ROLANDARA

By intanzs

14.2M 946K 139K

⚠️PART MASIH LENGKAP Roland Gideon. Bad boy tapi suka susu strawberry. Emosian tapi pas dimarahin sama Adara... More

Rolandara'1
Rolandara'2
Rolandara'3
Rolandara'4
Rolandara'5
Rolandara'6
Rolandara'7
Rolandara'8
Rolandara'9
Rolandara'10
Rolandara'11
Rolandara'12
Rolandara'13
Rolandara'14
Rolandara'15
Rolandara'16
Rolandara'17
Rolandara'18
Rolandara'19
Rolandara'20
Rolandara'21
Rolandara'22
Rolandara'24
Rolandara'25 (a)
Rolandara'25 (z)
Rolandara'26
Rolandara'27
Rolandara'28
Ask Roland
Rolandara'29
Rolandara'30
Flashback'1
Rolandara'31
Rolandara'32
Rolandara'33
Rolandara'34
Flashback'2
Roland-Adara'35
Akhir Dari Semuanya (Extra Part)
Info penerbitan/?
Pilih yuk pilih~
Novel Rolandara
SUDAH TERSEDIA DISELURUH GRAMEDIA
Komik Rolandara
Cuplikan Komik Rolandara

Rolandara'23

279K 23.9K 3.6K
By intanzs

Adara menghela nafasnya dengan kasar ketika telfon yang ia tuju kepada Roland yang entah keberapa kalinya tidak diangkat.

"Lagi, Lan?" Gumam Adara dengan air mata yang menetes berkali-kali. Ia kembali mencoba menelfon Roland akan tetapi tetap tak ada hasilnya.

Adara membenamkan wajahnya di bantal, menggigit bantal itu dengan keras berusaha untuk menahan teriakan frustasi yang ia ingin luncurkan sedari tadi.

Handphone Adara bergetar, terlihat nama Bara di sana. Adara pun langsung mengangkatnya.

"Kenapa Bar?" Tanya Adara dengan nada pelan.

"Kamu nangis lagi?" Tanya Bara karena suara Adara yang terlihat berbeda.

"Iya. Kamu kenapa nelfon aku?"

"Barusan aku ditelfon sama mama kamu."

"Kenapa lagi?"

"Dia nyuruh aku untuk bujuk kamu ikut ke Amerika."

"Aku gak mau." Kata Adara dengan penuh penekanan.

"Kenapa? Gara-gara Roland?"

"Bukan."

"Jadi?"

"Aku gak suka tinggal di Amerika."

"Kata kamu, kamu pengen tinggal bareng sama mama?"

"Iya. Tapi bukan sekarang. Nanti. Ada waktunya aku tinggalin Indonesia, dan gak bakal balik lagi. Tapi itu nanti. Bukan sekarang." Kata Adara dengan nada parau.

"Okay. Aku ngerti. Nanti aku coba omongin ke mama."

"Ya."

"Kalau udah gak bisa ditahan lagi, cerita sama aku, Dar."

"Makasih. Tapi aku masih bisa pendem sendiri."

Tanpa aba-aba Adara pun langsung mematikan telfonnya. Ia membuka aplikasi chat, dan membuka kontak Roland.

Adara: I just want to tell you something how much i need you now

Adara: Gue gak tau kenapa lo selalu ngilang setiap gue ngasih tau kalau mama ada di sini.

Adara: Oh iya. Gue lupa. Gue kan nyuruh lo ngejauh ya? Hahaha. Bego.

Memang. Setiap Adara memberitahu ke Roland bahwa Amara datang ke Indonesia dan menyuruhnya untuk menjauh, Roland pasti akan benar-benar menjauh. Menghilang tanpa jejak. Bahkan saat bertemu ataupun di chat, Roland hanya melihatnya saja.

Adara: Makasih ya Roland.

Adara: Makasih udah ngingetin "lagi" ke gue kalau lo juga punya kekurangan. Se so sweet apapun lo, se sabar apapun lo, dan se peduli apapun lo, lo terlalu mudah bosen sama keadaan yang gak tentu arah.

Adara: Gapapa. Gue ngerti kok. Gue ngerti lo bosen sama gue yang selalu labil, cuek, dan gak pernah peduli sama lo.

Adara: Tapi lo tau 'kan Lan kalau gue sayang sama lo?

Adara: Hahaha. Gue alay banget deh kayaknya. Maaf ya. Masalah gue banyak banget akhir-akhir ini.

Adara: Dan sayangnya orang yang nyuruh gue untuk bersandar sama dia pas lagi ada masalah malah ngilang sekarang.

Adara: Selalu ngilang di saat gue bener-bener nyuruh dia untuk ngilang.

Adara: Gue mau minta tolong sekali aja, Lan.

Adara: Tolong jauhin gue dari masalah-masalah gue yang dateng akhir-akhir ini. Gue capek.

Adara: Gue butuh sandaran, Roland.

Adara: Perlu gue cari orang lain untuk gantiin lo jadi sandaran gue, Roland?

***

Roland menaikkan sebelah alisnya ketika melihat chat yang Adara kirim semalam. Ia pagi ini baru saja pulang dari rumah Apoy.

"Panjang amat dah, sekalian aja bikin novel." Kata Roland dengan terkekeh. "Nyuruh ngejauh, tapi pas giliran bener-bener ngejauh malah marah. Cewek selalu benar dan Roland selalu ganteng, ingat itu Lan."

Dengan cepat ia langsung menelfon Adara.

"Halo Dar," sapanya ketika Adara telah mengangkat.

"Wah, kamu masih berani ya hubungin Adara."

Roland mengernyit bingung ketika mendengar suara yang sepertinya bukan Adara, "ini siapa ya?"

"Saya mamanya Adara. Ada masalah, Roland?"

Roland memijit dahinya pelan, sepertinya pagi ini ia harus memperbanyak sabar untuk berbicara dengan calon mertua paling garong sejagat raya ini. "Oh hahaha. Apa kabar tante? Udah lama nih gak ketemu tante. Sehat, tan?" Atau masih "sakit" sampe-sampe bikin Adara untuk nyuruh gue ngejauh sementara dari dia?

"Kamu sama Adara harus putus."

"Lah kocak nih orang tua", gumam Roland dengan sangat pelan.

"Wah, gak bisa gitu dong tan. Yang putusin kan harus kami berdua, bukan tante. Emang tante mau jadi PHO di antara saya dan Adara? Itu gak baik loh, tan. Haram hukumnya."

"Terserah saya dong. Kan saya mamanya Adara jadi saya juga berhak putusin."

"Orang tua selalu benar, dan Roland selalu ganteng. Ingat itu Lan," gumam Roland lagi dengan sangat pelan.

"Tetep gak bisa dong tante. Kan yang pacaran saya sama Adara. Bukan saya sama tante. Jadi tetep aja gak bisa. Hehehehe."

"Ngeyel ya kamu. Mau kamu nikah sama Adara pun saya gak akan restuin!"

"Loh? Kok gitu sih tan? Padahal saya pikir-pikir selama ini saya gak ada salah deh sama tante." Roland memang benar-benar bingung dengan Amara. Ia bahkan jarang bertemu sama Amara, akan tetapi kenapa Amara sangat benci kepadanya?

"Kamu itu gak jelas. Hobi nya cengengesan mulu, punya tatto upin ipin, pelihara anak ayam, tingkah absurd, menjijikan deh pokoknya!"

"Kurang pedes sayy," gumam Roland lagi, lagi dan lagi.

Roland menghela nafasnya dengan kasar, "absurd ya tan? Jadi tante lebih milih cowok yang bertingkah sok cool, terus jaim, dan cuek-cuek tai ayam gitu ya? Wah, itu mah bukan saya banget tante. Lagian saya gak se absurd itu kok. Saya kadang nyeremin juga dikit kalau lagi marah. Tapi tenang, saya orangnya gak pernah main kasar sama cewek, semarah apapun saya. Cuma ya kalau lagi marah, saya cuma diem sampe marah saya hilang. Diem lebih baik kan tan daripada mencak-mencak gak jelas? Wihh, kurang kece apalagi sih saya? Hahaha."

Amara tampak terdiam, Roland pun tersenyum kemenangan.

"Tenang aja. Anak tante aman sama saya. Saya tau kok kalau tante pasti mau yang terbaik untuk anak tante. Tapi tante gak perlu kan pejemin mata untuk melihat kelebihan saya, dan malah membuka mata dengan lebar untuk melihat kekurangan saya? Kalau tante mau lihat saya untuk serius dengan Adara, saya bisa lakuin itu mulai sekarang." Roland terkekeh kecil, "saya gak jelek-jelek amat kok untuk jadi menantu tante. Malah saya ganteng dan kece abis. Rugi kalau tante nolak saya untuk jadi menantu tante."

Lagi-lagi Amara hanya diam.

"Jadi? Gimana tante? Udah luluh gak sama kata-kata saya tadi?" Goda Roland dengan tersenyum geli.

"Hampir." Kata Amara dengan singkat.

Roland tergelak, "mau lagi tante? Kayaknya gak usah deh ya? Nanti tante malah berpaling sama saya. Hahaha."




***

Roland gak sejahat itu, dan Adara pun juga gak sejahat itu. Setiap hubungan pasti ada aja masalahnya. Mau itu kecil ataupun besar.

Kenapa Adara sering galau gak jelas sedangkan Roland malah sering bercanda gak jelas? Itu karena saya pengen buat cerita yang bisa bikin kalian sedih maupun tertawa. Gak tau deh sampe saat ini "sudah berhasil" atau "belum". Yang pasti saya bakal terus berusaha untuk mencapai keduanya.

10 Juli 2016

Continue Reading

You'll Also Like

2 REY By zulfanuru

Teen Fiction

3.7M 230K 58
"REY!!" Satu panggilan itu mampu membuat dua orang sekaligus berbalik sambil sama-sama berteriak, "APA?!" Semua berawal dari tiga huruf itu.
2.7K 434 17
_BrotherShip_ Aku hanya bisa melihat banyaknya kelopak bunga diatas tempat tidur terakhirnya. Senyum seorang Jeon Yeonjun yang dulu telah menghilang...
4.8M 164K 57
[Beberapa part udah di hapus secara random] Menyedihkan. Menyakitkan. Mengecewakan. Kira-kira seperti itulah gambaran kehidupan yang aku alami. Kehid...
10.1M 452K 43
[Attention : Cerita ini dibuat saat saya belum paham soal bahasa kepenulisan, maka dari itu banyak kata-kata atau bahkan tidak sesuai EYD, untuk meng...