My Masternim ✔

By Sooyasauce_

120K 12K 519

Hanya sebuah cerita tentang Kim Mingyu dan kucing barunya, Yeon. -- Kim Mingyu's Fanfic Another cast; possibl... More

- PROLOG -
- 01 -
- 02 -
- 03 -
- 04 -
- 05 -
- 06 -
- 07 -
- 08 -
- 09 -
- 10 -
- 12 -
- 13 -
- 14 -
- 15 -
- 16 -
- EPILOG -

- 11 -

5.2K 579 23
By Sooyasauce_

Kim Mingyu menghela nafasnya berat. Keringat sudah terlihat mengucur memenuhi wajahnya serta seragamnya pun terlihat basah. Wajahnya muram.

Ia sudah mencari Juyeon kemana-mana. Namun hingga jam menunjukkan pukul delapan malam, Mingyu masih belum menemukan gadis itu.

Lelaki itu berjalan gontai menuju apartemennya begitu pintu lift yang biasa ia naikki terbuka. Menghela nafas berat lagi, sebelum mengusap peluhnya yang sedari tadi ia biarkan. Kepalanya masih dalam posisi menunduk dalam.

"Kim Mingyu? Kaukah itu?"

Sebuah seruan pelan dengan suara familiar yang terdengar tak begitu jauh dari tempatnya, membuat Mingyu mengangkat kepala. Pupilnya membulat sempurna begitu melihat siapa yang berdiri di depan pintu apartemennya.

Menggunakan pakaian tidur bermotif polkadot merah muda dengan warna dasar putih serta jaket kuning muda yang melapisinya, gadis bersurai sepunggung itu menoleh ke arahnya tanpa mau beranjak dari sana.

"Ye-Yeon-ah..." jalan gontai Mingyu berubah menjadi langkah cepat hingga akhirnya ia berlari pelan dan sampai di hadapan Juyeon yang berdiri menghadapnya.

"Kau kemana saja? Kenapa baru pulang?"

Mingyu diam. Memandangi Juyeon dengan nafas terengah.

"Aku ini sedang bertanya. Harusnya kau--"

Kata-kata Juyeon terhenti begitu Mingyu memeluknya erat tanpa aba-aba. Membuat Juyeon melebarkan matanya karena terkejut atas perbuatan Mingyu barusan.

"Ya Tuhan, syukurlah kau baik-baik saja..."

"Y-yak! Kau ini kenapa? Te-tentu saja aku--"

"Kau kemana saja? Aku 'kan sudah pernah bilang jangan tinggalkan ponselmu. Beri aku kabar jika kau pergi keluar tanpaku..."

Juyeon terdiam. Ia memang sempat mengecek ponselnya dan menemukan beberapa panggilan tak terjawab dari Mingyu. Namun ia tak mengecek jam berapa Mingyu meneleponnya.

"Aku juga sudah mencoba menghubungimu, pabo! Kenapa kau tak angkat teleponku?!" Juyeon bertanya tak mau kalah. Ia tak terima kalau Mingyu menyalahkannya seperti ini.

"Ha?" Mingyu mengerutkan keningnya. Lalu mengambil ponsel dari sakunya dan melihat dua belas panggilan tak terjawab disana.

Dan semuanya atas nama Juyeon. Dan Mingyu benar-benar lupa menghidupkan nada dering ponselnya karena saking paniknya.

Mingyu cengengesan. Lau mengusap tengkuknya sambil memandangi Juyeon sebelum kemudian tersenyum. Ada sebuah kelegaan yang terlukis disana, namun dilewatkan oleh Juyeon karena lampu teras apartemen yang temaram.

"Mianhae. Aku sibuk kesana kemari untuk mencarimu, Yeon-ah. Mana sempat aku mengecek ponsel ditengah kepanikan seperti itu."

Juyeon mendecak. Memutar bola matanya sebelum meninju pelan bahu Mingyu. "Nado mianhae. Tadi aku tak sengaja bertemu dengan Oppa-ku saat di jalan hendak pulang."

Mingyu melepas pelukannya. Lalu menatap Juyeon dengan matanya yang menyipit. "O-Oppa? Kau punya pacar?"

Juyeon kembali membelalakkan matanya. "Yak! Pacar apanya? Dia itu oppa-ku. Kakak kandungku, pabo!"

"Jjinjja yo? Kau tak pernah menceritakan itu padaku," Mingyu menatap Juyeon dengan mata polosnya.

"Untuk apa aku menceritakan sesuatu yang sama sekali bukan urusanmu?" tanya Juyeon sebelum ia menghela nafasnya. "Sebaiknya kita masuk. Tubuhmu sudah basah seperti ini. Kau sebenarnya habis mandi atau apa, huh?" Juyeon bertanya sambil menggenggam pergelangan tangan Mingyu dan menarik lelaki itu masuk.

"Yeon-ah,"

"Hm?"

"Tolong jangan ulangi lagi, ya."

Juyeon yang hendak menutup pintu apartemen Mingyu menghentikan gerakannya sebelum menoleh kearah Mingyu "Ne. Arasseo yo."

Dan kemudian menutup pintu apartemen tersebut.

***

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam ketika Mingyu dan Juyeon selesai belajar. Mereka terlihat mengemas buku masing-masing ke dalam tas, sebelum akhirnya memutuskan untuk duduk diam tanpa berbicara sepatah katapun.

Biasanya sehabis belajar, Juyeon akan langsung melenggang menuju kamarnya dan meninggalkan Mingyu sendirian. Tapi kali ini, Juyeon masih tetap berada di kamarnya seolah ingin membicarakan sesuatu dengan Mingyu.

"Ada apa?"

Akhirnya Mingyu membuka suaranya ketika merasa Juyeon sedari tadi tengah meliriknya.

"Ummm... ti... dak apa-apa," Juyeon menjawab sambil mengalihkan pandangnya ketika sepasang netra coklat Mingyu menatapnya.

"Jangan mencoba membohongiku, Yeon-ah. Aku tahu ada yang ingin kau bicarakan denganku."

"Kenapa kau selalu suka jadi orang yang sok tahu, huh?"

"Sok tahu?" Mingyu mendengus tawa. "Aku tidak sok tahu, Yeon-ah. Tingkahmu terlalu mudah dibaca."

"Apa maksudmu?"

"Biasanya jika kita belajar di kamarku, kau akan langsung pergi ke kamarmu. Lalu, sejak kita mulai belajar tadi kau selalu melirikku dengan mulut yang bergerak-gerak seperti hendak mengucapkan sesuatu."

Juyeon menggigit bibir bawahnya. Semudah itukah tingkah Juyeon dibaca? Atau memang Mingyu punya kemampuan membaca pikiran orang lain? Tidak mungkin. Dan sepertinya opsi pertama lebih masuk akal, tentu saja.

"Jadi kau ingin membicarakan apa?" Suara Mingyu memecah keheningan diantara keduanya. Mingyu menggeser sedikit posisi duduknya agar bisa lebih dekat dengan Juyeon.

"Kalaupun aku membicarakan ini, kau pasti tidak akan mau mendengarnya."

"Bagaimana aku mau mendengarkannya? Kau saja belum memberitahuku."

"Tapi kau pasti tidak akan tertarik mendengarkannya seperti yang sudah-sudah."

"Bicara saja. Aku pasti akan mendengarkanmu," ucap Mingyu sambil menopang dagunya dan menatap Juyeon yang sepertinya masih ragu untuk mengungkapkan apa yang ingin ia bicarakan.

"Emmm..." Juyeon nampak masih berfikir sebelum netra coklatnya balik menatap Mingyu.

"Sudah kubilang aku akan mendengarkanmu."

"Baiklah...." Juyeon akhirnya goyah dan memutuskan untuk mengungkapkan hal yang ingin di bicarakan dengan Mingyu. "Ini tentang Wonwoo sunbae."

Mendengar nama itu di sebut. Nafas Mingyu sempat tertahan sesaat, sebelum sebuah hembusan panjang dan berat ia keluarkan. Tapi sayangnya, respon ketidaktertarikan Mingyu akan topik pembicaraan Juyeon lolos dari mata gadis itu.

"Kau 'kan tahu kalau tadi aku mengantar Wonwoo sunbae ke rumah sakit--"

"Jadi selama ini kau memang menyukai Wonwoo hyung?" Suara rendah Mingyu mengalun mulus masuk ke telinga Juyeon. Ada nada tak suka jelas terdengar dari caranya berbicara.

Mata Juyeon membelalak. "Me-menyukai Wonwoo sunbae?" tawa hambar meluncur dari mulutnya sebagai usaha menetralisir rasa terkejut karena pertanyaan Mingyu. "I-itu tidak mungkin..."

"Aku 'kan sudah bilang kalau tingkahmu itu mudah dibaca. Jadi mengaku sajalah."

"Su-sudah kubilang aku tidak menyukainya," lagi, Juyeon tertawa hambar. "Emmm... aku--" kata-katanya terputus seiring dengan memikirkan berbagai alasan yang muncul di kepalanya. "Aku... hanya penasaran akan suatu hal."

Kening serta alis Mingyu refleks berkerut sekolah bertanya hal apa yang membuat Juyeon penasaran.

"Itu... Aku hanya penasaran siapa yang Wonwoo sunbae jenguk sampai ia rela pergi ke rumah sakit dengan kondisi yang masih belum terlalu sehat seperti tadi..."

Kata-kata Juyeon perlahan memudar seiring dengan banyaknya pikiran yang muncul di kepala Mingyu.

"Kim Mingyu, kau mendengarkanku?"

Sebuah tepukan di bahunya membuat Mingyu tersadar. Suara Juyeon sudah kembali menyambangi telinga lelaki itu sepenuhnya.

"Hah?"

Hanya itu yang bisa Mingyu keluarkan sebagai respon. Membuat Juyeon menghela nafas gemas.

"Jadi, yang wonwoo sunbae jenguk itu siapa? Aku yakin orang itu bukan eomma atau appa-nya sunbae karena saat Wonwoo sunbae masih berada di sini dia bercerita bahwa ayah dan ibunya sedang berlibur untuk merayakan hari pernikahan."

Bahu Mingyu sempat terlihat menegang sesaat. Namun dengan pandainya lelaki itu menutupinya dengan kekehan pelan yang terdengar sedikit parau. "Mana aku tahu. Mungkin saja itu adiknya--"

"Bukankah adiknya sunbae sedang mengikuti pertukaran pelajar ke Jerman?"

"Ah ya--" Mingyu mengalihkan pandangnya sebagai tanda bahwa ia tak ingin menjawab pertanyaan dari Juyeon.

"Jadi?" Juyeon masih saja keukeuh bertanya. Tak menyadari betapa berusaha kerasnya Mingyu sekarang untuk menghindari topik pembicaraan ini.

"Apa?"

Juyeon meninju lengan Mingyu gemas. Lagi-lagi Mingyu tidak mendengarkannya. "Aku bertanya siapa orang yang dijenguk oleh Wonwoo sunbae, Kim Mingyu. Kau pasti tahu, 'kan?"

"Sebelumnya 'kan aku sudah bilang tak tahu," matanya kemudian melirik ke arah jam dinding yang ada di kamarnya. "Sebaiknya kau kembali ke kamarmu. Sekarang sudah jam sebelas malam," tunjuknya pada jam dinding.

Membuat Juyeon mengikuti arah tunjuk Mingyu sebelum kembali menatap Mingyu yang kini sudah berjalan menuju ranjangnya. "Tapi kau belum menjawab pertanyaanku."

"Bukankah aku sudah menjawab pertanyaanmu? Aku kan tadi bilang kalau aku tidak tahu."

"Yak! Kim Mingyu!"

"Apa? Kau ingin tidur seranjang bersamaku?"

Juyeon mendecak sambil memukul pelan meja di depannya. Lalu berdiri, membawa tasnya dan keluar dari kamar Mingyu dan menutup pintu kamar lelaki itu dengan keras sehingga menimbulkan bunyi berdebam.

Membuat Mingyu menghela nafas panjang. Lalu merebahkan diri di ranjangnya. Memandangi langit-langit putih kamarnya dalam diam.

"Kenapa harus Wonwoo hyung lagi?"

***

Itu sudah beberapa hari setelah insiden hilangnya Juyeon. Dan hari ini, sepulang sekolah rencananya Juyeon berniat ingin mengunjungi Jimin lagi di tempat kerjanya.

Mengesampingkan rasa penasaran yang datang karena sampai hari ini Juyeon masih tak mendapat jawaban tentang siapa yang dijenguk Wonwoo hari itu, Entah kenapa, setelah bertemu Jimin ia terus-terusan merasa rindu pada kakaknya itu.

Jadi, pagi tadi Juyeon bilang pada Mingyu bahwa siang ini ia tak bisa pulang bersama Mingyu karena ia ingin menemui kakaknya.

Sempat memaksa untuk ikut dan diintrogasi layaknya seorang tersangka utama dalam kasus berat, Mingyu akhirnya mengijinkan Juyeon.

Itupun dengan syarat bahwa ponsel Juyeon harus selalu aktif agar jika Mingyu menelepon atau mengirim pesan pada gadis itu, Juyeon bisa membalasnya. Dan Juyeon juga tidak boleh pulang melebihi jam tujuh malam.

Ketika Juyeon melayangkan protes dan berkata bahwa Mingyu benar-benar terlihat seperti ayah yang super protektif, lelaki itu malah kembali mengungkit perihal Juyeon yang masih berstatus peliharaannya. Dan mau tak mau, gadis itu mengiyakan syarat yang diberikan oleh Mingyu.

Jadilah, segera setelah pulang dari sekolah ia pun memberhentikan taksi dan pergi ke rumah sakit tempat Jimin bekerja. Berharap jika kakaknya itu tak tiba-tiba mendapatkan pasien mengingat sekarang masih masuk jam kerjanya.

Sesampainya di depan gedung rumah sakit, Juyeon langsung sana mengeluarkan ponselnya dan langsung saja menelepon Jimin.

"Sudah sampai?"

"Aku sudah berada di depan gedung rumah sakit, oppa."

"Ya, ya. Tunggu disitu. Jangan kemana-mana, oppa akan kesana."

"Ne."

Dan telepon pun diputus sepihak oleh Jimin.

Menyisakan Juyeon yang kini menatap layar ponselnya sambil menghela nafas. "Kuharap aku tak mengganggu oppa," gumamnya.

Juyeon mulai menunggu di depan gedung rumah sakit sambil melihat pemandangan yang ada di sekitar sana.

Walau Jimin sudah bekerja di rumah sakit itu selama hampir tiga tahun, tapi ini adalah kedua kalinya Juyeon menemui Jimin ditempat kerjanya. Ibu dan ayahnya selalu melarang Juyeon menemui kakaknya dengan alasan Jimin yang sibuk bekerja. Jadi, Juyeon masih belum mengenal lingkungan rumah sakit ini.

"Huh? Kim Mingyu?" Suaranya tiba-tiba saja keluar ketika ia melihat seorang lelaki yang sepertinya tak asing berjalan kearahnya.

Juyeon menyipitkan matanya untuk memastikan bahwa ia tak salah lihat. Lalu membelalak kaget karena sosok itu memanglah Kim Mingyu.

Juyeon dengan cepat melangkah ke arah tiang dan menyembunyikan diri disana. Lalu mengintip Mingyu yang kini semakin mendekat hingga akhirnya memasukki rumah sakit tanpa mengetahui keberadaan Juyeon.

Rasa penasaran Juyeon muncul, terlebih lagi ia melihat dengan jelas bahwa Mingyu tadi membawa sebuket bunga mawar merah muda yang dirangkai sangat indah berukuran sedang ditangannya.

Membuat kening gadis cantik itu berkerut dalam. "Dia ingin menjenguk siapa?"

Kemudian ia mengikuti langkah Mingyu masuk kedalam rumah sakit tanpa memberitahu Jimin terlebih dulu.

---

TBC

N/A: akhirnya ini part setelah sekian lama bisa update juga 😂😂 maafkan atas kelamaan nunggak ya semuanyaa 😂😂😂 banyak halangan yang membuat Sooya baru bisa ngepos sekarang.. jeongmal mianhae yooo 😂😂😂 jangan bosan nunggu ff ini terus ya semuanya.. makasih buat semua yang udah ngasih support buat aku..  especially kak Minkuk97 hehhe.. ku sayang kaliaaannn 😚😚😚

Dan hari ini juga uri the8 ultaahhh!! Selamat ulang tahun ya kesayangan 😚😚😚 makin sukses dan +++++++ lah... ku sayang kamu mas 😚😚😚

Ps. Apa harapan kalian huat the8 gaes? Hihihi.

Continue Reading

You'll Also Like

32.7K 3.6K 39
[REVISED VERSION] "Wah, kadar ketampanannya semakin bertambah saja makin hari!" Ujar Hae Rin terkagum-kagum. Setidaknya, itu yang kalian pikirkan, bu...
100K 17.8K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
1M 84.6K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
286K 34.4K 55
"Hanya Cinta, itu tak akan cukup. Maka kepercayaan akan membuatnya sempurna." Byun Baekhyun & Oh Sehyun (Sebelum baca ini disarankan baca FF Baekhyun...