Until The Day We Meet Again

By kim_rere

4.6K 459 65

This is a story about how Jungkook fell in love for Taehyung since high school, but Taehyung rejected her bef... More

1/1

When The Day Comes (After Story)

1.6K 191 5
By kim_rere

Jatuh cinta tidaklah mudah. Membutuhkan waktu hingga tanpa terasa rasa itu akan datang dan tumbuh dengan sendirinya.


"Kim sajangnim?"

Suara sekretarisku, Park Chorong, membuatku menoleh padanya. Wanita itu meletakkan setumpuk laporan yang sepertinya harus aku tanda tangani. "Sebanyak inikah?" Desisku, mulai muak dengan semua pekerjaan kantorku ini.

Chorong mengangguk lalu menjawab, "itu adalah laporan mengenai proyek perusahaan kemarin dan semuanya harus anda cek dan tanda tangani."

Aku hanya bisa menghela napas berat, kemudian memberi kode mempersilakannya pergi. "Oke. Aku mengerti. Kau boleh pergi."

Setelah pintu ruanganku kembali tertutup, aku hanya bisa kembali menghela napas panjang sambil mengusap dahiku karena kepalaku terasa mulai pusing. Oke, hal seperti ini adalah hal yang biasa bagiku. Seharusnya aku tak perlu kaget dengan datangnya tumpukan laporan sialan yang harus aku periksa dan aku tanda tangani. Tapi sejujurnya, aku mulai lelah dengan semua ini.

Kuperkenalkan diriku, namaku adalah Kim Taehyung. Laki-laki tampan berumur 25 tahun yang sampai sekarang belum menikah namun memiliki seorang anak perempuan cantik dan manis bernama Kim Eunji. Tanya bagaimana aku memiliki anak sedangkan aku belum menikah? Eunji adalah anak yang aku adopsi dari panti asuhan. Awalnya aku tidak punya niat untuk mengadopsi anak karena hari itu aku hanya menemaninya Hoseok yang datang untuk melihat anak-anak di panti asuhan itu karena sahabatku itu berniat mengadopsi anak dari sana. Namun sebaliknya, bukan Hoseok yang mengadopsi anak, melainkan aku.

Yeah, hari itu aku bertemu malaikat kecil kesayanganku itu. Saat itu, Eunji yang baru berumur dua tahun sedang menangis di kamarnya sendirian ketika aku lewat disana. Dan entah kenapa, saat itu hatiku merasa sedih dan tak tega melihat anak perempuan mungil itu menangis.


"Kenapa kau menangis?" Tanyaku sambil berjongkok di hadapannya. Namun anak mungil itu masih saja menangis. "Sst, jangan menangis, oke? Paman akan memberikanmu sesuatu jika kau berhenti menangis."

Kudekati ia, dan mulai menghapus air matanya. Anak mungil itu perlahan mulai berhenti menangis. Kemudian ia berkata dengan suaranya yang sangat pelan, namun terdengar sangat imut di telingaku, membuatku merasa gemas dan ingin mencium kedua pipinya. "Benarkah?"

Aku tersenyum padanya. "Ya, paman berjanji. Karena itu, berjanjilah untuk tidak menangis lagi, oke?" Aku mengacungkan jari kelingkingku padanya. Meski awalnya ia sedikit bingung, namun kemudian ia melingkarkan jari kelingkingnya yang mungil di jari kelingkingku.

"Janji."


Dan hari itu, entah bagaimana kemudian aku langsung mengadopsinya untuk menjadi anakku. Ya, bagiku, bertemu dengan Eunji adalah takdir. Anak mungil itu seperti malaikat bagiku. Hanya dengan melihat senyumnya saja, semua perasaan lelahku menghilang. Setiap melihat senyumnya, bayangan wajah seseorang selalu saja berputar di benakku. Bayangan senyum seorang gadis bodoh yang selalu merasa bahwa dirinya kuat.


Jeon Jungkook.


Aku tak tahu apa kabar gadis itu, dan dimana dia sekarang tinggal. Terakhir kudengar gadis itu pindah ke Cina dan bekerja disana untuk beberapa lama. Gadis yang tak akan pernah bisa aku lupakan seumur hidupku. Kurasa mungkin dia sudah menikah sekarang. Wanita seperti dia pasti sudah memiliki suami di umur yang cukup matang ini. Rasanya miris sekali jika memikirkan siapa lelaki beruntung itu. Ada perasaan kesal dan ada perasaan kecewa yang menyelimutiku. Namun aku tak bisa berbuat apa-apa. Mungkin karena aku terlalu lemah.

Mungkin aku adalah lelaki paling bodoh sedunia. Lelaki lemah yang tak bisa mengungkapkan perasaannya sendiri padahal gadis itu selalu menungguku meski aku selalu menyakitinya. Hanya karena aku tak bisa melupakan Bae Irene, mantan pacarku dulu, dan hanya karena aku merasa tak percaya diri bahwa aku bisa menjadi lelaki yang baik untuk Jungkook. Aku tak pernah lupa hari dimana aku menolaknya sebelum dia sempat mengatakan apapun padaku.


"Apa kau tak pernah mengerti? Kenapa kau tak pernah tahu?"

"Apa maksudmu, Jungkook-ah?"

"Seberapa keras pun aku berusaha, kau tak akan pernah mengerti."

"Maafkan aku, Jungkook-ah. Lebih baik kau mencari laki-laki lain."


Sejujurnya aku menyesal telah mengatakan hal itu padanya karena ketika aku membalikkan tubuhku, menatap gadis itu yang sedang menangis setelah aku tinggal. Meski waktu itu ia tertawa di hadapanku, namun kenyataannya, ketika aku telah menjauh dia menangis. Saat itu hatiku terasa sakit karena telah membuatnya menangis. Tapi aku punya alasan untuk menolaknya, menghentikannya sebelum ia menyatakan apapun padaku.

Aku tahu Jungkook baru saja putus dari mantan pacarnya, Go Junhoe. Dan aku pun belum lama putus dari mantan pacarku, Bae Irene. Mungkin itu adalah alasan paling menjijikkan yang pernah ada. Tapi kurasa, aku belum siap dengan cerita cinta baru dan kurasa itu terlalu cepat. Aku tak ingin membuatnya menjadi pelampiasanku, dan aku pun tak ingin membuat dirinya merasa bahwa aku adalah pengganti Junhoe. Karena itu aku menolaknya, meski sebenarnya aku tak pernah ingin menolaknya.

Aku tak pernah lupa hari dimana aku menciumnya. Ciuman termanis yang pernah aku rasakan dalam hidupku. Wajahnya yang memerah, sikapnya yang malu dan salah tingkah, selalu membuatku merasa gemas. Jungkook adalah gadis yang menarik, karena itulah kurasa aku tidak salah.


Hari itu aku telah jatuh cinta padamu, beribu-ribu kali jatuh cinta padamu.


Meski aku tak pernah menghubunginya lebih dulu, namun aku tahu gadis itu menungguku, menungguku untuk menyatakan perasaanku padanya. Kuakui memang aku menyukainya. Tapi seperti yang sudah kukatakan, aku adalah laki-laki bodoh dan lemah. Hingga setelah malam prom, aku bahkan tak mengatakan perasaanku padanya, dan hingga sekarang, hingga kami berpisah.

Kuakui, Jungkook adalah gadis yang hebat. Dia adalah gadis yang kuat. Bagaimana tidak? Dia selalu mencoba terlihat baik-baik saja dan tersenyum meski sebenarnya aku tahu betul bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. Dia terus menungguku dan bahkan aku tak pernah melihatnya seperti menyukai laki-laki lain. Padahal aku telah menyakitinya. Aku menyakitinya dengan mendekati gadis paling cantik di sekolah, Ryu Sujeong. Aku tak pernah menyukai Sujeong, namun aku terpaksa mendekatinya karena permintaan Hoseok yang menyuruhku untuk mendekati Sujeong karena laki-laki bodoh itu mengincar sahabat Sujeong, Hwang Eunbi.

Terakhir kali aku bertemu dengan Jungkook adalah ketika malam prom, dan terakhir kali aku berbicara dengannya adalah ketika dia meneleponku untuk menyemangatiku sebelum mengikuti tes beasiswa perguruan tinggi itu. Aku pernah mengatakannya bahwa aku akan menjadi sukses suatu hari nanti. Ya, waktu itu aku berkata bahwa aku akan menjadi sukses di masa depan dengan tujuan agar aku bisa menjadi lelaki yang pantas untuknya. Saat itu aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjadi lelaki yang hebat dan tak akan melepaskannya di hari kami bertemu kembali. Tapi kenyataannya, aku bahkan tetap menjadi lelaki lemah yang merasa tak pantas untuk menjadi lelaki untuknya. Apalagi mengingat kenyataan bahwa mungkin Jungkook sudah menikah. Rasanya menyedihkan.

Trrt... Trrt...

Suara dering ponselku yang menandakan bahwa ini adalah waktunya bagiku untuk menjemput malaikat kecilku di penitipan anak. Aku segera menutup berkas-berkas laporan itu dan memakai jasku. Kuambil ponselku dan tas kerjaku lalu kemudian melangkah keluar ruanganku. Bodoh amat dengan pekerjaan, Eunji adalah prioritas utamaku. Aku tak boleh terlambat menjemputnya. Bagaimana jika nanti dia menangis karena tak ada teman yang bermain bersamanya karena semua anak sudah pulang ke rumah masing-masing? Bagaimana jika dia di culik oleh orang-orang jahat ketika dirinya menunggu sendirian di penitipan itu ketika para penjaganya sedang sibuk?

Oke, sebagai seorang ayah, aku cukup protektif. Aku tak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi pada malaikat kecilku.

"Kim sajangnim, sudah mau pulang?" Tanya Chorong yang melihatku keluar dari ruanganku.

Aku berhenti sebentar dan berkata padanya. "Ya, aku harus menjemput putri kesayanganku di penitipan anak. Dan tolong bereskan berkas-berkas itu dan kirimkan ke rumahku nanti."

"Anda benar-benar ayah yang baik, Kim sajangnim." Chorong tersenyum. "Baiklah, akan saya bereskan nanti."

Aku hanya mengangguk dan tersenyum padanya, untuk kemudian pergi menuju tempat parkir dan kemudian memacu mobilku dengan cepat namun masih hati-hati menuju ke penitipan anak. Tak butuh waktu lama bagiku untuk sampai disana karena kebetulan kantorku dan penitipan anak itu tidak begitu jauh. Aku segera turun dari mobilku dan mulai masuk ke penitipan anak itu.

Kulihat gadis kecilku sedang berbicara dengan seorang wanita bersama seorang anak laki-laki yang berada di sebelahnya. Eunji menoleh padaku ketika aku melambaikan tanganku padanya.

"Appa!" Teriaknya sambil berlari padaku.

Aku berjongkok dan merentangkan tanganku, membawanya masuk ke dalam pelukanku dan kugendong gadis kecilku itu sambil mencium pipinya gemas. Eunji sangat menyukai ketika aku mencium pipinya dan menggosokkan hidungku pada hidungnya, dan ia akan tertawa, membuat perasaanku menghangat melihat tawanya.

"Apa malaikat cantik Appa baik-baik saja hari ini?" tanyaku sambil terus menggosokkan hidungku padanya.

"Ya, Appa!"

"Good."

Dan Eunji tertawa lebar.

"Annyeonghaseo." Sapa wanita yang berbicara dengan Eunji tadi sambil membungkukkan tubuhnya padaku.

Ketika mataku dan mata wanita itu bertemu, seketika ingatan masa laluku berputar. Wajah itu, senyum itu, dan suara itu, adalah satu-satunya hal yang tak akan pernah bisa aku lupakan. Wajah seorang wanita yang sangat aku rindukan. Wajah seorang wanita yang aku sakiti berkali-kali namun terus menungguku. Wajah seorang wanita yang sangat aku cintai.


Jeon Jungkook.


"Jungkook-ah?" Tanpa bisa aku kendalikan, bibirku bergerak sendiri mengucapkan nama itu.

Kulihat ekspresi wanita itu yang sedikit bingung. Aku berani bertaruh, wanita ini adalah Jungkook. Dia bahkan tak berubah sedikitpun. Ekspresinya ketika bingung, benar-benar mirip dengan Jungkook yang aku kenal. Apalagi ketika kemudian wanita itu kembali berkata, tak salah lagi, dia adalah Jeon Jungkook.

"Eh? Y-Ya, namaku Jungkook. Bagaimana kau tahu?"

"Kau tidak mengingatku?" Tanyaku sambil menurunkan Eunji dari gendonganku dan gadis kecilku itu kemudian berlari menuju anak laki-laki tadi dan mereka berlari bersama meninggalkanku dengan wanita ini.

Ada hening panjang diantara kami hingga kemudian wanita itu berkata dengan nada bicaranya yang sedikit ragu. "Taehyung-ah...?"

Ya, aku benar. Dia adalah Jungkook. Dan dia mengingatku. Seketika aku merasa lega dan senang. Aku pun tersenyum padanya, lalu kembali berkata. "Ya, ini aku, Jungkook-ah."

Hening, karena Jungkook tak berkata apapun lagi padaku. Aku pun mencoba mencairkan suasana dengan mengajaknya untuk duduk bersama untuk sekedar mengobrol di bangku di penitipan anak itu.

"Apa kabar?" tanyaku.

"Baik, kurasa. Kau?"

"Aku juga baik."

Hening.

Ya, aku gugup. Aku bahkan tak tahu harus mengobrol apa dengannya. Banyak hal yang ingin aku tanyakan padanya, seperti apakah dia sudah menikah dan apakah anak laki-laki itu adalah anaknya, lalu siapa suaminya, dan banyak hal lainnya. Meski sebenarnya aku hampir frustasi hanya dengan memikirkan pertanyaan itu saja.

"Eunji sangat cantik dan manis. Selamat atas pernikahanmu." Katanya sambil tersenyum padaku.


Pernikahan? Aku bahkan belum menikah karena aku menunggumu, Jungkook-ah.


"Ah, yeah, tentu. Terimakasih, Jungkook-ah." Balasku sambil mencoba tersenyum senormal mungkin. Aku tak tahu apa yang harus aku katakan padanya.

"Kau bahkan tidak mengundangku ke pernikahanmu. Ugh, kau sangat kejam, Taehyung-ah. Siapa Ibunya? Bisa kutebak dia sangat cantik." Jungkook kembali berkata sambil memasang ekspresi kesalnya.

Kurasa aku harus mengatakan padanya bahwa aku belum menikah. "Jungkook-ah–"

"Ah, sudah waktunya aku membawa Youngjae pulang. Jika tidak, Jimin akan khawatir. Baiklah, sampai jumpa lagi, Taehyung-ah." Dia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju anak laki-laki yang dapat kusimpulkan bernama Youngjae.


Tunggu, dia bilang jika tidak membawa Youngjae pulang sekarang Jimin akan khawatir? Apakah Youngjae itu adalah anak dari Jimin? Jadi, Jungkook belum punya anak dan belum menikah? Apakah ini kenyataan?


Aku masih berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan yang berputar di benakku namun kemudian tersadar ketika sebuah tangan mungil menyentuh tanganku, tangan milik malaikat kecilku itu. Aku tersenyum pada Eunji lalu berjongkok dan berkata padanya. "Eunji-yah, tunggu Appa sebentar, oke?"

Dan gadis kecilku hanya mengangguk padaku.


When the day comes, I won't lose you for the second times.


Aku pernah berjanji untuk bertemu kembali dengannya suatu hari nanti. Dan saat itu aku bertekad untuk tidak akan melepaskannya lagi ketika hari itu tiba. Inilah waktunya. Inilah saat dimana aku tak boleh membiarkannya pergi, aku tak boleh melepaskannya untuk kedua kalinya.

"Jungkook-ah!" Teriakku padanya, dan dia berhenti berjalan namun tidak membalikkan tubuhnya untuk menatapku.

Aku segera berlari mendekatinya, memeluknya dengan erat dari belakang. "Eunji bukan anak kandungku. Aku belum menikah, Jungkook-ah."

Kubalikkan tubuhnya untuk menatapku, dan aku sangat kaget mendapati wanita itu sedang menangis. Jungkook berdesis, "Jangan bercanda, Taehyung-ah. Ini tidak lucu."

"Aku serius, Jungkook-ah. Aku mengambilnya dari panti asuhan ketika aku menemani Hoseok untuk mengadopsi anaknya. Orangtuanya meninggal dalam kecelakaan dan saat itu dia masih kecil. Dan kuputuskan untuk mengadopsinya. Aku bahkan belum menikah, Jungkook-ah." Jelasku padanya, matanya melebar mendengar penjelasanku namun terlihat keraguan di matanya.

"Aku tak percaya padamu..." Desisnya pelan, namun masih terus menangis.

Kuusap air mata yang mengalir dari pelupuk matanya itu sambil tersenyum dan berkata pdanya. "Aku masih menunggu seseorang. Seorang gadis yang selalu berusaha terlihat kuat dan tegar, padahal sebenarnya ia sangat cengeng dan lemah. Gadis yang selalu membuatku ingin melindunginya." Kulihat Jungkook hanya terdiam sambil menatapku. Aku pun tersenyum lembut padanya. Kemudian kembali berbicara. "Dan gadis itu adalah kau, Jeon Jungkook."

Jungkook masih terdiam dan sepertinya kaget mendengar penuturanku. Aku kemudian berjongkok sambil menarik tangannya. "Jungkook-ah, maukah kau menikah denganku?"

Kali ini aku tak ragu untuk mengatakan hal itu padanya. Aku bersumpah tak akan melepaskannya. Aku tak akan melakukan hal bodoh itu lagi untuk kedua kalinya. Sejujurnya jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya. Bagaimana jika dia menolakku? Dan bagaimana jika memang ternyata dia sudah menikah?

Namun hal yang kudengar ternyata sebaliknya. Sebuah jawaban yang membuat senyumku melebar.

"Ya, aku mau."

Mendengar itu aku langsung bangkit berdiri dan memeluknya erat. Aku pun berbisik padanya sambil terus tersenyum lebar. "Aku mencintaimu, Jungkook-ah. Sejak dulu hingga sekarang, dan untuk selamanya

"Aku juga mencintaimu selama sembilan tahun dan untuk selamanya, Taehyung-ah." Jungkook berkata padaku dan sejujurnya hatiku merasa akan meledak karena terlalu bahagia mendengarnya.


Hari itu, aku tak melepaskanmu lagi, Jungkook-ah.

***

Sejak hari dimana aku kembali bertemu Jungkook, aku merasa hidupku lebih berwarna. Pernikahan kami tidak akan dilaksanakan secepat itu. Namun aku terus berusaha mempercepatnya. Aku dan Jungkook sudah merundingkannya bersama. Aku juga sudah bertemu dengan keluarganya dan sudah mengurus segalanya. Untuk masalah baju pengantin, kuserahkan itu pada Jungkook karena wanita itu memintaku untuk mempercayakan padanya.

Mungkin karena aku terlalu larut dalam kebahagiaan, aku melupakan sesuatu. Aku begitu sibuk mengurusi pernikahanku, hingga aku melupakan gadis kecilku. Aku baru menyadari hal itu ketika malam itu, Eunji datang ke kamarku sambil membawa boneka beruang kesayangannya yang diberi nama, Min Min.

"Appa?" Panggilnya, masih berdiri di depan pintu itu.

Mendengar suara panggilan manis dari malaikat kecilku itu, aku pun tersenyum sembari menutup laptopku dan mengajaknya mendekatiku. Kugendong gadis kecilku itu dan kududukkan ia diatas pangkuanku. Wajah Eunji tak biasa terlihat seperti ini. Ia terlihat sedih.

"Ada apa, malaikat kesayangan Appa? Apa ada yang membuat malaikat Appa bersedih?" tanyaku sembari mencium pipinya gemas.

"Tidak." Ia menggeleng pelan, ia cemberut.

"Lalu kenapa malaikat cantik Appa cemberut?"

Ia terdiam beberapa detik lalu kemudian bertanya dengan nada bicaranya yang polos. "Appa mencintai Eunji?"

Aku sedikit kaget dengan pertanyaannya, lalu tertawa dan menciumnya gemas. "Tentu saja, sayang. Appa sangat mencintai Eunji lebih dari apapun."

"Tapi Appa lebih mencintai aunty Jungkook dibandingkan Eunji."

Perkataan gadis kecilku itu membuatku terdiam. Bingung harus menjawab apa. Aku sendiri tak tahu kenapa tiba-tiba Eunji menanyakan hal itu padaku. "Kenapa Eunji berpikir seperti itu?"

"Karena Appa selalu bersama aunty Jungkook, dan jarang bermain bersama Eunji."

Aku akhirnya sadar bahwa akhir-akhir ini aku memang jarang menemani Eunji bermain. Waktuku kuhabiskan karena sibuk mengejar pekerjaan di kantor agar tidak menumpuk setelah pernikahan nanti, dan sibuk mengurusi apa-apa saja yang diperlukan untuk pernikahan kelak. Biasanya aku memang selalu menemani Eunji kapanpun dia mau. Sekedar menemaninya bermain boneka, atau mendengarkan ceritanya selama di penitipan anak.

Seketika aku merasa bersalah karena telah melupakan gadis kecil itu untuk beberapa hari. Apalagi melihat wajah gadis kecilku yang sedang bersedih itu, membuat hatiku terasa sakit. Cintaku pada Eunji dan cintaku untuk Jungkook sama besarnya. Aku mencintai Eunji lebih dari apapun karena gadis kecil itu adalah malaikat bagiku. Malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk menemani hari-hariku. Namun aku juga mencintai Jungkook. Gadis itu telah mencuri hatiku sejak masa sekolah dulu. Dan aku pun bersumpah untuk tidak melepaskannya ketika aku bertemu dengannya lagi.

"Maafkan Appa, sayang." Kataku sambil memeluk Eunji dengan erat. "Appa terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga lupa untuk meluangkan waktu untuk gadis kecil kesayangan Appa ini."

Aku terus memeluk gadis kecilku dengan erat, sambil mencium kepalanya dengan lembut.

"Appa sangat mencintai Eunji lebih dari apapun. Tapi aunty Jungkook adalah wanita yang Appa cintai sejak dulu. Wanita yang selalu Appa tunggu sejak dulu. Jangan pernah merasa bahwa Appa lebih memilih aunty Jungkook dibandingkan dirimu, oke?"

"Wae?" tanyanya sambil menatapku polos.

Pandangan matanya yang polos namun menyejukkan itu membuatku tersenyum. "Karena Appa sangat sangat dan sangat menyayangi serta mencintai Eunji."

Mendengar perkataanku itu, senyum Eunji mulai muncul di wajahnya. Seketika aku merasa lega karena melihat senyumnya yang kembali. "Benarkah?"

"Tentu saja, sayang."

Dan Eunji pun tertawa senang. Gadis kecil itu memeluk leherku dengan erat lalu mencium pipiku. "Eunji juga sangat sangat sangat sayang Appa!"

Aku hanya bisa tertawa gemas melihat tingkah imut dan lucu dari putri kesayanganku itu. "Bagaimana jika besok kita jalan-jalan?"

"Kemana?" Tanyanya, masih menatapku dengan wajah polosnya.

"Kemana saja yang Eunji mau. Kau mau?"

Eunji mengangguk penuh semangat. "Mau!"

"Bagus. Sekarang waktunya gadis kecil Appa tidur. Oke?" Kataku sambil membaringkan tubuhnya di sebelahku, meletakkan Min Min disebelahnya dan menarik selimut menutupi tubuh kecilnya dan aku pun berbaring di sebelahnya, merengkuhnya dalam pelukanku.

"Kay! Selamat tidur Appa. Eunji sayang Appa!"

Aku tertawa mendengar perkataannya lalu mencium dahinya dengan lembut sambil mengusap kepalanya. Eunji sangat suka jika aku mengusap kepalanya sebelum tidur karena dengan itu ia akan tertidur dengan cepat. "Selamat tidur, malaikat kecil Appa. Appa sangat menyayangi Eunji lebih dari apapun."

Dan benar kataku, gadis kecilku tertidur dalam hitungan menit saja. Aku hanya bisa tersenyum melihat wajah imutnya yang sangat menggemaskan ketika tertidur. Dia benar-benar malaikat bagiku.

"Selamat tidur, Kim Eunji."

***

"Appa! Bangun!" Suara teriakan lucu dan menggemaskan yang tentunya berasal dari gadis kecilku yang sekarang sedang membangunkanku dengan cara menggoyang-goyangkan tubuhku membuatku mau tak mau harus beranjak dari tidurku.

"Ah, selamat pagi sayang." Kataku masih setengah mengantuk lalu mengecup dahinya.

"Appa, ayo bangun! Appa berjanji untuk jalan-jalan hari ini!" Eunji terus menarik tanganku agar bangkit dan duduk.

Aku tak akan pernah lupa janji yang kubuat semalam dengan gadis kecilku itu. Kurentangkan kedua tanganku ke atas sembari melepaskan rasa kantuk yang masih menghinggapiku. "Oke, oke. Kalau begitu biarkan Appa mandi dulu, oke?"

"Ya!"

Dan dengan itu Eunji berlari keluar kamarku, kurasa gadis kecil itu sedang menuju ruang keluarga untuk menonton kartun kesukaannya, Spongebob. Aku hanya bisa tersenyum melihat gadis kecilku yang mulai tumbuh besar itu. Aku pun kemudian berdiri, turun dari kasurku dan mengambil handuk untuk kemudian mandi.

Setelah selesai mandi, ketika aku hendak keluar untuk menyiapkan sarapan untukku dan Eunji, ponselku berbunyi dan ketika aku membaca nama penelepon itu, bibirku tanpa sadar melengkungkan sebuah senyuman. Aku dapat mendengar suara seorang wanita yang sangat aku cintai di ujung telepon sana.

"Selamat pagi, sayang." Sapaku padanya.

Terdengar gelak tawanya di ujung telepon, dan aku pun ikut tertawa. "That's so cheesy, you stupid. Well, good morning, Taehyung-ah."

"Memang salah jika aku memanggil calon istriku dengan panggilan itu?" Ya, yang menelepon adalah Jeon Jungkook, calon istriku, wanita yang selama ini selalu aku tunggu dan akhirnya aku dapat bertemu kembali dengannya. Kudengar Jungkook masih tertawa disana lalu aku kembali berbicara. "Wae, babe?"

"Kau tidak lupa kan dengan janji kita untuk fitting baju pengantin hari ini? Aku sudah mengatakan pada Jimin bahwa kita akan datang kesana siang ini."

Oh shit. Aku lupa. Aku bahkan telah membuat janji dengan Eunji untuk menemaninya jalan-jalan seharian. "Ah, maaf, aku lupa, Jungkook-ah. Tak bisakah diganti hari lain?"

"Memangnya kenapa? Kau sibuk?"

Aku memutar bola mataku, bingung harus menjelaskan bagaimana. Aku tak ingin Jungkook marah padaku, tapi aku tak ingin membatalkan janji pentingku dengan gadis kecilku itu. "Aku berjanji untuk mengajak Eunji jalan-jalan hari ini."

Tak ada reaksi darinya karena dia hanya diam. Aku juga terdiam, menunggunya untuk kembali berbicara. Apa dia marah padaku?

"Oh, oke, baiklah. Kita bisa kesana setelah kau selesai mengajak gadis kecilmu itu jalan-jalan. Aku akan mengabarkan pada Jimin bahwa kita akan mengganti jam untuk datang kesana. Bagaimana?"

Mendengar perkataannya aku merasa lega. Jungkook memang wanita yang baik dan pengertian. Dia bahkan tidak marah padaku dan mengerti. Lagi-lagi dia membuatku jatuh cinta berkali-kali lipat lagi padanya. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benakku. Ide untuk mengajak Jungkook pergi bersamaku dan Eunji hari ini. Kurasa itu ide yang baik agar dapat mendekatkan kedua perempuan yang sangat aku sayangi itu.

"Kau mau ikut pergi bersama kami hari ini?"

"Apa itu tak masalah? Kurasa Eunji tidak begitu suka padaku."

"Tentu saja tidak."

"Kalau begitu aku akan datang ke rumahmu sebentar lagi. Oke? Sampai jumpa."

"Ne, sampai jumpa."

Setelah menutup telepon, aku segera keluar kamarku menuju dapur untuk membuatkan makanan untuk Eunji. Aku memang tidak terlalu pintar masak, namun setidaknya, Eunji selalu menyukai semua masakan yang aku masak untuknya. Karena hari ini kami akan bermain di luar, aku sengaja hanya membuat sandwich untuk sarapan karena aku ingin mengajaknya makan di restoran kesukaannya. Kurasa Eunji pasti akan sangat suka.

Segera setelah selesai, aku memanggil Eunji dan mendekati gadis kecil yang sedang sibuk menonton kartun kesukaannya sambil memeluk Min Min. "Eunji-yah, makanan sudah siap. Ayo sarapan."

Mendengar itu, Eunji segera berbalik dan berjalan ke arahku, dan langsung saja aku menggendongnya dan membawanya ke ruang makan. Kududukkan dia di kursinya dan aku pun duduk di kursiku. Aku sudah menyiapkan porsi makanan untuk Eunji karena aku tahu gadis kecilku itu tidak terlalu suka makan roti. Eunji lebih suka makan ayam goreng, sama seperti aku. Yeah, like father, like daughter.

Ketika hendak mulai makan, bel rumah kami berbunyi dan aku segera pergi membukakan pintu. Dapat kutebak bahwa yang menekan bel itu adalah Jungkook. Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju pintu depan, membuka pintu dimana mendapati seorang wanita cantik yang sudah tersenyum padaku.

Jeon Jungkook yang sebentar lagi akan berganti nama menjadi Kim Jungkook tersenyum padaku dengan senyum manisnya yang tak pernah berubah sedikitpun. Kuajak dia masuk ke dalam dan membawanya menuju dapur. Jungkook menyapa gadis kecilku yang sedang makan sambil memeluk Min Min.

"Annyeong, Eunji-yah."

Hening.

Tak ada jawaban dari Eunji karena gadis kecil itu hanya terdiam menatap Jungkook tanpa ekspresi. Tak biasanya Eunji akan bersikap sedingin itu. Gadis kecil itu biasanya akan balas menyapa siapapun yang menyapanya dengan senyuman manisnya. Kulihat ekspresi wajah Jungkook yang merasa kecewa dengan perlakuan Eunji tadi.

"Ah, hm, kau sudah makan, Jungkook-ah? Ayo makan bersama kami."

Jungkook terlihat ragu namun aku langsung saja menyuruhnya untuk duduk bersamaku dan Eunji dalam satu meja. Hingga tiba-tiba gadis kecil itu beranjak dari kursinya dan berlari masuk ke kamarnya sambil membawa Min Min yang tak pernah lepas dari pelukannya.

"Baby, mau kemana kau sayang?" Tanyaku ketika melihatnya berlari.

Eunji tak menjawabku dan ia malah menutup pintu kamarnya dengan keras. Aku hanya bisa menghela napas berat lalu menatap Jungkook yang memasang wajah sedihnya.

Jungkook kemudian berdesis, menundukkan wajahnya. "Kurasa Eunji benar-benar tidak menyukaiku, Taehyung-ah."

Kudekati Jungkook dan memegang tangannya dengan erat, berusaha membuatnya tidak berpikiran buruk seperti itu. "Jangan berpikiran seperti itu, Jungkook-ah. Mungkin Eunji hanya belum mengenalmu dengan baik. Lama kelamaan dia akan mengerti."

"Dia membenciku, Taehyung-ah. Karena... aku merebutmu darinya."

Perkataan Jungkook membuatku tersenyum. "Kau tidak merebutku darinya, Jungkook-ah. Kau tahu, kau dan juga Eunji adalah dua orang malaikat di hidupku. Lagipula setelah pernikahan nanti kita akan bersama, bukan? Aku akan tetap bersama dengan Eunji, dimana kau menjadi sinar baru dalam kehidupan kami."

Kurasa Jungkook cukup senang mendengar jawabanku tadi karena kulihat senyumnya mulai kembali muncul meski masih terasa sedih. Aku kemudian berdiri dan kembali berkata, "aku akan berbicara dengan Eunji sebentar, oke?"

Aku melangkahkan kakiku mendekati kamar Eunji, mengetuk pintu kamar gadis kecil itu namun tak ada jawaban. Kuputuskan untuk masuk ke dalam dan mendapati gadis kecilku itu sedang bersembunyi di balik selimutnya sambil memeluk Min Min dengan erat. Kudekati gadis kecil itu dan mengambil tempat duduk di sebelahnya.

"Kenapa gadis kecil Appa bersikap seperti itu pada auntie Jungkook?"

"Appa berbohong! Appa bilang mau pergi bersama Eunji hari ini!"

Oh, jadi karena itu dia marah padaku? Karena aku membawa Jungkook ke rumah dan ia menyangka bahwa aku akan membatalkan janjiku padanya dan pergi bersama Jungkook? Aku tak dapat menahan diriku untuk tidak tersenyum melihat tingkah gadis kecilku yang sedang merajuk ini. Rasanya gemas sekali melihat dia cemberut.

"Appa tidak berbohong, baby. Auntie Jungkook datang dan akan pergi bersama kita juga. Lebih ramai lebih menyenangkan, bukan? Lagipula bukankah Appa sudah mengatakan pada Eunji semalam bahwa Appa sangat mencintai Eunji lebih dari apapun?"

Eunji diam mendengar perkataanku. Ia mendongakkan kepalanya, menatapku dengan mata bulatnya yang lembut. "Tapi Eunji mau bersama Appa saja."

Aku hanya bisa tersenyum padanya, membuka selimutnya dan menariknya untuk duduk di pangkuanku. "Appa tahu, sayang. Tapi bukankah lebih menyenangkan jika kita pergi bersama auntie Jungkook? Lagipula suatu hari nanti kita akan terus bersama auntie Jungkook setiap harinya."

"Wae?" tanyanya polos.

"Karena auntie Jungkook akan menjadi Eomma-mu."

"Benarkah?"

Aku hanya mengangguk sambil terus tersenyum padanya.

"Maafkan Eunji, Appa." Desisnya masih dengan wajah polosnya.

Kucium pipinya dan kugosokkan hidungku pada hidungnya, membuat Eunji berteriak kegelian. "Kau harusnya meminta maaf pada auntie Jungkook. Appa rasa dia pasti sedih sekarang. Bagaimana?"

"Ya, Appa."

Dan kemudian Eunji berlari keluar mencari Jungkook yang sedang membereskan bekas makanan di meja setelah sarapan tadi. Aku mengikutinya dari belakang dan hanya berdiri melihat kedua gadis yang aku cintai itu. Eunji menarik ujung baju Jungkook, membuat Jungkook menoleh dan berjongkok di hadapannya sambil tersenyum.

"Ada apa, Eunji-yah?"

"Maafkan Eunji, auntie."

Jungkook melirik padaku dan aku hanya tersenyum padanya seolah berkata selesaikan masalah kalian dengan baik padanya. Kulihat kemudian Jungkook memegang tangan mungil Eunji sambil berkata kepadanya.

"Tidak, sayang. Auntie juga minta maaf karena membuatmu merasa sedih. Auntie tidak akan mengambil Appa-mu darimu. Karena auntie tahu, Appa-mu mencintaimu lebih dari apapun."

Namun Eunji hanya membalas dengan suaranya yang polos. "Appa juga mencintai auntie Jungkook."

Kulihat ekspresi Jungkook yang awalnya kaget mendengar jawaban Eunji namun kemudian tertawa sambil melirikku. Kemudian mereka berdua berpelukan dan kuakui aku merasa senang dan perasaanku menghangat melihat kedua orang yang aku cintai sedang berpelukan. Syukurlah hubungan mereka berdua sudah membaik.

"Well ladies, siap memulai hari ini?" Tanyaku, berusaha menyadarkan mereka bahwa aku juga masih berada disana.

Jungkook tersenyum padaku dan Eunji berlari ke dalam pelukanku.

Kurasa aku dapat memulai hari yang sangat baik hari ini, bersama kedua orang yang aku cintai di dunia ini.

***

Continue Reading

You'll Also Like

171K 14.7K 82
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
131K 21.7K 41
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
219K 2.8K 70
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
1.3M 110K 60
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...