Youth Of Lily

Por Decdaisy

42K 5.1K 278

TW: Cerita ini mengandung banyak isu sensitif yang dapat memicu. Harap bijak dalam membacanya. Orang-orang b... Mais

Devoid
First Run
Second Run
Third Run
Fourth Run
Fifth Run
Sixth Run
Seventh Run - Part 1
Seventh Run - Part 2
Eight Run
Tenth Run
Eleventh Run
Twelfth Run
Thirteenth Run
Fourteenth Run
Fifteenth Run (Part 1)
Fifteenth Run (Part 2)
Sixteenth Run
Seventeenth Run
Eighteenth Run
Nineteeth Run
Twentieth Run
Twenty-First Run
Last Run
Last Author's Note
UPDATE. How to find my other work?
Short Update: Advertisement

Ninth Run

1.1K 197 15
Por Decdaisy



Pretending not to be lonely,

Pretending not to be in pain

Pointlessly pretending to be okay,

Pointlessly pretending to be strong

Don't climb over the wall I've built in front of me

I'm the island in this vast ocean. Don't abandon me


Taehyung tidak datang ke sekolah.

Namjoon menyadari bahwa pemuda tersebut sering kali tidak muncul di sekolah. Kali ini sudah selama tiga hari. Terkadang dia akan absen untuk satu atau dua hari dan di hari lain untuk sepanjang minggu itu. Setiap kali Namjoon bertanya padanya mengapa dia tidak datang sekolah, dia hanya akan mengatakan bahwa dirinya sakit atau keluarganya sakit dan dia harus mengurus keluarganya tersebut, kemudian dia akan beralih dari topik pembicaraan.

Namjoon tidak terlalu tahu mengenai keluarga Taehyung meskipun mereka adalah teman sebangku. Hal satu-satunya yang dia ketahui hanyalah Taehyung tidak memiliki kakak laki-laki atau perempuan. Taehyung adalah seseorang yang sangat ceria. Dia mampu membicarakan mengenai banyak hal di sekitarnya tapi dia sangat jarang mengatakan sesuatu mengenai keluarganya. Yah, bukan berarti Namjoon peduli mengenai hal tersebut.

Setidaknya pada waktu-waktu yang jarang terjadi ini, Namjoon merasa lega bahwa dia tidak harus bertahan untuk mendengarkan Taehyung berbicara. Sesekali Namjoon benar-benar ingin menyingkirkan pemuda tersebut dari dunianya tapi tak jarang pula dia akan merasa bahwa rasanya cukup baik untuk membiarkan Taehyung berada di sisinya dengan kebisingannya. Setidaknya pemuda tersebut adalah sebuah pengingat untuk Namjoon bahwa dunia ini tidaklah sepenuhnya buruk. Masih ada seseorang yang masih sangat murni seperti Taehyung. Terkadang pemikiran pemuda tersebut mengejutkannya.

"Hei, Jimin."

Namjoon mendekati Jimin yang duduk di baris tengah di dalam kelas mereka, baris yang dekat jendela luar. Jimin terlonjak sedikit ketika Namjoon memanggilnya. Mungkin karena dia tidak terbiasa dengan Namjoon datang padanya. Biasa Taehyunglah yang akan melakukan hal tersebut. Namjoon pun merasa janggal mengenai situasi ini. Mengapa dia mendekati Jimin? Bukankah dia tidak bersosialisasi dengan siapa pun di sekolah? Mungkin ide mengenai kru yang terus-terusan Taehyung cecarkan padanya mulai merasuki Namjoon. Dia menjadi terbiasa dengan keberadaan anggota lain di sekitarnya.

"Mau pergi ke kantin?" Karena dia sudah terlanjut memanggil pemuda tersebut, Namjoon memutuskan untuk melanjutkan percakapan dan itu juga karena Jimin menatapnya dengan keingintahuan.

"Denganku?"

"Ck, tentu saja denganmu. Kenapa aku bertanya kalau aku tidak mau pergi denganmu?" Namjoon mendecak lidah.

"Baiklah." Jimin berdiri dari kursinya dengan enggan, meskipun sesungguhnya dia tidak terlalu ingin makan.

Mereka berdua keluar dari ruang kelas dengan berjalan bersisian. Rasanya terasa sedikit janggal untuk melihat mereka bersama. Namjoon dan Jimin adalah dua orang yang memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang. Tapi ada satu kesamaan antara mereka, itu adalah mereka tidak berhubungan dengan orang-orang di sekolah. Namun itu membuat kombinasi ini semakin aneh. Mereka bahkan tidak saling berbicara pada satu sama lain ketika menuju kantin dan ketika mereka berbaris untuk pembagian makanan dari koordinator makan siang.

Pada makan siang hari itu terdapat soft tofu stew, beberapa pasta dan kentang, side dish kecambah, dan dadar gulung. Namjoon tidak terlalu bersemangat mengenai menu hari itu. Tidak ada daging di sana. Tapi setidaknya mereka memberikan susu.

BRAK!

Baru saja dia hendak berjalan menuju meja kosong bersama Jimin, seseorang menjegal kakinya dan menyebabkan makanannya terjatuh berserakan di lantai.

"Oops ... maaf mengenai kaki panjangku." Itu adalah Rahoon dan teman-temannya, menertawai jatuhnya Namjoon.

Namjoon tahu bahwa Rahoon sengaja melakukan itu. Itu adalah salah satu yang Rahoon suka lakukan di sekolah. Ayo jegal Namjoon ketika dia tidak siaga karena itu akan menyenangkan untuk ditonton dan mumpung sedang tidak ada guru saat ini, beruntung!

Namjoon memutuskan untuk tidak bereaksi mengenai hal ini. Dia mulai membersihkan makanan yang terjatuh dari nampannya.

"Lihat, makananmu jadi kotor semua. Kau tidak punya makan sianng lain. Kau mau punyaku?" Rahoon masih belum selesai dengan permainan kekanakannya. Dia mengangkat semangkuk soft tofu stewnya.

"Jangan pedulikan mereka."

Namjoon berbisik pada Jimin yang terlihat terpaku di tempat. Dia mencoba mengajak pemuda tersebut menyingkir dari tempat tersebut sebelum sesuatu yang Jimin sembunyikan di dalam dirinya menyebabkan masalahnya. Namun Jimin terdiam di tempatnya berdiri, dan sebelum Namjoon dapat menariknya keluar dari tempat tersebut, Rahoon kembali bertindak. Dia menuangkan menu stew hari ini ke atas Namjoon.

Namjoon kehilangan kata-katanya karena terkejut. Dan sebelum dia dapat bereaksi mengnai hal tersebut, sebuah jeritan lain terdengar. Itu adalah suara Rahoon. Kali ini dialah yang basah oleh soft tofu stew dan pelakunya adalah Yoongi yang berdiri di sampingnya, masih mengangkat mangkuknya.

"Apa ini menyenangkan?" Yoongi bersikap seakan dia sedang melakukan percobaan, namun Namjoon dapat merasakan bahaya dari nadanya. "Mengapa kau bersenang-senang dengan bermain dengan makanan? Aku tidak menemukan menuang makanan ini kepada orang lain itu menyenangkan."

Yoongi meletakkan mangkuk tersebut, terlihat tidak acuh dengan tatapan sengit dari Rahoon. Rahoon menyeruak maju ke arah pemuda lebih tua tersebut. Mencoba berkelahi dengannya, namun Yoongi masih bersikap sama. Dia menatap pemuda tersebut seakan dia merasa bosan.

"Apa satu-satunya yang bisa kau nikmati hanyalah membuat orang lain tersiksa? Dewasalah! Memangnya kalau kau yang jadi korbannya kau akan masih bisa menikmatinya?" Yoongi menahan lengan Rahoon ketika pemuda tersebut meluncurkan tinju ke arahnya. Dia tidak bergerak sedikit pun atau bahkan melepaskan lengan Rahoon. Kedua pemuda tersebut saling memelotot seakan mereka sedang mencoba mengetes sejauh mana kekuatan pihak lainnya.

"Apa kau baik-baik saja, Jimin?" Jin menatap pada Jimin yang ketakutan. Pemuda tersebut terlihat seperti sedang memiliki sesuatu yang sedang berlangsung di dalam benaknya. Tapi Jimin tidak mengatakan apa pun. Malahan dengan perlahan dia menarik dirinya keluar dari tempat tersebut dan kabur dari kantin ketika semua orang sedang menaruh perhatian pada Yoongi dan Rahoon.

Jin tidak dapat menyalahkan pemuda yang ingin kabur tersebut. Dia pun merasa memang lebih baik Jimin pergi sebelum semua orang menaruh perhatian padanya karena dia bereaksi sangat janggal mengenai kejadian tersebut. Yang terburuk yang dapat terjadi adalah dia pingsan seperti di taman saat itu. Orang-orang seperti mereka akan sangat senang mengerjai seseorang yang lebih lemah dari mereka. Kepribadian Jimin membuatnya terlihat seperti target yang mudah.

"Yoongi, kau menyakiti anak itu. Jangan terlibat dalam masalah lain." Jin kembali memusatkan perhatiannya pada perkelahian yang sedang terjadi. Dia mencoba memisahkan Yoongi dan Rahoon, begitu pula dengan para pengikut Rahoon yang mencoba menyelamatkan ketua mereka. Tidak ada yang mau saling melepaskan.

Momentum tersebut membuat semua orang di dalam kantin sekolah menjadi hening selagi mereka menyaksikan keributan yang terjadi, seperti biasa. Rasanya seperti semua orang menahan napas mereka agar mereka tidak membuat suara apa pun, bahkan yang terpelan sekali pun. Mereka takut menjadi pusat perhatian selanjutnya.

"Ada apa dengan ribut-ribut ini?" Sebuah teriakan keras memecahkan suasana hening di sana. Adalah Park Sem yang berdiri di pintu masuk kantin.

Itu membuat baik Yoongi maupun Rahoon segera melepaskan satu sama lain. Mereka menjadi terdiam untuk sesaat; tidak ada yang berani mengucapkan sepatah kata pun mengenai kejadian itu. Namjoonlah yang pertama kali bersuara.

"Maaf, Park Sem. Tidak ada apa-apa, hanya kecelakaan kecil dan kesalahpahaman."

"Kalau begitu kenapa kau dan siswa yang ini dilumuri makanan seperti ini? Apa kalian berkelahi?" Kemudian sorot mata sang guru berpindah ke arah Yoongi. Mempertanyakan porsi yang pemuda ini lakukan dalam keributan ini.

"Tidak ada yang berkelahi. Tidak ada yang terluka. Kita baik-baik saja, kan Rahoon? Kami akan membersihkan ini." Namjoon masih berusaha untuk menyelamatkan semua orang di sana dari tangan Park Sem.

"Baiklah. Jangan bikin masalah." Park Sem memperingatkan mereka sekali mengetukkan tongkat kayu di tangannya pada bahu. Dengan sekilas tatapan terakhir, dia berjalan keluar dari tempat tersebut.

Namjoon menghela napas lega sebelum berbalik menghadap kelompok tersebut.

"Sudah cukup dengan kekacauan ini. Ayo bersihkan."

"Kau pikir aku akan berterima kasih padamu kalau kamu menyelamatkanku darinya?" desis Rahoon pada Namjoon ketika dia berjalan pergi dari tempat tersebut. Meninggalkan Namjoon untuk membersihkan kekacauan yang dia ciptakan. Kedua temannya segera mengikutinya.

"Ya! Bisa-bisanya kau kabur setelah membuat kekacauan!" Yoongi mencoba melakukan hal lain.

"Hentikan, Yoongi. Jangan berkelahi lagi." Jin memperingatkannya sementara Yoongi mengedarkan pandangannya ke sekitar kantin.

"Apa yang kalian lihat? Pertunjukan sudah selesai. Kembali ke urusan kalian sendiri!" Yoongi menyalak pada para penonton tersebut.

Kerumunan tersebut segera mengalihkan mata mereka. Yoongi cukup yakin mereka mungkin saja berpikir betapa Yoongi senang membuat masalah, dua kejadian besar dalam sehari. Rumor akan dua kali lebih besar daripada apa yang sesungguhnya terjadi tapi Yoongi tidak peduli. Mereka hanya bisa ngomong saja.

Yoongi menatap Namjoon yang sedang memunguti isi dari soft tofu stew yang terjadi berserakan di atas lantai.

"Kau selalu membiarkan dia melakukan hal seperti itu?" Yoongi bertanya pada Namjoon.

"Seperti itu apa?"

Yoongi memutar matanya karena akting Namjoon. Seakan dia tahu bahwa Namjoon melakukan apa yang baru saja dia lakukan untuk sebuah alasan.

"Pahlawan tidak akan selalu datang untuk menyelamatkanmu. Kau harus menjadi seseorang yang menyelamatkan dirimu." Daripada mengusik Namjoon dengan pertanyaan yang sama, Yoongi memutuskan untuk memberikan saran yang dia harapkan dapat membuat pemuda tersebut mulai menyadari hal tersebut. Kau tidak bisa terus-terusan melindungi seseorang hanya karena kau tidak ingin terlibat masalah dengannya.

"Tidak ada yang namanya pahlawan dan aku tidak pernah memintamu untuk menjadi dia."

Namjoon mulai membersihkan kekacauan. Dia tidak mengacuhkan pelototan Yoongi ke arahnya. Malahan, sesungguhnya dia tidak menghargai bantuan pemuda tersebut, untuk yang terakhir kalinya dan juga yang baru saja terjadi. Hanya karena pemuda tersebut memiliki rasa keadilan yang sangat tinggi tidak berarti dia boleh mencampuri masalah setiap orang ketika orang tersebut bahkan tidak meminta bantuan. Itu namanya kesombongan. Tidak semua hal berlangsung sesuai yang dia pikirkan benar.

☆☆☆☆☆☆☆


Acara kumpul kru pada sore tersebut terasa sedikit menegangkan setelah kejadian siang tadi. Terdapat Hoseok dan Jungkook yang tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi namun juga menjadi korban dalam suasana canggung ini. Kali ini Jimin tidak hadir. Dia mengatakan harus segera pulang ke rumah setelah sekolah, tapi Jin mengkhawatirkannya. Pemuda tersebut tidak terlihat dalam kondisi baik setelah kejadian tadi. Bahkan dia terlihat lebih pucat daripada biasanya. Namun pemuda tersebut tidak mengatakan apa pun ketika Jin menanyakan mengenai hal tersebut.

Namjoon dan Yoongi tidak saling berbicara atau mengerjakan musik yang sama. Semua orang di dalam ruangan tidak tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Pada saat seperti ini Jin sangat berharap bahwa Taehyung ada di sini. Pemuda tersebut selalu menemukan hal yang diucapkan atau dilakukan. Dia mampu memecahkan suasana dingin seperti yang terakhir kali dia lakukan di taman. Kepribadian Taehyung yang ceria sering kali merupakan penolong untuk kru. Dia mampu menyatukan semua orang dengan kepribadiannya yang ramah.

"Ngomong-ngomong, di mana Taehyung? Aku tidak lihat dia akhir-akhir ini." Rupanya Hoseok pun merasakan hal yang sama dengan Jin. Dia mulai merindukan kehadiran Taehyung.

"Dia sudah tidak masuk sekolah selama tiga hari." Namjoon menjawab.

"Ya kah? Apa Taehyung Hyung sakit?" Kali ini Jungkook yang bertanya.

"Apa kau sudah mengirim pesan padanya? Bertanya mengenai kondisinya?" Orang-orang di dalam ruangan mulai mengkhawatirkan kondisi pemuda tersebut. Satu persatu bertanya pada Namjoon, kecuali Yoongi.

"Itu bukan hal baru. Dia sering begitu."

"Tapi dia tidak terlihat seperti orang yang mudah jatuh sakit."

Namjoon mengendikan bahu.

"Kalau begitu bagaimana dengan rencana ke pantai kita? Batal ya? Aku kan ingin ke sana. Apa kita berangkat saja tanpa dia?"

"Kurasa Taehyung akan kecewa kalau kau lakukan itu." Hoseok berkata.

"Tapi ..."

"Kita lihat saja esok, apa Taehyung akan memberi kabar untuk kita."

Jungkook terlihat sedikit kecewa. Pada saat seperti ini Jungkook membuktikan bahwa dia adalah yang termuda di antara mereka.

Namjoon baru menyadari hal ini pula. Kali ini Taehyung tidak mengirimkan pesan padanya sama sekali. Dia biasanya setidaknya akan mengirimkan pesan pada Namjoon untuk mengabarkan ketidakhadirannya. Apa dia sakit parah?

☆☆☆☆☆☆☆


Apa kau sakit?

Itu adalah pesan yang sangat singkat dari Namjoon yang Taehyung terima di larut malam itu. Namun itu mampu memunculkan seringai tipis di wajah Taehyung yang dipenuhi lebam yang nyaris sembuh. Itu adalah pesan yang sangat langka dari Namjoon. Pemuda tersebut bukan tipe yang akan memedulikan apakah kau masuk sekolah atau tidak. Dia bahkan tidak mau repot-repot membalas pesan ketika Taehyung mengiriminya sebelumnya. Pesan ini menunjukkan bahwa Namjoon mulai menerimanya di dalam lingkaran pertemanannya. Bahwa sesungguhnya Namjoon cukup peduli mengenai Taehyung yang tidak hadir.

Diterima oleh seseorang membuat Taehyung merasakan percikan perasaan kecil di dalam dirinya. Dia merasa sedikit senang namun juga bersalah di saat yang bersamaan. Dia tidak sepatutnya menerima hal itu. Dia adalah seorang pendosa.

"Taehyung a, kau sudah makan malam?"

Taehyung sedang duduk di atas tempat tidurnya, tidak melakukan sesuatu yang penting. Ketika dia hendak membalas pesan Namjoon, ibunya masuk. Dia baru saja pulang dari pekerjaannya.

"Aku sudah makan." Taehyung berbohong tapi itu tidak masalah. Dia tahu ibunya tidak akan mempermasalahkan hal tersebut. Itu hanya masalah Taehyung tidak berselera untuk makan.

"Sini biar Ibu lihat lukamu. Sudah sembuh semuakah?"

"Aku baik-baik saja. Sudah tidak sakit." Taehyung menepis tangan ibunya dari wajah. Kekhawatiran tersebut membuat Taehyung tidak nyaman. Dia mencoba menghindari bertatapan mata dengan membalas pesan Namjoon. Matanya terus menatap ke arah smartphone miliknya.

Ibunya menghela napas dan menatap anak laki-lakinya dengan ekspresi yang rumit.

"Kau tidak seharusnya ikut-ikutan dan berkelahi dengan ayahmu."

"Dan membiarkan Omma menjadi kantung tinjunya?"

Dia tidak akan melakukannya."

"Omma, apa kau tidak bisa melihatnya? Dia selalu melakukannya setiap kali dia minum-minum. Apa dia seorang ayah? Apa dia bahkan seorang manusia? Yang dia lakukan hanya ...."

"Sudah, jangan dibahas lagi. Kau akan ke sekolah besok? Wali kelasmu sudah bertanya mengenai absenmu."

Taehyung tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya ketika ibunya terlihat sudah kehilangan akal sehatnya setiap kali dia menghadapi pria tersebut. Dia selalu menghindar setiap kali Taehyung mencoba menyadarkannya. Tidak ada jalan keluar untuk situasi mereka. Taehyung menghalau kekecewaannya dengan berbaring. Dia membuka sebuah pesan baru yang masuk ke dalam ponselnya.

Hyung, kau baik-baik saja? Apa kau sakit? Bagaimana dengan rencana ke pantai kita di hari Sabtu? Kau masih mau ikut?

Kali ini pesan datang dari Jungkook.

"Ngomong-ngomong, kau ingatkan Sabtu ini ..."

Taehyung menyelimuti dirinya dengan selimut dari ujung kepala hingga ujung kaki. Menunjukkan bahwa dia tidak lagi ingin berbicara dengan ibunya.

"Baiklah, kau tidur saja." Akhirnya ibunya menyerah untuk berbicara dengannya. Dia berdiri dari tempat tidur Taehyung dan berjalan ke pintu. Dia meninggalkan tempat tersebut setelah mematikan lampu kamar.

Setelah ibunya pergi, Taehyung membuka selimut dan kembali duduk. Di dalam kegelapan pikirannya kembali berkelana. Dia dapat melihat sosok kecil seorang anak laki-laki yang sedang menatapnya dari suatu sudut benaknya sekali lagi. Meskipun anak tersebut tidak terlihat mampu melukai seorang pun, Taehyung tahu pasti dia mampu melakukannya, sangat mampu. Taehyung tidak akan membiarkan sosok tersebut mendapatkan apa yang dia inginkan.

Sabtu.

Tentu saja dia ingat hal apakah itu. Itu adalah alasan lebih untuknya kabur dari neraka ini.

Aku baik-baik saja. Tentu saja, aku ikut. Ayo bersenang-senang!

☆☆☆☆☆☆☆


Comment atau vote? Hehehe. Maaf ya kalau agak lama untuk update. Mulai sekarang akan kuupdate lebih rutin. Setiap Sabtu. :) 

Continuar a ler

Também vai Gostar

57.9K 3.8K 22
[Sequel of Thank You For Everything] [END] Perjalanan Jeon Jungkook dalam menghadapi musuh yang mengincar kekayaan keluarganya. Berawal dari terbukan...
125K 8.6K 30
BROTHERSHIP👉not romance❌ [Follow dulu baru baca! Key👌] . [END] "Kook, apa kau baik-baik saja?" "Ya, nan gwaenchana" Jungkook hanya bisa tersenyum d...
21K 2.7K 25
Cast : Jeon Jungkook Kim Mingyu Minatozaki Sana The realms of day and night Two different words coming from two opposite poles mingled during this t...
226K 18.8K 93
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...