RELATIONSHIT

By captcheese

1.2M 70.5K 1.9K

Ketika Kinar dan Aric sama-sama saling jatuh cinta pada akhirnya, tetapi sesuatu menghalangi mereka dan membu... More

Satu~
Dua~
Tiga~
Empat~
Lima~
Tujuh~
Delapan~
Sembilan~
Sepuluh~
Sebelas~
Dua Belas~
Tiga Belas~
Empat Belas~
Lima Belas~
Enam Belas~
Tujuh Belas~
Delapan Belas~
Sembilan Belas~
Dua Puluh~
Dua Puluh Satu~
Dua Puluh Dua~
Dua Puluh Tiga~
Dua Puluh Empat~
Dua Puluh Lima~
Dua Puluh Enam~
Dua Puluh Tujuh~
Dua Puluh Delapan~ {END}

Enam~

48.7K 2.8K 47
By captcheese

SUDAH hampir tiga bulan Aric berada di sekolah barunya. Dan benar. Dia juga sudah menjadi bintangnya sekolah. Selalu dilirik semua cewek. Minus satu. Yaitu Kinar. Dan sekarang ini Aric juga sudah menjalankan jurus playboy-nya ke seorang cewek. Awalnya dia memang mau pedekate dulu sama Hanna, mantannya Gusti. Dan dia memang sudah melakukan pendekatan itu.

Alhasil, hanya seminggu perkenalan dan masa pedekate, Aric langsung menembak Hanna. Hanna sih memang awalnya bingung dan ragu. Tapi gak tau gimana juga, cewek itu langsung nerima Aric. Dan selama tiga minggu mereka pacaran. Lalu putus karena Aric yang mutusin. Dengan alasan kalo Hanna itu protektif bener, cemburuan, dan lain-lain. Hanna pun sukses dibuat galau. Aric langsung berpaling ke Ninda, pacarnya Bagas. Iya, masih pacar orang. Namanya juga Aric, pasti bakal ngincar pacar orang dan selalu berhasil.

"Beneran lo lagi pedekate sama Ninda?" Tanya Niko saat mereka sedang mengikuti pelajaran olahraga. Pada saat itu mereka disuruh untuk pemanasan, yaitu mengelilingi lapangan basket sebanyak tiga kali.

Aric langsung berlari di samping Niko. "Tau darimana lo?"

"Gue, Recky dan Gusti melakukan pengamatan. Dan kayaknya iya. Lo lagi pedekate sama Ninda. Demi apa, Ric? Itu cewek udah ada yang punya." Kata Aric.

"Terus kalo udah ada yang punya kenapa?" Tanya Aric.

Niko menghela napas. "Cari cewek lain kenapa sih? Masih banyak jenis kelamin cewek di sekolah kita, Ric!"

"Biasa aja kali ngomongnya. Iya gue tau. Selama mereka belum terikat sama yang namanya pernikahan, ya gak apa kali. Gue maunya Ninda seorang. Lo kenapa sih yang sewot?"

"Kan udah gue ingatin tentang Bagas. Hati-hati lo sama dia. Anak silat tuh." Niko mewanti-wanti.

"Terus kenapa kalo dia anak silat, Nik? Gue anak karate. Sama-sama bisa beladiri. Apa yang perlu ditakutin?" Tanya Aric dengan nada tenang.

"Susah bener buat lo ngerti. Oh ya, gue lupa kalo lo itu orangnya keras kepala. Yang penting gue udah mewanti-wanti elo tentang Bagas. Tapi serah lo deh."

Aric menghentikan larinya karena ia sudah mengelilingi lapangan sebanyak tiga kali. Guru olahraga langsung meniupkan peluit untuk menyuruh anak-anak berkumpul di tengah lapangan.

----------------------------------------------------------------

Kinar menyisir rambutnya. Lalu ia mengikat rambutnya menjadi ekor kuda. Saat ini di kamar mandi cewek memang sedang dipenuhi oleh anak cewek kelas 3 IPA-2 karena mereka sedang berganti baju.

"Kenapa sih lo sama Aric itu gak pernah akur?" Tanya Hilda yang sedang memasang dasi.

"Buat apa akur sama dia. Dia tuh yang nyari masalah deluan sama gue, Hil. Kan gue gak bisa tinggal diam dong." Sahut Kinar.

"Ya gak usah diladenin kenapa coba, Kin. Makin lo ladenin, makin dia senang nyagil lo." Kata Ririn.

Kinar terdiam. Memikirkan ucapan Ririn. "Bener juga sih lo, Rin. Tapi kan lo pada tau kalo gue ini anaknya gampang emosian. Apalagi sama Aric. Tiap hari gue pengen banget buat marah sama dia. Karena dia ganggu gue terus. Hobi bener nyari masalah sama gue. Gue mana bisa diam."

"Ya dicoba dulu kali, Kin. Kan kalo lo diamin, dia kayaknya kesel sendiri. Dia ngomong panjang lebar nyagil elo, elo Cuma diam gak perhatiin." Kata Ririn.

"Iya tuh, Kin. Coba aja dulu. Apa salahnya sih cobain? Kalo berhasil, lo lanjutin terus sampe dia gak nyagil elo lagi." timpal Hilda.

Kinar tersenyum lebar. "Oke. Oke. Entar gue coba. Kayaknya ide kalian brilian bener. Kok gue gak pernah mikir ya."

Ketiganya tertawa dan melanjutkan obrolan seputar pelajaran seni budaya sembari menunggu teman-teman lainnya mengganti baju.

Lalu terdengar jika ada langkah-langkah yang akan memasuki kamar mandi. Ternyata itu Ninda dan dua temannya. Kinar yang sedang merapikan baju olahraganya agak terkejut melihat Ninda. Tapi mukanya langung biasa aja.

Ninda berjalan menuju wastafel dan menyingkirkan beberapa anak kelas Kinar yang sedang merapikan diri. "Minggir. Gue mau berkaca."

"Tapi gak usah gitu juga kali. Kalo mau berkaca Cuma buat sendirian, bawa kaca dari rumah dong!" Jasmine langsung mengamuk. Jasmine memang dari dulu gak pernah sekali pun suka dengan Ninda.

"Ya suka-suka gue dong. Kenapa lo yang sewot." Ninda mencibibir. Lalu ia menatap pantulannya di cermin dan merapikan rambutnya. Kedua temannya langsung berdiri di sampingnya.

Jasmine yang masih emosian langsung menghampiri Kinar untuk memintanya memasangkan dasi. Dari dulu jika Jasmine sedang galau atau emosian, pasti dia lupa cara memasang dasi.

"Eh, katanya ada ulangan fisika ya hari ini?" Tanya Milla.

"Demi apa lo?" Tanya Jasmine yang langsung melototi Milla.

"Iya, Jas. Lo gak denger apa pertemuan hari senin." Jawab Hilda.

Jasmine masih shock. "Kok gue sampe lupa sih?"

"Pelajaran mana aja sih?" Tanya Fera.

"Itu tuh pelajaran kemarin-kemarin." Jawab Ririn.

"Katanya bab 1 juga dimasukin." Kata Kinar.

Semua temannya melototinya.

"Yang satu soal itu ada lima jawaban?" Tanya Hilda dengan histeris.

Kinar mengangguk sekali. Teman-temannya pun sibuk berkeluh-kesah karena mereka lupa pelajaran fisika. Kinar pun sibuk merapikan seragamnya. Tak sengaja ia mendengar obrolan Ninda cs.

"Eh, Aric yang anak kelas 3 IPA-2 itu lagi pedekate loh sama gue." Kata Ninda menyisir rambutnya.

"Oh ya?" Tanya temannya yang berambut ikal.

"Iya, Ras. Gue gak nyangka banget. Pas kemarin gue galau karena dia pacaran sama Hanna itu, akhirnya dia putus dan berpaling ke gue. Gue seneng banget." Jawab Ninda.

Cih. Dasar. Jadi pacar lo sekarang, mau lo kemanain? Tanya Kinar dalam hati.

"Gimana sama Bagas, Nin?" Tanya temannya yang berambut pendek.

"Bagas? Oh si Bagas. Ya biarin aja. Dia juga sok sibuk sama gue. Gue masa dianggurin sih. Kan gak asik. Mending gue pacaran sama Aric. Lagian kan lo pada tau kalo gue mau pacaran sama Bagas itu Cuma buat numpang tenar doang. Kan dia ketua OSIS tuh dan dikenal sama semua anak. Dan gue Cuma numpang tenar. Lihat tuh si Kinar yang dulunya pacaran sama Bagas, jadinya tenar banget."

Kinar langsung mengumpat kesal karena namanya juga diseret. Tapi ia sok-sok gak tau karena ia pura-pura mendengar Jasmine dan Hilda yang sedang berdebat tentang film yang mereka tonton kemarin. Tapi Kinar kembali mengumpat karena tau alasan Ninda memacari Bagas hanya untuk tenar.

"Yang penting, gue pedekate dulu sama Aric." kata Ninda memutar-mutar ujung rambutnya. "Kalo Aric nembak gue, gue terima dan langsung putusin Bagas. Gampang kan. Hidup itu gampang kalo lo gak ngerasa ribet. Jalanin aja semau lo."

Ketiganya tertawa dan berbalik untuk keluar dari kamar mandi.

"Eh, Kinar. Gue baru nyadar kalo ada lo disini." Kata Ninda saat ia akan keluar, tapi gak jadi.

Kinar tersenyum terpaksa.

"Oh ya, Bagas kemarin ngajak gue ke tempat yang special banget. Pasti deh lo gak pernah diajak." Kata Ninda dengan senyuman bangga terukir di bibirnya. Kayaknya Ninda lagi ngomporin Kinar deh. Tapi masa kayak anak kecil beginian.

"Oh. Gitu. Terus kenapa ngadu ke gue?" Tanya Kinar.

Ninda melirik Kinar dengan kesal. Ia menyilangkan tangannya. "Lo masih suka sama Bagas kan?"

Kinar gak menjawab. Dia hanya diam menatap Ninda. Apa maunya sih.

"Eh, gak usah cari gara-gara lagi deh sama Kinar." Kata Jasmine yang langsung berdiri di samping Kinar.

"Lo gak usah ikut campur deh. Diam aja. Ini urusan gue sama Kinar." Kata Ninda.

"Ya tapi lo itu ngompor-ngomporin sahabat gue ini. Dan urusannya ini juga urusan gue. Jangan pernah ganggu Kinar lagi." ujar Jasmine.

"Udah deh. Lo itu diam aja. Gak usah sok ikut campur urusan orang. Urus tuh diri lo."

"Ya tapi gak usah pake ngomporin segala. Kalo mau bicara sama Kinar itu pake bahasa sopan dong!" kata Jasmine.

Ninda menatap Jasmine tajam. "Udah dibilang gak usah ikut campur urusan gue sama sepupu gue!"

"Sepupu?" ulang Jasmine.

Ninda terdiam menatap Jasmine dan Kinar. Lalu ia tersenyum. "Oh. Jadi lo semua belum tau ya. Sini deh gue kasih tau. Kinar itu sepupu jauh gue. Ya bisa dibilang sepupu kan. Dan kita masih ada hubungan saudara."

Semua teman Kinar menatap Kinar dengan tatapan itu-pasti-bohong.

Kinar menarik kedua sudut bibirnya ke atas dengan tak ikhlas. "Gue lupa bilang. Iya. Ninda sepupu jauh gue."

Ninda tersenyum lebar. Ia berbicara entah apa ke Jasmine yang membuat Jasmine makin emosian dan mukanya sudah merah menahan emosi. Ninda dan kedua temannya langsung pergi keluar dari kamar mandi.

"Beneran, Kin?" Tanya Jasmine yang kini emosinya mungkin udah hilang.

Kinar menghembuskan napas. "Iya. Jadi gini. Jadi nyokap gue ini punya lima saudara. Adik terakhirnya itu punya anak. Namanya Ovi. Nah Ovi ini punya sepupu. Itulah Ninda."

"Kenapa kita dari dulu gak pernah tau?" Tanya Hilda.

"Karena menurut gue, itu gak penting." Jawab Kinar dengan tegas.

----------------------------------------------------------------------------

Kinar berjalan menuju kelasnya dengan langkah gontai. Malas bener ke sekolah. Apalagi cuaca dingin beginian enaknya tidur di rumah. Di bawah selimut. Langkah Kinar berhenti menatap seseorang. Ia memicingkan mata untuk meyakinkan jika ia tak salah lihat. Di lapangan basket ada dua orang cowok yang sedang men-dribble bola dan melakukan three point.

Kinar tersenyum lebar dan mendekati lapangan basket. Ia duduk di salah satu kursi di pinggir lapangan dan mengeluarkan buku biologinya. Hari ini di kelasnya memang akan ada ulangan biologi.

"Woy, Kin!" sapa seseorang.

Kinar mengangkat kepalanya dan menemukan seorang cowok berdiri di hadapannya. "Eh, Dandi."

Dandi-cowok itu duduk di sebelah Kinar. "Sombong ya lo sekarang. Mentang-mentang kelas 11 sama kelas 12 kita gak sekelas lagi."

Kinar menutup bukunya dan menyahut, "Gimana mau sekelas coba. Lo kan ngambil IPS. Nah gue IPA."

"Makanya lo kemarin tuh ngambil IPS aja."

Kinar terkekeh pelan. Dandi dulunya sekelas dengan Kinar saat kelas 10. Mereka berdua sering menjadi partner dalam tugas kelompok. Hingga mereka akrab. Tapi kini mereka jarang bertemu. Karena kelas IPA yang di sebelah kanan dan IPS yang di sebelah kiri itu bisa dibilang jauh.

"Jadi gimana pendekatan lo sama Ririn?" Tanya Kinar dengan semangat.

"Hah? Pendekatan apaan?" Tanya Dandi.

Kinar memicingkan matanya. "Alah gak usah sok gak tau deh. Gimana?"

"Emang gue lagi deket sama Ririn?" Tanya Dandi sok gak tau.

"Udah deh. Ngaku aja." Kata Kinar.

"Oke. Oke. Gue emang lagi deket sama Ririn."

Kinar terdiam. "Kan. Bener gue kan."

"Iyain dah."

Kinar tersenyum. "Jadi lagi pedekate nih?"

"Kenapa lo pengen tau banget sih?"

"Gue bisa bantuin lo supaya bisa jadian sama Ririn."

Dandi mengangkat alisnya. "Jadian? Gue sama Ririn?"

"Iya. Mau gak?"

"Emang lo mau bantuin apa?"

Kinar tersenyum lagi. Ia bangkit dan menjinjing buku biologinya. "Mau gak?"

"Iya deh. Iya."

"Kalo gitu gue cabut dulu ya. Mau ke kelas." Kata Kinar seraya pergi meninggalkan Dandi yang meenyerukan namanya minta untuk diberitahu apa yang akan Kinar lakukan.

Di koridor, Kinar bertemu dengan Eliza.

"Eh, Za. Misi gue mau berhasil nih kayaknya." Kata Kinar tersenyum lebar.

"Ah masa?" Tanya Eliza.

"Iya. Gue barusan menjalankannya. Sekarang mau melanjutkan." Jawab Kinar. "Gimana sama misi lo?"

"Misi gue itu ribet bener, Kin. Gimana gue mau ngejalanin kalo dua-duanya itu hari ini gak masuk. Kan susah bener. Nunggu besok deh. Atau nggak gue entar ke rumah dia."

Kinar menepuk bahu Eliza dengan ringan. "Sabar ya."

"Eh, Kin. Tuh Ririn." Bisik Kinar.

Kinar langsung berbalik dan tersenyum lebar. "Rin!"

Ririn yang akan melewati Kinar dan Eliza pun berhenti. "Apa, Kin?"

"Lo udah belajar biologi?" Tanya Kinar.

"Aduh, Kin. Susah bener. Gue susahnya ngapal jaringan-jaringan itu." Kata Ririn. "Ribet banget ah. Lo pasti udah hapal. Ya kan?"

"Nggak juga. Gue lupa gambar-gambarnya."

"Gambarnya juga?" Tanya Ririn mulai histeris.

Kinar mengangguk. "Tenang. Biologi kan jam terkahir. Masih bisa ngapal kok. Eh, gue ada kabar bahagia buat lo. Mau denger gak?"

"Apa?" Tanya Ririn yang kayaknya kini lagi gak mood.

"Dandi ngirim salam loh buat lo. Tadi gue ketemu dia di lapangan basket." Kata Kinar.

Ririn langsung tersenyum. Mukanya langsung ceria. "Beneran?"

Sebelum Kinar menjawab, ponsel Ririn berbunyi. Mungkin pertanda ada sms. Ririn mengeluarkan ponselnya dan menatap layar. Ia pun makin tersenyum lebar. Kinar dan Eliza sama-sama berpandangan. Mereka berjinjit dan mengintip dari punggung Ririn.

"Ah! Sms dari Dandi!" seru Eliza.

"Wah. Diucapin selamat pagi. Eh buset." seru Kinar.

Eliza berbalik dan memasukkan ponselnya ke dalam saku rok. "Apaan sih lo pada ngintip-ngintip?"

"Eh, Za. Pantes dia senyam-senyum. Ternyata ada sms selamat pagi." Kata Kinar.

Eliza mengangguk. "Coba ujungnya pake sayang. Kan so swit."

Ririn cemberut. Lalu ia langsung pergi meninggalkan dua temannya. Eliza dan Kinar tertawa.

"Kayaknya misi lo emang bakal berhasil deh. Nah gue orang yang pertama kali ngucapin lo selamat. Selamat ya." Kata Eliza menjabat tangan Kinar.

Kinar mengangguk. "Oke. Oke. Misi gue sih belom selesai. Tapi gue yakin pasti berhasil."

"Ya udah. Gue mau ke kantor guru dulu ya." Kata Eliza pamit. "Nanti pas pulang sekolah, kita ngumpul di ruang music ya. Kasih tau yang lain. Jangan sampe Jasmine buntutin lo. Bilang aja lo sama gue itu mau nanya soal fisika."

Kinar mengangguk sekali dan berjalan ke kelasnya. For your information aja, Kinar dan Eliza ini termasuk anggota sebuah klub rahasia di sekolah. Sekolahan ini memang mempunyai beberapa klub rahasia. Gak tau berapa. Gak tau apa aja. Yang jelas Kinar dan Eliza adalah anggota klub dari Matchmaker atau kata lainnya itu klub mak comblang. Iya. Jadi tugas mereka itu adalah mencomblangkan satu cewek dan satu cowok. Kalo misi mereka berhasil sih ya gak dikasih apa-apa. Cuma mereka senang aja melihat pasangan yang berhasil mereka comblangkan.

Jasmine memang tidak tau dari klub ini. Karena kalo dia sampe tau dan ikut, bisa parah. Mulutnya itu cerocosnya minta ampun. Kinar dan Eliza sudah menjadi anggota sejak kelas 1. Mereka sudah berhasil mencomblangkan beberapa anak. Sudah ada 10 anggota klub Matchmaker ini. Penemunya adalah Kak Hazel, kakak kelas yang sudah tamat.

Tapi kalo mereka jadi mak comblang, kok kisah percintaan mereka gak berjalan mulus ya?

--------------------------------------------------------------------------------------

Berharap kalo gue bisa dapat banyak inspirasi buat cerita ini. Masa cerita ini ngegantung di tengah perjalanan coba. Zzzzzzz. Kirimin kek inspirasi lo pada. Kirimin makanan juga boleh. Kirimin cowok kece juga boleh *eh. Yang paling utama, kirimin semangat dongs :$ Kay.

Continue Reading

You'll Also Like

657K 18.8K 33
[ENDING] Highest rank : #1 marrying 01/05/19 #1 lie 01/05/19 #1 obsesi 07/05/19 #3 coldboy 01/05/19 #3 crazy 01/05/19 #71 boy 08/09/19 #256 fiction 1...
400K 33.8K 48
"I hate my self, but i don't want to be someone else." He said. ⚠️ BUKAN CERITA BOYS LOVE/BL.⚠️ BROTHERSHIP SAMA BL ITU BEDA YA GUYS😭 ⚠️ Jangan plag...
346K 27K 46
[DILARANG KERAS UNTUK MENJIPLAK KARYA INI !! BERKARYA LAH DENGAN MENGGUNAKAN IMAJINASI SENDIRI ! KARNA DI LAPAK INI SAYA SELAKU PENULIS TIDAK PERNAH...