Celebrity's Girl

By RulRuly

8.6M 570K 5.1K

Ara hanyalah seorang gadis biasa-biasa saja. Usianya baru 17 tahun. Pelajar, dan punya dua sahabat yang sanga... More

[1] Celebrity's Girl
[2] Celebrity's Girl
[3a] Celebrity's Girl
[3b] Celebrity's Girl
[4] Celebrity's Girl
[5] Celebrity's Girl
[6] Celebrity's Girl
[7] Celebrity's Girl
[8] Celebrity's Girl
[9] Celebrity's Girl
[10a] Celebrity's Girl
[10b] Celebrity's Girl
[10c] Celebrity's Girl
[10d] Celebrity's Girl
[11] Celebrity's Girl
[12] Celebrity's Girl
[13] Celebrity's Girl
[14] Celebrity's Girl
[15] Celebrity's Girl
[16] Celebrity's Girl
[17] Celebrity's Girl
[18] Celebrity's Girl
[19] Celebrity's Girl
[20] Celebrity's Girl
[21] Celebrity's Girl
[22] Celebrity's Girl
[23] Celebrity's Girl
[24] Celebrity's Girl
[25]
[26]
[27] Celebrity's Girl
[28] Celebrity's Girl
[29] Celebrity's Girl
[Super Manager]
[30] Celebrity's Girl
[31] Celebrity's Girl
[32] Celebrity's Girl
[First Kiss]
[33] Celebrity's Girl
[34] Celebrity's Girl
[35] Celebrity's Girl
[36] Celebrity's Girl
[37] Celebrity's Girl
[38] Celebrity's Girl
[Mahendra's]
[39] Celebrity's Girl
[40] Celebrity's Girl
[41] Celebrity's Girl
[42] Celebrity's Girl
[43] Celebrity's Girl
[44] Celebrity's Girl
[45-END] Celebrity's Girl
[EXTRA PART - KEIKO]
[Trailer]
[EXTRA PART - TERAKHIR]
Promo
[Bonus - Emil dan Ara]
Benang Merah [CG - MK]

[EXTRA PART - CELEBRITY'S GIRL]

149K 8.2K 121
By RulRuly


"Tambah ngeri aja media jaman sekarang," komentar Emil sambil mengempaskan surat kabar yang memuat foto dirinya. Di bawah foto tersebut tertulis dengan huruf kapital "TAK HARMONISNYA KELUARGA EMIL ARKA".

Di depannya Gifar hanya terkekeh. "Lo aja kali yang masih kaku ngeliat muka sendiri di koran. Dari dulu juga media selalu begitu. Yang nggak ada diada-adain, yang udah ada dibikin tambah runyam," ujar Gifar menimpali komentar Emil.

"Mentang-mentang gue nggak mau diliput, main pasang berita ngawur aja."

Emil dan keluarga akhirnya pindah ke Indonesia sejak sebulan yang lalu. Kedatangannya ke Indonesia untuk menerima tawaran menjadi juri di salah satu ajang pencarian bakat. Ara sudah ikhlas bila suaminya kembali terjun ke dunia keartisan. Keiko sudah diajak bicara, reaksi pertamanya senang bukan main saat dijanjikan bisa melihat ayahnya muncul di televisi. Emil dan Ara sementara ini hanya mampu menjelaskan sampai di sana. Mereka belum membicarakan bahwa di balik kesenangan menjadi artis atau keluarga artis ada risiko yang menunggu.

Pelan-pelan mereka akan membicarakannya dengan Keiko sambil menunggu anak itu yang akan semakin dewasa. Mereka yakin Keiko akan mengerti pada risiko pekerjaan ayahnya. Yang jelas, Emil telah belajar dari masa lalu, kali ini Emil memang tidak merahasiakan apapun, tapi tidak juga secara gamblang memperlihatkan anak dan istrinya ke media.

"Besok audisinya, ya. Jam tujuh pagi udah ready di Kemayoran," kata Gifar kembali mengingatkan artis asuhannya. Gifar menjadi manajer artis lagi!

Ayah Gifar sampai stres melihat kelakuan anaknya. Meninggalkan posisi sebagai salah satu manajer di perusahaan untuk menjadi manajer artis. Padahal karir Gifar di perusahaan berpotensi cemerlang. Tapi, siapa yang sih yang bisa menduga apa yang ada di pikiran Gifar? Gifar dengan keinginannya yang bebas.

"Kalo anak-istri gue ikut, memungkinkan nggak?" tanya Emil. Ia berencana membawa Ara dan Keiko untuk melihatnya bekerja. Mengenalkan kepada dua perempuan tercintanya agar menerima sedikit demi sedikit. "Gue pengen ngajak Ara sama Keiko, tapi gue nggak mau mereka kena asap rokok."

Gifar mengangguk. "Gedung ber-ac kok. Ajak aja mereka, ntar Keiko gue yang jagain."

Emil langsung menyipitkan matanya. "Mau lo kasih apaan lagi anak gue? Mainan yang lo kasih ke Kei masih ada dua yang belom dibuka plastiknya. Nggak usah lo kasih apa-apa deh," ucap Emil curiga. Gifar benar-benar memanjakan Kei, dan itu sangat jelas. Ayah dan ibunya Kei saja masih melarang gadis kecil itu menggunakan gadget, Gifar malah membelikannya tablet keluaran terbaru. Gifar bilang, Kei cerita dia dipinjami tablet oleh teman sekolahnya. Langsung deh Gifar membelikannya tanpa bilang pada Emil dan Ara. Selain menjadi manajer super, Gifar juga jadi om yang super untuk Keiko.

Gifar pun membalas ucapan dengan cengiran lebar. "Gue beli banyak mainan buat Keiko sekarang biar nanti bisa diwaris juga ke adeknya."

"Makanya nikah sana. Biar punya anak sendiri. Kei udah mau punya adek, lo masih jomblo aja."

Decakan keras terdengar dari Gifar. "Ck, nggak usah bawa-bawa status!"

---

Emil menurunkan Keiko yang sedang tidur ke sofa yang sudah dilapisi kain oleh Ara. Anak itu tertidur saat dalam perjalanan menuju tempat Emil bekerja. Jadi, Emil menggendongnya dari parkiran hingga ke ruang ganti untuknya.

"Ayah kerja dulu ya, Nak," ucap Emil sambil mengelus rambut Kei yang halus, kemudian mengecup dahinya. Lalu ia beralih pada Ara yang berdiri di sebelahnya. Ah, cantik banget sih bumil satu ini. "Aku ada di depan ya. Kalo kamu mau ke sana, nanti minta anterin Gifar," ujar Emil pada Ara, sambil mengelus pipi yang kemerah-merahan itu.

Ara mengiyakan sebagai jawaban. Kemudian Emil mencium dahi dan bibir Ara singkat. Emil juga menyempatkan menunduk untuk mencium perut Ara yang sudah terlihat sedikit buncit. Emil berpamit pada calon anak keduanya yang berusia dua belas minggu. Lalu keluar dari ruangan untuk menjalankan tugasnya sebagai juri acara pencarian bakat.

---

Keiko yang baru bangun menyenderkan kepalanya pada bahu lebar itu. Matanya masih setengah terbuka, jadi dia tidak telalu peduli akan dibawa ke mana ia dalam gendongan ini. Tangannya melingkari leher orang yang menggendongnya, sesekali bergumam mengatakan ingin melihat ayahnya.

"Kei nanti Om beliin buku Iqro yang ada pulpen dan bisa bunyi ya. Mau kan?" tanya Gifar pada Keiko yang tenang dalam gendongannya.

Keiko menggeleng pelan. "Sudah dibeliin sama Opa," jawab Keiko membuat paman kesayangannya itu jengkel. Gifar merasa keduluan oleh pamannya yang tidak lain adalah ayah Emil.

"Kalo gitu Keiko mau dibeliin apa? Tas warna merah udah punya belom?" Gifar masih berusaha untuk bisa memanjakan keponakannya tersayang.

"Mas Gifar," tegur Ara yang berjalan di sampingnya. "Nanti bapaknya ngambek lagi kalo Kei keseringan dapet hadiah," lanjut Ara memelas. Emil memang suka sebal kalau Gifar terlalu memanjakan Kei.

Gifar memutar bola matanya. Dilarang juga bakal tetep gue beliin kalo buat Kei.

"ARA!"

Seseorang yang memanggil Ara dengan suara super kencang itu membuat langkah mereka berhenti. Keiko juga sampai mengangkat kepalanya dari bahu Gifar untuk melihat siapa yang memanggil ibunya.

"Astaga Ara!" Orang itu kembali berseru. Kali ini sambil berlari ke arah Ara dan memeluk Ara erat. "Gila, gue kangen banget sama lo."

Ara membalas pelukan orang itu. "Aku juga kangen banget sama kamu, Ta," ujar Ara senang. Ah, Tata. Sahabtnya yang sudah lama tidak dilihatnya.

Setelah beberapa saat berpelukan, mereka pun saling melepaskan diri. "Kok lo ada di Indonesia? Kok lo bisa ada di sini sih, Ta?" tanya Tata heran melihat sahabatnya ada di negara yang sama dengannya. "Bisa-bisanya lo balik ke Indo nggak bilang-bilang. Jahat banget sih lo, gue sama Dhea kan kangen, Ra."

  Rasanya seperti déjà vu. Ara pernah 'kepergok' Tata saat ingin menemui Emil. Kejadiannya mirip seperti hari ini. Bedanya, Ara tidak perlu tergagap menjawab pertanyaan Tata.  

"Maaf ya, Ta. Aku belum sempet ngabarin. Aku juga baru beberapa hari balik ke sini," jawab Ara sambil tersenyum meminta maaf.

"Terus, terus, lo kenapa bisa ada di sini?"

"Emil kan jadi juri di audisi Found The Star. Aku diajak ke sini buat nemenin dia kerja," jawab Ara malu-malu.

"Bunda, ayo, Kei mau Ayah." Suara imut itu mengalihkan dua sahabat yang sedang asyik reuni.

"Ini pasti Keiko ya? Ya ampun, Sayang. Kamu udah gede ya. Cantik banget lagi," ujar Tata saat kagum melihat lucunya Keiko. "Halo Keiko, aku Aunty Tata, kamu bisa panggil Tita. Tita ini sahabat Bunda kamu, lho," lanjut Tata mencoba berkenalan gadis yang berada di gendongan pria dewasa itu.

Keiko malah menggeleng, merasa asing dengan tante-tante yang menyapanya dan mengaku sebagai teman ibunya. Gadis kecil itu mengulurkan tangannya ke arah Ara, minta digendong. Ara menerimanya dan membisikkan bahwa benar Tata adalah temannya, jadi Keiko tidak perlu takut.

"Pfftt."

Suara tawa tertahan itu membuat Tata yang sedang sebal karena gagal menarik perhatian Keiko pun menoleh. Gifar sedang menutup mulutnya menahan tawa. Tata ditertawakan!

Tata mendelik tajam, kemudian bicara pada Ara. "Emil mana, Ra? Kok lo sama ..." Tata kembali melirik pada Gifar dan memberikan pelototan karena pria itu masih berusaha menahan tawanya. " ... dia."

"Emil udah di dalem. Audisinya udah dimulai deh, kayaknya," jawab Ara mengabaikan aura permusuhan antara Tata dan Gifar. "Kamu sendiri lagi ngapain di sini, Ta?"

Tata mengelus rambut Keiko yang membelakanginya. Anak itu masih belum mau berkenalan dengan orang yang dianggapnya asing. Efek mengantuknya masih ada mungkin. "Gue mau ikut audisi, Ra. Antriannya masih lumayan panjang. Jadi gue jalan-jalan aja dulu."

Ara yang mendengar Tata ingin mengikuti audisi pun tersenyum cerah. Dari dulu Ara tahu betul kalau suara Tata ini bagus sekali. "Beneran kamu ikut audisi? Kamu mau jadi penyanyi? Mama-papa kamu udah bolehin?" tanya Ara memborong pertanyaan.

Tata tersenyum kecut sambil menggeleng. "Mereka nggak tau gue ikut audisi dan udah lolos sampe babak ini. Biar aja jadi kejutan kalo acaranya udah tayang," jawab Tata sambil lalu. "By the way, gue nggak nyangka kalo special judge yang di iklan itu ternyata Emil. Baguslah, gue seneng lo ada di sini, Ra. Jadi, pendukung gue nggak cuma pasangan gelo itu."

"Pasangan gelo? Maksudnya?"

"Dhea sama Idho. Mereka pacaran, bahkan tahun depan berencana married." Ucapan Tata membuat Ara kaget sekaligus senang. "Sambil jalan yuk."

"Seriusan, Ta?"

"Serius. Mereka lagi on the way. Sebentar lagi juga nyampe. Si Dhea pasti seneng deh liat lo. Eh, apa bete ya? Secara, Idho kan pernah naksir sama lo," ujar Tata sambil tergelak. Merasa lucu dengan ucapannya sendiri.

Dua sahabat plus anak kecil yang mulai mengantuk lagi itu berlalu. Meninggalkan Gifar sendirian.

"Kenapa gue jadi ditinggal?"

---

"Capek ya?" tanya Emil pada Ara setelah selesai meminum teh madu hangat buatan Ara.

Ara menggeleng lalu meletakkan gelas kosong Emil di nakas samping tempat tidur. "Harusnya aku yang nanya ke kamu. Aku kan jam dua siang aja udah pulang duluan. Pasti kamu yang capek, jam segini baru pulang, padahal besok harus audisi lagi."

Ara menatap suaminya yang jelas-jelas terlihat kelelahan. Diusapnya wajah Emil. "Makasih ya, kamu udah kerja keras untuk aku, Keiko, dan ini," ucap Ara seraya mengelus perutnya.

Emil ikut mengelus perut Ara. "Kamu sama anak-anak yang bikin aku hidup. Bikin aku semangat terus. Jadi nggak usah bilang terima kasih ya." Emil menyelesaikan ucapannya sebelum mencium perut Ara. "Ganti kata terima kasih dengan cinta."

Ara tersenyum mendengar permintaan suaminya. "Cinta kamu, Gemilang," ucapnya dengan pipi bersemu merah.

Emil yang gemas melihat tingkah malu-malu Ara pun mencubit kedua pipi istrinya. "Lucu banget sih istri aku. Nikah udah enam tahun lebih, bilang cinta setiap hari, tapi masih suka malu-malu." Dielusnya pipi yang semakin kemerahan itu. "Oh iya, gimana perasaan kamu jadi istri artis?" tanya Emil lembut.

Ara berpikir sebentar. "Nggak masalah buat aku mau jadi istri peternak, atau istri owner restoran, atau istri selebriti seperti sekarang. Yang penting suaminya kamu," jawab Ara dengan senyum paling manis, yang selalu bisa membuat Emil berbunga-bunga seperti ABG jatuh cinta.

Emil memandangi Ara lekat. Tidak habis rasa syukurnya telah mendapatkan istri seperti Ara. Cantik, pintar, baik hati, dan penurut. Apalagi sudah ada Keiko dan calon anak keduanya. Lengkap sudah hidup Emil.

Lama-lama Ara salah tingkah juga diperhatikan sebegitunya sama Emil. "Tidur, yuk," ajak Ara pada suaminya, tidak tahan karena terus-terusan ditatap Emil. Bisa sport jantung kalau diteruskan. Deg-degannya tidak berubah dari dulu sampai sekarang. Ara memilih untuk berbaring terlebih dahulu.

"Abis sayang-sayangan kok tidur sih? Nggak mau yang lain?" tanya Emil ikut berbaring. Tapi tangannya Emil itu lhooo ... mampir sana-sini ke tubuhnya Ara.

Ara hanya bisa merem-melek. Tapi ditahan juga tangan Emil yang sudah mulai masuk ke dalam gaun tidurnya, menyapa kehadiran calon anak keduanya. Semacam minta izin mau jenguk.

"Oke, tapi aku mau di atas ya? Kayak kemarin."

Jawaban Ara yang tidak terduga membuat Emil tergelak, tapi diangkatnya juga Ara. Apapun, semua untuk Ara pasti ia lakukan. Itu janji Emil, dari dulu sampai sekarang.

---

Selesai.

Terima kasih untuk semua pembaca CG. Terima kasih untuk vote dan komentarnya. Terima kasih untuk saran, kritik, dan pertanyaannya. Terima kasih untuk dukungan dan semangatnya. Pokoknya terima kasih banyak.

Sampai jumpa~~

---

Salam,

rul

Continue Reading

You'll Also Like

4.6M 179K 18
[DIHAPUS SEBAGIAN - Bisa dibaca lengkap di aplikasi Dreame/Innovel] Seumur hidupnya, Raye tidak pernah berkeinginan untuk membuat konflik dengan siap...
Epiphany By Xylinare

General Fiction

3.3M 229K 49
VERSI LENGKAP DALAM BENTUK PDF Sekelumit cerita tentang Andrea dan Arjuna, sepasang kekasih yang berbeda usia. "Tapi Pak, saya...." "Jangan mancing e...
1.1M 96.6K 49
[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Julian, atau yang akrab disapa Ian, sudah menyandang gelar sebagai playboy sejak berada di bangku SMA. Kebiasaannya ya...
2.2M 104K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞