Complicated [SUDAH TERBIT]

By griertoast

7.6M 172K 6K

[SUDAH DINOVELKAN DAN SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA] [Complete story✔] [Highest rank : #5 in T... More

Complicated→1 : Introduce
Complicated→2 : Gara-Gara Chiko
Complicated→3 : Pingsan
Complicated→4 : Pre-Dinner
Complicated→5 : Dinner
Complicated→6 : Past
Complicated→7 : Ternyata
Complicated→8 : Dodit dan Paris
Complicated→9 : HAHA, UPS.
Complicated→10 : Gara-Gara Martabak
Complicated→11 : Pantai
Complicated→12 : Curhat
Complicated→13 : Curhat [2]
Complicated→14 : Meet up
🎊 SEQUEL IS OUT 🎊
💥 INFO PENTING 💥
pemberitahuan
[versi novel] - 1
[versi novel] - 2
[versi novel] - 3
PENGUMUMAN
CEK NIHHH
mau beli complicated online, lewat mana?
giveaway
❗️NEW STORY ❗️

Complicated→15 : Rumah Sakit

124K 8.7K 195
By griertoast

Aku mau jadi orang yang selalu meluk Karen waktu om pergi ke luar negri.

✈✈✈

Nath memasuki rumahnya dari pintu belakang yang langsung berhubung dengan dapur. Nath melepas sepatunya. Tangannya menenteng handphone dan tasnya tergemblok dibahu kanannya.

Nath mengernyit saat didapati rumahnya sepi. Bahkan anjing-anjingnya yang biasanya berkeliaran pun tidak ada.

Nath dengan cuek menaiki tangga menuju kamarnya. Ia mengerutkan kedua alisnya saat dilihatnya pintu kamar Karen terbuka lebar. Tidak biasanya Karen membuka pintu kamarnya selebar ini. Nath yang penasaran pun menghampiri kamar adiknya itu.

Nath mendapati papa, Kalvin, dan opa sedang duduk di sebelah Karen yang menangis. Entah karena apa. Sampai akhirnya, Cilo menggonggong karena menyadari keadaan Nath.

Semuanya termasuk Karen mendongakkan kepalanya. Pandangannya terpaku pada Nath yang juga memandangnya. Hidungnya di sumpal dengan tisyu yang sekarang memerah karena darah.

Karen melompat dari duduknya, lalu berlarian kearah Nath. Memeluknya sangat-sangat erat. Dan tanpa di sadari, tisyu yang menyumpal hidung Karen terjatuh.

"Naaaath..." lirih Karen.

Karen menangis sejadi-jadinya, membuat Nath bingung. Kedua kalinya ia menghadapi yang seperti ini, hari ini. Dan seperti tadi, Nath dengan ragu membalas pelukan Karen.

"Gue.. Kangen lo, Nath.." lirih Karen dan semakin menangis.

Darah yang mengalir dari hidung Karen mengenai baju seragam Nath. Membuat Nath kaget bukan main.

"Pa, ini darahnya kena baju aku." ujar Nath.

Papa bangkit lalu menarik Karen dari pelukan Nath. Karen terkulai di gendongan papanya. Dan darah segar masih terus mengalir dari hidungnya.

Penyakitnya kambuh.

"Kita ke rumah sakit ya sayang?" tanya papa cemas.

Opa bangkit bersama Kalvin, hendak menyiapkan mobil dan segala sesuatu yang di perlukan nanti di rumah sakit.

"Nathan.." lirih Karen.

"Iya nanti Nathan ikut. Yuk kita ke rumah sakit," papa menuntut Karen untuk memenuhi keinginanya.

Karen hanya bisa menurut dan memejamkan matanya di pelukan papanya, sedangkan Nath hanya berdiam diri disitu.

Nath memperhatikan bajunya yang terkena darah Karen. Banyak. Nath membuka satu persatu kancing seragamnya, lalu turun ke dapur untuk memberikan seragamnya kepada bibi.

"Di cuci atau di buang, den?" tanya bibi.

"Terserah." jawab Nath lalu kembali naik ke lantai atas, ke kamarnya.

Ia merogoh handphonenya, lalu menelfon papanya yang sekarang sedang dalam perjalanan ke rumah sakit.

"Pa, sebentar lagi aku ke rumah sakit." ujar Nath.

Tanpa menunggu jawaban papa, Nath sudah mematikan sambungan telfonnya. Kebiasaan.

Nath menghela nafas panjangnya. Ia sedih melihat Karen seperti tadi. Dan sepertinya, ego yang terlalu besar di diri Nath sudah mulai dapat di jinakkan sedikit demi sedikit.

Karena apa? Karena Gabi perlahan-lahan menyadarkan Nath mengenai perkataan opa waktu itu.

Semua wanita itu, baik. Bahkan kalo opa bilang, mereka luar biasa.

💪💪💪

Nath bersama Dodit berjalan tergesa-gesa ke IGD tempat Karen sekarang dirawat. Ralat, hanya Dodit yang tergesa-gesa dan menarik-narik tangan Nath. Membuat beberapa pasang mata memperhatikan mereka.

"Kayeeen!!" ujar Dodit histeris melihat Karen dengan oksigen di wajahnya.

Tanpa permisi, Dodit dengan lancang memeluk tubuh lemas Karen, mebuat opa dan papa menggelengkan kepala mereka. Karen yang merasakan tubuhnya dipeluk, membuka mata.

"Kayen kenapa.." tanya Dodit lirih.

Mata karen mengeluarkan sebutir darah. Dan itu sukses membuat jantung Dodit berdetak seratus kali lebih cepat. Dodit mengusap sebutir darah itu dengan jempolnya dan tetap berusaha tenang. Padahal dalam hati, ia berusaha mati-matian untuk tidak menjerit dan menangis.

Dodit sedih melihat orang yang dia sayangi berbaring tidak berdaya sepeeti ini. Membuat Dodit semakin tidak rela untuk meninggalkan Jakarta.

"Mana yang sakit? Sini Dodit pijitin.." lirih Dodit lagi.

Karen menunjuk kepalanya dengan tangannya. Dodit melihat ke kepala Karen yang tidak di perban. Dodit sedikit bernafas lega melihat kepala Karen baik-baik saja. Pusing. Ya, Karen pusing.

Dengan perlahan, Dodit menekan-nekan dahi Karen untuk menghilangkan sedikit rasa sakit di kepala Karen. Jika Dodit sedang sakit kepala, hal ini yang di lakukan Karen kepadanya.

"Pa, Karen belum dapet kamar?" tanya Kalvin.

"Kasian dia udah cape, pa.." lanjut Kalvin menatap sendu adik perempuannya yang sekarang sedang menahan rasa sakit yang perlahan hilang karena Dodit sudah memijit kepalanya.

"Lagi di siapin, Vin. Udah kamu tenang aja, gausah panik. She will be fine." ucap papa menangkan Kalvin.

Kalvin tau, jika papanya sudah berkata seperti ini, ada maksud lain. Kalvin tau papa panik dan takut. Dari cara bicaranya saja, Kalvin tahu.

Nath maju mendekati Karen dan Dodit. Tangannya teralih untuk mengusap dahi Karen yang sedang di tekan-tekan Dodit.

"Kayennya gue kenapa Nath? Perasaan tadi dia ga kenapa-napa.." tanya Dodit.

Papa maju mendekati mereka.

"Justru om yang mau nanya sama kamu, Dodit. Habis pulang sama kamu, Karen tiba-tiba aja pusing dan gak lama setelah itu, mimisan. Kamu ngapain aja sama anak om tadi?" papa menanyakan sederetan pertanyaan.

"Pa, Karen sakit." peringat Nath.

Papa menghela nafasnya lalu mengajak Dodit pergi sebentar. Karen membuka mata saat perasaan nyaman di kepalanya hilang.

"Dodit ee bentar." ucap Nath.

Karen tau Nath bohong. Nath biasa mengatakan itu dengan maksud membuat Karen tertawa. Tapi tidak untuk saat ini. Karen punya firasat kalau papa akan memarahi Dodit di luar sana.

"Keep calm. Everything is fine." bisik Nath saat dilihatnya detak jantung Karen naik karena takut.

Nath melakukan hal yang seperti Dodit lakukan tadi, membuat Karen memejamkan matanya dan berusaha tenang.

Membuat Kalvin yang melihat kejadian itu dari ujung bed Karen tersenyum miris. Ia akan merindukan semuanya. Adik-adiknya, keluarganya.. Semuanya.
Sedangkan di posisi yang sedikit jauh dari bed Karen, papa mengintrogasi Dodit.

"Jadi?" tanya papa.

"Tadi habis dari supermarket, kita mampir ke lapangan komplek dulu karena Kenny sama yang lain mau main basket. Dan mumpung udaranya enak. Aku udah nyuruh Karen buat pulang aja sama aku dan ga ikut sama mereka, tapi Karen gak mau. Karen tetep maksa buat ikutan main basket dan bahkan, dia nangis karena ga aku bolehin." ucap Dodit panjang lebar.

"Akhirnya aku bolehin dia asal dia cuma duduk dan ga lari-larian. Dia setuju. Tapi pas aku tinggal beli minum, tiba-tiba aja Karen udah ngedribble bola ke ring. Aku juga gatau siapa yang ngasih ijin," lanjut Dodit dengan penuh penyesalan.

"Terus pas pulang, kita kehujanan. Aku bawa motornya ngebut karena takut kalau kelamaan bawa motornya, Karen malah tambah kebasahan," lanjut Dodit lagi menundukkan kepalanya.

Papa menghela nafasnya panjang. Ia merutuki dirinya sendiri karena terlalu mempercayakam anak seperti Dodit untuk menjaga putri satu-satunya itu.

"First. Kamu tau, Karen gak boleh ngelakuin hal-hal semacam itu. Naik sepeda aja Karen nggak boleh, apalagi dribble bola ke ring. Second. Kamu tau jantung Karen lemah. Kamu harusnya juga tau kalau Karen gak bisa di ajak ngebut karena itu. Om aja bawa mobil di tol Karen udah ketakutan, apalagi motor sport? Kalian harusnya bisa berteduh dulu. Om tau di dekat lapangan komplek ada masjid. Third. Kamu tau kan Karen sama sekali gak boleh kena hujan? Please Dodit, kamu harus ngerti Karen.. Karen bukan cewek macam Gabi atau Nadia yang selalu okay kalau diajak olahraga atau hujan-hujanan. Karen memang bisa, bahkan sangat bisa. Tapi itu dulu. Sekarang semuanya udah berubah.." ucap papa membuat Dodit tertunduk lesu.

"Kalau kayak gini, om ngerasa bersalah banget sama mama karena udah percayain anak perempuan om ke cowok kayak kamu. Harusnya om sadar kamu cuma anak remaja yang harusnya main, have fun, hang out. Bukan malah ngejagain anak penyakitan kayak Karen." perkataan papa sukses membuat hati Dodit seperti ditusuk dengan jutaan pisau.

"Tapi waktu itu kamu bilang sanggup, Dit. Dan kamu harus terima kenyataan kalau Karen bukan anak yang bisa kamu ajak terlalu have fun. Om juga kasian sama dia. Masa remajanya habis cuma buat istirahat dan kemo. Tapi mau gimana lagi?" ucap papa lagi.

Air mata Dodit seketika jatuh. Dodit menyesal karena gagal menjadi superheronya Karen. Seperti yang dulu di janjikan Dodit.

"Tapi aku sayang Karen, om.. Aku gamau dipisahin sama Karen.. Aku mau jadi orang yang selalu meluk Karen waktu om pergi ke luar negri.." jawab Dodit.

William menghela nafas beratnya.

"Om ga ngelarang kamu sayang sama Karen atau apapun. Om percaya sama kamu. Tapi jangan bikin kepercayaan om sama kamu hilang. Kamu tau ini bukan masalah kecil, Dit." balas papa.

Dodit mengangguk lemah.

"Dodit minta maaf.." lirih Dodit.

Papa kembali menghela nafas beratnya, membuat hati Dodit merasa sangat menyesal dan bersalah.

"Jangan diulang lagi." jawab papa kemudian bangkit pergi keluar.

Meninggalkan Dodit yang masih tertegun disana. Dodit tau papa kecewa. Dodit saja yang notabenenya hanya sahabat merasa gagal menjadi superheronya Karen, apalagi papa.

Dodit mengusap wajahnya kasar, lalu bangkit berdiri kembali ke bed Karen.

"Papa mana?" tanya Kalvin melihat papa yang tidak bersama lagi dengan Dodit.

"Keluar," jawab Dodit.

Seketika, suster datang bersama dokter. Memberitahukan bahwa Kamar Karen sudah siap. Beberapa suster di bantu Kalvin, Nath, dan Dodit mendorong ranjang dan peralatan medis Karen ke kamar.

💔💔💔

"Nath, Kal, sorry gue gabisa jagain Karen. Gue tau gue salah.. Gue nyesel, Nath.." ucap Dodit memperhatikan Karen yang sedang meringkuk diatas kasurnya ditemani opa dengan tatapan sendu.

Dodit, Kalvin, dan Nath duduk di meja makan kamar vvip yang berada di sebrang ranjang Karen.

"Lo tau, ngeliat dia kayak gini bikin gue sakit hati. Bukan cuma lo yang ngerasa gagal. Gue lebih." balas Nath pelan.

"Kalian sama-sama gagal. Gue juga ngerasa hal yang sama. Lo, gue, papa, kita semua ngerasa gagal buat ngasih Karen yang terbaik. Jadiin ini pelajaran buat kita, karena yang udah terjadi nggak bakal bisa di ulang lagi." ucap Kalvin membuat mereka mengangguk.

Mereka hanyut dalam pikiran masing-masing sampai sebuah notifikasi dari handphone Nath membuayarkan lamunan mereka.

Ternyata notifikasi dari Line. Nath membaca peasan di pop-up messagenya, lalu hatinya merasa terbakar. Nath marah. Ingin rasanya dia menonjok apasaja yang ada di hadapannya, tetapi dengan sekuat tenaga, ia menahannya.

"Lo kenapa Nath?" tanya Kalvin menyadari perubahan ekspresi Nath.

Nath hanya diam dan fokus pada handphonenya. Membuat Kalvin dan Dodit sama-sama bingung.

🌋🌋🌋

HELLAAAAW
KURANG GREGET YA? COMMENT DONG PENDAPAT KALIAN BUAT CERITA INI..
BTW THX BUAT 1.02K 😘

-griertoast.

Continue Reading

You'll Also Like

166K 3.7K 25
Dia seorang bad boy, ia menakutkan, menyiksa, tapi membuatku jatuh hati. aku selalu terisak dan khawatir, ia membawaku ke dalam kegelapan. Kau tahu s...
56.2M 5.6M 51
"𝚂𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚍𝚞𝚔𝚊." -𝒜𝓂𝑒𝓎𝓈𝒾𝒶𝒶, 𝟢𝟢.𝟢𝟢 "Tolong jemput gue, Ka," pinta gadis itu. "Gak bisa, gue...
7.9M 503K 47
"Gue cuman mau lo nurut. Gampang kan?" "Gue bilang ga mau, ya ga mau! Jangan maksa dong!!" Dingin Kasar Datar Dan itu Revan, cowok gue. Highest rank...
2.9M 156K 14
source from printers. Jangan lupa follow akun ini dulu sebelum di baca. Cerita mengandung kata-kata kasar jadi mohon bijak dalam membacanya *** Ki...