TRUE SOULMATE (√)

By VirgoZahratusita

24.6K 1.8K 381

Kehidupan rumah tangga yang dijalani Yuki Rain dan Al Adrian tak bisa berjalan dengan mulus, banyak kerikil k... More

Special Part - 25
Special Part - 26
Special Part - 27
Special Part - 28
Special Part - 29
Special Part - 30
True Soulmate-Extra Part

Special Part - 24

6.7K 302 83
By VirgoZahratusita

"Katakanlah sayang , aku menunggu penjelasan darimu !" - Al Adrian

>>>

" Yuki Rain POV "

Hawa dingin begitu terasa di kulitku, meskipun selimut sudah menutupi tubuhku tetap saja berbeda . Hei...kemana suami mesumku itu pergi?, tega sekali dia meninggalkanku tidur sendiri di ranjang kami yang besar ini.

Setelah insiden aku keceplosan pada Al, suamiku itu selalu mendesakku untuk menceritakan semuanya, tentang Ariel , tentang Adi, everything.

Aku belum siap mengatakan yang sejujurnya. Huh...kuhembuskan nafasku dengan kasar. Aku sedang hamil 6 bulan, perutku semakin besar dan gerak tubuhku semakin melamban. Suamiku malah pergi entah kemana!.

Hingga pukul Sepuluh malam, aku masih mencari posisi ternyamanku untuk tidur. Beginilah ibu hamil, mau tidur saja sulit sekali. Alhamdulillah,aku bersyukur dapat merasakan keadaan ini. Aku sangat menikmati proses ini, menjadi Ibu adalah hal yang luar biasa menakjubkan untukku.

"Al...kamu kemana sih?" gumamku semakin tak nyaman, aku berusaha mencari posisi ternyamanku untuk tidur, tapi nihil. Aku ingin Al di sampingku, saat ini, tidur bersamaku.

Aku berusaha untuk bangkit dari posisi tidurku dengan hati-hati. Rasanya jagoan kami semakin berat, tapi aku senang. Ia tumbuh sehat di dalam perutku.

Kurasakan pelukan lembut di pinggangku yang tak seramping dulu. Berat tubuhku naik beberapa kilo, bukan beberapa, tapi belasan kilo. Ya ampun....

"Mau kemana?" lirihnya dengan nada yang tak aku suka. Dingin, datar, arrogant dan begitu menyebalkan.

Dalam hati aku merasa lega, akhirnya laki-laki yang kutunggu muncul juga. Namun memang mulut perempuan. Lain di hati lain juga di lidah.

"Lepas!, kenapa pulang?, tinggalin aja aku sendiri!" ketusku mendudukan diriku di kasur yang empuk ini.

Tapi memang dasar Al Adrian , suamiku yang kurang peka. Aku menunggumu pulang, kenapa lama sekali?!.

"Jujur dalam hubungan itu penting Sayang, apalagi dalam hubungan pernikahan!" ujarnya dengan lantang dan tegas.

Aishhh...mulai lagi, kenapa sih harus dibahas?.

"Aku...aku bukannya gak mau jujur, belum saatnya Al kamu tahu!" balasku mencoba untuk bangkit dari posisi dudukku. Ya Rabb...rasanya susah sekali mau berdiri saja.

"Awhhh...!" rintihku, membuat suamiku ini seketika memeluk pinggangku lagi.

"Kenapa?" tanyanya menatapku dengan khawatir.

"Kakinya kram, gak bisa digerakin" ucapku dengan sendu. Beginilah Ibu hamil, kram melanda kapan saja.

Dengan sigap Al menggendongku menuju sofa empuk kami. Ia dudukan aku di sana. Membelai kakiku dengan perlahan.

"Kenapa jadi kamu yang ngambek sih?" tanyanya sambil membelai kakiku, memijatnya pelan.

"Biarin...awhh, pelan-pelan Al, sakit!" protesku.

Al diam, oh...ayolah suamiku. Aku takut jika ia hanya diam begini tanpa menatapku. Ya walaupun tangannya masih berada di kakiku, tetap saja...aku harus melakukan sesuatu.

Kugenggam tangan besarnya , namun tatapannya tak beralih menatapku. Aneh...kadang aku merasa Al jadi manja sekali, seperti anak kecil. Aku juga sih...

"Maaf, aku akan cerita semuanya sama kamu!" tuturku membuat Al tersenyum, menatapku dengan sorot mata berbinarnya.

" Jadi mau jelasin sekarang?" tanyanya.

Aku mengangguk lalu mulai menceritakan apa yang selama ini kusembunyikan darinya. Adi yang diam-diam menemuiku, memintaku untuk meninggalkan Al, Ariel yang tersiksa karena perlakuan buruk Adi padanya, Adi yang terang-terangan bilang masih sangat mencintaiku. Semuanya aku ceritakan padanya.

>>>>>

Rasa malas benar- benar menyerangku saat ini. Oh...tidak hanya hari ini tapi selama masa kehamilanku berlangsung. Aku jadi malas mandi , sungguh.

Tapi bukan berarti aku tak mau mandi sama sekali, biasanya aku akan mandi pagi-pagi tapi kini kebiasaan itu tak lagi terjadi. Ini benar-benar karena effect hamil, ada banyak perubahan yang aku alami selama hamil.

Salah satunya adalah tentang bau badan Al. Aku sampai menyuruhnya mengganti parfume berkali-kali, itu karena aku tidak suka dengan baunya. Dan karena suamiku itu memang salah satu suami yang sabar, ia hanya diam sambil terus menuruti apa mauku.

Betapa baiknya Al , termasuk soal semalam. Ia diam sambil terus mendengarkan segala ceritaku. Aku sempat memperhatikan raut wajahnya yang berubah mengeras, menahan emosi. Tapi sampai aku selesai bercerita ia masih tetap diam lalu menyuruhku tidur dalam pelukannya.

Aku suka Al yang penyabar seperti tadi malam. Tapi sepertinya ia masih bertahan mendiamkanku, marah dalam diam itu menyebalkan.

"Melamun apa...eh ?" tanya kak Yuangka yang sejak pagi sudah datang ke apartemenku, apartement Al sih sebenarnya.

"Al berangkat pagi-pagi banget ya kak?" tanyaku yang kini ikut duduk di sofa, tepat di samping kak Yuangka yang sedang menyuapi Anggara, putra kecilnya, sambil menonton animasi Kungfu Panda favorite ponakanku ini.

"Mana kakak tau, kamu kan satu rumah sama tuh laki omes..." balas kak Angka dengan galaknya. Wah...sepertinya ada aura tidak baik di sini.

"Kakak lagi ada masalah sama kak Max?" tanyaku dengan hati-hati.

"Dia nyebelin banget deh dek , ada kerjaan di luar kota baru ngomong tadi pagi, ishh..
ngeselin!" sungut kak Angka.

" Bun...kata Ayah gak boleh cemberut!" ucap Anggara dengan lucunya, ya ampun...aku jadi gemas sendiri dengan ponakan tampanku ini. Kuciumi pipinya yang mudah kujangkau. Pipinya gembul sekali.

"Mendingan kak Angka daripada aku, Al sama sekali gak pamit sama aku" tuturku mencebikkan bibirku.

"Gak bakal lama lagi dia juga telepon kamu dek, kalian kan emang suka begitu, sedikit-sedikit diem-dieman" ucap kak Angka sambil memberi segelas air putih untuk Anggara.

"Aunty...itu dede bayinya gak keluar-keluar sih?" celetuk Anggara yang membuat kak Angka dan aku tersenyum lebar.

"Belum waktunya sayang,,,sebentar lagi juga keluar kok" ucap kak Angka memberi pengertian pada Anggara.

"Kalo Bunda sih kapan kasih Ang ade baru, punya Ayah sama Bunda sendiri?" tanya Anggara dengan wajah polosnya.

Aku mengelus kepala Anggara dengan lembut. "Kan udah ada ade barunya, nih...yang ada di perut Aunty" ujarku.

Dengan gerakan lucunya Anggara menggeleng. "Eh...koq gak mau,Ang gak mau lihat dede bayi punya Aunty?" tanyaku sambil memcubit pipinya pelan.

"Bukan...Ang mau lihat dede bayinya koq Aunty, Ang gak sabar pengen ajak main bareng" balas Anggara.

"Tapi tetep aja, Bunda juga harus kasih Ang dede bayi sendiri!" imbuh Anggara membuat Kak Angka geleng-geleng kepala.

"Kamu siapa yang ngajarin ngomong begitu sayang?" tanya Kak Angka beralih memangku putra kecilnya.

"Om Al bilang begitu Bun..." balasnya membuat Kak Angka semakin geleng-geleng kepala.

"Laki kamu tuh minta dijitak dek...dasar!" ucap Kak Angka membuatku ingat dengan Al lagi.

"Dia gak telepon-telepon kak!" keluhku yang memang sejak tadi menunggu kabar dari suami dinginku itu.

"Sabar keuleusss, tunggu dulu aja, jam makan siang nanti dia juga telepon kamu dek!" ucap kak Angka.

>>>

Ini sudah lewat 30 menit jam makan siang, tapi Al belum juga meneleponku. Rasanya sangat sepi sekarang, Kak Yuangka dan Anggara sudah pulang beberapa jam yang lalu. Al juga tak kunjung memberi kabar.

Kalau dia memang marah, kenapa harus bersikap tenang kemarin dan kini mendiamkanku, kenapa tidak langsung marah saja?.

Kalau begini aku jadi tak tenang, jagoan kecil kami juga sejak tadi terus menendang. Mungkin ia tahu orangtuanya sedang tidak akur. Aku butuh tangan Al sekarang untuk mengusap perutku. Jagoan kami benar-benar tidak bisa tenang di dalam sana.

Berkali-kali aku menatap layar i-phoneku. Nihil. Tak ada pesan maupun chat yang masuk dari Al. Sudahlah, aku lelah dan butuh istirahat sekarang.

Percuma menunggu suami yang sedang dalam keadaan marah seperti Al, suami yang sedang kembali ke sifat sok kerennya, dingin dan arrogant. Arggghhh...aku butuh es sekarang, gemas dan emosi sendiri.

"Pikiran tenanglah!"

>>>>>

"Al Adrian POV "

Mungkin aku memang terlalu lama mendiamkan Yuki, aku masih butuh waktu untuk menghilangkan rasa jengkelku padanya. Semalam, sekuat tenaga aku menahan amarah yang tiba-tiba saja ingin meluap.

Yuki selama ini menyembunyikan masalah ini dariku, bayangkan...sudah enam bulan kehamilannya tapi baru sekarang ia jujur padaku tentang Ariel dan Adi.

Mungkin ini memang bukan masalah yang begitu serius, tapi Adi kapan saja bisa melakukan hal buruk pada istriku, istriku yang sedang hamil anak pertama kami.

Harusnya aku tahu sejak awal, kenapa ia malah menyembunyikan ini dariku. Tanganku sebenarnya gatal ingin menulis pesan padanya,
mengetahui kabarnya, Yuki sudah makan belum, apa ia tidur siang hari ini. Berulang kali aku ketik kata-kata manis itu.

"Sayang, aku merindukanmu"

"Maaf untuk hari ini!"

"Kamu udah makan?"

"Jagoan kita gak nakal kan?"

"Jangan lupa minum susu ibu hamilnya!"

"Jangan lupa tidur siang!"

"Sayang,maaf sekali lagi !"

Begitu banyak pesan yang sudah aku ketik untuk istriku, tapi semua itu aku hapus begitu saja. Kuurungkan niatku untuk mengetahui kabarnya. Egoisnya aku.....

"Heh Bos...lo sampai kapan mau ngegalau begitu, daritadi gak focus, come on man, call her!!!" celetuk Ali berdiri menjulang di hadapanku.

"Apaan sih lo, gak usah sok tahu dan ganggu gue!" ketusku menatap tak suka ke arahnya, kami memang baru saja selesai meeting. Perlu diingat, meeting yang tak sesuai harapan karena aku sama sekali tak berkonsentrasi.

"Jelas-jelas kelihatan banget, terserahlah Pak Bos, gue tinggal...selamat bergalau ria!" ucap Ali berlalu dari hadapanku.

Aku memang sedang GEGANA, gelisah-galau-merana. Belum genap sehari saja tak menyapa istriku sudah membuatku kacau begini.

>>>>>

Kulangkahkan kakiku dengan hati yang berdebar, ayolah...aku seperti menghadapi ujian akhir saja.

Tenangkan detak jantungmu yang menggila Al!. Kau sudah sering berhadapan dengan Yuki, menaklukkan hatinya bahkan menaklukkannya di ranjang sekalipun!!!.

Ya ampun pikiran apa itu, di saat seperti ini aku masih bisa berpikiran di ranjang. Mungkin aku memang harus mencuci pikiran mesumku sekarang.

Baru saja aku keluar dari lift di apartment. kulirik arloji di tangan kiriku, ini sudah pukul lima sore. Firasatku mengatakan Yuki sedang berendam di kamar mandi kami.

Aku merindukan suaranya, sungguh!.

Ku tekan digit nomor password apartement kami. Dan yeap...pintu mudah kubuka. Kupandangi sekeliling ruangan yang bisa dijangkau indera penglihatanku sekarang.

Tak ada tanda-tanda Yuki berada, di ruang tv, di dapur, di taman kecil kami . Aku rasa feelingku memang benar, ia sedang mandi.

Mulai lagi aku melangkah menuju kamar utama, kamar kami, kamarku dan Yuki. Pintu sudah terbuka. Keadaan kamar ini begitu rapi, bersih dan hey...suara siapa itu?.

" Dalamnya cinta ini...
Hampa hati terasa....

Mungkin suatu saat nanti
kau temukan bahagia
meski tak bersamaku

Bila nanti kau tak kembali
kenanglah aku
sepanjang hidupmu..."

Lagu itu hanya bisa kudengar beberapa liriknya saja , suara itu adalah suara istriku, siapa lagi kalau bukan wanita yang kini begitu aku rindukan.

Apa Yuki tak merindukanku hari ini ?.

>>>>>

" Assalamualaikum jagoan Bunda, daritadi kamu nendang terus sih nak, kangen ya sama Ayah?"

Sudut bibirku melengkung lebar mendengar celotehan Yuki pada jagoan kami. Salahkan istriku yang mandi begitu lama hingga membuatku khawatir jika terjadi apa-apa padanya.

Kakinya mudah sekali kram,langkah kakinya juga tak secepat dulu, gerak tubuhnya juga tak selincah saat pertama kali kita ...oh ayolah pikiran mesum, enyahlah, berhenti memikirkan hal yang tidak-tidak!.

Aku memang masuk kamar mandi tanpa seizin Yuki, aku sungguh khawatir padanya. Aku dapat melihat siluet Yuki di balik kaca buram itu, istriku sedang asik mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

Shit, dia begitu menggoda sekarang!!.

Berulang kali aku mencoba menghilangkan pikiran mesum itu, tapi tetap saja pemandangan seperti ini sayang untuk dilewatkan, apalagi dengan Yuki, istriku sendiri, sudah sah , lagipula aku sudah pernah melihat keseluruhan dirinya seperti sekarang ini . Aku jadi membayangkan malam pertama kami di Jepang dulu.

Lekuk tubuhnya masih sama, mungkin agak berbeda sedikit . Mengingat Yuki sekarang sedang hamil enam bulan, perutnya sudah semakin membuncit, menambah tingkat keseksian istriku, sexynya bertambah berkali-kali lipat.

"Al...!!!" teriaknya , menghentikan aktivitasku memandang tubuhnya dan kini beralih menatap wajah marahnya.

Dengan gelagapan aku mulai membuka mulutku. Mencoba mengucapkan satu atau dua kata kalimat pembelaan.

"Maaf!" ucapku kemudian.

Hanya kata itu yang terlintas dalam pikiranku saat ini. Kata itu mewakili kelakuan egoisku dan semua kelakuan bodoh dan kekanakan yang aku lakukan pada Yuki.

"Ssshhh..." desis Yuki berpegangan pada gagang pintu kaca buram itu. Aku tahu ia menahan sakit di perutnya. Aku mendekat dan membelai pipinya yang lembut.

"Apanya yang sakit?" tanyaku , kini tangannya beralih mencengkram lenganku dengan begitu kuat.

"Hari ini anak kita nendang terus" ucapnya hampir berbisik.

Seakan lupa dengan masalah kami, masalah yang sebenarnya aku yang menimbulkan. Aku beralih membenahi handuk kimono yang ia pakai, lalu menggendongnya menuju ranjang kami.

"Shhhh...tenang ya sayang!" ucap Yuki pada perut buncitnya. Ketika aku sudah menidurkannya di ranjang , ia membelai perutnya. Berniat menenangkan jagoan kami yang sangat aktif hari ini.

" Maaf udah egois hari ini!" gumamku berdiri di samping Yuki yang berbaring di ranjang.

Yuki kini menatapku , kami saling beradu pandang cukup lama. Aku sadar ketika melihat sorot manik kembarnya, ada perasaan rindu sekaligus kecewa di sana.

Egoisnya aku , hari ini aku benar-benar membuatnya sedih dan kecewa . Harusnya aku bisa lebih bersikap dewasa dan bijaksana, harusnya aku bisa menjadi suami dan calon ayah yang tidak kekanakan, pasti Yuki punya alasan tersendiri menyembunyikan masalah itu dariku.

Hingga saat ini Yuki masih diam dan kini memalingkan pandangannya dariku. Ia beringsut ke dalam selimut dan aku memilih keluar dari kamar kami.

"Aku tidur di luar!" ucapku lalu melangkah lesu keluar dari kamar ini .

Aura ketidakakuran kini terasa kembali di antara kami. Sangat tidak menyenangkan. Segera kunyalakan televisi di ruang tengah. Berkali-kali aku mengganti channel acara, namun sama sekali tak bisa menarik perhatianku.

Baru aku sadar, tubuhku butuh disegarkan . Aku jadi lupa melakukan aktivitas yang satu itu. Aku segera bergegas mandi di kamar mandi tamu. Untung saja ada beberapa pakaian santaiku yang tersimpan di almari kecil.

Selesai mandi kukenakan kaos oblong warna hitam beserta celana boxer bergambar mickey mouse dengan warna biru tua , aku kembali mendudukan tubuhku di sofa, menonton acara yang masih tak menarik untuk mengalihkan pikiranku.

"Apa Yuki sudah tidur sekarang?"

Dia hanya mengenakan handuk kimono saat kubaringkan di ranjang kami, tak menggunakan apa-apa dibaliknya. Semoga saja ia sudah berganti pakaian. Aku takut ia kedinginan meskipun ada selimut tebal di kamar kami, aku rasa pelukanku lebih hangat daripada selimut di kamar kami.

>>>>>

"Al, aku gak bisa terus kamu diemin begini!" serunya membuatku sedikit tersentak akan kedatangannya.

Aku masih diam, mencoba mencerna setiap ucapannya dengan baik. Kami kini berdiri saling berhadapan dengan aku yang menatap tajam ke arahnya.

"Bukannya aku tadi udah minta maaf sama kamu, jadi sekarang masih mau bilang aku diemin kamu?" ucapku dengan lantang sampai membuatnya bergidik takut.

Emosiku benar-benar meluap saat ini.

Yuki membalas tatapan tajamku. Raut wajahnya yang tadinya takut dan memerah karena ingin menangis kini berubah jadi amarah. Raut wajahnya sama sepertiku, marah.

"Aku mau kita pisah!!" teriaknya membuatku membulatkan kedua mataku.

"Maksud kamu apa Ki, pisah , kamu mau pergi dari sampingku?" tanyaku memegang kedua pundaknya.

"Aku dan kamu, sendiri-sendiri. Aku gak mau di dekat kamu lagi, kita terlalu sering berantem dengan masalah yang sebenarnya gak perlu dibesar-besarin!" jelasnya dengan nafas yang memburu.

"Masalah yang gak perlu dibesar-besarin ? , ini tentang Adi dan Ariel.... Ki, ingat itu!" tegasku lalu dengan gerakan cukup kuatnya menjauh dari jangkauanku.

"Mereka butuh bantuan, Adi harus disadarkan dan Ariel harus tetap mendapatkan haknya sebagai istri Adi, Al!" sanggahnya.

"Terus kamu mau sok-sokan bantuin mereka, apa yang kamu lakukan itu bahaya, kamu deket-deket Adi itu bahaya Ki, dia cinta gila sama kamu!!!" bentakku membuat buliran bening itu turun entah sejak kapan di pipi Yuki.

Emosi benar-benar menguasaiku sekarang.

"Ada wanita yang menderita gara-gara aku Al, Ariel...Ariel menderita dalam keadaannya yang hamil besar seperti aku, apa kamu tega hah?!!" teriak Yuki sambil mengusap air matanya dengan kasar.

"Gara-gara aku Al!" timpalnya lagi semakin menjauh dariku.

"Tapi kamu jauh lebih penting Ki, kesehatan dan keselamatan kamu juga bayi kita!" ucapku masih dengan nada yang tegas.

"Kamu egois al, aku mau kita bercerai!!" serunya membuat tubuhku menjadi patung seketika.

Bercerai...apa Yuki bilang tadi ?, bercerai dariku , Yuki ingin bercerai dariku hanya karena mereka?.

Bukan karena mereka Al...Yuki ingin bercerai darimu karena sifat egois yang ada pada dirimu. Sifatmu yang hanya mementingkan kepentinganmu sendiri . Sifat yang membuat Yuki muak dan menjauh darimu.

Sifat yang membuat cinta, sayang, kepercayaan dan kesetiaaannya luntur seketika . Ia sudah berusaha memahamimu, tapi rasa ketidakpedulianmu membuat Yuki jengah dan memilih lari dari sampingmu.

Sifat Egoismu...merusak segalanya, keluargamu, kebahagiaanmu, masa depanmu!.

>>>>>

Gelisah itu yang aku rasakan, kurasakan keringat mengucur deras di pelipisku, mataku enggan terbuka padahal aku sudah berusaha untuk membuka kedua mataku dengan sekuat tenaga.

"Yuki, aku mohon tetap disisiku!"

Belaian lembut di pipiku begitu terasa nyata, tangan lembut itu mengusap pelipisku yang berkeringat. Kenapa rasanya sulit sekali untuk membuka mata?.

"Al...bangun ! , kamu mimpi buruk?" ucapnya yang samar-samar bisa kudengar. Dengan usaha yang kulakukan, akhirnya mataku terbuka, mengakhiri semua mimpi buruk yang baru saja menjadi duri dalam tidurku.

Semuanya hanya mimpi, Yuki masih berada di sampingku, berada dalam jangkauanku.

Aku melenguh dan mengerjapkan mata beberapa kali. Rasanya badanku pegal sekali, hatiku juga masih terasa begitu nyeri mengingat mimpi buruk itu.

Dengan gerakan cepat aku memeluk erat tubuh Yuki yang duduk bersila di sampingku. Sangat erat, aku rasa, aku tak ingin melepas pelukan ini, aku begitu butuh pelukan menenangkannya.

Ku sandarkan kepalaku di antara lekukan lehernya. Harum tubuhnya sangat kusukai, seperti harum bayi yang menyegarkan.

"Maaf, aku udah egois dan kekanakan hari ini!" gumamku.

"Al..."

"Tetap di sisiku Ki, selamanya!" timpalku lagi kali ini memberi kecupan kecil di pipinya.

"Al...!" panggilnya lagi.

"Maafin aku sayang!" pintaku untuk kesekian kali.

"Al...perutnya!" tutur Yuki membuatku ingat bahwa ada si jagoan di antara kami. Kuusap perut besarnya hingga aku merasakan tendangan kecil dari perut Yuki.

"Dia kangen kamu..." ucap Yuki membelai pipiku.

Kuubah posisi dudukku menjadi di sampingnya, kami memang sejak tadi duduk di karpet dengan televisi yang masih menyala. Pantas saja aku sangat pegal, aku yang tadinya tiduran di sofa entah sejak kapan beralih ke karpet ini.

"Aku juga kangen kalian! " balasku mendaratkan ciuman panjang di kening istriku.

"Ayo kita makan !, aku yakin kamu belum makan malam " ucap Yuki mencoba bangkit dari duduknya dengan susah payah. Kulingkarkan lenganku di pinggangnya, membantunya berdiri adalah hal yang rutin kulakukan jika aku ada di sampingnya.

Jam dinding yang ada di ruang tengah sudah menunjukkan pukul 10 malam ternyata. Berarti aku tertidur hampir 3 jam.

"Aku akan masak sesuatu Al" ucap Yuki.

"No, biar aku yang masak!" larangku sambil menggenggam erat tangan Yuki.

"Al...masak gak bakal buat aku kelelahan, aku masih kuat!" sanggahnya.

"I know sayang, tapi biar aku yang masak " ucapku tak berhenti membujuk Yuki.

Yuki pasrah dan mengangguk setuju. Dengan langkah pelannya, Yuki berjalan mendahuluiku, ia sudah mengganti handuk kimononya dengan baju tidur ibu hamil yang errr...tetap menggoda bagiku.

"Sayang, kamu akan tetap di sisiku kan...apapun yang terjadi?" tanyaku lirih. Tapi , aku rasa Yuki mendengarnya, ia menoleh padaku dengan kening yang berkerut, ditambah lagi kedua alisnya yang terangkat.

Aku hanya ingin memastikan, Yuki tak akan lari dari sampingku.

"To Be Continue"

"Aku berusaha ngumpulin ide lagi untuk storyku yang terbengkalai ini, entah terlalu berlebihan atau malah gak nge-feel sama sekali setiap scanenya but semoga tetap terhibur ya kawan-kawan 😄.

Silahkan vote dan comment , kritik dan saran juga diperlukan untuk memperbaiki kerapian story ini, bagi yang gak tahu part 1-23 cek fbku Virgozahratusita aja ya 😊, terimakasih."

Continue Reading

You'll Also Like

Dia #APHP By salma

Teen Fiction

2.2K 2.1K 37
Hanya cuplikan kisah seringan kapas dan semoga kalian bisa menikmatinya... Di sinilah semuanya perlahan akan berubah. Dunia abu-abu masa SMK akan be...
2.5M 20.3K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
4.8M 179K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
23.1K 137 6
🔞🔞🔞 zona kenikmatan. Cici adalah seorang gadis yang sangat baik hati walau terkadang dia brutal, setelah lulus SMA dia berusaha melamar pekerjaan...