30 Days of Niall [Adriall #1]

By dragxns

47.3K 3.3K 91

First book in the Adriall trilogy. This is the incident that started it all. Adriane terpaksa menjalani hari... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Final Chapter
Author says hi (and bye)

Epilogue

1.8K 138 8
By dragxns

5 years later

Beeeep!

Adriane memutar setir dan berpindah jalur dengan kesal. Memangnya jalanan ini segitu sempitnya? Bukan salah Adriane kalau orang yang mengklakson itu terjebak lampu merah. Adriane juga jengkel mengalami nasib yang sama.

Adriane mengeluarkan handphonenya dari tas dan menatap layarnya yang hitam. Kemudian Adriane menyalakannya dan membuka aplikasi Twitter. Hari ini, tepat lima tahun yang lalu, adalah hari pertama dari sejarah pertemanan Adriane dengan Niall. Lima tahun, tetapi Adriane tidak merasakannya. Lebih seperti 30 hari yang menyenangkan, dan sisanya kosong.

Apa yang terjadi? Pikir Adriane. Sejak kepergiannya, Niall tidak pernah sekalipun membalas sms atau mengangkat telepon Adriane. Niall juga tidak pernah mengaktifkan media sosialnya lagi, karena itu dengan pedih Adriane berhenti mencoba menghubungi Niall.

Pip, pip... Adriane sudah terbiasa mengetik username Niall dengan lancar di search box. Masih avatar yang sama, bio yang sama, location yang sama. Header yang sama, yang menunjukkan foto rumput legendaris Adriane yang diambil 5 tahun yang lalu. Terasa seperti 5 abad yang lalu.

Tweet terakhir yang sama. Adriane yakin sekaligus masih ingat tweet ini dikirim pada malam mereka bersenang-senang di prom sekolah Adriane. “Best. Night.”. Dua kata yang membuat harapan Adriane melambung setinggi langit, sebelum akhirnya terempas kembali ke tanah.

Adriane menghela nafas, menyimpan kembali handphonenya di tas. Ia lalu membuka sun visor di depan kepalanya ke bawah. Sebuah foto menyembul, dan Adriane menariknya keluar. Di foto itu terlihat Adriane dan Niall yang tersenyum bersama. Tiba-tiba sebuah lagu lama diputar di radio.

I won't let these little things slip out of my mouth
But if it's true
It's you,
It's you they add up to
I'm in love with you
And all these little things

Kenapa Niall harus melakukan ini? Apakah long distance relationship//friendship sangat-sangat buruk sehingga Niall memutuskan kontaknya dengan Adriane? Apa Niall membenci Adriane sekarang? Apa Niall masih ingat pada Adriane, bagaimana mereka dulu tertawa bersama? Apa Niall masih ingat buku Adriane yang belum dikembalikan? Apa benar dulu Niall janji akan mengembalikannya?

Lampu berubah hijau. Adriane menginjak pedal gas dan kembali melaju di jalan raya menuju toko buku di pusat kota.

Begitu banyak yang terjadi dalam 5 tahun. Adriane dan Sheila menjadi anak SMA. Semua orang menganggap Adriane aneh karena belum punya pacar, dan kenyataannya hanya Sheila yang tahu kalau Adriane masih menyimpan perasaan pada cowok yang kebetulan bertemu dengannya di toko buku. Bahkan sekarang pun masih, setelah enam bulan yang lalu Adriane dan Sheila menyewa apartemen di dekat kampus mereka di negeri orang.

Adriane memarkir mobilnya di tempat parkir toko buku yang sedikit penuh. Setelah memastikan pintu mobil terkunci dengan baik, Adriane memasuki toko buku dan mulai berjalan ke arah eskalator. Melangkahkan kaki di lantai dua, Adriane melihat ke sekeliling.

Begitu banyak buku, begitu sedikit waktu. Adriane menyisir setiap rak dengan serius, sampai tiba-tiba dilihatnya sekelebat rambut pirang dan postur tubuh yang sangat dikenalnya.

Niall?

Sosok itu berjalan pergi. Adriane cepat-cepat menyusulnya.

Tunggu, Niall, jangan pergi lagi. I missed you. Where have you been? Niall, tunggu! Kenapa kamu selalu selangkah didepanku?

Adriane berbelok di ujung deretan rak buku dan menemukan… tidak ada siapa-siapa disana. Adriane melihat ke sekeliling. Orang-orang sibuk sendiri dengan urusan masing-masing. Adriane memejamkan matanya dan menggeleng-geleng.

Jangan konyol, Ad. Mana mungkin dia masih orang yang sama? Dengan gaya rambut dan postur yang sama? Tidak mungkin. Oh iya, Ad, ada satu hal yang lebih buruk. Tidak mungkin kamu bertemu dengannya di toko buku lagi. Kamu pikir ini semacam film romantis atau buku? Tidak. Jadi, lupakan.

Adriane bergegas menuruni tangga ke lantai satu dan keluar dari toko buku tanpa membeli apapun.

Awal bulan Mei di tahun ini masih terasa dingin. Adriane menyebrang jalan dan membeli kopi di sebuah toko, lalu keluar lagi dan berjalan perlahan menyusuri trotoar, hingga akhirnya sampai di sebuah taman. Sepanjang jalan, Adriane menangkupkan tangannya di sekeliling cup kopi hangatnya. Setelah menemukan bangku taman kosong yang jauh dari orang-orang, Adriane menghempaskan diri di atasnya.

Bunga-bunga sudah mulai bermerakan dan mewarnai taman di sekeliling Adriane. Sambil menyesap sedikit demi sedikit kopinya, Adriane mengirim sms cepat untuk sahabatnya. Handphonenya belum menutup profile Twitter Niall.

No… mungkinkah itu… no it can't be.

Jantung Adriane berdetak semakin kencang ketika ia melihat ada satu tweet baru dari Niall. Dengan jari gemetaran, Adriane membuka tweet tersebut.

@NiallOfficial: Been 5 years. I can’t believe I let you walk away…

Adriane cepat-cepat menaruh cup kopi di sebelahnya sehati-hati mungkin dan menulis tweet baru.

@adrianec: By the second you read this; I’m still thinking about you.

Adriane kemudian mematikan handphone dan memasukannya ke tas. Hal yang sulit untuk dipikirkan sekaligus dilupakan. Tidak pernah ada sesuatu yang lebih dari teman diantara Adriane dan Niall, tetapi sekarang Adriane yakin seandainya ia dulu menyatakan perasaannya pada Niall, pasti Niall akan membalasnya. Setidaknya Adriane berusaha untuk yakin. Tetapi bukannya dulu dia berpikir, ‘Menyatakan perasaan sekarang justru menjadikan segalanya lebih sulit’?

Maybe everything is better left that way.

Why, though?

You gave me a forever within the numbered days, and I'm grateful.” tanpa sadar Adriane mengutip kalimat favoritnya dari novel The Fault in Our Stars, salah satu novel yang membuatnya dekat dengan Niall. Adriane masih ingat bagaimana Niall berusaha bicara padanya tentang novel itu ketika Adriane tidak bisa membalas pesan singkat Niall. 

Adriane menumpukan sikunya di pangkuan dan menunduk, membenamkan wajahnya di telapak sarung tangannya. Seandainya lima tahun lalu Adriane tidak tinggal di toko buku itu lebih lama untuk menumpang baca, mungkin masa SMA-nya akan berbeda. Ini bukan masalah teman, Adriane punya banyak teman. Adriane bahagia punya sahabat seperti Sheila, tapi tetap saja kepergian Niall dari hidup Adriane memberikan efek yang tidak kecil. Semakin lama Adriane berpikir tentang Niall dan kebetulan-kebetulan yang terjadi dalam hidup, semakin matanya terasa hangat dan sarung tangannya terasa lembap.

Tiba-tiba seseorang duduk di sebelahnya. Adriane bergeser lebih merapat ke ujung bangku. Kenapa harus disini, sih? Memangnya bangku cuma ada satu? Pikir Adriane kesal. She just want to be alone.

“Apa ada cowok yang sedang kamu pikirkan?” orang disebelahnya bertanya. Cowok, dinilai dari suaranya.

Adriane semakin kesal. Dia menurunkan tangannya, tetapi masih menunduk sehingga rambut panjang kebanggaannya menutupi sisi wajahnya.

“Maybe,” jawabnya asal.

“Did he leave, or you leave?” suara itu bertanya lagi.

Adriane mengutuk dibawah nafasnya, melirik kearah sepatu si orang asing. Supra. Mengingatkan Adriane pada…

2 detik berlalu. “Maybe both?” Adriane akhirnya menjawab.

“Well... did you guys at least try to say whatever you want to say..?”

That’s it. Who the hell is he? Siapa dia sampai berpikir dia bisa menanyakan hal yang jelas jelas membakar Adriane dari sepatu hingga puncak kepala? Siapa dia sampai mengira dia mencoba untuk peduli padahal sebenarnya dampaknya berkebalikan? Adriane menoleh begitu cepat sehingga rambutnya tersibak ke belakang, membuka mulut, bersiap untuk menghardik orang asing itu.

“Kenapa sih harus tanya?! Siapa—“

Saat itulah Adriane benar-benar menatap ‘si orang asing’.

Mata biru cerah.

Hidung sempurna. Rambut dicat pirang. Garis rahang yang lebih tegas. Dagu terangkat, pandangan sulit dibaca.

Niall.

Adriane mengerjap-ngerjapkan mata, ingat untuk menutup mulutnya kembali dan memelototi Niall tak percaya.

Niall. Niall-nya, Niall yang lima tahun lalu tertangkap basah membeli novel yang dibacanya. Niall yang lima tahun lalu membuatnya tertawa di tempat umum meskipun mereka baru saja berkenalan. Niall yang membuat liburan—dan hidupnya—menjadi lebih berwarna.

Niall yang sama, tapi berbeda. Lebih dewasa. Lebih—seksi, Adriane harus mengakui. Niall yang tersenyum pada Adriane. Senyuman yang sama.

Niall menyodorkan sebuah novel ke pangkuan Adriane. Novelnya, yang dulu Niall janji akan kembalikan. Secarik kertas biru ditempelkan di cover novel tersebut. Diatasnya bertuliskan ‘I LOV’ yang dicoret-coret, dan dibawah tulisan ‘I LOV’ tertulis:

I was about to write something else here, but first I need to find out: is it still me in your head?

Niall terdiam memperhatikan Adriane membaca tulisan buru-burunya. Semoga sekarang waktu yang tepat, doa Niall. Kali ini aku janji aku tak akan lari lagi.

Baby, I, I wanna know
What you think when you're alone.
Is it me, yeah?
Are you thinking of me, yeah?
Wanna know that when you smile.
Is it me, yeah?
Are you thinking of me, yeah?

Girl, what would you do?
Would you wanna stay
If I were to say?

Baby, tell me would it change?
I'm afraid you'll run away.
If I tell you what I've wanted to tell you.

Maybe I just gotta wait.
Maybe this is a mistake.
I'm a fool, yeah,
Baby, I'm just a fool

Adriane menatap mata biru Niall tak percaya, dan sedetik kemudian Niall-lah yang berubah dari senyuman menjadi raut tak percaya ketika Adriane melingkarkan kedua tangannya disekeliling leher Niall, memeluknya erat.

Girl, what would you do?
Would you wanna stay
If I were to say?

“It is,” Adriane berkata, terdengar cukup jelas meskipun wajahnya terbenam di bahu Niall. “It’s still you and will always be you.”

I wanna be last, yeah.
Baby, let me be your,
Let me be your last first kiss.
I wanna be first, yeah,
Wanna be the first to take it all the way like this.
And if you only knew
I wanna be last, yeah,
Baby, let me be your last,
Your last first kiss

Niall menarik nafas lega dan menjatuhkan pulpen yang sedari tadi digenggamnya, lalu membalas pelukan Adriane.

I wanna be last, yeah,
Baby, let me be your last,
Your last first kiss.

Continue Reading

You'll Also Like

246K 21.2K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
720K 67.4K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
215K 20.1K 73
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
178K 28.1K 51
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...