Flashback
Segalanya dimulai sejak Sean masih kanak-kanak. Saat itu ia masih berusia sepuluh tahun dan sedang dikurung oleh ayahnya di gudang karena tidak mendapatkan nilai sempurna untuk ujian matematikanya. Ia mendapatkan nilai 95. Nyaris sempurna. Dan ayahnya mengurungnya untuk itu.
Ayahnya seorang yang perfeksionis. Tapi ia super perfeksionis terhadap anak laki-lakinya. Tidak ada istilah kegagalan dalam kamus ayahnya. Segalanya harus sempurna baginya. Sean sudah menguasai lima bahasa di usianya saat ini, tidak lepas dari ajaran otoriter ayahnya.
Ayahnya kerapkali memukuli tangannya dengan rotan atau apapun yang bisa dipakai oleh sang ayah sejak masih kecil jika ia melakukan kesalahan. Sean selalu menerimanya. Ia tahu ia harus selalu menuruti ayahnya, jika tidak ingin menderita.
"Sean!!" seseorang mengetuk-ngetuk jendela dan Sean menoleh ke arah jendela yang ada di sudut atas gudang. Jendela itu sudah pecah dan terhalang oleh dua buah papan yang dipaku ke sana. Ada celah diantara dua papan, kira-kira selebar sepuluh senti.
Sean menaiki tumpukan barang dan menyeimbangkan dirinya. Ia berhasil melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata Michelle, kakaknya.
"Aku membawakan makanan dan air untukmu." Michelle menyelipkannya di antara celah itu.
"Ayah pasti akan menghukummu jika tahu tentang ini, Chel." Sean menerimanya dengan tergesa-gesa. Ia mengkhawatirkan Michelle meski kakaknya itu menerima kemarahan ayahnya tidak sesering dirinya.
Michelle sering menyelundupkan makanan untuknya jika ia dihukum dan Sean sangat bersyukur karenanya. Ayahnya tidak akan memberikannya makan mulai dari makan malam hingga ia pulang sekolah keesokan harinya. Uang saku pun tidak didapatkannya.
Ia anak seorang miliuner, tapi hidupnya lebih mengenaskan dibanding anak gelandangan.
Tapi besok Michelle pasti akan membagi uang sakunya pada Sean diam-diam.
Michelle menyayangi Sean dan Sean menyayanginya. Mereka seperti itu karena merasa memiliki persamaan. Merasa terkekang oleh ayah mereka.
Michelle ingin menjadi seorang pianis tapi ayah mereka tidak mengizinkan. Sean sering mengantar Michelle ke ruang musik sekolah secara sembunyi-sembunyi dan mendengarkan permainan Michelle. Michelle sudah dijodohkan oleh seseorang. Ibu mereka, Marinka tidak bisa melawan ayah mereka dan hanya dapat bersedih melihat setiap kali suaminya memberikan hukuman pada anak-anaknya.
"Kenapa kau menerima perjodohan itu?" suatu ketika Sean bertanya saat Michelle memainkan piano.
"Aku ingin bermain piano, Sean." sahutnya.
"Kau sedang bermain piano sekarang."
Michelle menggeleng. "Aku ingin lepas dari keluarga kita. Semoga orang yang dijodohkan denganku itu mengizinkanku bermain piano. Tidak seperti Papa."
"Tapi kau akan meninggalkanku." protes Sean setengah berteriak.
Michelle terkejut memandangnya.
"Michelle...." Sean menggenggam tangannya. "Jangan pergi. Jangan menikah dengan orang itu."
"Sean..."
"Bertahanlah. Tunggu aku. Sebentar lagi aku akan tumbuh dewasa dan bisa melindungimu. Termasuk dari Papa sekalipun. Kau pasti akan bisa bebas."
Michelle kebingungan. Mereka berdua sama-sama masih kanak-kanak sehingga pemikiran mereka kadang begitu sederhana. Tapi akhirnya ia setuju pada Sean.
"Baiklah, Sean. Aku akan selalu bersamamu."
Aku akan selalu bersamamu...
***
Delapan tahun setelahnya, Sean sudah terbiasa dengan keinginan ayahnya. Ia selalu peringkat satu umum di sekolahnya dan rekornya tidak pernah terpecahkan hingga ia menginjak kelas tiga SMU. Ia juga sudah membantu ayahnya di perusahaannya dan ayahnya selalu bangga padanya. Sean bertingkah seperti zombie jika sudah menyangkut ayahnya. Ia tidak memiliki hati dan pikiran saat melakukannya.
Michelle juga sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik. Kakaknya itu lebih banyak mewarisi yang baik-baik dari wajah ayah dan ibu mereka. Kombinasinya tepat. Suatu ketika, Michelle mengatakan sebuah rahasia padanya bahwa ia jatuh cinta dan sedang menjalin hubungan dengan seseorang.
Sean terkejut saat mengetahui orang tersebut tidak sepadan dengan keluarga mereka. Ayahnya pasti tidak akan menyetujuinya, apalagi Michelle sudah dijodohkan.
Dan benar saja. Michelle ketahuan. Ayahnya langsung mengirim seseorang untuk menghajar laki-laki yang sudah berani mendekati anaknya itu dan pacar Michelle terdengar masuk rumah sakit selama seminggu setelahnya. Ayahnya juga hendak menghukum Michelle dengan pukulan dan Sean yang mendengarnya langsung memohon agar Michelle diampuni. Ia juga bersedia menggantikan Michelle menerima hukuman itu. Saat itu mereka berdua akhirnya sama-sama dipukuli.
Michelle patah hati setelahnya. Ia tidak sama lagi seperti dulu.
Sean mendengar ayahnya akan mempercepat pernikahan Michelle dengan seseorang yang dijodohkannya sejak dulu. Miliuner Rusia yang kaya raya dan umurnya hampir sama dengan ayahnya sendiri. Orang Rusia itu pernah melihat Michelle di suatu pesta dan tertarik padanya. Ayahnya yang serakah tentu saja menerima pinangan tersebut karena selain memiliki darah bangsawan, kekayaan orang Rusia itu juga berlipat-lipat lebih besar dibanding keluarga Sean sendiri.
Sean menentang ayahnya melakukan hal itu dan mencoba terus membujuk ayahnya agar membatalkannya. Ayahnya malah memisahkannya dari Michelle dengan cara mengirim Sean kuliah di Cambridge.
Dan sejak saat itu Sean tidak pernah melihat ataupun bertemu Michelle.
Ia berusaha bersabar dan mencoba mencari informasi tentang Michelle selama bertahun-tahun, tapi ayahnya selalu menghalanginya. Meski berusaha sekuat tenaga, ia masih selalu dikalahkan oleh kelicikan dan kekuasaan ayahnya.
Sean merasa putus asa. Ia pernah berjanji untuk melindungi Michelle dan sekarang ia benar-benar tidak berdaya.
Dalam kerapuhannya, ia bertemu dengan seorang gadis yang menarik hatinya. Ia adalah Katherine, seorang artis yang cantik namun belum begitu populer. Saat itu Sean sedang cuti kuliah dan kembali ke Indonesia untuk sementara.
Katherine lebih muda setahun dibanding dirinya. Saat itu Sean berumur dua puluh satu tahun. Ia bertemu Katherine karena Katherine teman salah satu sahabatnya. Katherine begitu perhatian padanya. Ia selalu menghibur Sean di saat Sean bersedih jika teringat akan kakaknya dan Sean semakin dekat dengannya karena hal itu. Katherine membuatnya bisa melupakan kesedihannya.
Sean jatuh cinta pada Katherine. Ia begitu naif pada perasaan cintanya tersebut. Ia membelikan semua yang Katherine inginkan dan bahkan menyewakan apartment mahal untuk Katherine agar bisa bertemu dengannya sesering mungkin.
Setahun setelahnya Katherine mengaku hamil. Itu di saat Sean sedang cuti kuliah untuk kedua kalinya. Sean malah merasa senang mendengar hal tersebut dan berjanji akan menikahinya.
Ia mengajak Katherine bertemu keluarganya dan ayahnya langsung tidak menyetujui dirinya menikah dengan Katherine dengan alasan Katherine tidak sepadan untuknya. Ia bahkan mengatakan Katherine adalah pelacur. Alasan lainnya adalah bahwa ia sudah dijodohkan dengan seseorang. Sean baru mengetahui tentang hal tersebut. Dari penjelasan ayahnya, ia mengetahui bahwa ia sudah dijodohkan oleh kakeknya dengan salah seorang anak dari keluarga Winata. Tapi ayahnya juga mengatakan akan membatalkan perjodohan tersebut jika menemukan seseorang dari keluarga yang lebih cocok untuknya.
Lebih cocok dengan selera ayahnya yang ambisius, tepatnya.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Sean melawan ayahnya. Semua demi Katherine. Ayahnya mengancam tidak akan mengakui Sean sebagai anaknya dan menghapusnya sebagai ahli waris. Sean tidak peduli terhadap hal itu. Yang terpenting baginya ia harus menikahi Katherine. Ayahnya menertawakannya dan bahkan menantangnya apa gadisnya itu masih akan tetap menerimanya setelah ia tidak memiliki apa-apa.
Sean menceritakan pada Katherine tentang rencananya. Ia akan tetap menikahi Katherine meski ayahnya mencoretnya sebagai ahli waris. Ia juga mengatakan memiliki uang sendiri dari hasilnya bermain saham selama ini dan itu lebih dari cukup untuk menghidupi mereka. Ia bahkan akan mulai membuka usaha dengan modalnya sendiri. Katherine hanya tersenyum mendengarnya.
Setelah ia menceritakan itu, Katherine menghilang dari apartemennya keesokan harinya.
Sean merasa cemas setengah mati mengingat kejadian pada masa lalunya. Di mana ayahnya menghajar kekasih Michelle saat mengetahui pria itu dekat dengan Michelle.
Ia mencari ayahnya dan menghajar ayahnya. Sean tidak peduli pada apapun. Ia hanya ingin ayahnya memberitahukan padanya apa yang telah ia lakukan pada Katherine. Ayahnya mengaku memberi sejumlah uang pada Katherine untuk meninggalkan Sean dan menggugurkan bayinya. Dan Katherine menyetujuinya.
Sean mendekam di penjara selama tiga hari karena menyerang ayahnya.
Ia langsung mencari Katherine setelah keluar dari penjara. Ia tidak percaya pada perkataan ayahnya tentang Katherine. Katherine tidak mungkin melakukan hal sekejam itu. Ia mengenal Katherine dengan baik.
Sayangnya setelah mencari selama sebulan, ia tidak menemukan Katherine.
Dan empat bulan kemudian, ia baru menemukannya. Bersama pria lain. Seseorang yang dikenalnya berasal dari golongan jetset sepertinya. Dan perutnya masih tetap rata seperti semula. Katherine mengaborsi anaknya. Katherine tidak berbohong tentang kehamilannya karena mereka sempat memeriksakan diri ke dokter kandungan dan Katherine memang hamil.
Ia mendekati Katherine saat itu dan Katherine terkejut melihatnya. Ia mengenalkan Sean sebagai teman lama pada kekasih barunya.
Sean meninggalkan Katherine tanpa melakukan ataupun mengucapkan apapun padanya.
Baginya Katherine sudah mati.
Begitu pula hatinya sendiri.
Ia kembali pada ayahnya yang menertawakan kebodohannya. Sean membenci ayahnya tapi ia tidak peduli lagi. Ia kembali menjadi dirinya yang dulu. Dan bahkan lebih buruk daripada sebelumnya. Ia membenci semua wanita, kecuali ibunya dan Michelle. Ia hanya menggunakan wanita sebagai kesenangan semata dan tidak pernah berhubungan serius lagi dengan mereka.
Dan berita yang didapatkannya setelah itu kembali menghancurkan hidupnya.
Michelle ditemukan.
Tapi dalam keadaan sudah tidak bernyawa lagi.
Ia berteriak histeris dan tak kuasa menahan tangisannya saat mengetahuinya di Jepang sambil memeluk jenazah kakaknya yang sudah terbujur kaku.
Michelle adalah segala-galanya bagi Sean.
Kakaknya yang paling dicintai dan mencintainya.
Salah satu wanita yang mencintainya sepenuh hati tanpa kepalsuan seperti Katherine.
Dan Sean gagal melindunginya...
Dua tahun kemudian ayahnya terbaring di rumah sakit karena terdiagnosa kanker paru-paru stadium akhir. Dan setelah mengalami serangkaian pengobatan, ia mengalami komplikasi gagal ginjal.
Sean tahu ia bisa saja menyumbangkan ginjalnya pada ayahnya. Jenis kelamin dan golongan darah serta rhesus mereka sama. Hanya tinggal melakukan tes untuk mengetahui kecocokan lainnya.
Tapi ia menolak melakukan transplantasi.
Ia membenci ayahnya sepenuh hati setelah kematian Michelle.
Dan meski ayahnya meninggal dunia beberapa bulan kemudian, kematian ayahnya tidak menenangkan hatinya dan terus menggerogotinya seumur hidupnya.
***
Ini adalah part kunci untuk cerita ketigaku ya hehehe