Fantastic Thang

By paw-jeon

677 88 12

Sequel of Bangtan Gang Ingatan membawa masa lalu. Waktu berjalan mengiringi langkah. Sekarang, aku hanya tin... More

Destroyer Squad
01 February 2051
14 June 2015
14 June 2015
01 April 2055

13 June 2015

141 17 3
By paw-jeon

Saturday, 13 June 2015

Lebam biru memenuhi wajah Yoongi. Namun, cowok berkulit pucat itu hanya bisa diam di atas kursi. Tubuhnya menghadap pria berwajah nyaris sempurna tampannya.

Tangan Taehyung dihujani oleh keringat. Suara kletak dua kali dari leher Taehyung menambah kesan ngeri padanya, tetapi tidak berefek pada Yoongi sekali pun.

Dalam stadion lapangan basket yang tertutup, mereka saling menatap satu sama lain di tengah. Kepala Yoongi perlahan menunduk, tangannya menyatu di antara kedua paha. Tiba-tiba Taehyung mengerang.

"Taehyung! Youngrin(Samara) bilang jika dia tidak apa! Berhentilah!"

Peringatan dari pacarnya. Taehyung hendak melayangkan bogeman keras ke wajah Yoongi. Jadi, berterima kasihlah pada kekasih Taehyung, Yoongi. Lengan Taehyung langsung jatuh ke sisi tubuhnya, dia memutar kedua bola mata lalu menghela napas.

Walaupun, Taehyung lebih muda, tidak ada sikap sopannya terhadap Yoongi. Dia menghujat Yoongi terang-terangan. Dia membenci seorang pria yang menyakiti seorang wanita.

"Bagaimana bisa sahabatku tidak apa-apa karena ditampar oleh kakaknya yang tidak berguna?!"

Taehyung murka pada Yoongi. Dia mengarahkan tangannya untuk meraih kerah kemeja Yoongi lalu mengangkatnya sedikit, leher Yoongi tercekik. Siluet iblis di mata Taehyung sama sekali tidak membuat Yoongi takut, ia hanya pasrah dan tahu apa kesalahannya. Namun, enggan minta maaf.

"Tae-Taehyung! Aku enggak papa!"

Di ujung lapangan, gadis berwajah imut dan paling muda di antara yang lain berhasil bangkit. Gaeun(Ciarra) yang menjaganya sedari tadi hanya bisa menatap Youngrin dari belakang, dia mendukung apa pun.

Lepas. Yoongi jatuh kembali ke kursi lalu menarik napas sebanyak mungkin. Tubuhnya yang lemas butuh oksigen. Tangan Taehyung bergetar setelah Youngrin berteriak.

Isakan mulai terdengar, perhatian mereka teralih. Youngrin menghapus air mata yang jatuh ke pipi, kemudian ia tersenyum manis dengan mata bengkak dan pipi memar. Tangannya erat-erat mengenggam bagian bawah kemeja biru polos yang ia kenakan.

"A-aku yang salah, aku banyak bertanya sehingga Yo-Yoongi oppa jengkel." kepala Youngrin terangkat, matanya menuju cowok di belakang Taehyung. Mereka saling berkontak. Keduanya memiliki luka di pipi. Walaupun, Yoongi lebih parah.

Taehyung memunggungi Yoongi, tetapi dia tahu kalau Youngrin dan Yoongi saling bertatapan. Ia belum sanggup melihat Youngrin yang pipinya merah karena ditampar sehingga Taehyung menghalangi kontak mata kedua kakak-beradik itu.

"Seharusnya kakakmu melayanimu dengan sabar."

"Hoy, bung!"

Tiba-tiba suara asing yang baru didengar oleh mereka menggema di stadion. Keempat manusia yang sudah mendiami stadion basket selama dua jam menoleh pada pintu bernomor tiga. Cowok dengan dandanan superberantakan berdiri di sana dengan seringaian.

"Aku butuh tempat ini, pergilah. Aku sedang bicara baik-baik."

Yoongi menyipitkan mata. Dia tahu soal cowok itu karena Yoongi sudah lama bermain basket di stadion tersebut. Bisa dikatakan jika cowok di sana adalah ketua preman di wilayah tersebut. Cowok yang ingin ia hajar.

Gaeun bangkit lalu menarik Youngrin untuk menepi. Rasa kewaspadaannya dalam diri seperti berlonceng. Dia tidak mau seorang perempuan atau pun dirinya terlibat pada pertikaian.

"Eoh? Enggak keluar juga? Apa perlu aku mengusir kalian dengan cara kasar?" tanya cowok itu menyaku tangannya lalu memandangi empat manusia tersebut dengan sombong. Tidak ada yang tahu jika di dalam kantung celana tersebut ada sebuah pisau lipat.

Mungkin Taehyung tahu karena bisa membaca gerak-gerik cowok tersebut.

"Stadion ini bukan milikmu, Jungkook."

Mata Jungkook melebar ketika cowok berkulit pucat yang babak belur itu berdiri dari kursi dengan kepala tertunduk, ia mirip dengan zombie. Taehyung menoleh ketika Yoongi memanggil nama si ketua preman.

"Badan kecil, mungil kayak kurcaci berani melawanku? Baiklah, kalian yang minta untuk tumpah darah di sini." Benar dugaan Taehyung, Jungkook mengeluarkan dua pisau lipatnya. Jungkook terkenal sebagai pembunuh berantai, bahkan polisi-polisi yang menangkapnya mati di tangannya.

Taehyung membelalak, dia tidak punya senjata kecuali kursi. Ya, kursi itu bisa dijadikan perisainya. Jungkook mulai berlari dan hendak melempar pisau itu ke jantung kedua cowok di hadapannya. Lagi-lagi, ia tersenyum jahat.

Tahu-tahu, Taehyung langsung mengambil kursi tersebut dan melindungi tubuhnya bersama Yoongi. Jungkook menjadi emosi karena pisaunya tidak mengenai mangsanya, pisau itu malah menancap bantalan kursi kayu tersebut.

Gaeun dan Youngrin teramat kaget. Youngrin ingin membantu, tetapi ia yakin jika Taehyung bisa menyelesaikannya secara baik-baik sehingga Gaeun menahan Youngrin untuk tetap di tepi.

"Sial!" Jungkook mencampakkan kursi tersebut ke sembarang arah sampai bagian-bagian kursi terlepas. Sekarang, senjata tidak ada, pelindung juga tak ada. Kosong, Yoongi dan Taehyung hanya bisa bergantung pada Tuhan.

"Skakmat!" Jungkook langsung tertawa kemenangan dan mengarahkan kedua pisau ke dua manusia yang dosa-dosanya belum dimaafkan. Youngrin tak sanggup melihatnya dan Gaeun hanya bisa menyaksikan mereka.

"Jungkookie, mereka bilang lokasinya di ganti ke bar dekat gedung walikota. Ah, akhirnya aku tidak perlu pengap-pengapan di stadion ini." suara centil yang membuat Jungkook berhenti. Taehyung dan Yoongi amat berterima kasih pada gadis berambut ombre yang lurus dan pakaian supermini.

"Baik, sayang," ucap Jungkook menoleh ke belakang, memberi kesempatan bagi Taehyung dan Yoongi untuk merangkak mundur. Mereka sempat terjatuh saking takutnya pada ujung pisau yang mengkilat.

Jungkook menyimpan kedua pisaunya ke dalam saku lagi sambil mendesah. Taehyung dan Yoongi mengelus dada masing-masing, penuh rasa syukur masih diberi nyawa.

"Kalian aman," katanya berangsur meninggalkan stadion. Napas lega mengembus keluar dari mulut mereka berempat. Domba-domba sudah aman dari serigala.

Gaeun dan Youngrin segera mungkin menghampiri kedua pria yang terbaring. Panik sekaligus lega. Semuanya akan baik-baik saja.

Malam. Sebentar lagi. Youngrin melihat pada jam tangannya. Dia suka malam, tetapi benci sendiri. Ia menarik tangan Yoongi untuk bangkit, mengajak kakaknya untuk pulang.

Tidak berbekal apa pun, Taehyung melihat Youngrin dan Yoongi hendak keluar dari stadion. Youngrin mengacungkan jempol dengan wajah memelas, melihat ke belakang. Ia mengatakan jika dirinya oke.

"Dia baik. Jangan dibawa ke hati," nasihat Gaeun membantu pacarnya berdiri. Taehyung mengangguk sambil mengelus puncak kepala gadisnya. Rasa takut yang menggelutinya tadi perlahan menghilang. Jungkook sudah tidak ada lagi walau baru kali ini ia mengetahuinya.

Namun, sirene yang menjurus ke seluruh kota Seoul dari gedung pemerintah menghentikan aktivitas warganya. Sirene tersebut amat nyaring sehingga dapat menarik perhatian.

Ini bukan sebuah tes

Ini adalah sistem siaran darurat sedang mengumumkan awal dari pembersihan tahunan dari persetujuan pemerintahan Seoul

Senjata dari level 4 ke bawah sudah diizinkan untuk digunakan selama pembersihan. Dilarang menggunakan senjata yang lain.

Pejabat pemerintah dari peringkat 10 telah diberikan kekebalan dari purge dan tidak akan dirugikan

Terhitung dari sirene, semua tindakan kriminal seperti pembunuhan akan dilegalkan untuk satu jam kemudian

Polisi, pemadam kebakaran dan ambulan akan dinonaktifkan sampai jam 7 pagi besok selama pembersihan

Semoga Tuhan memberkati kalian

Bangsa yang baru terlahir kembali

"Sial, mereka licik!"

Suara parau Yoongi memecah suasana. Youngrin menggenggam tangan Yoongi amat erat. Jam enam sore, langit mulai menghitam. Masyarakat sudah pulang kerja dan akan mengunci diri bersama keluarga di rumah. Sementara, mereka masih bertahan dalam stadion dengan perasaan takut dan bingung.

Suara sirene pertama kali Yoongi dengar. Tangan Yoongi berbalik menggenggam Youngrin lalu menariknya mendekati Taehyung dan Gaeun. Pasangan kekasih itu tampak bingung, tetap mencoba santai. Walaupun, masih penasaran akan hal yang dikatakan oleh Yoongi.

Yoongi menyuruh mereka untuk mengikutinya ke pintu belakang. Sebelum pukul tujuh, sesuai yang dikatakan oleh broadcast, mereka harus bersembunyi jika tidak mau ikut dalam pembersihan.

Pembersihan macam apa yang memakai senjata?

Peralatan-peralatan kebersihan seperti sapu dan pel di jalur belakang menghalangi jalan. Youngrin tidak tahu apa-apa, ia hanya mengikuti Yoongi supaya pintu belakang cepat dicapai.

"Satu jam tidak cukup untuk sampai ke rumah," gumam Yoongi melihat pintu belakang. Youngrin menengadahkan wajah, menatap tulang rahang kakaknya yang amat tirus.

Taehyung mengernyitkan dahi. Tiba-tiba saja otaknya berputar.

"Hey, ada apa ini?" tanyanya lantang. Namun, disambut kurang baik oleh Yoongi. Ia malah menyuruh Taehyung tetap tenang dan mengunci mulut.

Pintu tidak terkunci, Yoongi pun menengok keluar setelah memberi celah. Kota seperti porak poranda, warga-warga sibuk menutup toko dan rumah. Ketegangan terasa nyata.

"Apa yang dimaksud pembersihan?" tanya Youngrin pelan.

"Ini bukan pembersihan seperti gotong royong. Ini memberantas masyarakat miskin dan penyakitan dengan cara dibunuh. Namun, kita juga bisa dibunuh kalau orang-orang kaya membeli kita."

Cukup. Ucapan begitu saja sudah membuat bulu roma berdiri. Gaeun melebarkan mata setelah mendengarnya. Sadis, itulah yang terjadi sekarang. Solusinya hanyalah bersembunyi.

"Tidak bisakah kita di sini saja sampai jam 7 pagi?" tanya Taehyung.

"Kalau kau mau dibunuh, tidak apa," kata Yoongi menutup pintu dan napas pendek. Di luar semakin banyak suara tapakan kaki. Benar-benar ramai sekaligus saling teriak yang memekakkan pendengaran.

Gaeun merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah ponsel. Entah siapa, tetapi ia ingin keluar dari pembersihan alias tidak ikut serta. Nada dering mengalun, menunggu di seberang mengangkat.

"Hei, apa aku boleh ke apartemenmu bersama pacar dan dua temanku?"

"Cepat."

"Gomawo, Hakyo-nie!"

Sesudahnya, Gaeun tersenyum lebar sambil mengatakannya pada Yoongi yang sudah tahu jawabannya. Rencana tersusun. Taehyung dan Youngrin hanya mematuhi. Sementara, Gaeun diucapkan terima kasih oleh Yoongi berulang kali.

Apartemen yang dimiliki oleh Hakyo tidak jauh, sesuai perkiraan Gaeun. Yoongi masih memeriksa keadaan di luar. Jalanan mulai sepi, tetapi kendaraan-kendaraan seperti mobil box tengah mengelilingi kota.

Kenop pintu diputar Yoongi lalu kepalanya menengok keluar. Aman, mobil box berwarna putih yang tadinya parkir di depan trotoar tidak ada. Senyuman sumringah terukir.

"Kajja!" ajak Yoongi membuka pintu lebar. Di saat ia hendak melangkah, seseorang mengenakan topeng mengejutkan mereka dengan cara memukul pintu. Tentu, jantung keempatnya berdegup kencang.

Pria misterius bertopeng itu mundur, memberi bahasa isyarat jika ia sedang memata-matai mereka dengan dua jari menunjuk padanya lalu mengarahkannya pada empat manusia tidak bersalah. Entah benar, entah bohong. Yoongi hanya mau nyawanya selamat untuk malam pertama.

"Gaeun, belok mana?" tanya Yoongi setelah menutup pintu. Mereka sudah keluar dari stadion dan berlari ke kiri. Penglihatannya ia tajamkan, celingak-celinguk. Youngrin tidak bisa apa-apa, kecuali mengenggam tangan Yoongi erat dan mengikuti langkahnya.

"Di sana gedungnya!" tunjuk Gaeun pada gedung pencakar langit, jaraknya hanya 50 meter. Taehyung menarik Gaeun untuk tetap di belakangnya karena gadis itu sempat keluar dari trotoar.

Yoongi mendengarnya, tetapi tidak memberi balasan. Hatinya masih waspada pada sekitar. Padahal, mereka tinggal berlari lurus. Taehyung menoleh ke belakang. Komplotan manusia bertopeng sedang mengawasi mereka.

Apa mereka penculik? Mengapa begitu terbuka?

Pikiran Taehyung dipenuhi benda-benda tajam. Ia ingin tahu ada apa yang terjadi, tetapi dirinya masih sadar situasi. Jika sudah sampai di titik aman, maka ribuan pertanyaan di otaknya akan terjawab dari Yoongi. walaupun, cowok tadi baru saja ia pukuli.

Tepat di depan mereka ada perempatan. Mereka harus menyeberang untuk mencapai gedung apartemen. Hanya perempatan itu tantangannya.

Entah apa yang membuat Yoongi yakin, ia hendak berlari, menyeberang. Namun, Youngrin menarik tangannya dan bersembunyi di balik tiang lampu lalu lintas.

"Dari dulu bodohmu tidak hilang-hilang," komentar Taehyung di barisan terbelakang. Youngrin memanyunkan bibir sembari meletakkan jari telunjuknya di atas bibir.

"Ada mobil box putihnya," bisik Youngrin menunduk. Sesekali matanya mengintip lewat pundak Yoongi.

"Jadi maneken!"

Ketiga lainnya menoleh pada Gaeun yang sudah berpose ala maneken toko baju. Masih disangsikan, tetapi mana tahu ide tidak masuk akal itu bisa mengakalkan. Youngrin langsung mengambil posisi di samping temannya.

Menuruti sang pacar, Taehyung bergaya sekadarnya (padahal ia yang paling keren dengan head band sehingga jidatnya tampak). Sementara, Yoongi memilih menjadi tiang walau tinggi tidak memadai.

Pada sisi trotoar itu, mereka benar-benar menjadi maneken kesasar. Mobil box yang dicurigakan melewati mereka tanpa menggubris. Siapa yang menyetir itu pasti bodoh sekali.

Dapat disimpulkan di saat yang genting menjadi maneken adalah salah satu caranya. Apalagi jika rambut seperti boneka karena rambut Youngrin berwarna biru langit.

"Bagus, Gaeun!" seru Yoongi menyeberang jalan. Gaeun mengepalkan tangannya dan meneriak kata 'Yes!' dalam hati. Keempatnya mendekati gedung. Nahas, gerbangnya terkunci.

"Jalan belakang!" seru Gaeun menunjuk arah. Kini, gadis itulah yang memimpin jalan. Mereka harus mengeluarkan tenaga lebih lagi agar nyawa selamat. Kira-kira lima menit, ada pintu emergency sesuai yang dikatakan oleh Gaeun.

Seorang gadis berambut ombre ungu sambil mendengarkan lagu lewat headset seperti tengah menunggu di depan pintu. Ia memejamkan mata dan jari yang bergerak mengikuti irama.

"Hakyo!" tegur Gaeun ketika sampai. Hakyo melebarkan matanya sebisa mungkin. Tampak terkejut, tetapi sok cool.

"Kalian gila? Sudah tahu ada pembersihan dan masih berkeliaran," omelnya membukakan pintu. Tidak ada yang menjawab kecuali barisan paling belakang.

"Hai, Hoseok!" mungkin bukan sebuah jawaban.

"Tetap di luar dan biarkan mereka membunuhmu."

Brak!

Sebuah gurauan dari Hakyo. Tidak benar jika dia mengunci Taehyung di luar bersama si mobil box.

Dalam apartemen Hakyo yang luas, mereka telah sampai. Hakyo tinggal berdua bersama sahabatnya di apartemen. Rayoung namanya. Mereka berbaik hati memberi ruang untuk keempat manusia yang butuh perlindungan.

Ruang tengah menjadi sasaran empuk Yoongi. Dia duduk di sofa biru yang lembut. Rayoung memberikan empat gelas minuman dingin agar tamu-tamunya merasa nyaman.

"Kami tidak punya baju pria," kata Hakyo menuju pada Yoongi dan Taehyung. Yoongi melirik lalu mengangguk menanggapinya. Sementara, Taehyung sudah lebih dulu membuka kaosnya yang menyerap banyak keringat. Tidak ada yang peduli, mungkin peduli karena terpesona.

"Kita bisa pinjam baju tetangga, 'kan?" tanya Rayoung menunjuk arah selatan. Hakyo melirik pada gadis itu dengan senyuman palsu.

"Aku tidak sudi barang-barang si Jimin masuk ke apartemenku." Hakyo mengambil tempat duduk di sebelah Gaeun yang sudah berganti pakaian dengan milik Rayoung. Sementara, Youngrin milik Hakyo.

"Apa ada yang kulewati dari pembersihan?" tanya Taehyung mengapit jemari-jemarinya sesama lalu menumpu lengannya pada kedua paha yang terbuka. Yoongi menoleh, tampaknya belum ada yang tahu.

Hakyo tiba-tiba membuka mulut, "Rakyat jelata akan dibunuh 'kan oleh mereka, orang-orang kaya?"

"Aku sudah tau soal itu, jangan bicara," sahut Taehyung mengerjai Hakyo. Ya, pria itu gemar sekali mengganggu gadis jutek tidak berdosa itu.

Yoongi berdeham, lalu kelima makhluk dalam apartemen membuat lingkaran. Bahkan, Taehyung rela duduk di bawah supaya bisa mendengar. Yoongi seakan guru yang sedang membaca dongeng untuk para murid-murid TK.

"23 tahun silam, pertama kalinya purge dilakukan. Pembersihan ini dilaksanakan selama 7 hari. Jadi, tetaplah di rumah dari jam 7 malam sampai jam 7 pagi."

...

"Itu aja?"

"Jadi mau apa?"

"Bagaimana bisa kau tahu tentang pembersihan, sementara baru diumumkan setengah jam yang lalu?" Rayoung mengangkat tangannya seperti anak murid. Yoongi menoleh lalu tersenyum.

"Aku lahir di saat purge."

Continue Reading

You'll Also Like

721K 41.5K 51
°•°𝐇𝐚𝐥𝐥𝐨 𝐠𝐮𝐲𝐬, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐲𝐚, 𝐢𝐧𝐢 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐟𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐚𝐤𝐮 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧 𝐦𝐚𝐤𝐥𝐮𝐦...
43.6K 3K 23
BOBOIBOY MOVIE 2 & BOBOIBOY GALAXY SORI × READER
11.3K 1.2K 38
On going! 70% bahasa baku! Seorang anak yatim piatu yang tanpa sengaja ditemukan oleh Chen Zhang. ahli bela diri kungfu. Awalnya Chen Zhang mengira...
1.9M 14.2K 55
random sexx nct aghhhhh