Tetangga Apa Banget ?! Season...

By _Imdoll_

14.2K 1.3K 386

Gracia x Okta a.k.a GreTa gxg fanfic Cerita ini hanya karangan dan fiktif belaka, berasal dari imajinasi yang... More

1. Break Up − *SAHUR*
2. Laper- Aku Hanya Ingin Mencari Tahu
3. SENIN PAGI - Semangat Baru!
5. Okta Kenapa?
6. PUTUS
7. Tujuh
8. De La Pa N
9. Kin Ju ? ? ?
10. Se Pu Lu H
11. Rusuhin Veranda
12. Mission Success ?
13. Sendiri Lagi
14. LDR (?)
15. Kacau
16. Kacau [2/2]
boo!

4. Ke Empat

953 101 46
By _Imdoll_

Sebelom masuk cerita, mau jelasin dulu biar ga pada bingung kalo ff ini merupakan ff #GreTa dalam rangka aku lagi demen sama Okta dan Alluka-Zaol demen sm Gracia :p

Dibilang crack-pair ya memang begitu adanya, suka-suka yang nulis aja, bwek!

Dan satu lagi, berhubung aku ga suka sama yang namanya swicth-gender jadi aja ini ff nya GxG.

Bagi yang kurang sreg sama cerita ini, it's ok! Aku paham kok! Cukup gak usah baca cerita ini :)

*WARNING! Khusus 17+ karena ada cuplikan adegan yang agak... Ekhem...*

Maafkeun!

✂-------------------------------------------------------

Aku menghela nafas jenuh, ini malam kedua aku menginap di apartemen Okta dan tidak ada perubahan sedikitpun yang terjadi pada hidupku.

Ya, maksudku... sebelumnya dia sendiri yang menawarkan diri menemaniku agar aku tidak sedih lagi. Tapi sekarang? Hah.. Bahkan Okta jarang sekali mengajakku ngobrol, masa tamu sendiri didiemin. Kalo gini ceritanya, apa bedanya sama tinggal di apartemen sendiri?? :(

Saat ini, keadaan sangat hening, aku sampai bisa mendengar suara pensil yang bergesekan dengan kertas saat okta menulis. Okta sedang serius mengerjakan tugas Fisikanya, saking seriusnya mungkin dia tidak akan peduli jika apartemen ini runtuh sekalipun. Iyalah gak peduli, kan langsung mati. ck ah!!

Aku hanya bisa diam, bukan berarti gak punya PR sih, kalo PR mah pasti ada namanya juga anak sekolahan. Tapiii... Di sekolahku... atau mungkin hanya di kelas IPS? atau cuman di kelasku aja yang PR itu dibagi jadi dua jenis?

Pertama, PR itu tugas yang diberikan guru untuk muridnya yang akan dikumpulkan dan nilainya akan berpengaruh terhadap nilai rapot. Walaupun presentasenya kecil, tapi PR yang ini kudu banget alias wajib dikerjain, kalo mentok nyontek pun tak apa~ *eh wkwk

Kedua yaitu PR yang diberikan untuk sekedar dikerjakan oleh siswanya, dan setelah dikerjain capek-capek ternyata PR nya gak dikumpulin, boro-boro dikumpulin dibahas aja enggak! Nah kalo PR yang ini gak harus dikerjain, kecuali anak rajin.

Walaupun aku tau sebenarnya guru ngasih PR jenis kedua itu supaya siswanya belajar di rumah dan lebih mendalami materi. Yaa mau gimana lagi? Kebanyakan pelajar saat ini berparadigma bahwa sekolah itu untuk mendapat nilai yang tinggi, bukan buat dapet ilmu tinggi. Gak bisa bohong sih, aku juga udah berpikir begitu, buktinya sekarang aku malah bermalas-malasan karena PR ku kali ini adalah jenis yang kedua._.

Percuma kan? Toh dikerjainpun gak bakal dapet nilai, mending main handphone sambil melakukan hal-hal yang sering dilakukan oleh para jomblo.

Buka LINE - scrol timeline - tutup LINE - buka Path - scrol timeline - kasih emot disetiap pos orang - tutup Path - buka Instagram - scrol timeline - kasih love di setiap pos yang muncul - tutup Instagram - buka LINE lagi - dan begitu seterusnya sampe batre low. mt j.

"Aaaaahhhhh~"

"....." mataku membulat.

Suara apa itu barusan? Kedengarannya seperti orang sedang..........&#$*%&#@+?
Aku melirik Okta sekilas, dia masih serius mengerjakan tugas Fisikanya. Ah mungkin hanya perasaanku saja.

Aku kembali sibuk dengan handphone ku, ngestalk akun instagram yang lucu-lucu, siapa tau bisa menghibur. Namun...

"Aaaahhhnngg...."

Aku bergidik mendengarnya, kali ini aku benar-benar yakin mendengar suara tidak senonoh dari kamar sebelah.

Aku kembali melirik Okta, dia juga melirikku, pandangan kami bertemu. Namun, hanya sebentar karena Okta langsung mengalihkannya dan berpura-pura sibuk dengan tugasnya. Aku yakin banget dia juga mendengarnya!

Gak tau lagi harus gimana, akhirnya kami berdua pura-pura sibuk dan berusaha mengabaikan suara tidak layak dengar yang semakin menggema. Anehnya, telingaku seakan menjadi 2 kali lebih peka, dan tanpa sadar malah mendengarkannya dengan seksama. Okta juga mulai tidak fokus, tangannya gemetar masih memegang pensil dan terus menulis. Dia terlihat gelisah, konsentrasinya pasti buyar kemana-mana.

"Gre ada headset gak? Punya Okta dipinjem Feni tadi belom dibalikin." yak! Headset!! Good idea!!!

"Ada sih, tapi kayanya mau gue pake deh." maaf ya Ta, bukannya aku gak mau pinjemin, bukannya aku pelit, tapi aku juga butuh Ta. Aku juga perlu berlindung dari suara yang membuatku merinding itu.

"Duh, Okta kan lagi belajar Gre."

"Lah terus???" Tanyaku bingung.

"Ya makanya kalo ga pake headset bisa-bisa konsentrasi aku buyar."

"Gak bisa, Ta. Kali ini gue bener-bener kudu pake headset."

"Okta minjem doang, Gre.... sebentarrr...."

"Nggak... Nggakkk..."

"Pinjeemm...."

"Ngg..."

"Aaakhhhh, geli nallhhh...."

Astaga! itu suara bukannya dikecilin malah makin kenceng. Aku dan Okta berhenti seketika dari perebutan benda penyelamat iman yang lemah ini.

"Ta... Gimana kalo belajarnya pindah ke kamar gue aja?" Ujarku akhirnya.

"Setuju!"

Okta segera merapihkan alat tulis dan buku-bukunya, sedangkan aku hanya membawa handphone beserta chargenya, lalu aku menarik tangan Okta yang berkeringat menuju apartemenku.

Fiuuhh.... akhirnya aku bisa bernafas lega, sumpah ya, ini tuh masih jam setengah 7, mereka gak bisa nunggu sampe maleman dikit apa? Terus gak mikir gitu punya tetangga dibawah umur yang mungkin, eh ralat! Yang PASTI akan mendengar suara #@&$*#%-&??/ yang mereka hasilkan?

"Yaudah lanjut aja, Ta ngerjain tugasnya. Gue mau lanjut main hape." Ujarku seraya duduk di sofa, sedangkan Okta duduk dibawah dan berkutat kembali dengan soal fisika di meja.

Tik.... Tok... Tik... Tok....

*hening*

Lagi-lagi keheningan menyelimuti suasana antara aku dan Okta. Bahkan suara detak jantung Okta bisa terdengar *eh maksudnya suara detak jam. Hehehe...

20 menit sudah berlalu dengan tentram, aman dan damai, namun tiba-tiba rasa deja vu.. suara itu kembali terdengar.

"Uuuhh Ghaidhh...."

OMG!! Hari apa sih ini?? Jangan bilang ini hari @%&&%?##$%$ Nasional!! Gak tau orang lagi jomblo apa?! eh.. gak! gak! abaikan!

Aku melirik Okta, dia terlihat santai aja, sebenernya dia itu gak denger atau pura-pura gak denger sih? Heu!

Semakin lama suara itu terdengar semakin menggairahkan. Gak tau kenapa udaranya jadi gerah banget, padahal pake AC. Sebelum aku terbakar (?) lebih baik pergi dari gangguan tetangga-tetangga terkutuk ini.

"Ta, keluar aja yuk! Aku ngerasain energi negatif di apartemen ini." Ajakku akhirnya. Bisa bahaya kalo tetep disini.

"Yuk! Sebenernya aku udah mau ngajakin kamu dari tadi. Tapi kamu keliatan lagi menikmati, yaudah aku diem aja deh."

What???!! Lu bilang ape Ta? Menikmati?!! Tersiksa yang ada!!

Apa mungkin secara gak sadar aku....
Ah gak mungkin!! Okta mah ngarang aja! Heu!

Akhirnya kami berhasil menyelamatkan diri dari bahaya. Kebetulan, sekalian cari makan malem. Okta membuka pintu kamarku dan berjalan keluar lebih dulu, namun tiba-tiba Okta menundukkan kepalanya seperti menghindari pandangan yang merusak mata (?).

Tuh anak ngapa sih?!
Aku menyusulnya dan tepat di ambang pintu, tiba-tiba semuanya gelap.

Yahhh.... Segalanya terjadi serba tiba-tiba, mulai dari suara-suara aneh sampai pandanganku gelap begini.

Aku meraih sesuatu seperti kain berbentuk baju yang menutupi wajahku.

Lalu aku melihatnya...

Kak Veranda dari depan pintu kamarnya sedang melemparkan barang-barang yang aku yakini milik Kak Kinal.

"Duh Ve! Itukan baju yang aku pake, kok dibuang sih?! Terus aku pake apaaa????"

"Ve... Ampun, Ve..."

"Ve... Jangan dibuang dong!!!"

"Aku bisa jelasin sayang, plis dengerin aku dulu..."

Rengek Kak Kinal sambil mencoba menutupi badannya dengan sarung (?) Karena baju serta jeans nya di lempar oleh Kak Veranda.

"Gak ada yang harus dijelasin!!! Pendengaran aku masih bagus ya!! Aku denger tadi kamu malah nyebut nama Naomi! Bukan nama Aku!" Ujar Kak Veranda dengan amarah yang meluap-luap.

Hmm... Aku paham sekarang kenapa mereka berantem hebat gini padahal sebelumnya lagi ena ena. Ada-ada aja sih.

Dengan sarung yang melilit di tubuhnya Kak Kinal menghampiriku, "Siniin baju gue!"

Kemudian berjalan melewati Okta untuk mengambil jeans nya. "Ahelah! Elu sih bukannya celana gue ditangkep malah didiemin aja. Jadi jauh kan gue ngambilnya." Kak Kinal ngedumel pada Okta.
Okta pun cuman bisa nunduk sambil meminta maaf.

Setelah mengambil baju dan jeans nya, Kak Kinal kembali menghampiri Kak Veranda, namun langsung di tolak mentah-mentah. Iya lah mentah mah ditolak, rasanya sepet-asem, enakan juga yang mateng, rasanya manis. *buah jeruk*

"Sana kamu ke kamarnya Naomi aja!"

"Gak bisa, Ve! Hari ini Naomi gak ada di apartemen."

"KINAAAALLLLLLL!!!!!!!!!"

Yak!!! Bersamaan dengan teriakan yang memekakan telinga itu, aku dan Okta langsung ngacir masuk ke dalam lift, lalu menuju lantai dasar dan keluar dari gedung yang menjulang tinggi ini.

Berhubung kami sama-sama bokek akhirnya tujuan kami yaitu tukang nasi goreng yang sering mangkal gak jauh dari sini.

Kebetulan tukang nasi gorengnya lagi gak banyak pelanggan, jadinya kita gak kudu ngantri lama.

"Bang, nasi gorengnya dua ya!" Ujar Okta memesan untuk kami berdua.

"Dibungkus?"

"Kok dibungkus sih? Digoreng lah bang! Kan saya pesennya nasi goreng, kalo dibungkus jadinya nasi bungkus dong!" Ujar Okta membuatku pengen gubrak rasanya.

"Yaelah! Ta!"

"Apasih, Gre? Bener kan?"

"Gak dibungkus bang, makan disini aje." Ujarku kepada babang nasgor dan setelah itu langsung duduk di kursi yang telah disediakan tanpa memperdulikan Okta yang terlihat agak kesal.

Tu anak ada-ada aja!

Okta mengikutiku duduk, dan suasana kikuk kembali terjadi. Aku berpikir keras mencoba mencari topik pembicaraan agar aku bisa ngobrol sama Okta soalnya kalo diem-dieman gini kan gak enak kaya orang berantem.

"Ta, kok lu bisa tinggal sendiri di apartemen itu sih?" tanyaku. Hanya itu pertanyaan yang melintas di otakku.

"Iya, emang kenapa?" jawabnya, malah balik bertanya padaku. Aku memutar bola mataku malas. Yaelah ini orang ditanya jawabnya singkat bener, udah gitu malah nanya balik lagi -.-

"Yaa, penasaran aja sih, Ta. Emang jarak dari rumah ke sekolah jauh ya sampe harus tinggal di apartemen deket sekolah?"

"Yaa lumayan jauh sih kudu naik kendaraan, kalo dari apartemen kan tinggal jalan dikit doang. Tapi bukan karena itu sih alasannya...."

"Terus karena apa, Ta?"

"Ada masalah gitu deh, bikin aku males di rumah, mending aku kabur deh"

"Hah? Kok bisa" Aku kaget mendengar pernyataan Okta, anak polos kaya dia dapet aja wangsit buat kabur dari rumah.

"Gimana ceritanya?" tuh kan penyakit kepoku jadi kambuh.

"Kamu yakin mau denger cerita aku?" Tanyanya sedikit ragu, aku mengangguk mantap, selain karena penasaran aku juga pengen denger Okta ngomong banyak, abis selama ini dia diem mulu, kan?!

"Tapi jangan diketawain ya, soalnya kemaren pas aku cerita sama Ci Desy, dia ngetawain aku sampe keluar air mata."

"Ci Desy siapa?" Tanyaku penuh selidik.

"Ih kok jadi nanyain Ci Desy?! Mau dengerin cerita aku kabur atau mau dengerin cerita tentang Ci Desy nih?!" Ujarnya sedikit merajuk, ini anak sensitip ugha ya, dikit-dikit ngambek, hhahh, ngambek kok dikit-dikit? :v

"E.eh iya, yang pertama deh, Ta. Yaudah cepet cerita."

"Jadi gini aku itu punya adik, namanya Alesha. Dia itu ngeselin banget, Gre. Gara-gara dia semua orang jadi gak merhatiin aku lagi, pada perhatiannya sama Alesha. Apa-apa Alesha, dikit-dikit Alesha. Lebaran aja yang dibeliin baju banyak itu Alesha, aku cuman dibeliin satu :(." Okta mulai bercerita panjang dengan nafas menggebu-gebu.

"Terus lu cemburu sama Alesha?" tanyaku memotong ceritanya.

"Ya gak cemburu lah, Gre! Masalahnya si Alesha ini selalu diutamain dan dibela-belain padahal dia salah."

"Lah masa sih? Itu mah gak adil!"

"Nah! Makanya aku kesel!"

"Emang dia pernah salah apa, Ta?"

"Banyaakkk!!!" jawabnya bersemangat.

"Dia udah bikin bantal kesayangan aku jadi bau ilernya, aku protes ke mama eh malah Alesha dibelain, aku yang disalahin..."

"...terus, pas aku lagi tiduran deket dia, aku ditendang-tendang, rambut aku dijambak, yaudah aku marahin aja tuh si Alesha, eh dia malah nangis, jadi aku yang disalahin lagi. Daaann masih banyak lagi deh, pokoknya aku kesel, yaudah aku ngambek, kabur deh dari rumah!" buset, bandel amat tuh anak. Aku jadi ikutan kesel. Tenang Ta, aku dukung kamu, aku ada dipihakmu Ta tenang aja nanti aku yang belain kamu. Hihi...

"Emang Alesha udah kelas berapa sekarang?" tanyaku penasaran, itu anak pasti tengil banget deh!

" Iih..Alesha masih bayi, baru juga 3 bulan umurnya."

Whatt??!!! Tiga bulan??! Ini anak Otaknya geser apa terlalu polos sih? Masa sama bayi aja sampe segitunya. Pake dicemburuin lagi, dimarah-marahin pula. Ya wajar aja Okta dimarahin mulu -.-

"Yaaelaah Ta.. Kan dia masih bayi. Wajar lah dibelain terus." ujarku dengan muka datar, nyesel deh tadi mau belain dia.

"Justru karena masih bayi, Gre. Anak itu kudu dikasih tau sejak dini, mana yang salah dan mana yang benar. Kalo dia salah tapi dimenang-menangin mulu nanti gedenya kurang ajar gimana?"

Aku memutar bola mataku. Sakit kali ye ini anak. Kayanya tingkat kemanjaanya udah kelewat bates normal. Ah untung aku gak punya adik hehe
*dicerita ini ceritanya Gracia ga punya adek loh ya :p*

"Jadi berasa elu yang adeknya Alesha, ya?" jawabku sekenanya.

"Tau, ah! Gre mah gak paham sih!" lagi-lagi Okta merenggut, ngambek, dasar bayi gede! -.-

Tanpa memperdulikan Okta yang ngambek, aku segera melahap nasi goreng yang baru saja disajikan oleh babang nasgor. Entahlah, setelah dengerin Okta cerita aku jadi tambah laper.

Setelah melahap nasi goreng sampai tak bersisa, kami memutuskan kembali ke apartemen. Padahal pengennya sih jalan-jalan dulu, tapi kantong udah cekak banget huft.

Dengan perasaan yang diselimuti perasaan was-was aku dan Okta berjalan pelan memasuki gedung apartemen. Aku terus berdoa dalam hati semoga permainan kak Ghaida dan kak Melody sudah selesai. Karena kalau tidak, bagaimana jadinya??

"Kira-kira mereka masih main gak ya, Ta?" tanyaku saat kami berada di dalam lift.

"Hah? Main?? Siapa? Main apaan, Gre?" tanya Okta polos, aku menghela nafas.

"Maksud gue, suara-suara aneh tadi masih ada gak yah?"

"Gak tau deh! Mending tidurnya di kamar aku aja, soalnya kamar sebelah kan abis berantem, gak mungkin ada suara ghaib lagi." Brilian! Kadang Okta pinter juga! Aku mah gak kepikiran sampe kesitu :v

*ting*

Pintu lift terbuka, kami pun langsung berjalan menuju kamar Okta. Aku memincingkan mataku karena melihat sesuatu yang mencurigakan.

"Wah! Akhirnya kalian dateng juga! Gue udah nungguin dari tadi tau!" ujar Kak Kinal dengan mata berbinar.

"Mau ngapain?!" tanyaku to-the-point.

"Gue boleh ya numpang di kamar kalian?! Gue ga punya tempat lagi nih, tadinya mau minta tolong Shania tapi gue ketok-ketok pintunya gak ada respon."

"Orang Kak Shania lagi liburan sama Kak Beby."

"Hmm pantesan! Enak ye, mentang-mengtang udah gak jomblo" ujar Kak Kinal membuatku merasa sedikit tersindir, heellloooowwww kak Kinal... ini lu lagi ngomong sama jomblo loh!

"Jadi boleh kan gue nebeng di kamar kalian? Cuman sampe gue baikan sama Veranda kok, atau sampe Naomi balik ke Apartemen." dih.. enak aja. NO WAY!!

"Sori Kak! Gak nerima pleier nginep!" jawabku ketus. Jadi inget sama Hamids, mereka berdua sama aja! Aku bisa ngerti kok apa yang Kak Veranda rasain saat ini.

"Yaudah, Kak. Boleh kok!" aku membulatkan mataku. Okta???!! Lu ngapa ngizinin pleier nginep sih?! Bisa bahaya tauu!!! Ntar kesapu badai nya bidadari baru tau rasa!

"Yes! Anak pinter! Anak baik! Makasihhhh...." kak Kinal tertawa puas sambil melirikku, dia menyahut kunci kamar dari tangan Okta lalu langsung memasuki apartemen tanpa permisi. Dasar tetangga gak tau diri >:0

"Okta! Ntar kalo Kak Veranda tau kita bisa ikut kena marah!" protesku pada Okta.

"Gre, orang lagi susah itu harus dibantu!" ujarnya sok bijak, aku mendengus kesal sebelum akhirnya ikut masuk ke dalam apartemen Okta.

**

Kak Kinal sudah menempati kamar tamu sedangkan aku masih duduk di ruang tengah, menunggu Okta selesai cuci muka dan sikat gigi. Aku gak enak masuk kamar Okta duluan, aku kan anaknya sopan, gak kayak kak Kinal. Hehe...

"Gracia! Lu mau tidur kapan? Mau gue kunci nih pintunya." Ujar Kak Kinal dari dalam kamar tamu.

"Aku tidur sama Okta!" jawabku ketus.

"Yaelah! terus gue tidur sendiri dong?"

"Lagian ngeri ah tidur sama Kak Kinal."

"Lah ngeri ngapa?"

"Nanti di......." aku menggantungkan kalimatku, mengingat-ingat beberapa saat lalu ketika aku mendengar suara desahan kak Ve. Aku segera menggeleng cepat. Bahaya! Bahaya!

"Nanti apa?" tanya Kak Kinal lagi, kali ini dia berjalan menghampiriku ke ruang tengah.

Saat itu pula Okta keluar dari kamar mandi dengan wangi sabun yang semerbak, padahal cuman sikat gigi sama cuci muka.

"Nah!! Elu aja dah yuk! Tidur bareng gue, gak terbiasa tidur sendiri nih." ujar Kak Kinal pada Okta.

Aku bergidik ngeri mendengarnya. Okta yang baru keluar dari kamar mandi langsung memasang ekspresi terkejut dan melihat kearahku seperti meminta pertolongan.

Secepat kilat aku langsung bangkit menghampiri Okta, kemudian aku menarik tangannya, berlari cepat menuju kamar utama dan dengan sekali hentakan aku mengunci pintu kamar.

"Woy! Lu berdua pada kenapa sih?" teriak Kinal dari luar, aku tidak perduli, aku langsung menarik Okta naik ke atas ranjang.

"Bahaya, Ta." ujarku dengan nafas tersengal karena berlari.

"Bahaya kenapa, Gre? Kenapa Gracia narik Okta? Terus kenapa Gracia masih pegang tangan Okta sampe sekarang?" tanya Okta dengan tampang polosnya, aku melihatnya. Aaaak... Mukanya lucu!

Sadar, akupun langsung melepaskan tanganku. "Sori Ta. Tadi saking paniknya makanya aku sampe ga sadar. Hehehe..."

Ah! Sial! Tanpa sadar aku menggunakan kata ganti aku-kamu lagi? Sama Okta. Duh! Kenapa jadi labil gini sih!._.

"Emang kenapa?" Tanyanya lagi.

"Emang kamu gak inget, Ta? Sebelumnya Kak Kinal abis ngelakuin apa sama Kak Ve? Yang tadi itu loh Ta, suara-suara aneh. Nah sekarang dia minta tidurnya ditemenin, kamu emang gak curiga?! Gak Takut?" terangku padanya, lagi-lagi aku harus merutuki diriku sendiri karena keceplosan manggil aku-kamu.
Ah! Biar aja kali ya! Repot deh eug! Heu!

"Ih! Kamu mah nethink aja deh."

"Bukan nethink, Ta. Tapi kan Kak Kinal itu pleier, bisa aja dia maumpphh..."

"Udah, stop Gre!" Okta membungkam mulutku dengan tangannya.
Sekilas aku melihat mukanya memerah, jangan-jangan dia ngebayangin yang enggak-enggak? Wah parah-parah wkwk

Setelah itu, kami memutuskan untuk segera tidur walaupun sebenarnya belom ngantuk, aku tau saat ini Okta juga belum tidur walaupun dia menutupi kepalanya dengan boneka pocoyo, gimana bisa tidur kalo pikiran masih kebayang-bayang sama suara kak Ve sama kak Melody yang.... Arrggh.. Bikin pusing!

-TBC-

Yak!!! Selesai juga!
Ada yang nyariin adegan anu nya gak nih?
Sori bukan maksud ngetroll ternyata warningnya cuman buat suara-suara gitu doang. Emg sebenernya gak maksud bikin adegan itu sih wkwk :p

Maafin ya buat fansnya Okta kalo disini Oktanya terkesan jahat bgt sm Alesha.
Tapi emg Okta jahat sih ya sm Alesha, padahal Alesha kan lucu.
#TeamAlesha

Makasih buat yang udah mau baca, vote, dan komen. :)

Yaudah pokoknya sekali lagi....
#GreTa

See you babay!!!

Continue Reading

You'll Also Like

462K 8.5K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
98K 16.7K 25
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
238K 35.8K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
616K 61.2K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...