(Pain)ting Voice (COMPLETE)

By SiMmieSallad

461 105 7

Bab 1-8 : Public Bab 9-End : Private "Ketika cinta berada pada lingkaran yang sama," (Pain)ting Voice. Cerit... More

Prolog
Birth
16 Years Later
Side By Side 1
Friendship?
Seasons
Crush?

Side By Side 2

42 11 1
By SiMmieSallad

Jika kekuatan sihir itu ada, Cessia ingin memilikinya. Bukan tanpa alasan ia harus mempunyai kekuatan itu. Karena dengan hasil yang diberikannyalah ia bisa mendapatkan apapun. Entah itu harta, kekuasaan, mobil mewah, pangeran tampan, atau kecerdasan sekalipun. Itu bisa terwujud semuanya apabila ia memilki kekuatan sihir.

Imajinasi. Mungkin semua itu hanya akan terwujud dalam dunia khayalnya. Semua hanya sebatas imajinasinya saja yang ingin seperti tokoh kartun yang selalu ditontonnya sewaktu kecil dan mungkin sampai sekarang ia masih menyaksikannya. Bagaikan idola, kartun itulah telah menjadi figur harapan dalam hidupnya.

Tapi, dari semua yang disebutkan di atas, itu semua bukanlah keinginannya, melainkan hanya satu yang benar-benar ia inginkan. Kecerdasan. Ia ingin lebih bersinar dari orang lain. Ia juga ingin bisa menjelajah waktu. Cessia tak perlu memberitahukan alasan mengapa ia ingin memutar waktu yang telah berlalu. Karena mereka yang nanti mengetahui keinginannya pun tak akan mampu mengabulkannya. Dan itu percuma saja, hanya menjadi hal yang sia-sia.

Cessia Alianka Frederick, salah satu anak yang beruntung dilahirkan dari keluarga yang berada. Keluarga yang mapan dengan harta yang selalu menemaninya. Ia adalah keturunan kedua dari keluarga bermarga Frederick, setelah sebelumnya ada Reinan Azka Frederick yang menempati posisi pertama. Walaupun mereka tak sedarah, tapi mereka merupakan kedua insan manusia yang dipertemukan dalam ikatan keluarga.

Cessia memang sangat beruntung, tapi bukan berarti semua yang kalian lihat dari luar itu sama seperti di dalamnya. Kadang pengakuan terasa lebih baik dibandingkan dengan kenyataan yang kadang menyakitkan. Itulah yang Cessia rasakan selama ini. Kalian tahu apa yang ia rasakan? Terabaikan, tak terlihat, dan menyedihkan pada kenyataannya. Namun, kalian memang tak seharusnya mengetahui itu semua. Kalian hanya perlu diam memerhatikan segala yang berlalu, terkadang diamnya seseorang mampu membuat siapa saja merasa percaya pada apa yang dimiliki.

Seperti biasa Cessia akan terbangun di pagi buta seperti ini. Ia memang sudah menjalani hal tersebut dengan rutin. Tidur pada pukul 20.00 malam dan bangun pada pukul 03.30 pagi. Pada jam yang menunjukkan angka 3 siapa orang yang akan bangun di pagi buta selain dirinya? Mungkin hanya beberapa yang melakukan hal tersebut bagi seorang siswa.

Cessia menyibakkan selimutnya, beranjak dari ranjang kesayangannya kemudian beralih ke meja belajarnya. Ia duduk di sana, lalu memasang headset yang telah terpatri di atas meja. Ini memang yang biasa ia lakukan ketika hendak belajar, memasang headset dan kadang lebih sering berkutat dengan ponselnya.

Ia terus berada di kursi belajar kesayangannya, sampai waktu menunjukkan bahwa sang surya telah terbit dari sangkarnya, barulah ia menyelesaikannya. Cessia meregangkan otot-otot tangan yang terasa pegal. Kemudian ia melepaskan headset-nya serta merapihkan semua barang yang hendak ia bawa ke sekolah.

Ketika ia sedang berkemas, tiba-tiba terdengar suara ketukan halus dari balik pintu kamarnya.

"Cessia. Apa kau sudah bangun? Kau masih tidur Sayang?"

Cessia yang hendak menjawab pun berhenti sebelum berucap. Ibunya masuk ke kamarnya dengan senyum yang biasa seorang Ibu perlihatkan kepada seorang anak. "Kau memang anak pintar, tanpa Ibu bangunkan kau sudah terlebih dahulu membuka matamu," ucap Eriska. Ia mendekati Cessia, lalu ia hendak mengecup kening Cessia sebagai tanda kasih sayang seorang Ibu. Namun, Cessia menghindar dari perlakuan Eriska.

"Ibu, aku sudah besar. Bukan saatnya lagi Ibu membangunkanku, kemudian mengecupku di pagi hari, atau bahkan menata rambutku. Itu bukan keharusanmu lagi, Bu." Cessia berusaha menjelaskan keresahan hatinya atas tingkah Eriska.

Eriska menundukkan kepalanya, mencoba meredam pilu pada hatinya. Ucapan anaknya mampu membuat hatinya dipenuhi rasa sesak. Rasanya ia ingin menangis sekarang juga, namun ia mencoba untuk menahannya. Apakah mungkin yang telah dilakukannya saat ini berlebihan?

Eriska memberi senyum hangat pada anaknya. "Kau benar, semua yang kau katakan semuanya benar. Tapi, Ibu mohon jangan meminta Ibu melakukan apa yang kau mau itu. Ibu ingin terus seperti ini, membangunkanmu, memberi kecupan pagi pada putri kesayangan Ibu, dan menata rambutmu seperti saat kau kecil dulu. Ibu ingin kau menjadi putri kecilku seperti...."

"Ibu... Ibu kumohon juga padamu jangan berbicara seperti ini, kau membuatku ingin menangis. Hanya Ibulah yang bisa meruntuhkan pertahananku," ujar Cessia sambil menundukkan kepalanya.

Eriska yang melihat putrinya langsung memeluknya. Merengkuhnya dengan erat seperti tidak ingin melepaskannya. "Katakan pada Ibu apa yang kau mau?"

Cessia menggelengkan kepalanya. Ia tahu bahwa sekarang bukan waktu yang tepat untuk membahas keinginannya semata. Ia pun melepaskan pelukannya dengan sang Ibu. Kemudian ia menatap tepat pada kedua bola mata Eriska.

"Maafkan aku," lirih Cessia.

Eriska langsung menganggukkan kepalanya mengerti akan apa yang telah dilakukan putrinya. Ia pun tahu putrinya tak akan bermaksud untuk melukai hatinya. Eriska merengkuh kembali tubuh Cessia ke dalam dekapannya.

Terkadang ego seseorang itu bisa meruntuhkan pertahanan yang telah dibangun oleh diri. Sebenarnya ego itulah yang mampu membuat mereka jauh dari kata kenyamanan, karena yang mereka tahu hanya bagaimana cara agar mereka bisa lebih dari siapapun. Entah itu dengan teman atau bahkan keluarganya sendiri sekalipun.

"Apa Reinan berada di kamarnya?" tanya Cessia.

"Dia tidak pulang malam ini. Seperti biasa, ia akan pulang ke apartment-nya. Apakah kau merindukannya?"

"Ibu aku ingin membersihkan tubuhku. Bisakah Ibu melepaskan pelukannya?"

Eriska terkekeh. Ia baru menyadari alasan ia datang ke kamar anaknya. Bukan untuk bersedih ria, tapi untuk menyuruh Cessia bersiap untuk bergegas pergi ke Sekolah. "Kau bahkan tak menjawab pertanyaan Ibu," protes Eriska sambil melepaskan pelukannya dari tubuh Cessia. "Kau rindu Kakakmu?"

"Hmm." Cessia hanya berdeham sebagai respon dari pertanyaan Eriska. Lalu ia berkata. "Aku sangat merindukannya."

Eriska mengusap rambut Cessia dengan lembut. "Bukankah kalian sering bertemu di Sekolah? Apa ia tak pernah menemuimu?"

"Ibu. Aku ingin..."

"Baiklah. Ibu akan ke luar, Ibu dan Ayah menunggumu untuk sarapan bersama."

Cessia hanya mengangguk mendengar penuturan Eriska. Lalu ia meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.

'Bahkan untuk menyapapun tidak,' ringis Cessia dalam hati.

***

"Apa Ayah sudah ingin pergi?" Cessia melihat ayahnya yang telah menyelesaikan makanannya.

"Ada meeting hari ini jadi Ayah harus berangkat sekarang." Theodore berdiri dari duduknya untuk mendekati Cessia, selanjutnya ia memberi kecupan singkat pada kening putrinya. "Belajarlah yang semangat. Dapatkan nilai yang terbaik."

Cessia yang mendengar itu hanya berusaha untuk tersenyum pada sosok yang menjadi ayah sejak ia kecil dulu. "Baik Ayah. Aku akan berusaha mendapatkan yang terbaik untuk..."

"Kami," sambung Theodore mengingatkan.

"Ya. Untuk kalian semua," jawab Cessia dengan nada semangat.

"Ayah pergi dulu, dan kau dear. Jaga rumah ini dengan baik," suruh Theodore dengan senyum mengembang di wajahnya sambil menunjuk istrinya.

"Heyy.. kau seperti mengingatkanku dalam wujud anak kecil yang akan mengotori rumahnya kapan saja," oceh Eriska pada suaminya.

Theodore tak lupa memberi kecupan singkat pada kening istri tercintanya.

"Hati-hati, Yah," seru Cessia dan Eriska secara kompak. Mereka tersenyum satu sama lain.

"Cepat habiskan makananmu."

10 menit berlalu....

Dentingan sendok terakhir menjadi ending kegiatan mereka di pagi hari.

"Ibu aku berangkat."

"Tunggu.. tunggu.."

Eriska mendekati anaknya. Menata rambut panjang indah milik Cessia yang sedikit berantakan. "Baiklah.. selesai. Kau putri Ibu yang paling cantik di muka bumi ini."

"Kau berlebihan, Bu."

"Biarkan. Sekarang cepatlah kau berangkat, kau akan terlambat nanti."

Cessia menghela nafasnya. "Kau yang mencegahku untuk tetap di sini, Bu. Aku berangkat sekarang."

***

Cessia sudah sampai di pelataran sekolahnya. Ia langsung menuju di mana kelasnya berada, yaitu 'XI A'. Ia memberi sapaan pada siapa saja yang bertemu dengannya. Itulah yang membuatnya banyak di senangi oleh semua orang. Tidak seluruh murid, tapi hampir semua.

Cessia memasuki ruang kelasnya. Seperti biasa ia lihat kondisi kelas dengan pemandangan teman-temannya yang sudah berkutat dengan pena dan buku tulis di setiap pagi berlangsung. Entah mereka sedang mencatat atau sedang mengerjakan tugas.

"Wahh.. akhirnya Queen-ku datang juga, kau adalah penyelamat kami."

"Cess, pinjami kami buku kerjamu. Kami tahu kau akan membantu kami."

Semuanya menatap Cessia dengan mata berbinar. Mereka berharap besar dengan kebaikan Cessia.

"Apa kalian sejak tadi tidak ada yang membantu?" tanya Cessia.

Sebenarnya ia lebih ingin menyindir seseorang yang duduk di belakang sana. Tapi target yang dituju malah menghiraukannya. Orang tersebut memerhatikan tingkah Cessia dari kursi tempatnya duduk. Cessia memberi senyum sinis kepada orang yang dimaksud.

"Baiklah. Aku akan memberi buku kerjaku untuk membantu kalian."

Semuanya bersorak senang layaknya telah mendapat lotre dari sebuah permainan.

Lyra yang menyaksikan semua tingkah laku Cessia hanya terdiam sambil menghela nafas pelan.

'Tujuan orang berbuat baik itu semuanya berbeda. Kadang mereka melakukannya hanya karena ingin mendapat pencitraan semata. Bukan karena kewajiban yang seharusnya mereka beri tanda.'

Continue Reading

You'll Also Like

4M 236K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
3.6M 288K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
3M 252K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
528K 87.3K 30
✒ 노민 [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...