong bawang bombay seperti itu? Ulangi lagi,” teriak Hana setelah itu terdengar suara Namjoon yang ikut mengomel. Jinri kembali mengerutkan keningnya mendengar suara pasangan suami istri itu saling adu omelan diseberang sana.

“Jinri-ya, maafkan suara berisik kami ya. Semoga acaranya berjalan dengan lancar. Titip salam untuk bibi Alice,” ucap Hana setelah menyelesaikan omelannya pada Namjoon.

“Oh, dan buat Jungkook bertekuk lutut padamu malam ini. Bawalah kabar bahagia setelah kembali. Oke? Kau harus cepat-cepat menyusulku,” lanjutnya sambil terkekeh.

“Ah... Ne, Eonnie.” sahut Jinri dengan tawa aneh.

Jinri meletakkan ponselnya diatas meja rias setelah Hana selesai menghubunginya lalu berjalan menuju ranjang. Ia menghempaskan bokongnya di pinggir ranjang sambil melihat sekeliling kamar. Jungkook belum kembali juga pikirnya.

Setelah pertengkaran mereka tadi pagi, Jungkook tidak kembali ke hotel. Jinri juga mencoba menghubungi laki-laki itu namun percuma Jungkook sepertinya menonaktifkan ponselnya. Ia juga tidak paham kenapa ia mencoba menghubungi laki-laki itu. Jinri hanya merasa masalah ini harus diluruskan. Secara tidak langsung, ia merasa seperti penghalang antara Jungkook dan Kwon Yuri. Memang dari awal pernikahan ini merupakan kesalahan.

“Kau berjanji untuk melamarku saat ulangtahunku ke-24 tahun dan malam ini aku berulangtahun ke-24 tahun, Jungkook-ah.”

Suara Kwon Yuri kembali terngiang-ngiang dikepalanya. Kata “melamar” membuat Jinri tiba-tiba menjadi sensitif. Janji laki-laki itu bukan main-main, pantas saja Kwon Yuri bersikap seperti itu. Jinri memegang dadanya, ia merasa kembali sesak. Kenapa ia begitu sakit saat mengetahui hal tersebut? Ada apa dengan dirinya?

Jinri terkejut ketika mendengar suara ketukan yang tiba-tiba. Ia bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan kearah pintu. Ia membuka pintu tersebut, Jinri kembali terkejut ketika melihat Lee Yoora dengan lima pelayan wanita dibelakangnya kini berdiri didepan pintu kamar hotelnya dengan senyum manisnya. Apa yang dimaksud asisten oleh Hana itu adalah Lee Yoora? Jinri baru mengingat sesuatu, Yoora memang salah satu asisten Hana saat di Korea namun tahun lalu gadis Lee itu memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di Amerika.

Senyum gadis itu semakin lebar. “Selamat sore, Nyonya Jeon Jinri,” sapanya.

Jinri mendengus. “Ya! Berhenti memanggilku seperti itu,” sahutnya dengan ekspresi sebal.

Gadis itu kembali tersenyum. “Kau galak sekali, Jinri-ya. Apa kami bisa masuk? Aku harus melaksanakan pekerjaanku sekarang. Jika tidak, ibu hamil itu akan memarahiku lagi,” Yoora terkekeh. Ia benar, Hana baru saja menghubunginya dan bisa ditebak Nyonya Kim itu mengomel panjang lebar pada Yoora karena terlambat.

Jinri hanya mengangguk, mempersilahkan Yoora masuk yang diikuti oleh pelayan-pelayan yang berdiri dibelakangnya sedari tadi. Mereka terlihat langsung mempersiapkan segala keperluan yang akan Jinri gunakan. Bahkan, mereka juga mempersiapkan air di bathub untuknya mandi. Jinri benar-benar dilayani.

Setelah selesai mandi, Jinri hanya duduk pasrah ketika Yoora mulai mengaplikasi make-up kewajahnya. Tidak butuh lama bagi gadis itu untuk merias wajah Jinri karena ia hanya memberi sentuhan make-up natural.

Yoora menyenderkan bokongnya di pinggir meja rias. “Kau terlihat bertambah cantik setelah menikah, Jinri-ya,” ucapnya sungguh-sungguh.

Jinri berdecak. “Jangan berlebihan. Aku tahu yang kau maksud itu kebalikannya, bukan?” sahutnya sambil mengerucutkan bibirnya.

Yoora tertawa. “Ya! Shin Jinri... Aku tidak berbohong. Kau cantik. Jungkook tidak salah memilihmu.” ucapnya sambil menepuk bahu Jinri pelan.

Jinri tersenyum. Namun, senyumnya tidak bertahan lama ketika ia mendengar nama Jungkook. Ia teringat kembali dengan laki-laki itu. Sampai sekarang, Jungkook belum kembali padahal acara akan dimulai satu jam lagi.

Jinri berdehem. “Bagaimana hubunganmu dengan Park Jimin?” tanya nya mencoba mengalihkan pembicaraan.

Yoora mendesah pelan. “Kami sempat putus selama 2 bulan. Namun, kami memutuskan untuk kembali menjalin hubungan saat awal libur musim panas kamarin,” sahutnya dengan senyum tipis.

Jinri menganggukkan kepalanya. “Aku tahu tidak mudah menjalani hubungan jarak jauh. Syukurlah, kalian kembali menjalin hubungan. Sangat disayangkan jika kalian berpisah,” ucapnya dengan wajah prihatin.

Yoora berdehem dan tiba-tiba pipinya merona. “Sebenarnya, Jimin sudah melamarku seminggu yang lalu,” ucapnya setengah berbisik. Gadis itu menunjukkan sebuah cincin di jari manisnya.

Jinri membulatkan matanya. “Benarkah? Kyaaa! Selamat, Yoora-ya.” Jinri langsung bangun dari tempat duduknya lalu memeluk Yoora dengan heboh.

Jinri dan Yoora tampak asyik mengobrol, banyak hal yang mereka obrolkan hingga membuat mereka lupa waktu. Untung saja, salah satu pelayan mengingatkan mereka agar Jinri segera berganti pakaian.

Jungkook masuk ke dalam kamar dengan pakaian yang sudah rapi yaitu tuxedo minus dasi. Laki-laki itu tidak memakai dasinya, entah kenapa. Ia tampak sedikit terkejut ketika melihat banyak pelayan di kamarnya bersama Jinri tersebut. Ia melihat seragam yang digunakan pelayan-pelayan tersebut. Ia dapat menebak bahwa mereka adalah suruhan Hana kakak perempuannya. Kakaknya kembali melakukan sesuatu yang berlebihan.

Jungkook melanjutkkan langkah mendekati Jinri yang kini tengah berdiri didepan cermin dengan dua pelayan yang tengah merapikan rambut dan dressnya. Gadis itu sepertinya belum menyadari kedatangan Jungkook sampai suara Yoora yang cukup nyaring membuat Jinri menyadari jika Jungkook kembali.

“Jeon Jungkook, kau sudah datang,” ucap Yoora dengan suara riang.

Jungkook hanya melirik Yoora sebentar lalu tersenyum tipis sebagai jawaban. Pandangan laki-laki itu kini berfokus pada Jinri yang masih membelakanginya. Entah kenapa gadis itu betah dengan posisinya yang seperti itu. Ia tidak berniat berbalik sekedar untuk menyapa suaminya tersebut.

Yoora menghampiri Jinri lalu menuntun gadis itu agar berbalik. Jinri tampak langsung kikuk apalagi ia menyadari tatapan intens laki-laki itu.

Yoora tersenyum. “Bagaimana menurutmu, Jeon Jungkook? Bukankah Jinri tampak sangat cantik?” tanya nya.

Jungkook menatap Jinri dari atas sampai bawah  dengan sorot mata yang tak terbaca. Sudut bibir laki-laki itu terangkat dan jika diperhatikan lagi bibir itu membentuk sebuah seringaian samar.

Tatapan laki-laki beralih menatap mata Jinri yang kini juga tengah menatapnya juga. “Cantik... Sangat cantik.” Sahutnya. Jinri menelan air ludahnya dengan susah payah ketika melihat tatapan laki-laki itu padanya. Tatapan itu sangat mengerikan.

Jika ada yang mengira Jungkook berbohong, itu salah. Jungkook tidak berbohong. Jinri sangat cantik malam ini dan ehm... Sexy. Untuk kali ini ia benar-benar memuji Hana kakak perempuannya itu, wanita itu sangat mengerti dengan seleranya. Gaun yang digunakan Jinri malam ini adalah hasil desain kakaknya dan bulan lalu Jungkook sempat memuji desain kakaknya itu saat masih dalam bentuk sketsa. Hana ternyata mengingat kata-katanya, wanita itu memberikan gaun hasil rancangannya itu pada Jinri.

Jinri memakai gaun panjang berwarna hitam polos yang terlihat sederhana namun anggun jika dipakai. Gaun tersebut memiliki model punggung yang dibuat sangat rendah hingga jika dipakai akan menampilkan punggung yang terbuka.

Hal itu yang menarik perhatian Jungkook sejak tadi. Punggung Jinri terekspos dengan sempurna dan menampilankan kulit punggungnya yang putih mulus. Gaun itu juga sangat pas ditubuh Jinri sehingga lekuk tubuh gadis itu dapat terlihat dengan jelas.

Yoora berdehem. Ia sadar keadaan, sepertinya Jinri dan Jungkook butuh waktu berdua. “Sepertinya kami harus pamit. Aku juga harus bersiap-siap, Jimin sudah menungguku. Sampai bertemu dipesta.” Ucapnya lalu memberi kode pada kelima pelayan tadi untuk mengikutinya.

Jinri mengucapkan terima kasih pada Yoora lalu mereka berdua berpelukan singkat. Jungkook hanya tersenyum tipis ketika Yoora berpamitan padanya. Pintu kamar tertutup sempurna, Yoora dan kelima pelayan tersebut sudah keluar menyisakan mereka berdua didalam kamar yang tiba-tiba menjadi sangat sunyi.

Jinri tampak sedikit salah tingkah karena Jungkook selalu menatapnya. Gadis itu akhirnya memilih untuk berjalan kearah ranjang berniat mengambil tas tangannya namun tiba-tiba Jungkook menahan pergelangan tangannya.

Laki-laki itu menyodorkan sebuah dasi kupu-kupu pada Jinri. “Pasangkan untukku,” ucapnya yang terdengar seperti memerintah ketimbang meminta.

Jinri mengambil dasi tersebut. “Kau tidak bisa memasangnya sendiri, huh?” tanya nya.

Jungkook mendengus. “Bisakah kau hanya memasangnya saja tanpa berkomentar? Lakukan saja. Dasar berisik.” ucapnya dengan nada dingin. Jinri melebarkan matanya ketika mendengar perkataan laki-laki itu. Ingin rasanya ia melempar dasi itu diwajah suami menyebalnya itu. Namun, itu hanya batas rasa ingin saja karena pada akhirnya Jinri memasang dasi kupu-kupu itu juga walaupun  terpaksa.

Jaraknya dengan laki-laki itu hanya sekitar tujuh senti sekarang membuat wangi parfum Jungkook menari-nari di indra penciumannya. Wangi itu memabukkan dan membuat ia ingin mendekap tubuh tegap laki-laki didepannya ini lalu menghirup wangi itu sepuasnya. Oke... Kenapa ia menajadi berpikiran liar seperti itu?

Ketimbang ia berfantasi-ria dengan parfum Jungkook lebih baik ia memikirkan masalah tadi yang belum terselesaikan. Jungkook terlihat baik-baik saja, tidak ada tanda-tanda laki-laki itu akan marah lagi seperti tadi pagi. Namun, Jinri tidak lantas langsung senang. Jungkook sangat pintar menyembunyikan ekspresinya. Bisa saja laki-laki itu sedang merencanakan sesuatu diotaknya untuk membalas kemarahannya tadi.

Jinri menghentikan kegiatan merapikan dasi milik laki-laki itu. “Jungkook-ah, masalah tadi pagi... Aku-“

“Haruskah kita membahasnya sekarang?” potong laki-laki itu.

Jinri tampak berpikir sejenak. “Ya... Karena-“

“Jangan menyuruhku untuk menepati janji itu. Aku tidak akan pergi,” Jungkook kembali memotong perkataan gadis itu.

Jinri menghela napas. Demi apapun ia belum selesai berbicara. “Kenapa kau tidak mau menepati janjimu? Bukankah itu keterlaluan? Kau seperti tidak bertanggung jawab dengan perkataanmu sendiri,” sahut Jinri.

Jungkook sedikit menunduk membuat tatapan mereka bertemu. “Kau ingin tahu jawabannya?” tanya nya pelan. Jinri mengangguk.

Tatapan laki-laki itu tiba-tiba menjadi serius dan tanpa disangka tangan Jungkook terangkat menyentuh pipi Jinri. Ia mengusap pelan pipi gadis itu dengan ibu jarinya.

“Karena aku tidak ingin meninggalkanmu.” Ucapnya setengah berbisik.

Jinri seperti disambar petir berjuta-juta volt ketika mendengar perkataan laki-laki itu. Apa ia tidak salah dengar? Apa kepala Jungkook baru saja terbentur sesuatu? Kepala Jinri langsung pusing karena banyaknya pertanyaan yang memenuhi otaknya. Ia seketika melemah.

Tangan laki-laki itu berpindah kepucuk kepala Jinri lalu mengusap dengan penuh kasih sayang. “Maafkan aku. Tolong, jangan menangis lagi.” ucapnya lalu menjauhkan tangannya dari pucuk kepala gadis itu membuat Jinri sedikit kecewa.

Jungkook tahu jika Jinri menangis tadi pagi dan itu berhasil membuatnya seperti orang gila sehari ini. Jinri yang menangis selalu terbayang-bayang dipikirannya. Ia merasa sakit ketika mengetahui gadis itu menangis karenanya. Ia sudah mulai tidak waras hanya karena seorang Shin Jinri. Ada apa sebenarnya denganmu, Jeon Jungkook?

-00-

Jinri berkali-kali terlihat mengambil napas lalu menghembusnya secara perlahan-lahan, gadis itu sedang gugup. Bagaimana ia tidak gugup. Sebentar lagi ia akan bertemu dengan keluarga besar Jeon, keluarga Jungkook. Ia masih belum tahu bagaimana keluarga besar Jeon sebenarnya walaupun ibu mertuanya sudah menceritakan tentang keluarga tersebut.

Jinri mengira ia sudah benar-benar bertemu dengan keluarga besar Jeon saat acara pernikahannya bersama Jungkook. Ternyata ia salah, saat acara pernikahannya hanya sebagian keluarga Jeon yang hadir itupun yang hanya tinggal di Korea. Keluarga besar Jeon  sebenarnya ada disini. Menurut kabar yang ia dengar dari ibu mertuanya, keluarga besar Jeon akan berkumpul malam ini.

Jinri menoleh ketika Jungkook menggenggam tangannya dengan erat. Genggamannya sangat hangat. “Kau gugup?” tanya laki-laki itu.

Jinri menganggukkan kepalanya. “Aku takut mereka tidak menerimaku,” sahutnya dengan nada khawatir.

Jungkook tertawa pelan. “Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan? Kau adalah istriku, sudah pasti mereka menerima mu.” ucap laki-laki itu.

Jantung Jinri hampir saja meloncat dari tempatnya ketika Jungkook menyebut kata “Istriku” dengan gamblang. Jungkook kembali bersikap dan berkata manis padanya. Hal itu membuatnya pusing, sikap laki-laki itu berubah-ubah dan membuatnya terombang-ambing antara percaya atau tidak sekarang.

Jungkook dan Jinri memasuki aula tempat acara berlangsung dan mereka langsung menjadi pusat perhatian. Pernikahan tiba-tiba Jeon Jungkook dengan gadis bernama Shin Jinri itu memang menjadi pembicaraan hangat beberapa bulan ini dikalangan keluarga Jeon tersebut.

Siapa yang tidak terkejut? Mereka menikah muda dan ada berita yang mengatakan mereka menikah karena ehm... “Kecelakaan”. Namun, kedua orangtua Jungkook maupun Jinri seperti tidak ambil pusing dengan berita tersebut. Mereka bahkan seperti menikmati gossip-gossip itu. Mereka hanya menjawab dengan santai Jungkook dan Jinri berbuat seperti itu karena mereka berdua saling mencintai. Keluarga mereka memang unik dan aneh.

Banyak yang menyapa Jungkook dan rata-rata menanyakan siapa gadis yang bersama nya itu.

“Hai... Jung, siapa gadis yang bersama mu?”

“Istriku!”

“Jeon Jungkook, apa dia teman kencanmu?”

“Tidak. Ia istriku.”

“Ya! Kita sudah beberapa tahun tidak bertemu dan sekarang kau sudah menikah? Kau hebat, Jeon.”

Itu adalah sebagian sapaan orang-orang yang tidak sengaja berpapasan dengan mereka. Sebenarnya banyak namun hanya sapaan itu yang dapat direkam oleh Jinri karena kebanyakan orang yang menyapa mereka menggunakan bahasa inggris yang tidak dipahami oleh Jinri.

Jinri hanya mengerti sebagian dan kata yang sangat ia mengerti adalah ketika Jungkook mengatakan “My wife” pada setiap orang yang menyapa mereka. Sepertinya orang-orang itu menanyakan siapa dirinya. Jungkook sekali-kali menghentikan langkahnya untuk berbicara pada orang yang tidak Jinri kenali dan demi dewa di langit mereka berbicara menggunakan bahasa inggris yang terlalu cepat membuat gadis itu pusing sendiri mendengarnya. Ia menyesal tidak belajar dengan benar-benar saat mata pelajaran bahasa asing dulu.

-00-

Jungkook dan Jinri melanjutkan langkah mereka setelah melayani banyak sekali sapaan dari tamu undangan pesta tersebut. Tujuan mereka sekarang adalah menghampiri pemilik acara ini untuk memberi selamat dan mencari tempat duduk karena Jinri sudah mengeluh kakinya pegal. Tentu saja kakinya pegal, ia memakai heels yang cukup tinggi.

“Omo! Keponakanku, Jeon Jungkook.”

Bibi Alice langsung memeluk Jungkook dengan hebohnya. Mereka terlihat saling melepas rindu. Jungkook tampak tersenyum lebar sambil membalas memeluk bibinya itu.

Bibi Alice melepas pelukannya lalu memandang wajah Jungkook dengan mata berbinar-binar. “Astaga! Keponakan kecilku sudah dewasa dan tampan. Omo! Kau tinggi sekali,” wanita itu terlihat masih heboh. Jinri hanya tersenyum kecil disamping Jungkook, ia seperti terabaikan sesaat.

Wanita itu tiba-tiba mengalihkan tatapannya. Ia menatap Jinri cukup lama. “Apa kau Shin Jinri?” tanya nya dengan wajah serius.

Jinri terkejut. Ia melirik Jungkook, laki-laki itu mengangguk pelan. “Ya... Perkenalkan saya Shin Jinri, istri Je-“

“Kyaa! Omo! Kau ternyata lebih cantik dari yang ku lihat di foto,” Bibi Alice tiba-tiba memotong perkataan Jinri lalu memeluk gadis itu dengan erat. Jinri hanya bisa mengerutkan keningnya bingung. Apa memotong perkataan seseorang adalah kebiasaan dari keluarga Jeon tanya nya dalam hati.

Bibi Alice melepas pelukannya. Wanita itu tersenyum dengan lebar. “Perkenalkan namaku Jeon Haerin tapi tepat 25 tahun lalu margaku berubah menjadi Bae,” ucapnya sambil terkekeh.

“Tapi orang-orang memanggilku Alice. Ya... Itu nama kerenku,” bibi Alice mengambil jeda untuk tertawa. “Mulai sekarang kau bisa memanggilku bibi Alice dan... Oh, aku hampir lupa. Perkenalkan ini suami ku, namanya Bae Jihoon,” lanjutnya sambil menggandeng mesra suaminya yang sejak tadi berdiri disampingnya sambil sekali-kali berbicara dengan Jungkook.

Suami dari bibi Alice itu tersenyum dengan ramah. “Salam kenal, Shin Jinri... Oh, aku salah. Maksudku Jeon Jinri. Perkenalkan namaku Bae Jihoon. Kau bisa memanggilku paman Hoon,” sapa laki-laki itu.

Jinri tersenyum. “Salam kenal bibi Alice dan paman Hoon. Senang dapat bertemu dengan kalian dan selamat atas ulang tahun pernikahan kalian,” ucap Jinri dengan nada riang.

Bibi Alice menutup mulutnya gemas. “Terima kasih, sayang. Omo! Kau lucu sekali, Jinri-ya. Aku menyesal tidak bisa hadir di acara pernikahan kalian waktu itu.” ucapnya.

Jungkook merangkul Jinri disampingnya. “Tidak apa-apa, bibi. Kami bisa memaklumi kesibukanmu dan paman Hoon.” Ucapnya dengan senyum hangat.

Pasangan suami itu tampak bernapas lega. Bibi Alice memang sangat merasa bersalah karena tidak bisa hadir diacara pernikahan keponakannya itu. Ia adalah termasuk orang yang paling senang ketika mendengar Jungkook menikah karena menurutnya menikah muda itu sangat manis. Ah... Mirip seperti didrama-drama.

Setelah mengobrol cukup lama dengan pemilik acara pesta malam ini, Jinri dan Jungkook melanjutkan langkah mereka mencari tempat duduk. Namun, baru beberapa langkah mereka berjalan Jungkook tiba-tiba menghentikan langkahnya.

“Jeon Jungkook? Apa kah itu kau?” sapa seorang laki-laki yang kini berdiri didepan mereka dengan gelas wine di tangannya.

Jungkook tersenyum sinis. “Wow, kau melupakanku, Jeon Wonwoo?” sahutnya dingin. Jinri secara otomatis menoleh kepada Jungkook ketika mendengar nada bicara laki-laki itu yang tiba-tiba menyeramkan. Dan... Siapa tadi? Jeon Wonwoo? Jinri tampak terkejut ketika menyadari nama laki-laki yang kini berdiri didepan mereka ini.

Wonwoo tertawa pelan. “Aku tidak mungkin melupakanmu, adikku,” sahutnya dengan penekanan dikata “adikku”.

Jungkook menyeringai. “Baguslah.” sahutnya. Jungkook semakin erat menggenggam tangan Jinri. Ia menarik gadis itu agar lebih dekat dengannya.

Wonwoo mengalihkan pandangannya, kini matanya tertuju pada Jinri yang kini berdiri disamping Jungkook. Laki-laki itu menatap Jinri dari atas sampai bawah sambil bersiul, Sangat tidak sopan. Rahang Jungkook tampak mengeras.

Wonwoo menunjuk Jinri dengan dagunya. “Siapa gadis itu? Apa ia juga seorang jalang seperti yang kau bawa dulu?” tanya nya menatap Jinri rendah.

Jinri membulatkan matanya dengan sempurna. Apa katanya? Seorang jalang? Jinri mengepal tangannya. “Maaf?” sela Jinri dengan nada tidak suka.

“Dia orang yang ku cintai,” sahut Jungkook dengan nada setenang mungkin.

Wonwoo tertawa nyaring. “Jadi ia?” tanya nya dengan wajah setengah tidak percaya.

Jungkook merangkul Jinri lalu mengeluarkan senyum andalannya. Senyum menyebalkan. “Ia istri ku. Jadi, mulai sekarang jaga bicara mu, Jeon Wonwoo Hyung-nim,” ucap laki-laki itu dengan penekanan disetiap kata-katanya.

Wonwoo meletakkan gelas wine ke nampan pelayan yang melewati mereka. “Aku kira ia seorang jalang seperti yang dulu. Umm... Siapa namanya? Oh... Kwon Yuri. Seingatku ia cukup hebat di ranjang.” ucap Wonwoo sambil terkekeh.

Jinri tercekat mendengar nama Kwon Yuri disebut dan perkataan terakhir dari Wonwoo tersebut membuat ia berpikir betapa brengseknya laki-laki didepannya ini. Masalah Kwon Yuri, ia sebenarnya tidak ingin mengambil kesimpulan apapun tapi perkataan dari Wonwoo membuat Jinri berpikir jika Kwon Yuri pernah bermain-main dengan saudara sepupu Jungkook tersebut.

“Kau tahu, Jinri-ya. Kedua bocah itu bertengkar hanya karena seorang gadis yang tidak tahu diri. Aku tidak paham kenapa Jungkook selalu membela gadis Kwon itu dan hampir membunuh kakak sepupunya sendiri. Hal itu yang membuat Jungkook sampai sekarang tidak bisa akur dengan kakak sepupunya Jeon Wonwoo. Jungkook menolak untuk ikut menghadiri acara keluarga besar Jeon adalah karena ia tidak ingin bertemu dengan kakak sepupunya itu.”

Kembali terngiang cerita ibu mertuanya itu tentang masa lalu Jungkook dan Wonwoo. Ternyata Jungkook tidak tanpa alasan bersikeras menolak untuk hadir di acara keluarga besar Jeon selama ini. Laki-laki itu memiliki dendam. Jadi, inti permasalahan dari pertengkaran mereka adalah Kwon Yuri.

Tanpa disangka Jungkook masih bisa tersenyum dengan tenang. “Ceritamu sudah selesai, Hyung?! Kau membuang waktu kami. Jadi, bisakah kau menyingkir, Hyung-nim?” ucapnya dengan lantang.

Wonwoo pura-pura mendesah kecewa. “Baiklah. Silahkan. Nikmati pesta ini, adikku dan adik ipar. Semoga kita bisa bertemu lagi untuk bertukar cerita,” ucapnya dengan seringaian samar.

-00-

Acara utama sudah selesai dan sekarang digantikan dengan acara yang lebih santai yaitu menikmati hidangan yang sudah disiapkan dan berdansa. Jinri mendesah bosan, ia cukup hapal dengan pesta besar seperti ini yang diisi oleh pengusaha-pengusaha sebagai tamu undangannya. Mereka menggunakan kedok merayakan sebuah hari penting padahal sebenarnya mereka membuat pesta seperti ini adalah untuk pertemuan bisnis. Jinri berani bertaruh, yang orang-orang obrolkan disini adalah tentang bisnis.

Jinri melirik Jungkook yang kini tengah duduk tenang disampingnya sambil menyesap wine dengan gaya bak bangsawan. Jika kau lihat lebih dekat lagi, laki-laki itu tengah menebar pesona. Buktinya, banyak gadis-gadis yang tengah memperhatikan Jungkook sekarang dan memberikan senyum genit andalan mereka.

Jinri tertawa dalam hati. Jika gadis –gadis itu tahu bahwa laki-laki muda nan tampan disampingnya ini sudah beristri mungkin mereka akan menangis darah. Tapi... Tunggu dulu. Apa ia baru saja mengakui Jungkook tampan?

“Hai... Jung.” sapa seorang gadis membuat Jungkook dan Jinri menoleh serempak menuju arah suara. Terlihat seorang gadis melenggang dengan anggunnya mendekati mereka. Jinri sempat memuji dalam hati betapa cantiknya gadis yang kini tengah berdiri didepan mereka. Gadis itu tersenyum dengan manisnya kearah mereka. Lebih tepatnya kearah Jungkook.

Jungkook berdiri. “Hai... Irene. Lama tidak bertemu,” ucap laki-laki itu dengan senyum lebar. Mereka langsung mempertemukan  pipi masing-masing membuat Jinri tersedak air minumnya sendiri.

Mereka berdua langsung terlibat percakapan tentang entahlah Jinri tidak ingin mendengarnya. Ia tiba-tiba merasa terasingkan diantara Jungkook dengan gadis yang bernama Irene tersebut. Mereka terlihat cocok berdiri bersama, sangat jauh dengan dirinya. Cukup lama Jungkook dan Irene mengobrol yang akhirnya membuat Jinri geram sendiri.

Akhirnya, Jinri berdehem berpura-pura jika sekarang kerongkongannya mengalami gangguan. Baru saat itu, Jungkook maupun Irene mengalihkan perhatian mereka dan Irene yang menyapa Jinri.

“Hai, senang bertemu denganmu, Shin Jinri-ssi. Perkenalkan namaku Bae Irene. Aku se-“

“Ia teman lamaku,” potong Jungkook cepat. Irene tampak melirik Jungkook dengan pandangan yang cukup aneh. Jungkook diam-diam mengedipkan matanya pada gadis itu, memberi kode.

Jinri menyadari pandangan Jungkook dan Irene yang mencurigakan. Mereka berdua seperti menyembunyikan sesuatu. Lalu apa yang dikatakan Irene tadi? Se-? Se- apa? Selingkuhan Jungkook maksudnya?

Jinri memaksa senyumnya. “Ah... Ne. Senang bertemu denganmu juga, Bae Irene-ssi.” Sahut Jinri seadanya. Ia sudah kehilangan moodnya untuk membalas sapaan orang dengan benar.

“Sepertinya pesta dansa akan segera dimulai. Kau mau berdansa, Jungkook-ah?” ajak Irene.

Jungkook mengalihkan pandangannya pada Jinri sekilas lalu beralih pada Irene. “Baiklah.” Sahut laki-laki tersenyum.

Irene menatap Jinri. “Shin Jinri-ssi, aku pinjam Jungkook ya. Ku harap kau tidak keberatan,” ucapnya dengan nada bicara yang ramah namun terdengar sangat memuakkan ditelinga Jinri.

Jinri tersenyum tipis. “Silahkan. Aku tidak keberatan sama sekali.” sahutnya dengan terpaksa.

“Silahkan. Lakukan. Berdansalah sepuasnya.”

“Kalianlah Raja dan Ratu dansa malam ini.”

“Aku doakan semoga lantai dansa malam ini rubuh.”

Batin Jinri berteriak ganas. Berbagai doa dari yang masuk akal sampai yang tidak masuk akal sudah ia sebutkan.

Sudah sekitar 20 menit Jungkook dan Irene berdansa dilantai dansa dan mereka berdua sepertinya tidak berniat untuk berhenti. Entah apa yang dibicarakan mereka, Jungkook juga tampak tertawa bahagia ketika Irene membisikkan sesuatu ditelinganya. Jinri mendengus ketika melihat adegan tersebut.

Belum selesai kekesalan Jinri melihat adegan tadi, sekarang Irene kembali berulah. Gadis itu kini sedang bersandar dengan mesranya di dada Jungkook dan parahnya kini Jungkook juga dengan protektifnya memeluk pinggang gadis itu. Mereka berdansa dengan pelukan mesra.

Panas. Jinri tiba-tiba merasakan suhu ruangan ini menjadi begitu panas. Emosinya langsung tersulut. Apa Irene tidak tahu jika laki-laki yang sedang ia peluk itu sudah beristri? Jinri mengepal kedua tangannya dibawah meja, ingin rasanya ia menghampiri mereka lalu menyeret Jungkook yang kini sedang menikmati dansa sambil berpelukan mesra dengan teman lamanya yang entah berubah menjadi seperti kekasih itu.

Jinri berdiri lalu meninggalkan ruangan tersebut dengan langkah lebar. Ia sudah tidak peduli lagi dengan gaunnya yang cukup mengunci pergerakannya itu. Ia mengangkat gaunnya dengan cukup tinggi agar ia dapat melangkah cepat. Yang ia ingin sekarang adalah pergi sejauh mungkin dari ruangan pesta memuakkan tersebut.

Gadis itu akhirnya menghentikan langkahnya di balkon. Pipinya sudah mulai dibasahi oleh air mata. Jinri terisak pelan. Jinri tidak bisa mengelak jika ia cemburu. Ia sangat cemburu sampai rasanya begitu sesak.

“Shin Jinri. Apa itu kau?”

Jinri terkejut, ia dengan cepat menghampus air matanya lalu menoleh. “Ilhoon Sunbae,” gumamnya.

Ilhoon menghampiri gadis itu. “Apa yang kau lakukan disini? Kau menghadiri pesta ini juga? Bersama siapa?” tanya nya.

Jinri tampak berpikir sejenak. “Ya, Sunbae. Aku... Sendiri. Mewakili keluarga,” sahutnya dengan ragu.

Ilhoon tampak menganggukkan kepalanya walaupun sebenarnya ia bingung. Ada yang janggal menurutnya. “Kenapa kau tidak masuk? Udara diluar cukup dingin,” Ilhoon melirik wajah sembab gadis itu. Ada apa sebenarnya dengan Jinri pikirnya.

Jinri tersenyum. “Ah... Aku bosan didalam. Aku ingin mencari udara segar. Lalu Sunbae?” sahutnya.

Ilhoon kembali menganggukkan kepala. “Sama. Aku juga sedang mencari udara segar. Seperti yang kau katakan aku bosan dengan pembicaraan orangtua didalam sana. Mereka hanya membahas masalah kerja sama dan bisnis,” ucapnya sambil terkekeh.

Jinri ikut tertawa. “Sepertinya kita sependapat,” sahutnya.

Ilhoon kembali melirik Jinri. “Kapan kau kembali ke Korea?” tanya nya.

Jinri tampak sedang mengingat-ngingat sesuatu. “Mungkin besok lusa. Ada apa, Sunbae?” Jinri menatap Ilhoon yang tampak langsung senang.

Ilhoon berdehem. “Apa kau ada waktu besok? Jika kau tidak sibuk, aku ingin mengajakmu berkeliling,” ajak laki-laki itu.

Jinri tampak berpikir. “Sepertinya ak-“

“Shin Jinri, apa yang kau lakukan disini?” suara dingin dari arah belakang memotong perkataan Jinri. Jinri dan Ilhoon serempak menoleh kebelakang dan Jinri langsung mundur satu langkah ketika melihat Jungkook berdiri tidak jauh dari mereka dengan tatapan mengerikan.

-00-

Ilhoon memainkan gelas winenya tidak berniat untuk menyesap minuman memabukkan itu. Ia masih memikirkan kejadian beberapa menit yang lalu. Jungkook datang dan langsung menyeret Jinri pergi dengan raut wajah penuh amarah. Ia masih ingat tatapan Jungkook padanya. Tatapan membunuh.

Ilhoon tertawa hambar. “Apa sebenarnya hubungan mereka?” gumamnya.

“Kau ingin tahu apa hubungan mereka?” Jeon Wonwoo tiba-tiba datang dari arah belakangnya. Laki-laki itu menghampiri Ilhoon.

Ilhoon mengangkat sebelah alisnya bingung. “Kau tahu sesuatu, Hyung?” tanya nya dengan penasaran.

Wonwoo menyeringai. “Sepertinya kau banyak ketinggalan berita, huh?” ejeknya.

“Well, mantan kekasihmu itu sudah dinikahi oleh adikku Jeon Jungkook,” lanjutnya dengan santai.

Ilhoon tampak tercekat. “Menikah?” tanya nya dengan wajah terkejut luar biasa. Ini diluar dugaannya. Ia tidak sampai berpikir jika hubungan Jungkook dan Jinri adalah menikah. 

Jungkook menyeret Jinri dengan kasar menuju kamar tempat mereka menginap. Laki-laki itu dengan tidak sabaran membuka pintu lalu masuk dengan masih menyeret Jinri yang sejak tadi meringis kesakitan. Entah bagaimana bentuk pergelangan tangannya setelah ini.

Jungkook melepas genggamannya pada pergelangan gadis itu. Mereka berdua kini berdiri berhadapan. “Kenapa kau bisa bersama si brengsek itu, hah? Sudah aku katakan jangan dekat dengannya,” bentak laki-laki itu dengan suara sarat akan emosi.

Jinri mengangkat dagunya. “Atas dasar apa kau melarangku untuk dekat dengannya, Jeon Jungkook?” tanya gadis itu.

Jungkook mendekat satu langkah. “Aku mempunyai dasar untuk melarangmu. Aku suami mu,” desisnya.

Jinri tertawa hambar. “Kau selalu menggunakan alasan itu sebagai tamengmu. Kau... Jangan katakan kau cemburu?” sahut Jinri dengan nada setengah mengejek.

Jungkook tersenyum sinis. “Ya... Aku cemburu, Shin Jinri. Kau baru saja melukai perasaanku,” sahutnya.

Jinri kembali tertawa hambar. “Aku melukai perasaanmu? Yang benar saja. Lalu bagaimana dengan kau yang memeluk Bae Irene tadi? Kalian bahkan seperti sepasang kekasih. Kau pikir itu tidak melukai perasaanku?” Jinri terkejut dengan perkataannya barusan. Apa ia baru saja mengatakan bahwa ia juga cemburu?

Jungkook menyeringai. Kena kau, Shin Jinri pikirnya. “Kau... cemburu?” tanya laki-laki itu.

Jinri cukup lama terdiam. Ia bingung harus menjawab apa. Ia sudah mati kutu sekarang, ia tidak bisa mengelak. “Ya... Aku cemburu. Kenapa kalian harus berpelukan seperti itu? Kenapa kau selalu bersikap seperti itu pada semua gadis yang dekat denganmu? Kau brengsek, Jeon Jungkook. Apa sekarang kau sudah puas?” Jinri akhirnya bersuara. Mata gadis itu mulai berkaca-kaca.

Jungkook terdiam. Ia menatap gadis itu dengan ekspresi yang tak terbaca. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki itu.

Jungkook menatap mata Jinri yang kini tengah berkaca-kaca tersebut. Tatapan itu seperti memiliki makna yang mendalam. Seolah-olah dengan tatapan itu ia menyampaikan segala yang ingin ia katakan.

“Apa kau mencintaiku, Shin Jinri?” pertanyaan itu terloncar begitu saja dari mulut laki-laki itu. Jinri langsung tercekat. Bibirnya langsung kelu.

Jantung Jinri berdetak cepat menjadi dua kali lipat sekarang. Jungkook tidak bergeming dari tempatnya, tatapannya tetap sama. Laki-laki itu seperti menunggu jawaban dari pertanyaannya.

Jinri berdehem. “Aku... Aku harus mandi.” ucapnya dengan terbata-bata. Jinri ingin segera menghindar dari laki-laki itu. Ia berharap setelah ini, ia akan bangun dan pertanyaan Jungkook tersebut hanyalah sebagian dari bunga tidurnya.

Jinri masuk kekamar mandi lalu menguncinya. Tubuh gadis itu langsung merosot ke lantai, kedua kakinya tidak kuat lagi menahan tubuhnya. Jinri langsung melemah.

Jinri keluar dari kamar mandi setelah berendam di bathub selama hampir 30 menit. Ia sedikit menggigil karena terlalu lama dikamar mandi. Gadis itu merapat kimono handuknya sambil melangkah pelan menuju ranjang.

Jinri menghentikan langkahnya ketika melihat Jungkook yang kini tengah tertidur di sofa. Laki-laki itu sudah mengganti tuxedonya menjadi T-shirt putih dan celana pendek hitam.

Laki-laki itu tidak tidur di ranjang seperti biasa. Biasanya, Jungkook akan menguasai ranjang lalu setelah itu mereka berdua akan beradu mulut merebut tempat tidur. Jinri melangkah mendekati laki-laki itu yang sepertinya sudah tidur dengan lelap.

Jinri menunduk. Tangannya terulur untuk mengusap kepala laki-laki itu dengan pelan. Ia memandang cukup lama wajah Jungkook yang tengah terlelap tersebut.

Jinri tersenyum. “Ya. Aku mencintaimu, Jeon Jungkook.” bisiknya lalu mengecup kening laki-laki itu dengan air matanya yang mulai membahasai pipinya. Jinri menegakkan tubuhnya lalu melangkah ke ranjang untuk tidur.

Jungkook membuka matanya lalu bangkit dari posisi tidurnya. Ia menatap Jinri yang kini tengah tidur dengan tenang diatas ranjang. Cukup lama laki-laki itu memperhatikan Jinri yang tertidur. Bosan menatap gadis itu dari jauh, Jungkook memutuskan untuk meninggalkan sofa lalu melangkah menuju  ranjang.

Ia dengan hati-hati duduk dipinggir rajang. Jungkook menyentuh pipi gadis itu dengan ibu jarinya lalu mengusapnya dengan pelan.

“Terima kasih, Shin Jinri.” bisiknya.

Jungkook mengecup kening Jinri lalu turun ke bibir gadis itu. Cukup lama ia mencium bibir gadis itu, seolah-olah dengan ciuman itu ia menyalurkan semua perasaannya.

Ia melepas ciumannya lalu bangkit berdiri. Jungkook kembali menatap istrinya itu lalu tersenyum tipis. Setelah itu, ia mengambil jaketnya yang tersampir di sofa lalu melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar dan keluar.

-TBC-

Ehm... Litmon balik walaupun terlambat ya :'v jangan marah dong, Litmon kemaren keluar kota selama 6 hari dan habis pulang dari keluar kota Litmon sempat ngedrop sakit. Jadi, karena itu ff ini tertunda. Litmon juga sempat kehilangan feel untung bisa balik walaupun kurang nyess #asyek/?

Gimana chapter ini? Ada yang mabuk? Pusing-pusing? Mual-mual? Siapin kantong kresek ya. Kalau pusing sama mualnya gak berhenti, coba ke dokter kali aja positif #apaini #digamparmasal

Jangan lupa vote dan komentarnya ya. Itu semua demi kelangsungan ff ini. Oh ya, buat yang mau ngobrol sama Litmon bisa follow twitter @litmon_twt nanti Litmon follback kok (っ´▽')っ

Sekian dari Litmon dan Jeon Wonwoo /? #eh
terima kasih dan selamat membaca.

Continue Reading

You'll Also Like

562K 55K 37
[sedang dalam perbaikan] [Yoonmin's story by pito] Berada dalam satu kamar setiap harinya bersama seorang siswa populer yang punya julukan ice princ...
378K 35.7K 36
Adult Story __________________________ Maid cantik itu terjebak cinta terlarang dengan tuannya. "Mangapa cinta ini datang di waktu yang salah?" Writt...
272K 6.7K 26
suka sama abang sendiri? udah cukup gila belum gue? ketika k-boygroup idol menjadi kakak kandungmu, dan kamu tidak sengaja mencintainya namun tidak s...
943K 58.6K 29
Jika kalian berfikir semua berakhir bahagia, kalian salah.. Justru badai yang paling besar datang setelah Seokjin meninggalkan Bangtan.. Jungkook...