ETERNAL STAGE

By alexia_g

49K 755 187

Just another fan fiction for the "never ending" garasu no kamen....a just-if-story to the love story we all l... More

ETERNAL STAGE Ch 1
ETERNAL STAGE Ch 2
Eternal Stage Ch 3
ETERNAL STAGE CH 4
ETERNAL STAGE CH 5
ETERNAL STAGE CH 7
ETERNAL STAGE CH 8
ETERNAL STAGE CH 9
ETERNAL STAGE CH 10
ETERNAL STAGE CH 11
ETERNAL STAGE CH 12
ETERNAL STAGE CH 13
ETERNAL STAGE CH 14
ETERNAL STAGE CH 15
ETERNAL STAGE CH 16
ETERNAL STAGE - EPILOG

ETERNAL STAGE CH 6

2.1K 36 6
By alexia_g

Mizuki mengamati atasan barunya yang sedang menunduk membaca lusinan dokumen di meja kerjanya. Bagaimanapun dia belum terbiasa….biasanya yang duduk di situ adalah sosok Masumi Hayami yang jangkung dengan sorot matanya yang tajam. Tapi sekarang yang duduk di sana adalah pria muda berperawakan sedang…yang…begitu ceria. Mizuki mencoba mempercayai penilaian presdir karena dia sendiri sulit membayangkan pria di hadapannya itu mampu menggantikan Masumi.

“Sebaiknya lain kali anda tidak terlambat menghadiri acara-acara resmi seperti kemarin, Pak.”, tegur Mizuki tajam

“Oh..iya…”, pria itu menggumam, “Kemarin aku benar-benar tersesat, Mizuki. Maafkan aku.”

Mizuki terkejut mendengar permintaan maaf dari pria yang kini tersenyum manis padanya.

“Maafkan aku ya, Mizuki….lagipula kemarin aku bertemu seseorang yang menarik.”

“Hah ?”

Pria itu tertawa, “Tidak…bukan apa-apa kok.”

“Saya perhatikan kemarin tangan anda terluka. Anda kan bisa ke klinik untuk mencari perban yang lebih pantas.”

Pria itu kembali tertawa, “Tapi kalau pakai kain itu jadi cepat sembuh lho…”, candanya.

Mizuki mendesah. Atasannya yang baru ini bagaikan bumi dan langit bila dibandingkan dengan si dingin Masumi Hayami. Tapi ada yang tidak berubah…keduanya…sama-sama sulit dihadapi.

“Mizuki…Daito itu juga memproduksi drama panggung ya ?”

“Benar, Pak.”

“Aku sebenarnya kurang menguasai bidang itu. Selama ini aku lebih banyak mengurusi produksi rekaman atau televisi. Apakah banyak artis drama panggung di bawah Daito ?”

“Begitulah. Hampir semua artis kelas atas ada di bawah manajemen Daito”

“Ooh…begitu. Aku bisa pinjam dokumen tentang mereka ? Juga tentang produksi drama panggung yang sedang berjalan maupun yang akan datang ?”

“Tentu. Akan segera saya siapkan.”

Tidak berapa lama kemudian Mizuki kembali dengan berkas yang diminta. Pria itupun segera membukanya satu per satu. Dan dia tertegun saat membuka salah satu map dan menemukan foto seseorang yang dikenalinya.

“Oh…dia…yang waktu itu.”, matanya dengan cepat menelusuri berkas di depannya. “Maya Kitajima…Bidadari Merah…Hmm…menarik. Sangat menarik.”, gumamnya sambil tersenyum tipis.

Hari sudah gelap saat pria itu menorehkan tanda tangan di berkas terakhir yang tergeletak di mejanya. Mizuki segera mengambil berkas itu dan menumpuknya bersama berkas lain di tangannya. Di luar dugaannya, atasan barunya itu sangat cekatan memahami pekerjaannya. Dan saat pria itu bekerja, nyaris tidak ada yang bisa mengganggu konsentrasinya.

Pak Masumi juga dulu seperti itu…sebelum mengenal Maya…

Mizuki mengenang atasan lamanya dalam benaknya. Tapi dia tetap merasa berbeda…atasannya yang sekarang begitu…tidak ada kata lain yang bisa mendeskripsikannya…selain…ceria. Kali ini pun Mizuki melihatnya dari senyum lebar atasannya itu.

“Sudah semuanya kan, Mizuki ? Aku sudah boleh pulang kan ?”, candanya

“Tentu, Pak. Terima kasih atas kerjasamanya. Sampai besok.”, Mizuki membungkuk, menunggu atasannya berdiri

Tapi pria itu justru bersandar ke kursinya sambil meregangkan tangannya ke atas tinggi-tinggi…

“Aku bercanda, Mizuki. Kamu boleh pulang. Aku masih ingin mengelilingi tempat ini. Yaah…supaya aku tidak dimarahi olehmu lagi karena tersesat.”, dia tertawa kecil

“Maaf..bila saya menyinggung anda waktu itu, Pak.”, Mizuki teringat kejadian di pesta penyambutan wakil direktur itu

“Tidak apa-apa. Memang salahku kok.Sampai besok, Mizuki. Selamat malam.”, ujarnya ramah

Mizuki membungkuk sekali lagi sebelum keluar dari ruangan kantor itu.

Semua karyawan Daito sudah pulang. Bahkan ruang-ruang latihan di sisi lain gedung itu juga sudah mulai gelap. Tapi di satu ruangan, lampunya masih menyala. Penasaran, pria itu mengintip melalui jendela kecil di pintu.

“Oh..dia..”, gumamnya terkejut mengenali seseorang di dalam ruangan itu

Di sudut ruangan itu, Maya sedang duduk meringkuk di atas kursi. Bibirnya bergerak-gerak menggumamkan sesuatu. Tangannya memegang buku naskah. Matanya nanar…seperti biasa, dia tersesat dalam dunia pelanginya saat sudah mulai membaca naskah. Dia tidak mendengar panggilan ataupun ketukan di pintu. Dia bahkan tidak mendengar langkah kaki mendekatinya. Tiba-tiba sebuah guncangan keras di bahunya membuatnya sadar, terkejut dan…disusul bunyi berdebam karena Maya baru saja terjatuh dari kursinya.

“Aduuh….”, keluhnya sambil mengelus-elus bagian tubuhnya yang sakit

Pria di depannya terpana, tidak mengira tindakannya begitu mengejutkan Maya.

“Eh…ma…maaf….aku mengagetkanmu ya…soalnya tadi kau tidak mendengarku…wajahmu terlihat aneh, jadi aku sedikit kuatir.”, jelasnya panjang lebar

Mendengar itu barulah Maya mendongak, mencari tahu siapa yang mengejutkannya.

“Oooh…anda….yang waktu itu…tanganmu sudah sembuh ?”

“iya…terima kasih ya waktu itu.”

Maya tersenyum dan menyambut uluran tangan pria itu yang membantunya berdiri.

“Kau sedang apa tadi ?”, tanya pria itu memperhatikan buku naskah yang masih digenggam Maya

“Ooh…aku sedang membaca naskah drama…latihan akan segera dimulai besok, jadi aku ingin segera menghapal dialogku.”

“Drama ? Kamu…aktris drama rupanya ya?”, ujar pria itu pura-pura tidak tahu. “Drama apa ?”

“Ooh…ini…tentang Oshici Yaoya..yang rela membakar satu kota demi bertemu kekasihnya.”

“Oo5 h…lalu kamu dapat peran apa ?”, selidiknya lagi

Maya tersenyum malu-malu…”Oshici Yaoya..”

Pria itu tersenyum kagum, “Waah…peran utama…ternyata kamu aktris terkenal ya ? kok aku tidak pernah dengar ya ?”

“Eh…ah…ya…itu…”, Maya tidak tahu harus merasa senang atau terhina dengan pertanyaan itu..”Biasanya orang memang tidak mengenaliku begitu aku turun dari panggung.”, sambungnya sambil tertawa kecil.

Tiba-tiba pria itu mengulurkan tangannya lagi.

“Kita belum berkenalan…Namaku Shooji. Hikaru Shooji.”

“Oh…ya…aku Kitajima Maya. Senang mengenalmu pak Shooji.”

“Hmm…sepertinya aku hanya sedikit lebih tua darimu…”, Hikaru memandang wajah Maya dengan teliti…”panggil aku Hikaru saja.”

“Eh ?! Tapi kita baru saja kenal…lagipula…memangnya usia bapak berapa ?”

“Menurutmu berapa ?”

Maya menggaruk-garuk kepalanya bingung…bicara dengan orang ini susah sekali…pertanyaan dijawab pertanyaan. Dia mengamati wajah pria itu. Hikaru memang tampak masih sangat muda.

“25 tahun ?”, tebak Maya

Hikaru tergelak, “Senangnya…berarti aku memang terlihat awet muda ya…kamu sendiri ? Berapa umurmu ?”

“Aku 22 tahun…eeehhh!!! Tunggu dulu !! Kamu belum bilang tebakanku benar atau tidak !”, tiba-tiba Maya lupa akan sopan santunnya

“Naaah….aku lebih suka bicara begini denganmu…tidak usah memanggilku “Pak”. Setuju ? Panggil saja aku Hikaru.”

“Kamu belum menjawab pertanyaanku.”, Maya cemberut kesal

“Kalau kamu bilang 25 ya berarti 25…”, Jawab Hikaru seenaknya.

“Tapi…”

“Sudah..sudah…pokoknya aku mau kau memanggilku Hi..ka..ru. Dan aku boleh memanggilmu Maya kan ?”

“Ya…boleh sih…tapi…”

“Baiklah !! Kita sepakat kalau begitu. Senang berkenalan denganmu, Maya !!”

Maya mendesah, orang ini benar-benar sulit dibantah, akhirnya Maya menyambut uluran tangan pria itu…”Senang berkenalan denganmu juga…Hikaru.”

Pria itu tersenyum puas mendengar Maya akhirnya bersedia menyebut namanya. Dia tersenyum lebar.

“Sudah malam. Kamu tidak mau pulang, Maya ?”

‘Eng…iya…sebentar lagi…”

“Aku antar ya ?”

“Hah ?!”, Maya terkejut dengan tawaran tiba-tiba itu. Gadis itu tampak kebingungan.

“Kenapa ? Ada pacar yang menjemputmu ?”, desak Hikaru

“Tidak…tidak ada…tapi..”

“Berarti tidak masalah kan ? Naik kereta malam-malam begini kan bahaya.”

“Memangnya tempat tinggal kita searah ? Kamu tinggal dimana ?”, tanya Maya hati-hati

“Nah ! Berarti kamu mau kan aku antar ? Baiklah, aku akan menunggumu sampai selesai.”, putusnya cepat

Maya tergagap, “Kok jadi begitu keputusannya ? Kamu tidak dengar pertanyaanku tadi ?!”, sahut Maya kesal. “aku belum bilang iya kok.”

Bicara dengan orang ini benar-benar melelahkan, batin Maya.        

Hikaru menggeleng-gelengkan kepalanya tidak setuju.

“Tidak ada pacar yang akan marah kalau aku mengantarmu kan ? Tidak masalah rumahku dimana, aku tidak mau seorang gadis manis seperti kamu pulang sendirian malam-malam begini.”, jawabnya tegas

Pacar yang akan marah…, Maya tercenung memikirkan kalimat itu. Bayangan Masumi berkelebat di benaknya…tapi dia cepat-cepat menyingkirkannya jauh-jauh…Tidak…Tidak ada yang boleh tahu tentang kami…

“Hei ! Kenapa malah melamun ?’, Hikaru melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Maya

“Hah..! Ah…tidak…ya sudah, kita pulang saja sekarang.”, ujar Maya lesu

‘Lho…katanya kamu belum selesai latihan ? Tidak apa-apa kok, aku bisa menunggu.”

Maya mendesah..”Bicara denganmu itu sangat melelahkan…rasanya aku tidak akan kuat lagi mengucapkan dialog apapun saat ini.”

Hikaru tertawa, “Ya sudah, lain kali aku saja yang bicara…kamu cukup dengarkan saja. Bagaimana ? Tapi itu berarti kamu setuju dengan apapun perkataanku ya…”, candanya

Maya mendengus kesal, “Jangan mimpi !!”, semburnya sambil meraih barang-barangnya dan melangkah keluar diikuti Hikaru yang tersenyum riang di belakangnya.

Telinga Maya rasanya panas sekali saat mereka sampai di apartemen Maya. Belum pernah dia bertemu laki-laki secerewet Hikaru. Sepertinya bahan pembicaraannya tidak pernah habis. Akhirnya Maya benar-benar hanya mendengarkan Hikaru bercerita ini dan itu. Gadis itu sangat lega ketika akhirnya mereka sampai juga di apartemen.

“Tidak perlu mengantarku ke atas.”, kata Maya. “Terima kasih sudah mengantarku.”

“Baiklah. Selamat tidur. Kau pasti akan mimpi indah malam ini.”

Maya menaikkan alisnya keheranan. Hikaru melihat tanda tanya besar itu di mata Maya lalu tersenyum jahil…

“Karena kau baru saja bertemu denganku.”, jawab pria itu santai

Mulut Maya menganga lebar…tidak mempercayai apa yang didengarnya…

“Memangnya kau siapa ?!!!”, semburnya kesal “Kenapa juga aku harus memimpikanmu ?!’

Hikaru tertawa..”Coba saja kalau tidak percaya. Baiklah, masuklah, sudah malam. Sampai besok, Maya !!”, ujar Hikaru sambil berjalan meninggalkan Maya yang masih terperangah

Apa-apaan sih dia ? Memangnya dia siapa…. ,rutuk Maya dalam hati…Eh…tapi sebenarnya dia itu siapa ya ? apakah bekerja di Daito juga ? Tapi dia diundang ke pesta penyambutan itu…apa dia orang penting ??...tiba-tiba Maya teringat tingkah laku Hikaru yang begitu ceria dan bersemangat, sama sekali tidak seperti eksekutif Daito kebanyakan…Hmm..ya…tidak mungkin ah kalau dia…rasanya tidak mungkin…besok saja kutanyakan padanya..eeeh…kenapa aku jadi berharap bertemu dengannya siih….Maya mengutuki pikirannya sendiri sambil berjalan masuk ke gedung apartemennya. Dari kejauhan Hikaru mengamati tingkah gadis itu sambil tersenyum puas.

“Selesaaai…!!!”

Mizuki terperanjat mendengar teriakan atasan barunya. Dia segera merapikan diri dan berdiri dari kursinya lalu memasuki ruangan atasannya.

“Biar saya bereskan, Pak.”

“Aku sudah boleh makan siang kan, Mizuki ? Yaa ???”, rayunya

“Eh..eng…tentu saja, Pak. Ini memang sudah jam istirahat. Tapi jam 1 nanti ada rapat.”

“Iyaa…iya aku ingat. Aku akan kembali tepat waktu. Trims, Mizuki !”

Hikaru melesat keluar meninggalkan Mizuki yang sekarang merasa seperti seorang guru SMA menghadapi muridnya. Hanya satu tempat tujuan Hikaru, tempat latihan teater..Dia mencari satu per satu di setiap ruangan, tapi tidak juga menemukan sosok yang dia cari. Akhirnya dia menghentikan seorang pemain yang sedang lewat.

“Maaf. Apakah kau tahu dimana Maya Kitajima ?”

“Maya ? Ooh…dia tidak berlatih di sini. Dia berlatih di teater lain untuk drama terbarunya.”

“Teater lain ?”, Hikaru mengernyit heran

Pria itu membongkar arsip artis yang dipinjamnya dari Mizuki. Dengan cepat dia menemukan arsip Maya. Dia mengambil juga arsip seorang artis lain. Beberapa saat kemudian dia membuka arsip semua artis dan dibandingkan dengan arsip Maya. Alisnya bertaut dan napasnya memburu. Jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan tidak tenang. Mizuki terkejut saat masuk ke ruangan dan melihat tingkah atasannya. Dia melirik jam…atasannya itu baru pergi 15 menit.

“Tidak jadi makan siang, Pak ?”, tanyanya hati-hati

“Mizuki…kenapa kontrak Maya Kitajima berbeda dari yang lain ?”

“Hah ?”, Mizuki tidak menduga pertanyaan yang tiba-tiba itu

“Kontraknya, Mizuki. Kontraknya sangat berbeda dengan yang lain. Kontraknya sangat longgar…Daito hanya mendapat sedikit keuntungan dari gadis ini. Kenapa begitu ? kudengar Masumi Hayami orang yang hanya memikirkan keuntungan dan akan mengeksploitasi artisnya habis-habisan. Kenapa bisa ada kontrak yang seperti ini ?”, cecarnya

Mizuki bertanya-tanya tentang sikap atasannya ini. Dia…apakah dia sedang marah…atau terkejut…atau apa. Kenapa tiba-tiba mempertanyakan tentang Maya ?

“Itu…karena Nona Maya Kitajima adalah pemegang hak pementasan Bidadari Merah. Setidaknya dia memegang setengah dari hak itu.”

“Bidadari Merah ?”

“Benar. Drama prestisius yang diperebutkan banyak pihak. Ada berkasnya juga di situ.”, tunjuk Mizuki ke sebuah tumpukan yang lain.

“Lalu kenapa kalau dia pemegang hak pementasan itu ? Kenapa dia diistimewakan ?”

“Eng…nona Maya punya masa lalu yang buruk dengan Daito. Jadi Pak Masumi merasa nona Maya tidak akan mau bergabung jika kontraknya seketat artis yang lain.”

“Masa lalu yang buruk ? Ada apa memangnya ?”

“yaah…itu…”, Mizuki enggan mengungkapkan masa lalu itu…masa lalu Masumi dan Maya…

“Katakan, Mizuki..ini perintah !”, nada suara Hikaru meninggi

Mizuki semakin terkejut mendengar suara Hikaru.

“Dulu nona Maya sempat dikontrak oleh Daito..saat dia masih sangat muda dan baru mulai berakting…dan…dan…Pak Masumi melakukan kesalahan sehingga..sehingga…ibu nona Maya meninggal tanpa sempat bertemu dengan putrinya.”

Hikaru terhenyak. Dia mengatur napasnya lalu duduk di kursinya.

“Ceritakan detilnya padaku, Mizuki.”

Akhirnya Mizuki menceritakan apa yang dilakukan Daito saat Maya dikontrak oleh perusahaan itu. Tapi Mizuki tetap tidak mengungkit apa yang telah dilakukan Masumi pada teater Mayuko, yang waktu itu membuat Maya sangat membenci Masumi. Tapi dia pun juga tidak mengungkit sama sekali tentang bagaimana perasaan Maya terhadap Masumi di saat-saat terakhir keberadaan Masumi di Daito. Mizuki hanya menjawab apa yang ditanyakan. Tidak lebih tidak kurang.

“Maaf, Pak. Kenapa tiba-tiba anda tertarik pada nona Maya ? Apakah anda sudah bertemu dengannya ? Karena saya baru tahu dia tidak datang di pesta penyambutan anda.”

Hikaru hanya memandang sekilas pada Mizuki lalu dengan acuh memutar kursinya membelakangi sekretarisnya itu.

“Terima kasih, Mizuki. Kau boleh pergi.”, ujarnya ketus

Mizuki membungkuk dan keluar dengan penuh pertanyaan di kepalanya. Insting tajamnya mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh atasannya itu, sesuatu yang sepertinya akan menyulitkan Maya. Sementara itu di dalam ruangan Hikaru masih termenung, menatap nanar ke luar jendela kantornya.

Aku tidak suka…milik kesayanganku berada jauh dari genggamanku…Maya Kitajima…kau tidak boleh berada jauh-jauh dari genggamanku…      

Pria itu menautkan kedua telapak tangannya dan menggenggamnya kuat-kuat. Ada sesuatu di dalam sinar matanya yang sama sekali belum pernah dilihat siapapun di Daito, kecuali oleh Eisuke Hayami. Sinar mata yang membuatnya terpilih menjadi wakil direktur Daito yang baru.

Maya terkejut saat melihat wajah seseorang tiba-tiba menyembul dari balik jendela dan menyeringai lebar padanya.

“Ka..Kau ! Sedang apa kau di sini ?!”, serunya hampir terlonjak

“Harusnya aku yang bertanya begitu padamu !”, pria itu ikut-ikutan berteriak

Keduanya menarik perhatian anggota teater lain yang sedang berlatih. Maya segera menyadari belasan pasang mata yang tiba-tiba mengamati mereka. Dengan kikuk ia membungkukkan badan.

“Ma…Maaf…Saya…keluar sebentar…”, ujarnya sambil tersenyum canggung sebelum keluar dari ruang latihan itu.

Baru saja ia menutup pintu, dia merasa tangannya sudah ditarik dan memaksanya mengikuti langkah lebar pria di depannya.

“Kamu mau apa ?! Aku sedang latihan !”, seru Maya kesal sambil menarik lepas tangannya dari genggaman pria itu

“Membawamu keluar dari tempat kecil yang menyedihkan ini.”

“Jangan seenaknya !!!”, kali ini Maya benar-benar gusar. Dia tidak peduli keributan mereka terdengar hingga ke ruang latihan. “Apa hakmu menghina kami ?! Lagipula apa urusanmu dengan semua ini ?!!!’, sembur Maya tidak terbendung lagi.

Kali ini reaksi gadis itu benar-benar membuat lawan bicaranya terkejut. Dia belum pernah melihat gadis itu marah. Tentu saja…dia baru bertemu dengannya dua kali.

“Sedang apa kau disini sebenarnya ?! Apa Daito yang mengirimmu ?!!”, tuduh Maya penuh curiga

“Benar..Daito mengirimku.Daito tidak suka artis terbaiknya bermain untuk pihak lain.”   

“Tidak mungkin ! Aku punya kontrak dengan Daito. Pak Masumi sendiri yang menyetujuinya !! Dia tidak akan..”, Maya tidak bisa meneruskan kata-katanya karena tiba-tiba sebuah kesadaran menghantam dirinya dengan keras.

Tidak…tentu saja bukan…Pak Masumi tidak ada lagi di Daito…Dia…tidak ada disana…

Kenyataan itu bagaikan sebuah batu besar yang tiba-tiba menghimpit dadanya. Napas Maya mulai sesak. Topengnya perlahan mulai retak seiring dengan air mata yang mulai merebak di kedua matanya. Hal itu tidak luput dari pengawasan lawan bicaranya, yang kembali terkejut dan semakin bertanya-tanya di dalam hatinya.

“Ma…Maya…”, bisiknya ragu

Bisikan itu menyadarkan Maya. Dengan cepat gadis itu memutar badannya, menyembunyikan genangan di matanya.

Tidak boleh, Maya…Kau sedang berada di atas panggung sekarang. Kau tidak boleh melepaskan topengmu. Kau adalah…Maya Kitajima…seorang aktris…

Maya menghela napasnya…memejamkan matanya sejenak dan saat ia membuka matanya lagi ia memutar badannya kembali dan menatap tajam pada pria itu.

“Kamu bekerja untuk siapa di Daito ?”

“Aku ??”

“Iya. Siapa yang menyuruhmu kemari ?”

“Tentu saja…wakil direktur yang baru…”

“Kalau begitu katakan padanya..aku tidak melanggar kontrakku dengan Daito. Bila dia belum tahu…padahal seharusnya dia sudah tahu…drama yang akan kupentaskan bersama Teater Azuhi ini akan ikut pada festival seni 3 bulan lagi. Dan itu berarti drama ini…adalah drama yang sesuai dengan standar Daito bagi artisnya. Dan kalau dia juga belum paham…itu berarti aku sangat sangat boleh menerima peran ini.”, raut wajah Maya mengeras. “Bisakah kau sampaikan itu padanya…Hikaru ?”

Maya tidak bermaksud menunggu jawaban dari Hikaru. Gadis itu berbalik dengan cepat dan membanting pintu ruang latihan dengan kesal.

“Kenapa sih…wakil direktur Daito selalu orang yang menyebalkan !!”, gerutunya dalam hati

Maya terpana saat dia sampai di depan gedung apartemennya. Dia bahkan tidak mempercayai penglihatannya.

“Apa yang kau lakukan di sini ?”, tanyanya sedikit ketus. Gadis itu belum melupakan kejadian siang tadi

“Aku…datang ingin minta maaf padamu.”

“Oh ? Bukankah kau hanya mengikuti perintah ?”

“Yaah…tapi seharusnya aku tidak menarikmu pergi begitu saja. Bisakah kita jalan-jalan sebentar ?’

Akhirnya Maya mengangguk dan mengimbangi langkah pria itu. Mereka berjalan dalam diam menjauhi keramaian malam.

“Aku benar-benar minta maaf soal yang tadi. Juga untuk kata-kataku…maksudku…aku menyebut teman-temanmu…menyedihkan.”

Hikaru sangat terkejut saat didapatinya Maya sedang tersenyum manis kepadanya…Senyum yang tulus…bahkan tidak tampak sisa kemarahan sedikitpun di matanya.

“Tidak apa-apa, Hikaru. Kamu kan hanya menjalankan tugas. Aku yang minta maaf sudah membentakmu tadi.”

Hikaru tersenyum lega.

“Oh ya…apakah kau dimarahi ?”, tanya Maya tiba-tiba dengan kuatir

“Hah ?”

“Oleh atasanmu…”, desak Maya

“Oh…ti..tidak kok. Sepertinya dia yang salah memahami kontrakmu. Kudengar dia kurang paham tentang dunia sandiwara panggung.”

“Benarkah ? Kenapa wakil direktur Daito bisa sebodoh itu ?”, tukas Maya polos

Hikaru tersedak dan terbatuk-batuk mendengar komentar Maya, membuat gadis itu menepuk-nepuk punggungnya dengan penuh perhatian.

“Kau tidak apa-apa, Hikaru ?”

Hikaru mengibas-ngibaskan tangannya, berusaha meyakinkan Maya dia baik-baik saja.

“Kau tidak takut dia mendengarmu bicara seperti itu tentangnya ? Kamu belum pernah bertemu dengannya kan ?”, tanya Hikaru setelah dia tenang

“Tidak.”, Maya menggeleng. “Apa yang kukatakan itu benar kan ? aku tidak mengerti kenapa dia bisa melakukan kesalahan seperti itu. Dia sepertinya…tidak tahu apa-apa…tentang…aku..eng…maksudku…sandiwara panggung.”

Tentu saja, Maya….dia bukan Masumi Hayami…       

Kenyataan itu datang lagi…membuat dada Maya terasa sesak kembali.

“Kau sendiri, Hikaru ?”, Maya cepat-cepat mengalihkan pembicaraan

“Hah ? Aku ? Apanya ?”, tanya pria itu bingung

“Apa yang kau tahu tentang sandiwara panggung ?’

Pria itu menggaruk-garuk kepalanya dan tersenyum malu…

“Hampir tidak tahu apa-apa sebenarnya…”, akunya jujur..”Kalau aku tahu, aku tidak akan mengucapkan kata-kata itu padamu kan ? Itu kan kata-kataku…bukan kata-kata atasanku.”

Maya tertawa…”Terima kasih kau sudah jujur padaku. Kalau begitu…maukah kau datang menyaksikan pertunjukan perdanaku ?”

Mata Hikaru berbinar mendengar undangan gadis itu.

“Tentu saja ! Terima kasih atas undangannya. Aku pasti akan datang.”

Maya tersenyum…”Baiklah. Kurasa kita tidak perlu mengungkit kejadian ini lagi ya lain kali., “, Maya berujar ceria. “Kalau begitu aku pulang dulu, Hikaru. Kau tidak usah mengantarku. Aku bisa kok.”

Hikaru memandangi punggung gadis itu yang berjalan menjauhinya. Senyum tipis terulas di wajahnya. Dan langsung menghilang saat tiba-tiba Maya berbalik memandangnya lagi.

‘Oh ya, Hikaru…Dimana aku bisa mencarimu ? Eng…maksudku…di kantor…di gedung Daito.’, tiba-tiba Maya takut pria itu salah paham. “Apakah dekat dengan meja nona Mizuki ?”

“Waah…ada apa ini…kau sudah merindukanku ya ?”, candanya

Maya tertawa, tahu pria itu sedang bercanda, “Tidak…untuk mengirimkan tiket pertunjukan perdanaku.”

“Kau baik sekali…tapi biar saja aku yang mengambilnya. Boleh kan kalau aku mampir lagi ke tempat latihanmu ? Aku juga harus minta maaf kepada mereka tentang keributan tadi.”

Maya mengangguk. “Tentu…kau boleh datang kapan saja. Selamat malam, Hikaru.”, katanya sambil tersenyum manis

Keesokan harinya Hikaru memenuhi janjinya. Dia datang ke teater Azuhi dan meminta maaf pada anggota teater itu. Dia tidak sungkan untuk membungkukkan badannya dalam-dalam sebagai tanda penyesalannya. Hampir setiap hari, sejak hari itu, Hikaru selalu terlihat di teater Azuhi. Sekedar melihat, atau bila sempat mengobrol dengan Maya. Seperti juga hari itu, 3 hari menjelang pertunjukan perdana Oshici Yaoya.

“Ini tiket untukmu.”, Maya mengulurkan tiket itu pada Hikaru

“Waah…VIP…”, mata pria itu berbinar melihat tiket di tangannya

“Jangan terlambat ya.”

“Pasti.”, Hikaru tersenyum ceria. “Aah! Aku sudah harus kembali! Sampai ketemu, Maya!”

Maya tidak sempat menjawab apa-apa karena Hikaru sudah melesat setengah berlari meninggalkannya.

Hikaru masih sedikit terengah-engah saat tiba di depan gedung Daito. Dia berusaha mengatur napasnya dan juga langkahnya saat memasuki gedung itu.

Huff…melelahkan juga ya setiap hari harus berlari-lari begini…lebih baik aku mengatur supaya drama berikutnya diproduksi oleh Daito..jadi aku tidak perlu jauh-jauh menemuinya…. 

Tanpa sadar Hikaru tersenyum tipis…dia tidak sadar ada seseorang yang memperhatikannya.

“Pak…sebenarnya anda darimana ?”

Teguran itu hampir membuat Hikaru terlonjak. Dilihatnya Mizuki yang sedang menatapnya dengan tatapan menyelidik.

“Kau mengagetkan aku, Mizuki.”

“Apa anda tidak naik mobil, Pak ?”, selidik wanita itu

“Jalan kaki itu sehat, Nona Mizuki…’, jawab Hikaru seenaknya. “Mana bahan rapatku ?”

“Sudah siap di meja anda, Pak.”

“Terima kasih. Kau boleh pergi.”

Mizuki membungkuk dalam diam. Sebenarnya dia masih heran. Dia tahu atasannya selalu pergi setiap makan siang. Tapi dia ragu atasannya itu pergi makan siang, karena Hikaru tidak pernah membawa mobilnya, juga selalu kembali dengan setengah berlari dan pakaian yang berantakan. Tapi Mizuki hanya menyimpan semua itu dalam benaknya.

Hikaru terpana. Ini pertama kalinya dia menyaksikan sandiwara panggung. Dan ini pertama kalinya dia melihat Maya di atas panggung. Dia tidak pernah tahu kalau seseorang bisa jadi begitu berbeda. Maya tidak seperti artis lainnya, tidak seperti artis film yang pernah ditontonnya. Tangannya terkepal erat menyaksikan kegilaan cinta Osichi Yaoya. Entah kenapa hatinya terasa gelisah. Dia memandang lawan main Maya…dia sudah melihatnya berkali-kali saat mengunjungi Maya. Apakah ada yang terlewatkan olehnya ? Kenapa melihat dua orang itu di atas panggung tiba-tiba dia merasa ingin marah ? Hikaru mengeratkan rahangnya. Dia baru tersadar saat gemuruh tepuk tangan memekakkan telinganya. Seakan-akan menyeretnya ke dunia nyata. Dengan kikuk dia ikut berdiri bersama penonton lain dan mulai bertepuk tangan.

Pengunjung dan wartawan sudah sepi saat Hikaru melangkahkan kaki menemui Maya. Gadis itu tersenyum senang melihatnya.

“Kau datang, Hikaru. Bagaimana ?”

“Hah? Bagaimana apanya?”, sahutnya linglung

“Pertunjukan tadi…kamu nonton tidak sih sebenarnya ?”

“Ah..oh..i..iya…bagus kok. Eng…Maya…bukannya katamu kamu tidak punya pacar ?”

Maya ternganga mendengar pertanyaan itu.

“Memang tidak punya. Kenapa ?”

“Tapi…tadi…dengan lawan mainmu…maksudku…apa kau diam-diam menyukainya…?”, Hikaru bertanya dengan lirih

Maya terdiam..alisnya terangkat…lalu tiba-tiba dia terkikik geli…

“Aku akan anggap itu pujian yaa…”, sahut gadis itu sambil tergelak

Hikaru memandangnya heran

“Yang kau lihat tadi kan Osichi Yaoya. Tentu saja dia cinta mati pada Kichiza…dia kan rela membakar satu kota demi bertemu dengannya.”

“Tapi…terlihat begitu nyata…”, Hikaru berdalih

“Guruku dulu pernah bilang..pemain sandiwara itu di atas panggung seperti memakai sebuah topeng. Topeng dari tokoh yang diperankan. Baguslah kalau aku berhasil meyakinkanmu. Berarti aktingku tidak buruk kan.”

“Begitu ya. Aku baru pertama kali ini melihat sandiwara panggung. Mengesankan sekali.”

“Syukurlah kalau kau suka. Terima kasih sudah datang ya.”

“ah, Maya…aku antar pulang ya.”

Kali ini Maya tidak asing dengan tawaran itu. Dia hanya mengangguk kecil.

“Tunggu sebentar ya.”

Hikaru bersandar di dinding. Kedua tangannya terkepal di dalam saku celananya. Dia sudah mendengar penjelasan gadis itu. Tapi kenapa hatinya masih gelisah.

Aku ini kenapa…tadinya aku merasa gadis ini menarik. Polos dan jujur. Juga sederhana. Tidak seperti artis lainnya. Berada di dekatnya sangat menyenangkan. Berteman dengannya juga sangat menyenangkan. Tapi…aku…aku… Hikaru tersentak menyadari perasaannya sendiri…aku benci melihatnya di samping pria lain. Aku ingin dia memandangku dengan sorot mata itu…sorot mata penuh cinta…aku…ternyata…aku…jatuh cinta padanya.   

Tiba-tiba celoteh sekelompok pemain drama membuyarkan lamunan Hikaru. Beberapa gadis keluar dari gedung itu sambil tertawa ceria. Beberapa di antaranya membawa buket bunga dari penggemar mereka masing-masing.

“Ah! Bunga…”, desis Hikaru

“Hikaru !”, terdengar suara Maya memanggilnya. Gadis itu menghampirinya sambil tersenyum ceria. Di tangannya tidak ada satu pun buket bunga.

“Ah, Maya. Maaf…harusnya aku membawakanmu buket bunga yaa…”, ujar Hikaru penuh penyesalan

“Ha ? Ooh…tidak apa-apa. Aku juga tidak mungkin membawa pulang semuanya.”

“Semuanya ?!! Memangnya kamu dapat berapa ?”

Maya mengangkat bahunya. “Entahlah. Aku tidak menghitungnya tadi…soalnya ruang gantiku jadi penuh sekali. Jadi susah mencari barang-barangku.”, ujar Maya santai

Hikaru ternganga. Dia tidak tahu Maya punya sedemikian banyak penggemar.

Mereka berjalan dalam diam. Maya melirik pria di sebelahnya.

“Kamu pendiam sekali hari ini. Apa ada masalah ?”, tanya Maya prihatin

“eh…ti..tidak kok.”, Hikaru terbata

Tiba-tiba mata pria itu menangkap sebuah toko bunga tak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Maya ! tunggu sebentar ya. Tunggu di sini.”, serunya sambil berlari meninggalkan Maya yang keheranan

Aku mencintainya….tidak salah lagi…aku sudah jatuh cinta padanya…aku hanya ingin dia memandangku…aku ingin dia jadi milikku… Batin Hikaru bergejolak saat dia berlari ke toko bunga itu. Matanya mencari di seluruh penjuru toko itu…Maya..aku mencintaimu… hatinya mengaku saat jemarinya menyentuh bunga mawar merah di depannya

Continue Reading

You'll Also Like

570K 29.3K 23
↳ ❝ [ ILLUSION ] ❞ ━ yandere hazbin hotel x fem! reader ━ yandere helluva boss x fem! reader β”• 𝐈𝐧 𝐰𝐑𝐒𝐜𝐑, a powerful d...
7.2M 302K 38
~ AVAILABLE ON AMAZON: https://www.amazon.com/dp/164434193X ~ She hated riding the subway. It was cramped, smelled, and the seats were extremely unc...
2M 104K 62
↳ ❝ [ INSANITY ] ❞ ━ yandere alastor x fem! reader β”• 𝐈𝐧 𝐰𝐑𝐒𝐜𝐑, (y/n) dies and for some strange reason, reincarnates as a ...
9.8M 498K 199
In the future, everyone who's bitten by a zombie turns into one... until Diane doesn't. Seven days later, she's facing consequences she never imagine...