Draco's Anxiety

By KageyamaV

84.6K 7.3K 804

Si bocah Malfoy sudah dewasa, hidupnya kini berwarna dengan ratu Gryffindor dan little rascal yang merupakan... More

Draco's Anxiety
Broken Nose and Other
Cermin Tarsah
Victoria's (not) Secret
Galaunya Draco?
SIHIR PERTAMA
KHAWATIR?
Tahun Baru

The Flower For Future

12.2K 1.1K 114
By KageyamaV

Aku berfikiran buat bikin oneshot lagi?

Okey, this is 4 you guys bcs waiting me for a long time

.

"Sudah ku bilang kan kalau itu bukan bunganya, Malfoy?"

"Jezz Granger, it's them okey?"

"Bentuknya memang sama tap--"

"Bentuknya sama bukan? Itulah intinya,"

Hermione menyipitkan mata, memberikan pandangan membunuh kepada pria keras kepala berambut pirang platina yang berjalan di sebelahnya dengan santai. Mata greynya yang memikat kini menatap mata cokelat malas. Hermione tak percaya mengapa sampai saat ini masih beragumen dengan pria itu. Perutnya sudah berteriak meminta asupan pada siang ini namun bertemu dengan Draco di saat ingin menuju aula besar membuatnya lebih lapar dan jengkel. Dan mengoceh dengan Draco juga membuat Hermione ingin memakannya hidup-hidup, jika ia tak mengingat Draco adalah jelmaan ferret.

Terkutuklah pria tampan ini.

Pria tampan jelmaan musang.

"Aku sangat lapar, jadi jangan membuatku kesal oke?" Kata Hermione menahan emosi.

Draco tersenyum miring seperti yang sering ia berikan jika menggoda wanita, "well kau lihat ada makanan ada di depanmu kan? Mengapa kau tidak memakannya?"

Hermione seharusnya tahu, tak bisa berbicara serius dengan pria mesum ini. Draco tersenyum semakin lebar saat melihat Hermione yang merona, ia sangat tahu bahwa Hermione tak bisa menahan malu jika ia berkata dengan makna yang seduktif seperti ini. Draco sangat menyukai sikap malu-malu kucing miss know it all.

Hermione mendorong Draco yang menghalangi jalannya, kini banyak murid tahun ke 6 dan junior-junior yang lain melihat mereka berdua dengan pandangan iri. Sebagian dari mereka adalah perempuan penggila dan penggemar berat Draco Malfoy. Pria tampan itu melihat penggemarnya yang seakan ingin melahap atau memeganggal Hermione lalu ia mengedipkan mata genit, seketika penggemar itupun tergelepar pingsan.

"Urusi saja penggemar bodohmu dulu," Hermione bergegas pergi.

Draco tersenyum nakal melihat kepergian Hermione. Seluruh murid pun tahu perasaan Draco kepada Hermione, sadar atau tidak tatapan Draco akan berbeda jika ia bertatapan atau berbicara mengenai kutu buku itu. Ia akan terlihat hidup dan cerah layaknya anak usia 11 tahun yang baru akan masuk Hogwards.

Perang dunia sihir melawan Voldemord telah selesai, para Death Eaters dan pengikut lainnya telah di penjara, kecuali keluarga Malfoy. Khususnya; Narcissa dan Draco yang memang terbukti mengikuti aliran dark magic karena terpaksa. Mereka berdua pun bersih dari tuntutan yang ada. Namun tekanan batin dari media sangat mengganggu Narcissa, sehingga membuatnya sakit dan kini meninggal dunia. Lalu di ikuti oleh Lucius membuat Draco menjadi sebatang kara.

Hermione mengembungkan pipi kesal, dan dengan kasar mendudukan diri di bangku panjang membuat Harry yang menggigit apel hijaunya bingung. Ia mengangkat alis seolah bertanya,

"Malfoy," sahut Hermione kesal dan bosan seperti biasanya.

Harry terkekeh,

"Aku tak melakukan apapun Potter seperti biasanya," sahut Draco cepat, menopangkan tubuhnya dengan tangan yang memegang meja namun tak ikut duduk di kursi para singa pemberani.

"Seperti biasanya," Harry berkata dengan senyum miring dan di balas Draco dengan alis terangkat dan senyum jenaka.

Tahun ke 7 mereka sudah di mulai dan kini memasuki pertengahan, tak di sangka semua asrama kini menyatu dalam kedamaian. Hermione yang pertama mendekati Draco yang saat itu masih sendiri dalam kesepian, Blaise masih belum masuk 2 minggu sejak sekolah di mulai memaksa Draco tak mempunyai sahabat untuk di ajak bicara. Ia memang tak terlihat tertekan disaat para murid berbisik jika bertemu dengannya. Berkata mengenai pelahap maut dan penghianat. Dan Hermione yang membuat Draco beranjak,

Ia tak lagi sendiri.

Hermione entah dengan mantra apa dan nyali yang sangat besar mendekat padanya. Dan seiring waktu membuat Draco senang namun juga jengkel dengan wanita keras kepala itu. Dan seiring berjalannya waktu tak ada lagi kata-kata darah lumpur yang di keluarkan Draco teruntuk Hermione.

"Oh bisakah kau pergi ketempat para ular Malfoy? Kami tak membutuhkan mu," Ron dengan pandangan sengit dan masih mengunyah paha ayam.

"Oh aku tak bicara denganmu Weaselbee," Draco membalas.

"Lagipula aku ini ular jelmaan, mungkin saja kalian tak akan memyadari jika aku tiba-tiba menjadi bagian para singa," bisik Draco ke telinga Hermione yang sedari tadi berusaha untuk mengabaikannya.

"Oh Malfoy go way," Hermione mendorong wajah Draco menjaga jarak.

"Nope." Mutlak Draco menduduki kursi di sebelah kiri Hermione yang kosong.

"Kau tahu Malfoy? Kau bisa di kira menyukai Hermione jika terus-terusan seperti ini," goda Ginny yang berada di sebelah kanan Hermione.

"Oh benarkah? I fall damn in love with her," Draco melihat Hermione dengan tatapan berbinar yang di buatnya main-main.

Harry dan Ginny terkekeh mendengar ucapan Draco namun tidak dengan Ron yang masih menatapnya benci.

"Jadi?"

"Jadi apanya?" Tanya Hermione malas.

"Kau mau membuktikan bunga itu bersamaku?"

"Sudahku bil--"

"I know, tapi jika itu benar-benar bunga yang kau cari bagaimana? Kau mau bertaruh?"

Hermione menggigit bibir bawah ragu, pandangan Draco membuatnya tak yakin bahwa bunga yang kemarin ia lihat bukanlah bunga yang ia cari. Hermione melirik Ginny meminta tolong namun di jawab gelengan olehnya, Ginny tak ingin ikut campur dalam masalah lovely bird ini.

"Jangan bilang kau takut?"

"Ap-apa? Tak akan!" Sembur Hermione menjawan pertanyaan Draco.

"Oke. Sudah di putuskan, jika kau benar kalau itu bukanlah bunga yang kita maksud, maka aku akan menjadi pelayanmu selama seminggu,"

Hermione mengangkat alis, merasa tawaran itu sangat menggiurkan. Memikirkan seorang Draco Malfoy membawa tasnya dan mengikutinya kemanapun, mungkin ia akan memaksa Draco memakai baju wanita pelayan restoran berenda. Ide bagus.

"Jika aku kalah?"

Draco terlihat bergumam memikirkan hukuman apa yang pantas untuk Hermione jika wanita itu kalah,

"Easy, kau akan menikah denganku."

"HOLY SHIT MATE, MENGAPA KAU MENYEMBURKU?" Teriak Harry kepada Ron yang mulutnya masih mengeluarkan jus labunya.

"Apa aku tak salah dengar?" Tanya Ginny pada dirinya sendiri.

"Coba kau ulangi?" Hermione membelalak dan mencoba mencerna kata-kata Draco.

"Kau menikah denganku," Draco menjawab dengan polos.

Wajah Hermione memerah, otaknya terlalu pintar untuk mencerna kata-kata musang pirang itu. Ia sulit untuk menelan air liur sanking gugupnya dipandang Draco dengan begitu intens.

"Ta-tapi kan kita masih sek--"

"Ya tidak sekarang dummy, atau kau benar-benar ingin menikah denganku sampai-sampai tak bisa menunggu?" Draco terkekeh.

"Mirror please."

"Drake, dimana asramamu sebenarnya!?" Teriak Blaise dari meja makan asrama Slytherin.

Draco tertawa, "sepertinya Blaise merindukanku, aku pergi dulu. Jangan lupa nanti malam jam 7 di depan hutan terlarang"

Draco mencium pipi Hermione singkat lalu beranjak pergi. Dan para singa terdiam tanpa kata. Harry masih mengunyah apelnya dengan kaku, dan Ron masih menatap Draco tak percaya. Bagaimana bisa ular licik itu mencium mantan kekasihnya? Ginny terbatuk canggung mencairkan suasana,

"Well semua orang juga bisa melihatnya Mione, Malfoy itu suka denganmu."

Harry setuju dengan perkataan Ginny pun mengangguk.

"Tapi bagaimana mungkin!? Dia itu mantan pelahap maut, Hermione mana mau dengan orang seperti dia!?" Ron mengebu-ngebu menunjuk dengan tulang ayam ke arah Draco yang masih bercanda bersama Blaise.

"Oh shut up Ronald, bahkan kau tak memperlakukan Mione dengan baik disaat kalian berpacaran," Ginny terlihat jengkel dengan semua omong kosong kakaknya.

Ron pun terdiam, mau tak mau ia harus mengakuinya. Bahwa setelah ciuman di saat peperangan yang lalu hanyalah nafsu semata lalu ia membuang Hermione begitu saja. Dan untung saja Hermione tak begitu peduli mengenai masalah itu lalu memaafkannya, karna adanya Draco yang menghibur Hermione saat itu. Membuat wanita kutu buku itu pun bisa melupakan kesedihannya.

"Memang apa yang kalian ributkan? Bunga?" Tanya Harry bingung.

"Aku mencari Bunga Fairytime, dan Draco mengatakan bahwa ia bisa membantuku mencarinya. Tetapi kemarin disaat ia menemukannya, ku pikir itu bukanlah bunga yang kami maksud. Tapi ia tetap saja keras kepala, ia bilang itu bunga yang aku cari,"

"Bunga Fairytime? Yang disaat memekar akan mengeluarkan peri kecil?" Tanya Ron.

Hermione mengangguk dengan antusias, "kau tahu dari mana Ron?" Tanya Ginny.

"Kita pernah menemukannya saat pergi kerumah Granny Anne, kau tak ingat?" Tanya Ron heran.

Ginny menggeleng,

"Well kononnya jika kau bertemu dengan peri kecil yang akan keluar saat kuncup pertama mekar maka kau akan melihat masa depan yang paling kau ingin lihat," Ron berbicara dalam ingatannya.

"Dan itulah mengapa aku mencarinya," kata Hermione.

Ron mengerang, "bukan aku pesimis tapi bunga itu sangatlah langka"

"Aku saja menemukan bunga itu saat umurku 5 tahun,"

"Pantas saja aku tak ingat," sambung Ginny.

"Tapi apakah benar jika aku tak mungkin dapat menemukan bunga itu?" Hermione melipat bibirnya dalam satu garis lurus dengan gelisah.

"At least kau tetap bisa melihat Malfoy menjadi babumu selama seminggu," Ginny tersenyum jahat yang di ikuti tawa Ron dan senyum jenaka Harry.

"Ya, itu juga kejadian langka,"

.

Draco bersiul-siul sembari terduduk di dahan pohon, menunggu seseorang datang. Hidupnya dahulu yang kelam membuat Draco mau tak mau bersahabat dengan hutan terlarang, dan kini tak ada lagi ketakutan yang dulu pernah menghampirinya di saat umurnya beranjak 12 tahun ketika melihat hutan terlarang. Mata Draco menyipit melihat seorang berambut cokelat lebat berjalan memasuki hutan, seringainya muncul melihat Hermione melihat kanan-kiri mencarinya.

"Mencariku miss?" Kata Draco melompat dari dahan dan berdiri tepat di hadapan Hermione yang terkejut.

Hermione mengerang, "kau harus merubah kebiasaanmu mengejutkan ku dengan lompat dari atas sana, kau ini apa memangnya? Ferret? Dasar albino,"

Draco tertawa mendengar sederetan perkataan Hermione yang sangat khas.

"Aku sudah menghitungnya, bunga Fairytime akan mekar di hari ketiga bulan sabit muncul, dan inilah waktunya," Draco menggandeng Hermione erat dan memasuki hutan dengan antusias. Tak seperti Hermione yang merona disaat merasakan kehangatan tangan Draco. Jantungnya berdebar-debar.

Mereka melewati jalan yang begitu banyak bebatuan, disaat Hermione ingin melepaskan genggamannya maka disaat itulah Draco lebih mengeratkan genggamannya. Draco meliriknya dengan seringai mempesona, membuat Hermione tambah salah tingkah,

"Apa masih jauh?" Tanya Hermione melihat ke arah depan.

Draco menggeleng, "sedikit lagi,"

Sampai akhirnya mereka terhenti disebuah tempat, persis dihadapan mereka berdua terlihat sebuah tanaman yang berwarna hijau tua dan berbentuk layaknya labu, tanaman itu masih terbungkus dan belum siap untuk mekar. Draco dan Hermione duduk berhadapan yang di pisahkan oleh bunga Fairytime ini. Draco menatap bunga kuncup itu dengan berbinar,

"Sepertinya kau sangat bahagia?" Cemooh Hermione. Belum pernah melihat Draco begitu senangnya.

Draco mengangkat bahu menanggap perkataan Hermione, "aku juga sudah lama tak pernah melihat bunga itu sejak usiaku 10 tahun, itu pula aku melihatnya di rumah keluarga Black,"

Hermione mengangguk mengerti, lalu menatap Draco heran, "kau begitu yakin inilah bunga yang kita maksud?"

Draco memutar bola mata abu-abunya,"tentu saja,"

Mereka terdiam, melihat bunga itu dan hanyut dalam pikiran masing-masing. Hermione merasa semua kesunyian di antara mereka, kehangatan tangan Draco begitu benar, dan nyaman. Seakan ia sulit untuk melepaskan genggaman Draco sampai kapanpun.

"Apa yang ingin kau lihat sebenarnya?" Tanya Draco tak melihat manik cokelat Hermione.

"Aku ingin melihat bagaimana karirku kedepan, aku sangat ingin menentukan pilihan yang tepat dan menjadi seseorang yang sukses," kata Hermione mengebu dan tersenyum senang memikirkan semua itu.

Draco tertawa kecil, membuat Hermione mengerutkan kening. Memang ada yang lucu?

"Kenapa kau tertawa seperti itu?"

Draco menggeleng dan masih tertawa, "impianmu sama seperti yang lain, terlalu biasa, tak seru,"

Hermione menyipitkan mata, "memang apa yang ingin kau lihat jika bertemu peri-peri itu?"

"Masa depanku,"

"Masa depan yang--"

"Masa depan yang didepanku ini," Draco menatapnya dengan senyum menawan dan mata sendunya. Membuat Hermione seketika tak berkutik.

"So cheesy," Hermione berkomentar namun pipinya memerah.

Draco tertawa lagi dengan geli melihat pipi Hermione yang seperti kepiting rebus, dan tak disangka ia menemukan seekor kalajengking yang sedang berjalan tak jauh dari tempatnya duduk. Dengan tenang Draco mengambilnya lalu menaruh di tangan besarnya.

"Hei-hei turunkan itu! Kau tahu kan hewan itu bisa menyengatmu dengan ekornya," Hermione menatap Draco horor dan geli. Bagaimana mungkin Draco setenang itu menghadapi hewan beracun seperti kalajengking?

"Scorpius," gumam Draco.

"Apa?"

"Itu nama bagus untuk anakku di masa depan, Scorpius Malfoy."

"Jadi kau ingin menamai anakmu dengan nama hewan seram itu?" Tanya Hermione horor.

"Tenang saja itu tak aneh, kau akan terbiasa menyebutnya Scorpius," kata Draco dengan senyum miring.

Baru saja Hermione ingin menjawab perkataan Draco jika tak mendengar suara yang berasal dari kuncup Fairytime yang tiba-tiba dengan perlahan terbuka. Hermione menahan nafas, tak percaya dan tak siap melihat kejadian langka itu. Seketika bunga itu bersinar terang seakan menunjukan kekuatannya, dan perlahan peri mulai keluar dari dalam dan terbang dengan sayap mungilnya, seperti kunang-kunang.

Namun yang berada di dalan pikiran Hermione bukanlah itu semua, bukan tentang karirnya ataupun bagaimana Draco menemukan bunga langka ini. Scorpius, nama aneh yang di ciptakan Draco tadi membuat jantungnya merasa aneh, ada perasaan geli mendengarnya namun juga perasaan senang entah mengapa. Seakan nama itu benar-benar akan akrab di telinga Hermione. Lalu tadi juga Draco berkata bahwa ia akan akrab dengan nama itu? Apa maksudnya? Apa secara tak langsung Draco mengatakan 'kau akan menjadi ibu dari kalajengking bermarga Malfoy, jadi biasakanlah,'.

Hermione tersenyum geli, dengan malu-malu menatap Draco yang masih terpesona oleh peri-peri yang mengelilingi mereka. Tak disangka, seorang peri terbang di depan matanya, Hermione melihat sebuah cahaya yang sangat terang sekali dari tangan peri itu membuat Hermione terpejam.

Dalam pikirannya yang seakan memutar suatu kejadian yang belum pernah ia lihat, ia samar-samar melihat anak kecil berlari bersama seorang pria dewasa, mereka memiliki rambut yang berwarna sama, pirang platina. Benar-benar mempesona.

Lalu anak laki-laki itu berlari menghampirinya dan terus berteriak 'mother,' Hermione baru saja ingin mengejar mereka jika saja seketika ia merasakan bahwa dirinya terjatuh di rerumputan hutan terlarang dan semua kejadian itu hilang.

Mata Hermione mengerjap, melihat Draco yang memandanginya dari seberang dengan senyum nakal seperti biasa,

"Well Hermione Jane Granger, kau siap menjadi pengantin wanitaku?"

.

Scorpius menatap ibunya dengan mulut yang masih terbuka, menatap dengan penuh antusias dan keingintahuan. Sedangkan Hermione masih saja meminun teh hangat yang dibuatkan Pernie, pura-pura tak melihat Scorpius yang terlihat belum puas mendengar ceritanya.

"Lalu apa yang terjadi, Mother? Tanya Scorpius, matanya mengingatkan Hermione dengam mata miliknya. Penuh dengan rasa ingin tahu.

Hermione mengulum senyum, "kau bisa lanjutkan cerita itu sendiri,"

Scorpius mengerang, "oh ayolah Mother, kau tak bisa membiarkan aku penasaran seperti ini,"

Hermione mengusap rambut pirang platina milik Scorpius lalu mengacaknya gemas,

"Mother!?" Keluh Scorpius sembari merapihkan rambutnya sekali lagi. Hermione pun tertawa.

"Tapi apakah itu nyata? Maksudku semuanya? Bunga Fairytime dan lainnya?"

"Tentu saja aku berbicara benar, untuk apa aku berbohong," kata Hermione.

Scorpius mengangguk, dan beranjak dari sofa yang ia duduki bersama ibunya.

"Well sepertinya aku harus pergi, aku sudah berjanji akan membantu Jonas membuat pr hari ini,"

"Jonas Zabini?" Tanya Hermione.

"Tentu Jonas Zabini, memang siapa lagi," Scorpius mengerang.

Hermione tertawa, Scorpius mendekati ibunya dan memeluknya, "i love you Mother,"

"Always."

"Always."

"Well sebenarnya aku akan mendatangi Father sebelum berangkat ke Zabini Manor, aku harus komplain dengannya,"

Hermione tak mengerti apa maksud dari perkataan anaknya,

Scorpius pun berjalan pergi menuju ruang kerja ayahnya,

"Father kau berhutang penjelasan padaku! Apa kau memberikanku nama Scopius hanya karena kau menemukan kalajengking di hutan bersama Mother waktu itu!?"

"'Mione kau memberi tahukannya!?"

Hermione pun tertawa mendengar suara mereka.

.

Asek dah, nah selesai juga kan? Hahah bisa dong teken tombol bintangnya terus juga komentar oke?😊

Continue Reading

You'll Also Like

149K 15.6K 36
'Haruno Sakura' Sasuke tidak percaya nama itulah yang kini tercantum pada name tag gadis berparas bidadari di hadapannya. Benarkah itu dia? Si merah...
31K 5.1K 19
Bermula ketika Naruto meminta Hyuga Hinata menjadi pacar bayarannya selama satu bulan, dengan tujuan membuat Shizuka cemburu lantaran memutus hubunga...
94.6K 11.9K 19
ingredients : 20% solusi 20% curcol 50% humor 10% julid
196K 24.6K 19
Damar telah resmi menyandang status 'menantu' dari majikannya sendiri. ⚠️ Markhyuck GS/GenderSwitch dldr