The Sorcery : SKY Academy [Te...

By PrythaLize

2M 153K 29.8K

[Fantasy & Romance] SEQUEL of The Sorcery: Little Magacal Piya [published] Temukan cerita ini secara lengkap... More

PROLOG
One and Half Years Later*1
Forced *3
The Intensione*4
A Little Thought *5
Noctis *6
Blue Blanket *7
Realized *8
Aversum *9
Welcome to SKY's Hostel! *10
Spring Night *11
Reunion *12
Illusioned Melody *13
Throw All The Fears Out! *14
First School Day (I)*15
First School Day (II) *16
First School Day (III) *17
Schyorizone *18
Part of Past *19
I Will Protect You *20
Ampelux *21
Saturday Incident*22
Someone in Night*23
One Trouble Day*24
Rain, Storm, and Pain *25
Undesired Feeling *26
Intruder (I)*27
Intruder (II) *28
Intruder (III) *29
[Pemberitahuan]
[Answer]
Extra Part - White Lies
[PENGUMUMAN]

You've Been Invited!*2

76.8K 5.4K 274
By PrythaLize

Sebuah kertas putih, dengan clip berbentuk pita dengan tempelan tali perak di sisi kertas, tergeletak dengan rapi di dalam kotak pos merah di depan rumahku.

Kuperhatikan bentuk benda itu, yang menyerupai undangan pernikahan. Kukira ada seorang kerabat Papa yang mengundang, kuraih dan kubaca kepada siapa kertas itu tertera terlebih dahulu.

Piya.

Tulisan emas dengan font tegak bersambung itu langsung saja membuatku menyimpan kertas itu di dalam tas-ku tanpa berpikir dua kali, menyembunyikannya sebelum ada yang melihatnya. Kulirik kiri-kanan dan bernafas lega saat melihat tidak ada seorangpun yang melihat surat itu. Kuperhatikan rumah diseberangku yang kotak pos-nya masih tertutup, namun bendera merah di surat post itu ada dalam keadaan turun tanda ada isi di dalam kotak post.

Bertepatan dengan itu, dua anak pemilik rumah itu keluar. Kayaka yang masih menguap dan Kayato yang masih mengunyah roti selai keju kesukaannya.

"Rin? Tumben keluarnya cepat." Kayato-Senpai menyapa sambil mengunyah roti, namun suaranya masih terdengar jelas.

Aku menunjuk-nunjuk kotak pos mereka dengan tatapan menyalahkan. "Coba lihat."

Mereka berdua pun memeriksa kotak pos, dan menemukan dua lembar kartu putih yang sama persis ditujukan kepada mereka.

Kayato membuka duluan isi surat itu, sementara Kayaka membolak-balikkan kertasnya, mencari kejanggalan yang mungkin bisa ditemukannya disana.

"Eh? Untuk Kazie? Siapa yang iseng begini?"

"Sky Academy, telah dibuka secara resmi." Kayato mengerutkan keningnya, "Apa-apaan ini?!"

Tampangnya terlihat marah, bahkan roti di mulutnya hampir terjatuh sia-sia jika saja salah satu teman kecilnya itu tidak menangkat roti itu sebelum jatuh di bawah sana. Err, atau mungkin bukan marah, biarkan aku meralat sedikit. Oh, bingung tepatnya.

Aku dan Kayaka langsung dikerubungi rasa ingin tahu dan kami pun membuka isi surat milik kami.

Sky Academy, telah dibuka secara resmi. Anda diundang secara terhormat oleh pihak kami untuk mengunjungi Sky Academy yang terletak di xx, persimpangan xxx, dari utara.

Hanya penyihir yang bisa membaca surat undangan ini. Jika anda telah membuka surat ini, anda diberi waktu seminggu untuk mengunjungi kami.

"Apa-apaan ini?!" Pekikku emosi, hampir saja kulempar surat itu ke lantai beserta isinya.

Kayaka menatap Kayato dengan kening berkerut. "Kau kejam, Kak. Mengapa kau tidak mencegah kami untuk membuka pesannya?!"

"Kalian langsung membukanya sendiri tanpa bertanya!" Kayato membela diri.

Kayaka menghela nafasnya. "Lalu, kapan kita akan pergi kesana?" tanyanya padaku.

"Aku tidak mau ikut."

"Lho? Kenapa, Rin?"

"Masak tidak ngerti, sih." Kayato-Senpai berdecak. "Rin kan tidak suka keadaan dimana dia terkenal tiba-tiba sebagai Yako, dan lihat, wajahnya sendiri sudah berubah persis."

Yeah, Jackpot, Senpai.

Omong-omong, karakter Yako memang diambil dari wajahku sepenuhnya. Saat itu aku tidak bisa merubahnya menjadi wajah lain. Capek kan mikirin wajah lain yang nggak ada pemiliknya. Beda aku yang sekarang dengan Yako, mungkin hanya potongan rambutnya saja, itupun karena aku dengan sengaja membuatnya berbeda.

Kayaka ber-oh ria.

"Hm, tapi kalau kita kesana, kita punya peluang bertemu kembali dengan semua orang." Kayaka menjeda sejenak. "Dan mereka semua..., juga pasti dapat surat-nya kan?"

Aku merasa bagaikan seribu jarum menusuk tubuhku. Kayaka mungkin memang benar, dan mungkin salah. Selama satu setengah tahun ini, pikiranku tidak dapat tenang. Aku terkadang gelisah tengah malam memikirkan orang-orang yan tidak meminum Life River. Kayaka memberitahuku bahwa nasib para penyihir yang mati tanpa meminum air di Life River, identitasnya dianggap tidak pernah ada di muka bumi ini. Menyedihkan, kan?

"Berangkat yuk, sudah mau jam tujuh."

Aku melangkah duluan ke depan, mengabaikan rasa sakit bertubi-tubi yang menyiksa diriku.

*

Kayato-Senpai melambaikan tangannya begitu kami telah sampai dipersimpangan Josei-Shyuu-sekolah khusus untuk putri. Di persimpangan itulah yang memisahkan dan mengumpulkan kami setiap harinya.

Kayato bersekolah di sekolah umum yang letaknya diujung dari persimpangan ini.

Setelah melihat Kayato sampai di depan sekolahnya, aku dan Kayaka pun memasuki gerbang sekolah.

Saat berjalan masuk ke kelas, aku melihat Ryuko datang melambai-lambaikan tangannya kepada kami. Salah satu tangannya tengah memegang sebuah vas dan nampak basah, sepertinya baru saja diisi dengan air.

"Pagi, Piyorin. Pagi, Kayaka."

Kami berdua tersenyum. "Hai, Ryuko."

Seperti yang pernah kukatakan sebelumnya; Ryuko adalah anak yang pemalu tetapi mempunyai banyak teman dan populer, entah bagaimana caranya. Berbeda denganku dan Kayaka yang penutup dan asyik di dunia kami sendiri.

"Kau ini, terus saja bermesraan dengan bunga." Kayaka menggeleng-gelengkan kepalanya, dan Ryuko hanya bisa tersenyum mendengarnya.

"Tidak menumbuhkan bunga sehari, bisa membuatku gila." Ryuko berbisik, dengan senyuman yang masih mengukir dibibirnya.

Oh, apa kalian ingat dengan Ryoka? Ya, Ryuko adalah Ryoka, Flower Bloomer. Kuharap kalian tidak lupa kalau dia adalah teman sekelasku.

Kayaka menghela nafasnya. "Aku akan merekomendasikanmu menjadi pengurus taman belakang sekolah nanti." Kayaka mengucapkannya dengan nada bercanda.

"Setuju." Ryuko menjawabnya dengan sepenuh hati.

Aku masih diam memperhatikan seisi ruangan kelas yang menatap ke arah kami dengan tatapan mengintimidasi. Nampaknya, tidak suka ketika Ryuko mengajak kami berbicara.

"Oh iya!" Ryuko berlari ke arah mejanya, memeriksa sebentar laci meja dan tasnya, lalu kembali berlari ke arah kami dan menunjukkan sebuah kertas. "Apa kalian juga mendapatkan ini?"

Kayaka mengangguk, lalu memperlihatkan surat miliknya.

Semua orang di ruangan tampak terkagum melihat kertas itu.

"Apa itu surat dari Gakuen Sora?" mereka mulai mengerubungi Kayaka dan Ryuko yang memegang kertas itu, dan aku ditepikan keluar dari kerumunan. Aku jengkel sekaligus lega karena tidak mengeluarkan surat itu.

Sampai akhirnya aku ingat dengan kata-kata yang dituliskan disana.

Hanya penyihir yang bisa membaca surat undangan ini.

"Pinjam dong, pinjam!" seru seseorang.

"Sky Academy, telah dibuka secara resmi." Seseorang mulai membacakan isi undangan itu. Aku pun mulai ragu tentang apa yang disampaikan surat itu. "Anda diundang secara terhormat oleh pihak kami untuk mengunjungi Sky Academy yang terletak di xx, persimpangan xxx, dari utara."

"Sky Academy, ingin mengembangkan potensi yang anda miliki, dan kami berharap sebesar-besarnya atas kehadiran anda. Pintu gerbang Sky Academy akan dibuka untuk anda."

Oh.

Ternyata bukan hanya manusia dan serigala bisa yang licik.

Surat pun bisa menjadi licik. Kata-katanya berubah menjadi begitu Elite. Padahal, kata-kata sebenarnya mengandung unsur keterpaksaan.

Hanya penyihir yang bisa membaca surat undangan ini. Jika anda telah membuka surat ini, anda diberi waktu seminggu untuk mengunjungi kami.

"Shinozaki, Ryuko! Kalian sangat beruntung bisa diundang oleh Gakuen Sora!" pekik mereka dengan begitu keras dan antusias.

"Bagaimana caranya agar mereka mengirim kita undangan? Apa kita harus memperlihatkan talenta kita dulu di Sky Academy?"

Bukan.

Bukan, salah besar.

"Err, entahlah." Ryuko menjawab dengan ragu.

"Ryuko kan pintar merangkai bunga, Shinozaki juga atlet yang handal." Seseorang menambahkan. "Apakah itu potensi yang dimaksud disana?"

Aku ingin segera kabur karena aku merasa tidak punya bakat apapun. Ini gila. Jangan sampai ada yang membocorkan kepada mereka kalau aku juga mempunyai surat itu. Jangan sampai!

"Siapa lagi yang mendapatkan surat ini?"

Hening.

"Tentu saja, jarang-jarang Sky Academy mengundang langsung orang seperti ini, kan?"

Iya, jarang. Dan lebih tepatnya, Sky Academy tidak mengundang manusia.

Oh, sekedar informasi, aku bukanlah manusia. Begitupun Ryuko dan Kayaka.

Kami bertiga sudah pernah terjebak dalam dunia sihir sekitar empat tahun. Setelah semuanya selesai, kami kembali ke dunia manusia dan semua keadaan kembali pada masa dimana kami menghilang. Semua perihal mengenai fenomena itu terhapus begitu saja dari ingatan orang-orang. Banyak yang menghilang, namun tidak menjadi penyihir, dan hanya penyihir yang mengetahui kejadian tentang fenomena itu.

Masalahnya adalah...,

Setiap orang menghilang dalam waktu yang tidak bersamaan. Contohkanlah Vampix-si manusia pertama yang menghilang dikasus itu. Oke, Jadi Vampix menghilang empat tahun yang lalu, berarti waktunya kembali di hari dimana dia hilang hari itu.

Lalu, apa yang akan terjadi dengan manusia yang On The Way akan menghilang nanti?

Nah, ini dia.

Satu setengah tahun itu, diantara kami bertiga, Ryuko-lah yang duluan menghilang. Disusul olehku, dan Kayaka sebulan setelahku.

Ryuko mengatakan bahwa aku biasa saja, tidak menunjukan tanda-tanda yang menjanjikan. Itu karena dia hanya mempunyai kesempatan sehari untuk mengobservasiku.

Saat aku kembali, aku dan Ryuka sama-sama mengobservasi Kayaka.

Oh, kalian tidak akan percaya ini.

Kayaka terlalu dominan. Maksudku, dia persis seperti manusia tulen yang masih gesit dan lincah, disaat aku dan Ryuko malah kecapekan dengan mudah karena sudah lama tidak menggunakan tubuh kami untuk beraktivitas berat.

Tubuhku mudah lelah selama seminggu itu. Beberapa kali Kayaka dan Kayato-Senpai menemukanku tidur di halaman belakang rumah kami yang terhubung, atau di depan pagar rumah. Yang paling parah aku pernah tidur di bathtub saat aku sedang berendam, dan untunglah aku terbangun karena suara teriakan membahana nenek sihir itu.

Oh, lupakan. Selain itu, Kayaka juga sangat bersemangat, tidak loyo seperti di dunia sihir hari itu. Berbeda dengan saat dia kembali. Tubuhnya juga kecapaian, dan dia kembali loyo. Ah.

Jadi intinya, semua orang yang masuk ke dunia sihir hari itu, merasakan semuanya menjadi kenangan dalam satu paket yang tidak bisa dilupakan. Singkatnya, kita akan menganggap itu mimpi jika kita tidak menyadari bahwa kita mempunyai kekuatan.

"Lalu, kapan kalian akan mengunjungi Sky Academy?" Ryuko berbisik saat kami sedang dalam pelajaran matematika.

Kayaka menunjukku dengan dagunya. "Katanya dia tidak mau pergi, tuh."

Kening Ryuko mengerut. "Kenapa?"

"Yah..., aku hanya merasa, aku masuk kembali di dunia dimana aku begitu hebat dan dipuja-puja. Entahlah. Aku tidak suka keadaan itu. Aku lebih suka seperti ini, berada diantara orang-orang yang tidak tau kelebihanku dan menerimaku apa adanya."

Tubuh Ryuko menegang sejenak, barulah aku sadar kalau kata-kataku terlalu tajam. Ini karena dulu Ryuko tidak bergaul denganku dan saat ini dia sudah tahu tentang keadaanku. Sebenarnya, aku tahu dia tidak seperti itu. Kuharap dia tidak merasa bahwa aku menyindirnya. Kuharap begitu.

"Tapi..., di surat mengatakan bahwa kita harus mengunjungi Sky Academy dalam seminggu ini, kan?"

Aku berpikir sejenak. Jika surat itu saja bisa memanipulasi tulisannya, tulisan itu pasti benar-benar pengancaman yang dilakukan secara halus.

"Benar juga. Tidak mungkin mereka tidak akan diam." Kayaka menopang dagunya sambil mengangguk-angguk.

Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh mereka. Tapi, aku tetap saja merasa tertantang dengan ancaman itu.

"Aku tetap tidak akan pergi."

"Ayolah, Piyorin." Kayaka mengerang malas. "Kita hanya mengunjungi. Lagipula bulan depan kita sudah SMA. Tidak ada salahnya juga kan, kita disana?"

"Aku penasaran, bagaimana mereka memaksa kita untuk tetap mengunjungi Sky Academy meskipun kita tidak ingin. Dan kita punya kekuatan yang membuat kita terhindar dari paksaan itu."

Ryuko menggeleng-geleng.

"Memang benar, tapi aku punya firasat kita akan tetap mungunjunginya, paling lambat minggu depan."

"Aku tetap tidak akan-"

"Tsuyirika, Shinozaki, Itou." Tegur Yumi-Sensei yang membuat tubuh kami bertiga tegang dan merinding. "Jangan berbicara saat pelajaran."

Kulihat semua mata mengarah ke kami bertiga yang duduk di ujung paling belakang. Kami bertiga langsung salah tingkah dan aku langsung berpura-pura melihat soal di atas buku paket yang kubuka secara random.

Hening beberapa detik, semua mata kembali mengarah ke depan dan kami bertiga saling melirik, lalu menghela nafas kami bersamaan.

*

"Ryuko!"

Terdengar suara seorang gadis yang menyapa Ryuko yang tengah membawa kotak bekalnya di tangan. Aku dan Kayaka juga otomatis melihat ke sumber suara dan menemukan seorang gadis cantik yang begitu..., anggun dan feminim, mungkin? Aku hanya ingat bahwa dia adalah anak sebelah yang dulunya pernah sekelas denganku.

Sebenarnya, karena fenomena itu, beberapa kelas melakukan penggabungan. Hal ini dikarenakan jumlah murid yang terus saja berkurang akibat fenomena itu dan membuat sekelas menjadi sangat sepi.

Oh, masih ingat di chapter satu LMP ketika aku mengatakan bahwa seorang sahabatnya menangis? Ya, itu positif gadis ini.

"Kazumi?"

Gadis yang kukira bernama Kazumi itu memiliki bulu mata yang lentik, mata berwarna coklat gelap dan rambut lurus sepunggung yang terlihat sangat lembut. Hidungnya mancung dan bibirnya hampir selalu melengkung senyuman manis (yah, kecuali saat chapter pertama LMP saat Ryuko menghilang). Aku dengar, Kazumi dan Ryuko ini sama-sama berasal dari keluarga terpandang, aku lebih suka menyebutnya kaya.

Ryuko menatap gelisah ke kotak bekal yang disembunyikan Kazumi dibelakang punggungnya. Oh, apa dia berencana makan siang bersama kami juga?

"Boleh aku makan bersama kalian?"

Ryuko melirik ke arahku dan Kayaka. Meminta jawaban dari kami dengan kode. Aku dan Kayaka mengangguk pelan bersamaan.

"Tentu saja." Ryuko pun mempersilahkan Kazumi mengikuti kami berjalan.

Saat hendak menaiki tangga, Ryuko berbisik amat pelan kepadaku. "Maaf. Mungkin nanti saja kita melanjutkan pembicaraan tentang Sky Academy."

Aku mengangguk. Lagipula, salah kami yang mulai dekat dengan Ryuko dan membuat jadwal makan siangnya dengan Kazumi berkurang. Kami jarang makan bersama, tapi tidak bisa dikatakan sering juga, sih.

"Kurogane Kazumi." Kazumi mengulurkan tangannya kepada Kayaka. Kayaka membalas ulurannya.

"Shinozaki Kayaka."

"Kurogane Kazumi." Kali ini Kazumi mengarahkan tangannya kepadaku. Aku dengan ragu membalas uluran tangannya.

"Tsuyirika Piyorin."

Mata Kazumi membulat sejenak, tapi dengan cepat kembali seperti semula. Segera saja aku menarik tanganku.

"Tsuyirika? Apa kamu punya sepupu atau teman yang bermarga sama?"

Aku mengerutkan keningku. "Err, entahlah. Setahuku tidak. Memangnya kenapa?"

Kazumi tampak salah tingkah. "Tidak apa-apa."

Ryuko menatapku dengan dalam, seolah ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Hanya saja, aku tidak berhasil menerima kodenya.

"Itadakimasu!" Kami berempat mengucapkannya dengan serampak.

*

"Piyorin!" Ah, aku malas menceritakannya. Tapi sebenarnya aku masih berurusan dengan nenek sihir gila ini.

Aku menghela nafasku sebelum berbalik ke belakang untuk melihat apa maunya.

"Kenapa?"

"Ayahmu pulang hari ini." Dia menatap ke arah kukunya sejenak, lalu menolehkan pandangannya ke arahku. Memang hari ini Papa pulang setelah seminggu mengunjungi rekannya di Osaka. Yah, katakanlah Papa sudah mengunjungi seluruh provinsi di Jepang, karena kenyataannya memang begitu. Setiap bulan Papa pasti mengunjungi satu tempat. Bulan lalu di Shibuya, bulan ini di Osaka, bulan depan di Kyoko. "Bersihkan rumah ini. Aku akan jemput ayahmu di bandara. Sebersihnya!"

"Hanya itu?"

Dia menatapku geram sebelum berjalan ke luar. "Tunggu sampai kami pulang dan aku melihat setitik debu."

Aku tersenyum mengejek. Dia hanya belum tahu dia berhadapan dengan siapa. Tunggu saja sampai aku marah besar dan membalasmu, dasar nenek sihir.

Aku mulai bertepuk tangan saat pintu tertutup tanda nenek sihir itu sudah pergi. Dan baru bertepuk tangan lima kali saja..., rumah ini sudah bersih. Bersih sekali.

Aku-Tsuyirika Piyorin, telah menikmati hidupku sebagai seorang penyihir dibumi selama satu setengah tahun ini, ya, aku menikmatinya.

Tiba-tiba pintu terbuka kembali, mengembalikan nenek sihir yang berlari panik menuju kamarnya dan kembali membawa tasnya. Oh, tas-nya ketinggalan rupanya.

"Ayahmu sudah mendarat, dan aku tinggal menjemputnya. Kau boleh mulai dari seka-" Dia terdiam. Oh, lihat muka cengo-nya itu. Mulutnya yang menganga lebar tak percaya. "A-apa yang terjadi?! Aku hanya keluar beberapa detik dan...,"

"Kau sudah boleh berangkat karena Papa sudah menunggu." Ucapku santai sambil berjalan dengan tenang ke kamarku.

Begitu aku menutup pintu, aku dapat mendengar suara berlari yang membuatku terkekeh.

Aku akan mengerjainya sepuasku.

Aku membanting diriku diatas kasur, melihat langit-langit kamarku yang masih tergantung oleh lipatan burung dan beberapa gantungan lain yang dihias sejak kecil, lalu melirik kearah jendela kamar yang memperlihatkan langit senja diluar sana.

Tapi aku tetap merasa ada yang kurang.

Aku menoleh ke meja belajarku, melirik surat yang dikirim oleh Sky Academy, sekolah yang berkemungkinan besar merekrut orang-orang yang berpotensi dalam sihir.

Tiba-tiba, surat itu mengeluarkan sinar ke langit-langit kamarku. Aku segera menutup tirai jendelaku agar tidak ada yang melihatnya-walaupun aku tahu, tidak akan ada yang melihatnya selain penyihir.

Langit-langit kamarku menampakan denah dari rumahku menuju ke Sky Academy itu. Sepertinya surat itu juga sudah dipasang hologram. Aku berdecih mengetahui kenyataan itu. Orang yang membuat semua rencana ini, terlalu niat.

Bahkan lebih dari terlalu niat.

***TBC***

11 Juli 2016, Senin.

A/N

Ah, I'm back to Indonesia! CAPEK BANGET SAUDARA-SAUDARAA~

Iya, setelah 17 jam perjalanan bus, berhenti ke perbatasan untuk laporan keluar-masuk negara, akhirnya sampai juga di waterfront tadi pagi jam 5, berangkat lagi jam 7 terus sampe jam 9. TEVAR semua saudari saya. wkwkwk.

Ya, capek banget. Habis makan jam 1 tadi, saya langsung ketiduran dengan sangat nyenyak tanpa bangun sedetikpun sampai jam 7. Dan ini baru selesai ngedit lagi.

VEGEL, wkwkwk.

I know, beberapa chapter kedepan akan sedikit membosankan tapi menegangkan. Yah, I know.

Akan saya percepat update-nya kalau sempat. Kalo bisa besok, yah besok.

Salam, CINDYANA H

🐤

Continue Reading

You'll Also Like

678K 76.4K 25
[Paranormal & (Minor)Romance] Yume, seorang gadis indigo yang tidak pernah menyukai bakat dari garis keturunan ayahnya, tiba-tiba saja mengetah...
109K 12.7K 34
[Proses Revisi] Tumbangnya listrik malam itu menjadi pengawal petaka. Mesin waktu yang dicuri membuat para petinggi negara resah akan keamanan masa l...
117K 3.8K 4
Sudah tamat di Innovel dengan judul yang sama.
302K 24.7K 28
••Alethea Andhira Gadis cantik yang memiliki kehidupan sederhana. Sosoknya yang cantik tidak membuatnya memiliki banyak teman karena status sosialnya...