Bodohnya aku, kenapa harus kuterima tawarannya mengantarkan aku pulang?
Tidak.
Sebenarnya itu bukan terdengar seperti penawaran, tapi lebih ke perintah.
"Kuantar kau pulang." Raut wajah Kyuhyun sudah kembali normal. Ekspresi kepanikan dan marahnya sudah memudar beberapa saat yang lalu.
"Eh?" Ha Ni terkejut dengan perkataan Kyuhyun.
"Ti-"
"Cukup Sunghwa yang malam ini menolak penawaranku, Ha Ni-ssi." Kyuhyun mematahkan jawaban Ha Ni.
"Ta- Tapi.."
Kyuhyun menghentikan langkahnya, ia menatap Ha Ni dengan pandangan intimidasinya. Bohong kalau Ha Ni tidak terpengaruh, bagaimana pun juga kejadian tadi masih membuat jantung Ha Ni bekerja cepat.
"Dengar, tidak boleh ada yang menolakku lagi malam ini," tegas Kyuhyun. Kemudian ia melanjutkan kembali langkahnya menuju sedan mewah berwarna hitam yang terparkir tak jauh dari situ.
"Pasti kau sudah gila, Ha Ni-ya," guman Ha Ni pada dirinya sendiri ketika kakinya dengan sendirinya melangkah menyusul pria yang baginya sangat menyebalkan.
Disinilah aku sekarang. Duduk disamping Kyuhyun yang sedang mengemudikan mobilnya.
Aku sempat canggung ketika memasuki mobil sedan hitam keluaran terbaru tahun ini. Ini pertama kalinya aku menaiki mobil mahal, dan lihatlah pria disebelahku, dia Cho Kyuhyun seorang CEO yang juga pemilik gedung tertinggi di Gangnam-do.
Entah ini harus aku sebut anugerah atau petaka, yang jelas aku sungguh tidak menyukai suasana kaku seperti ini. Sedari tadi kami belum berbicara selain Kuhyun menanyakan dimana alamat rumahku.
Saat aku menyebutkan pun ia langsung mengetik di layar GPS mobilnya. Setelah itu dia fokus menyetir, menatap jalan raya yang kami lewati tanpa berbicara sepatah katapun padaku.
Aku memberanikan diri untuk meliriknya secara diam – diam. Kyuhyun terlihat tenang dengan tangan kirinya mengendalikan setir mobil, sedangkan tangannya satu lagi memegang perseneling. Tapi, entah mengapa terbersit dipikiranku, jauh dalam pikirannya ia sedang memikirkan Sunghwa. Mungkin lebih tepatnya ia sedang memikirkan pertanyaan besar ada hubungan apa diantara Sunghwa dan Jonghyun.
Meskipun aku tahu Sunghwa dan Jonghyun tak memiliki hubungan apapun.
Rasakan saja perasaan cemburumu itu, Tuan Cho. Dengan sifatmu yang super keras kepala dan angkuh itu kecil kemungkinannya kau bisa mendapatkan hati Sunghwa.
"Kita bisa berhenti disini," kataku memecahkan keheningan diantara kami berdua.
Mobil Kyuhyun berhenti tepat di depan rolling door kios kecil milik ibuku. Kulihat Kyuhyun menoleh pada nama kios kecil yang sudah sedikit usang karena cat-nya mulai pudar.
"Ini rumahmu?" tanyanya.
Aku mengangguk. "Neh. Eomma berjualan bubur kacang merah di kios itu, rumah kami ada di lantai 2."
Kyuhyun tak merespon apapun dari jawabanku.
"Terima kasih sudah mengantarku. Maaf sudah merepotkanmu, Kyuhyun-ssi."
"Hm." Kyuhyun hanya mengguman.
"Aku turun dulu. Anyeong."
Kubuka knop pintu mobilnya. Tepat ketika aku turun dan menutup pintu mobil, Kyuhyun menjalankan kembali mobilnya. Meninggalkan aku yang masih berdiri di depan pintu kios eomma yang sudah tutup.
"Benar – benar tidak ada sopan santunnya," gerutuku sendiri. Haish! Kubuka rolling door kios yang menjadi akses jalan masuk ke rumah kami yang ada di lantai 2.
"Eomma, aku pulang."
***
-Hyeon-A and Jaejoong's Wedding Day-
Aku keluar dari kamar suites yang sudah di pesan oleh Jaejoong-ssi.
Hari ini adalah hari pernikahan Hyeon-A, pemilik coffee shop tempat aku dan oppa bekerja. Hyeon-A menikah dengan salah satu pemilik perusahaan multinasional Korea, Kim Jaejoong namanya.
Aku diminta secara langsung oleh Hyeon-A untuk menjadi pengiring pengantin bersama Sunghwa. Yah, tadinya aku menolak karena aku lebih suka menjadi tamu, menikmati hidangan mewah yang tersedia. Apalagi pestanya bertemakan garden party yang diadakan di sebuah taman resort terkenal. Sunghwa mengatakan padaku resort ini merupakan salah satu milik Kyuhyun.
Syukurlah Hyeon-A hanya meminta aku dan Sunghwa untuk menjadi pengiring pengantinnya selama proses pemberkatan di altar yang telah disiapkan di tengah taman.
Kulihat Sunghwa yang sedang ditata rambutnya oleh seorang hairstylist terkemuka Korea di ruang tamu kamar mewah ini.
Aku bisa melihatnya dia melirik ke arah kaca besar yang ada di hadapannya, melihat pantulan diriku yang ada tepat di belakangnya.
Ia memutar tubuhnya dengan cepat ke arahku.
"Kau cantik sekali, unnie," serunya cepat. Wajahnya memandangku dengan tatapan takjub.
Sejujurnya aku tersipu mendengar pujian Sunghwa.
"Gaun itu benar – benar cocok denganmu, unnie. Daebak!" Sunghwa terus memujiku. Membuatku wajahku memanas.
"Benarkah?" tanyaku ragu sambil mengontrol rasa malu karena Sunghwa telah memujiku.
Gadis itu mengangguk mantap sambil mengacungkan kedua jempolnya.
"Aku setuju dengan Nona Sunghwa, kau memang terlihat luar biasa dengan gaun itu, Ha Ni-ssi." Sekarang hairsylist yang sedang mengerjakan rambut Sunghwa ikut mengomentariku.
Ya Tuhan, wajahku pasti sekarang sudah seperti kepiting rebus.
"Gamsahamnida," kataku malu.
Aku menoleh pada cermin besar yang disediakan oleh kamar hotel ini. Aku mendapati pantulan seorang gadis bergaun putih panjang berbahan sifon yang menjuntai hampir menyentuh lantai. Ada aksen brokat dibagian atasnya, menutupi sepertiga lengannya, dan bagian bahunya terbuka.
Cantik.
Dan gadis itu aku. Ahn Ha Ni.
Rambutku dibiarkan tergerai dibuat ikal natural di bagian ujungnya dengan hiasan kepala bunga – bunga kecil yang terlihat pas di sana. Serta poni yang menutupi dahiku.
Aku merasa aku begitu cantik.
Ini pertama kalinya untukku mengenakan gaun cantik rancangan desainer ternama. Jelas saja ini pesta keluarga Kim, mereka harus menyiapkan acara yang sempurna. Walaupun aku tahu Hyeon-A berusaha menyederhanakan pesta ini sebisa mungkin.
***
Akhirnya proses upacara pemberkatan pun telah dilakukan. Aku berdiri tepat disamping altar, di sebrangku ada Sunghwa yang sedari tadi tampak antusias dengan proses ini. Rasanya seperti Sunghwa ingin cepat menyusul kakak laki – lakinnya.
Aku melihat Hyeon-A yang begitu cantik dengan balutan gaun pengantin berwarna putih. Terbersit di pikiranku ada sedikit perasaan iri pada Hyeon-A yang mendapatkan cinta seorang pria tampan –dan kaya raya seperti Jaejoong-ssi. Bukan karena hal kaya raya sebenarnya, tapi lebih tepatnya karena Jaejoong-ssi begitu mencintai Hyeon-A.
Lamunanku tersadar ketika para tamu undangan riuh bertepuk tangan setelah Jaejoong dan Hyeon-A saling mengecup lembut bibir mereka satu sama lain.
Begitu manis.
Kulirik Sunghwa yang sedari tadi pandangan matanya tak lepas dari kedua sejoli itu. Aku ikut tersenyum melihatnya.
Ketika Hyeon-A dan Jaejoong turun dari altar, aku dan Sunghwa menaburkan kelopak –kelopak mawar putih ke arah sepasang pengantin yang kini telah resmi menjadi suami – istri.
Atmosfir bahagia pun dirasakan semua yang hadir disini karena melihat sepasang pengantin baru yang terlihat sangat bahagia.
***
Disinilah aku sekarang. Di dekat meja buffet yang menghidangkan bermacam – macam makanan. Mewah dan lezat.
Aku benar – benar sudah tidak tahan untuk mencicipinya.
Ketika aku sedang menikmati sepotong croissant, tiba – tiba saja aku mendengar suara Sunghwa mengoceh tak jauh dariku. Benar saja ternyata gadis itu sekarang berdiri di sampingku, tentu saja ia sedang berdebat dengan Kyuhyun yang mengikutinya kesini.
"Sudah kukatakan, oppa, aku tak mau kau kenalkan dengan rekan – rekan bisnismu itu," kata Sunghwa dengan nada kesal.
Kenapa mereka harus berdebat disini?, pikirku heran. Aku memilih untuk tidak mencampuri urusan mereka, kulanjutkan mengambil sepotong cheesecake yang sangat menggoda. Tapi, belum juga aku melahapnya tangan Sunghwa meraih garpu kecil yang kupegang kemudian memotong sedikit kueku, melahapnya dengan cepat.
"Cheesecake-nya enak, unnie."
"Benarkah?" tanyaku. Aku ikut mencobanya, dan ternyata benar apa kata Sunghwa, ini memang enak.
"Benar kan yang aku bilang?"
Aku mengangguk cepat. "Kau benar."
"Hei, Sunghwa-ya," suara Kyuhyun memanggil Sunghwa yang mulai mengacuhkannya.
"Ada apa lagi, oppa?" tanya Sunghwa malas, ia malah mengikutiku mencicipi kue – kue yang lainnya.
Kulirik Kyuhyun yang wajahnya selalu datar, dan tampak tenang. Padahal aku tahu dia mencoba menyabarkan dirinya untuk menghadapi Sunghwa.
Ya Tuhan, kenapa aku ini? seolah aku bisa membaca perasaan Kyuhyun.
Aku menggeleng cepat mencoba memusnahkan pikiran kacauku.
"Setidaknya kau berbicara dengan appa dan eomma-ku," kata Kyuhyun lagi.
Oh, jadi ada orang tua Kyuhyun juga disini.
"Aku sudah menyapa Paman dan Bibi Cho, oppa, malah kau melihatnya sendiri, bukan?" Sunghwa terlihat tak peduli ia tetap menyicipi kue yang ada di piringku.
"Kau bisa menemani mereka mengobrol," timpal Kyuhyun.
Sunghwa seolah acuh, hingga kemudian suara MC acara memberitahu bahwa sebentar lagi akan ada acara pelemparan buket pengantin. Sunghwa bergegas meletakkan garpu yang dipegangnya kemudian menarik lenganku.
"Unnie, ayo kita kesana."
"M-mwo?" Aku benar – benar tidak ingin pergi, karena sudah pasti aku gagal menangkapnya. Beberapa kali aku ikut acara seperti itu di pernikahan temanku, hasilnya selalu sama.
Gagal.
"Aniyo, kau saja. Aku disini saja melihatmu menangkap buket bunga itu."
Sunghwa sedikit kecewa, ia mengerucutkan bibirnya yang berpoleskan lipstick pink. "Baiklah, aku akan kesana."
Sunghwa meninggalkanku yang masih berkutat dengan kue – kue lezat. Aku sadar masih ada Kyuhyun yang berdiri tak jauh dariku.
"Sepertinya Sunghwa bersemangat sekali untuk mendapatkan bunga itu." Entahlah tiba –tiba saja aku berbicara pada Kyuhyun. Meski pria itu hanya diam saja tak menjawab apapun. Pandangan matanya terus menatap ke arah Sunghwa yang sekarang merapat di kerumunan gadis – gadis pemburu buket bunga pengantin.
"Tanpa harus mendapatkan bunga itu, dia pasti akan segera menikah," kata Kyuhyun pelan.
Aku menoleh ke arahnya bersamaan dengan dia yang membalas tatapanku.
"Aku akan menikahi Sunghwa secepatnya."
Tubuhku menegang mendengar ucapan Kyuhyun. Aku tak tahu, apa aku tersentuh dengan pernyataannya. Tapi aku merasakan detak jantungku bekerja secara tak normal. Perutku menjadi sedikit sakit.
Kulihat Kyuhyun melangkah menjauhiku, ia kembali bersama pria dan wanita – yang mungkin itu ayah dan ibunya. Kulihat ia duduk disana bersama mereka, sambil terus menyaksikan acara lempar bunga pengantin.
Dia terus menatap Sunghwa. Membuat perasaanku sedikit kacau. Ada apa dengan diriku sebenarnya?
***
-The Masterpiece Hotel & Resorts-
Perayaan pesta pernikahan Hyeon-A dan Jaejoong pun sudah usai sekitar 3 jam yang lalu. Sekarang aku ada di sebuah kamar suites yg juga menjadi tempatku dan Sunghwa tadi pagi dirias. Aku sekamar berdua dengan Sunghwa, tapi saat ini gadis itu ada di kamar tempat ibunya menginap. Tidak jauh hanya beberapa kamar dari sini.
Bosan.
Itu yang kurasakan saat ini. Aku melirik jam tanganku, disana menunjukkan pukul 08.30 malam.
Aku melirik layar televisi LED dihadapanku dengan malas. Aku merasa tak nyaman sendirian di kamar mewah hotel ini.
Kuputuskan mengambil cardigan crème-ku dari lemari pakaian, ku kenakan untuk mendobel dress mini berwarna fuschia yang kukenakan. Kemudian ku langkahkan kakiku keluar dari kamar.
Aku melangkahkan kakiku keluar resort. Beberapa staff hotel menyapaku dengan ramah. Aku jadi teringat ketika aku masih bekerja di hotel. Aah~ tiba – tiba saja aku merindukan bekerja disana.
Andai saja kalau hotel itu tidak dibeli oleh grup hotel ternama itu, sudah pasti aku masih menjadi staff food and beverages disana. Bersama Ji Min unnie, Changsoo-ah, dan Hye Rin-ah. Diantara kami bertiga hanya Ji Min unnie yang tetap dipertahankan oleh hotel tempat kami bekerja. Karena memang Ji Min unnie lulusan sebuah akademi perhotelan ternama di Korea. Sedangkan aku, Changsoo dan Hye Rin hanya karyawan lulusan sekolah menengah kejuruan yang ditambah dengan beberapa sertifikat kursus perhotelan.
Akan tetapi, kalau aku tetap di Jeju sudah pasti aku tidak akan bekerja di Seoul bersama oppa. Dan bisa bersama eomma setiap hari.
Aku merapatkan kardiganku. Udara malam ini cukup dingin, karena resort ini berada di pegunungan yang membuat cuaca disini lebih sejuk dibanding dengan cuaca di Seoul.
Aku mengendarkan pandanganku ke sekitar. Karena berjalan sambil memikirkan segala hal, aku sampai tak sadar kalau saat ini aku sudah berada di sebuah taman. Taman yang tadi siang digunakan untuk resepsi pernikahan Hyeon-A.
Semuanya tampak berbeda. Taman ini terlihat lebih luas. Mungkin karena dekorasi – dekorasi untuk pesta tadi sudah dibereskan.
Semuanya terlihat sepi. Hanya lampu – lampu kecil yang menerangi taman – yang memiliki kebun bunga berbentuk lingkaran di tengahnya.
Cantik, pikirku.
Mungkin karena tadi siang lampu – lampu ini tida menyala, dan memang suasananya lebih indah saat malam hari. Aku merasa taman ini lebih cantik di datangi saat malam hari.
Aku duduk di bangku taman yang disediakan di tengah – tengah taman bunga. Tepat di depanku duduk, ada sebuah air mancur. Suaranya begitu harmonis dan menenangkan. Tanpa sadar kedua matakku tertutup, aku benar – benar menikmatinya.
***
Suara ringtone telepon genggam menginterupsi ketenangan Ha Ni. Dengan gerakan cepat Ha Ni membuka kedua mata bulatnya, merogoh saku kardigannya, kemudian menatap layar handphone-nya.
Calling
Kim Sunghwa
Astaga, aku lupa memberi tahu Sunghwa, pekik Ha Ni dalam hati.
"Neh," sahut Ha Ni saat speaker handphone menempel di telinga kirinya.
"Unnie, kau dimana?" tanya Sunghwa dari sebrang sana.
"Eoh, aku hanya berjalan – jalan di sekitar hotel. Sebentar lagi aku kembali ke kamar."
"Baiklah," jawab Sunghwa.
Ha Ni meletakkan kembali telepon genggamnya ke dalam saku kardigannya. Kemudian ia beranjak dari bangku taman, kembali menuju kamarnya.
***
Seorang staff front office menyapa Ha Ni ketika gadis itu kembali memasuki hotel.
"Selamat malam, nona," sapanya sambil membukakan pintu kaca untuk Ha Ni. Kemudian Ha Ni membalasnya dengan anggukan dan senyum seramah mungkin.
"Selamat malam."
Tak jauh dari pintu masuk hotel, Ha Ni merasa namanya dipanggil. Ia menghentikan langkahknya mencari sumber suara yang memanggilnya.
"Ha Ni-ya!"
Ha Ni menoleh ke arah seorang pria yang berdiri di dekat restoran hotel. Pria yang mengenakan seragam pegawai hotel melambaikan tangannya pada Ha Ni.
Seketika mata Ha Ni membulat, ia tersenyum lalu menghampiri pria yang juga melangkahkan kakinya ke arahnya.
"Omo! Changsoo-ah!" pekik Ha Ni kegirangan. Begitu juga dengan pria yang dipanggil Changsoo oleh Ha Ni.
"Kau bekerja disini, Changsoo-ah?"
Changsoo mengangguk mantap. "Neh. Dua hari setelah pemutusan kerja waktu itu, Manajer Personalia menghubungiku. Dia menawarkan pekerjaan di hotel ini, ia bilang sayang membuang karyawan yang menguasai 5 bahasa sepertiku. Jadilah sekarang aku bekerja disini," jelas Changsoo dengan mata berbinar – binar.
"Benarkah? Kau hebat, Changsoo-ah," puji Ha Ni ikut senang dengan cerita Changsoo.
"Tapi, Ha Ni-ya, apa yang sedang kau lakukan disini?"
"Ah, tadi siang pemilik coffee shop tempatku bekerja mengadakan resepsi pernikahan di sini."
Changsoo membulatkan bibirnya. "Eoh, arrasso."
Ha Ni tersenyum menampilkan deretan giginya.
"Ah, Ha Ni-ya, ayo ikut aku." Changsoo menggamit lengan Ha Ni.
"Eh," Ha Ni terkejut. "Kita mau kemana?"
"Aku mau membuatkan cocktail kesukaanmu. Kebetulan malam ini aku sedang bertugas di pub resort ini. Kajja!" Changsoo kembali menarik Ha Ni mengikuti langkahnya menuju pub hotel yang ada di lantai bawah.
***
-Ha Ni's POV-
"Hebat!" gumanku pelan.
Aku mengedarkan pandanganku menatap seluruh bagian pub di resort ini. Benar – benar interior yang menakjuban. Bahkan pub yang ada d hotelku dulu bekerja tak sebagus dan sebesar ini.
Tak salah kalau resort ini masuk ke dalam 10 resort terbaik di Korea Selatan.
Saat ini aku duduk di hadapan Changsoo yang sedang meracik cocktail untukku. Seragam hotel disini sangat pas dikenakan oleh Changsoo, yang notabene memang tampan. Entah kenapa aku merasa ia memang cocok ditugaskan disini sebagai bartender tampan. Tapi Changsoo bukan hanya sekedar tampan, meski hanya lulusan sekolah kejuruan, Changsoo menguasai 5 bahasa asing. Kudengar sewaktu kecil ia hidup berpindah – pindah Negara.
Changsoo yang merasa aku perhatikan menolehkan wajahnya. Ia tersenyum seraya meracik minuman.
"Wae? Kau terkesima denganku?" tanyanya.
Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. "Aniyo. Aku hanya masih tak menyangka akan bertemu denganmu disini."
Beberapa saat kemudian Changsoo menyodorkan gelas berisi cocktail dihadapanku. "Silahkan, nona," katanya dengan nada menggodaku.
Aku meringis mendengarnya. "Aigoo, aku merasa benar – benar menjadi tamumu malam ini, Changsoo-ah"
"Kau memang tamuku malam ini. Jangan kau kira minumanmu ini gratis, nona, aku akan mengirimkan tagihannya ke kamarmu," ujar Changsoo menggodaku.
"Benarkah? Baiklah, kirimkan saja tagihannya. Toh bos-ku yang membayar kamarku malam ini," jawabku.
Kami berdua tertawa bersamaan.
Hingga kemudian seorang pria dengan seragam hotel mendekati Changsoo dan berbisik sesuatu ke telinga Changsoo. Kulihat Changsoo tersenyum sambil mengacungkan jempolnya sebelum teman kerjanya menjauh.
"Ha Ni-ya," panggil Changsoo. Ia mencondongkan tubuhnya ke arahku.
"Wae?" tanyaku.
"Sepertinya aku harus ke basement untuk mengecek load bahan baku yang datang malam ini. Tak masalah kan kau kutinggal?" Ada nada penyesalan dari Changsoo yang kudengar. Tapi aku juga tak bisa memprotesnya, aku tahu jenis pekerjaan seperti ini. Lagipula saat ini jam kerja Changsoo, aku tak bisa menganggunya.
"Arrasso," aku mengangguk. "Pergilah. Aku akan kembali ke kamarku setelah menghabiskan cocktail buatanmu," jawabku.
Changsoo tersenyum. "Baiklah, aku pergi dulu."
Aku membalas senyum Changsoo sambil memberi tanda semangat kepadanya.
"Oh iya, Ha Ni-ya, pelan – pelan saja menikmati cocktail-nya."
"Mwo?" aku tak mengerti dengan maksud Changsoo.
"Liquor yang kucampurkan sedikit lebih tinggi dari biasanya. Kalau kau terburu – buru menikmatinya, kurasa kau tidak akan baik - baik saja. Kecuali kalau kadar toleransi alkoholmu sudah meningkat. Arrasso?"
Changsoo mengedipkan sebelah matanya sebelum benar – benar meninggalkanku.
Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya yang belum berubah.
Sepeninggal Changsoo aku benar menikmati cocktail buatannya. Sambil tetap mengedarkan pandanganku ke arah pub yang tidak terlalu ramai. Entahlah mungkin karena ini buka pub di tengah kota, atau bukan karena musim liburan.
Tetapi untunglah tidak terlalu ramai, karena sudah pasti aku tidak menyukainya melihat orang – orang kelas tinggi bersosialisasi.
Lebih baik kuberi tahu Sunghwa aku akan kembali terlambat. Kurogoh saku kardiganku mengambil telepon selular.
To: Kim Sunghwa
Aku bertemu dengan teman yang bekerja disini. Kurasa aku akan terlambat kembali ke kamar. Mianhae-yo.
Kutekan tombol 'send'.
Tak berapa lama muncul notif sms dari Sunghwa.
From: Kim Sunghwa
Tidak apa – apa, unnie. Kalau begitu aku tidur duluan, ya. Kau bawa key card cadangan, bukan?
Aku segera membalas pesannya.
To: Kim Sunghwa
Neh~ Jalja.
Selesai mengirim sms-ku, aku meletakkan telepon genggamku di sebelah cocktail.
"Kurasa kau benar – benar menikmati malammu disini, nona."
Sebuah suara yang tak mungkin tak ku kenal tiba – tiba menginterupsi malam tenangku. Aku menoleh ke arah pria yang kini duduk di sebelahku.
"Ahn Ha Ni-ssi," lanjutnya sambil menyunggingkan senyum setannya.
Sial! Di resort seluas 1,5 Ha, kenapa aku harus bertemu dengan Cho Kyuhyun disini?
Seorang bartender menyodorkan sebotol vodka lengkap dengan gelas kecil di hadapan Kyuhyun.
Oh, aku lupa untuk sesaat, resort ini salah satu milik perusahaan Kyuhyun.
Kyuhyun menuangkan vodka ke dalam gelasnya, dengan cepat ia meneguknya habis. Kulihat berulang kali dia melakukannya. Dia benar – benar sedang stress kalau kulihat dari caranya minum.
"Kurasa kau akan mabuk, Tuan Cho, kalau kau minum alcohol dengan cara seperti itu," sindirku.
Kulihat Cho Kyuhyun tak menggubris perkataan pedasku. Ia hanya meringis dengan senyuman setannya tanpa menoleh ke arahku. Tangannya memegang gelas vodka sambill menggoyang – goyangkan isinya.
"Kalaupun aku mabuk dan membuat keributan disini, kurasa hotel ini tidak akan mengusirku, Ahn Ha Ni-ssi." Kyuhyun menangkap kedua manik mataku. "Dan kupikir kau sudah tahu siapa pemilik hotel ini."
Ucapannya sukses membuat wajahku memerah. Ia mengalihkan pandangannya lagi menatap deretan botol anggur yang terpampang jelas dihadapan kami duduk. Menyesap habis vodka di dalam gelasnya.
Tanpa sadar aku meraih gelas cocktail-ku, ikut menyesapnya dengan perasaan berkecamuk yang sulit kuartikan. Kuletakkan gelas cocktail-ku yang kini sudah kosong tak tersisa dengan sedikit perasaan emosi.
Kulihat Kyuhyun melirik gelasku. Ia berdecak pelan.
"Ternyata kau gadis yang pintar ya," ujarya. Aku tak mengerti dengan maksud ucapannya. Tiba –tiba saja kepalaku terasa berat.
Gawat! Aku lupa pesan Changsoo sebelum dia pergi.
"Apa maksudmu?" tanyaku emosi.
Kyuhyun menuangkan vodka ke gelasnya, menyesapnya lalu menatapku.
"Kau pintar memanfaatkan situasi. Menikmati semua fasilitas disini, toh bukan kau yang akan membayarnya." Kelanjutan ucapan Kyuhyun sungguh membuat emosiku semakin membuncah.
Mungkin karena pengaruh alcohol yang kini sedang mempengaruhi akal sehatku, aku tidak yakin bisa menjaga sikapku untuk selanjutnya.
"Hei, dengar Tuan Cho yang terhormat, kau pikir aku sedang menikmati semua fasilitas gratis disini karena bosku sedang menikah, hah?!" Aku sadar aku sudah setengah berteriak pada Kyuhyun. Seorang CEO perusahaan ternama, dan pemililk resort ini.
Aku tahu ini sudah gila.
"Aku bertemu dengan teman lamaku disini, dan dia yang mentraktirku. Arrasso?!"
Kyuhyun tersenyum mengejek, ia mengedarkan pandangannya. "Mana? Mana teman yang sedang mentarktirmu, nona?"
Aku beranjak dari kursi tinggi yang aku tempati. Seketika kepalaku mengalir ke otak dengan cepat. Aku merasa pusing dan – mual.
"Dengar ya, pria bermulut tidak sopan, aku akan membayarnya sendiri kalau memang perlu."
Kulirik vodka yang ada di hadapan Kyuhyun. Kutuangkan ke dalam gelasnya, entah setan dari mana yang kini merasuki tubuhku, vodka yang ada di gelas semua bepindah ke perutku dengan sempurna.
"He-hei! Kau bisa mabuk, nona," Kyuhyun sempat menahanku, tapi aku tak menggubrisnya. Aku memang sudah mabuk.
"Kalau memang harus akan kubayar juga minumanmu, Tuan Cho!" seruku cepat dengan punggung tangan mengelap sisa – sisa vodka di mulutku.
Gila.
Kau sudah gila, Ha Ni-ya. Sekarang kepalaku sungguh terasa berat. Pandanganku mulai berpendar.
Mati aku. Aku mengucapkan akan membayar semua minumannya, itu sama saja membuang setengah gajiku untuk hal – hal sampah seperti ini.
"Hei," tanpa sadar aku memanggil barista yang sedang bertugas di dekat kami.
Kakiku seperti jelly. Badanku memanas. Otakku sudahgila.
"Kirimkan semua tagihannya," racauku. Kutolehkan kepalaku ke arah Kyuhyun. "Atas nama Ahn Ha.."
Tidak.
Aku belum menyelesaikan ucapanku tapi semuanya tiba – tiba menjadi gelap.
***
Bruk!
Tubuh Ha Ni ambruk tepat di hadapan Kyuhyun. Tanpa Kyuhyun sadari tubuhnya ikut bergerak sendiri sebelum tubuh Ha Ni mendarat ke lantai.
Wajahnya sempat menegang saat melihat Ha Ni hilang kesadaran, tetapi ketegangannya memudar ketika ia yakin tubuh Ha Ni saat ini berada aman di dalam kedua lengannya.
"Gadis ini –"
"Merepotkanku saja." Kyuhyun mengganti posisi lengannya.
Manager pub menghampirinya berniat untuk menggantikan Kyuhyun mengurus Ha Ni yang sudah tak sadarkan diri karena pengaruh alcohol.
"Permisi, Tuan, biar – " Kalimat manager pub terhenti saat Kyuhyun memberi kode dengan telapak tangannya.
"Tidak apa – apa," lanjut Kyuhyun. Kemudian ia mengganti posisi Ha Ni, yang masih dalam rengkuhan lengannya.
Kyuhyun juga tak mengerti apa yang sedang dilakukannya. Ia bukan tipikal pria yang mau mudah membantu orang yang tidak begitu dekat dengannya. Apalagi gadis ini bukan siapa – siapanya. Hanya seorang partner di tempat pujaan hatinya bekerja.
Tangan satunya meraih ponsel Ha Ni, memasukannya ke dalam kantung celananya. Kemudian ia membopong Ha Ni.
"Bilang pada manajer room service, siapkan kamar," kata Kyuhyun pada manajer pub.
"Baik, Tuan," jawab Manajer pub dengan cepat. Segera ia mengontak seseorang dengan talkie walkie-nya.
Kyuhyun meninggalkan pub dengan tubuh Ha Ni dalam gendongannya. Diikuti manajer pub di belakangnya.
***
Kyuhyun memasuki salah satu kamar VVIP yang dimiiki resort-nya. Dengan kedua tangan menggendong tubuh Ha Ni yang tak sadarkan diri karena mabuk. Diikuti dua manajer yang sedang bertugas di resort.
Diletakkan tubuh Ha Ni di atas ranjang bersprei putih bersih dengan sarung bantal motif garis – garis cokelat. Kalau saja Kyuhyun mau jujur dengan dirinya sendiri, dia sempat terpesona melihat gadis itu sedang tertidur.
Sampai suara pegawainya membuyarkan semuanya. "Maaf, Tuan, apa kami harus mengontak kerabatnya? Kudengar Nona ini tamu pernikah – "
Kyuhyun mengangkat tangannya, memberi tanda pegawainya tak perlu melakukan hal itu.
"Biarkan dia disini," ujar Kyuhyun.
"Baik, Tuan, apa ada yang bisa kami bantu?" tanya manajer resort lagi.
"Tidak. Terima kasih," jawab Kyuhyun dingin. Tatapannya kembali kepada Ha Ni.
"Baik, Tuan, kalau begitu kami permisi."
Kedua manajer resort membungkuk hormat pada Kyuhyun. Kemudian keduanya pergi meninggalkan Ha Ni yang sudah tak sadarkan diri bersama dengan Kyuhyun.
Kyuhyun mendengar suara pintu kamar tertutup. Ia menjauhkan tubuhnya dari ranjang. Membuka jas abu – abunya, kemudian meletakkannya pada sofa.
Langkahnya mendekat ke arah kulkas mini yang ada di dekat sofa, membukanya kemudian mengambil sebotol wine dari dalamnya. Digulungnya lengan kemeja putihnya sampai kesiku.
Kemuadan ia mengambil gelas di dalam rak yang sudah disediakan. Wine dan kawan – kawannya sudah menjadi fasilitas pasti untuk setiap kamar VVIP.
Kyuhyun menuangkan wine ke dalam gelasnya. Ia melirik kearah Ha Ni. Gadis itu benar – benar akan tidak tahu malam ini dirinya tidur dimana.
Gadis bodoh, batin Kyuhyun dengan senyum jahilnya.
Ia berjalan dengan tangan membawa segelas wine. Kemudian duduk di sofa kecil dekat ranjang. Kedua matanya menangkap Ha Ni. Gadis itu terlihat tenang dalam tidurnya.
Jadi, untuk mendiamkan mulut pedasnya gadis ini harus mabuk dulu, pikir Kyuhyun. Tanpa sadar ia tersenyum sendiri. Ia menyesap wine-nya. Kemudian ia beranjak dari tempatnya, menuju kaca besar yang tertutup gorden semi transparan berwarna putih, yang menampakkan samar – samar pemandangan malam resort dari lantai 8.
"Kyuhyun-ssi."
Kyuhyun menoleh ke arah ranjang. Dan benar saja suara parau yang memanggilnya adalah Ha Ni. Namun kedua mata gadis itu masih tertutup sempurna.
"Kyuhyun-ssi," lagi – lagi suara parau Ha Ni mengigaukan namanya. Membuat Kyuhyun merasa penasaran, kenapa Ha Ni memanggil namanya saat tertidur.
Ia melangkahkan kakinya mendekati tubuh Ha Ni.
Tepat disamping ranjang, Kyuhyun memasukkan salah satu tangannya ke dalam kantung celana bahannya. Ia menatap Ha Ni yang masih pulas dalam tidurnya. Tak dapat dipungkiri Ha Ni memang termasuk tipe gadis yang memiliki wajah menyenangkan. Hanya saja Kyuhyun sedang mencoba menutup hatinya untuk tidak memikirkan wanita selain Sunghwa. Satu – satunya gadis yang akan dinikahinya nanti.
Dilihatnya raut wajah Ha Ni sedikit menegang dalam tidurnya. Kyuhyun masih di tempatnya, memperhatikan Ha Ni yang tampak mulai mengigau lagi.
"Cho Kyuhyun –" Ha Ni kembali mengucapkan namanya dalam tidurnya. Kyuhyun menilai ini sedikit menarik. Sampai pada akhirnya Ha Ni mengigau yang mengejutkan dirinya.
"Ya! Kau pria brengsek, Cho Kyuhyun. Nappeun-neo!"
Kyuhyun terhenyak dengan igauan Ha Ni. "Mwo? Nappeun-neo?"
Kyuhyun mendengus kesal. "Apa dia bilang? Aku pria brengsek?" Kyuhyun kesal dengan ocehan Ha Ni dalam tidurnya. Ia sungguh harus meralat pemikirannya soal gadis ini saat tertidur. Ia yakin gadis ini benar – benar menyebalkan.
Tiba – tiba saja kedua mata Ha Ni terbuka sempurna. Dilihatnya Ha Ni sedikit bingung dengan pemandangan di sekitarnya. Kemudian gadis itu menoleh ke arah Kyuhyun yang berdiri di samping ranjang. Keterkejutannya pun bertambah.
Ha Ni melihat Kyuhyun sedang menatapnya tenang tanpa ekspresi apapun, padahal dalam hati Kyuhyun pria itu sedang kesal dengan igauannya.
Dengan cepat Ha Ni bangkit dari ranjangnya. Ia melihat ke sekelilingnya, dan ternyata benar dugaannya. Ini bukan kamarnya dan Sunghwa.
"Dimana aku?" tanya Ha Ni cepat pada Kyuhyun.
"Kau pikir kau ada dimana, nona, setelah mabuk dan merepotkan orang lain," jawab Kyuhyun dingin.
Dan ingatan saat di pub terlintas dengan cepat di otak Ha Ni. Gadis itu merutuk dirinya sendiri, menyesali kebodohannya karena sudah ceroboh di depan Kyuhyun.
"Kenapa kau tidak membawaku ke kamarku saja?" protes Ha Ni untuk menutupi rasa malunya. Namun tiba – tiba saja perut Ha Ni seperti bergejolak. Ia merasakan mual yang dahsyat, sampai ia merasakan isi perutnya akan keluar.
Ia buru – buru bangun dari tempat tidur untuk ke toilet, tapi Kyuhyun menahannya lengannya hingga tubuh Ha Ni kembali berbalik hampir menubruk Kyuhyun.
"Mau kemana kau? Apa kau tidak ada sopan santun me – "
"Hoeeeekkk!"
Terlambat.
Ha Ni mengeluarkan semua isi perutnya di tempat yang tidak tepat. Lebih tepatnya di kemeja putih yang dikenakan Kyuhyun.
***
Hai..
Berhubung di chapter selanjutnya akan ada adegan NC 21+ alias Mature Content, maka akan aku private :)
It's easy, silahkan follow akun elliebaby_ dan ta - dah! Kalian bisa langsung menikmati chapter selanjutnya.
Jangan lupa vote dan comment-nya, guys :)
xoxo,
elliebaby_