Key for Kay

By zikriyani

135K 9.2K 376

Kaynna. Cewe dingin, cuek, cerdas, namun tak tersentuh. Bahkan tak banyak yang menganggapnya ada. Bagaikan bu... More

Part 1-Babak Baru
Part 2-Sing to Song
Part 3-Come and Back
Part 4-An Apologize
Part 5-Telepon dari Key
Part 6-Pick up
Part 7-Kejutan
Part 8-Kepulangan Gea
Part 9-Kesialan atau Nasib
Part 10-Mata Kacamata
Part 11-Masih Dava
Part 12-Dafin Broken's
Part 13-Bully
Part 14-Pelukan
Part 15-Bidadari Kecil
Part 16-Rumit
Part 17-The Evidence
Part 18-Run Away
Part 19-Ayah
Lapak Penulis ; Promo
Part 20-Kencan Pertama
Part 21-Aku Sudah Siap
Part 22-Kebetulan
Part 23-Disappear
Part 24-The same person, but not the feeling
Part 25-Problem
Part 26-Key vs. Ray
Part 27-Bimbang
Part 29-Semakin Yakin
Part 30-Rahasia untuk Kaynna
Part 31-Menyapa Langit dengan Kertas Mimpi

Part 28-Penjelasan

2.6K 217 11
By zikriyani

"Gue kan udah bilang, lo nunggu waktu yang tepat. Sabar dikit kenapa si. Lo, sodara gue sekarang."

"Gue ga bisa nunggu lebih lama lagi, sodara. Gue ga bisa. Gue, terlalu, sayang sama dia."

"Gitu? Lo pikir ini buat gue? Ini untuk kebaikan lo."

"Kebaikan gue? Selalu gitu. Tapi nyatanya ini hanya untuk, kepuasan lo."

---

Kaynna menatap Keynan lurus-lurus.

"Lo bilang, lo ga bakal tanya gue darimana, ngapain, sama siapa. Iya kan?" tanya Key sambil memiringkan kepalanya. Tersenyum jail pada Kay.

Mulut Kay mengerucut, "Itu kan kemarin, sekarang beda."

Key terkekeh melihat tingkah bidadari kecilnya, "Iya emang? Beda apanya coba?"

"Keynan, ishhh.." tangan Kay dilipat di depan dada, mulutnya semakin mengerucut lucu.

Key mengacak rambutnya pelan, "Iyadeh. Sayang mau tanya apa?"

Senyum Kay merekah, "Semuanya."

Dahi Keynan mengerut, lalu mengangguk.

---

Malam itu, Ayah menelpon ku.

"Dav, Ayah sudah pesankan kamu tiket ke Paris untuk besok pagi. Ayah akan menikah lusa, Ayah harap kamu datang."

Selama Ayah berbicara aku hanya diam, sambil menahan nafas.

Rasanya, semua udara tercekat di tenggorokan tanpa bisa sampai ke paru-paru.

"Iya, Yah. Davian pasti datang. Selamat, Yah."

Hanya kalimat itu yang bisa aku katakan.

Saat itu aku berpikir, mungkin dengan hadir di sana aku bisa mengacaukan acara ini. Toh, harusnya Ayah masih ingat Bunda.

Malam itu juga, setelah Ayah menyudahi telponnya aku langsung berkemas. Aku bahkan tidak sampai terpikir untuk memberitahu Kay. Pacarku, Eh sorry..ralat, teman dekat.

Keesokan harinya aku langsung menuju bandara.

Pikiranku, kacau.

Aku pergi dalam diam, tanpa kabar, tanpa peringatan ataupun aba-aba.

Pesawat take-off satu jam kemudian. Aku tidak perlu repot-repot mematikan alat komunikasi karena ponselku sudah aku matikan sejak semalam.

Begitu sampai di Paris, seseorang yang tidak ku kenal menjemputku. Mungkin orang suruhan Ayah, pikirku saat itu.

Aku sampai di sebuah hotel mewah, dengan fasilitas lengkap. Mungkin biaya untuk satu malam setara dengan satu minggu uang sakuku.

Aku tidak peduli soal uang. Karena aku, seperti robot. Hanya menuruti perintah.

Pagi harinya aku pergi ke sebuah gedung besar. Sangat besar sampai aku berpikir mungkin ini Town Square.

Lagi-lagi seseorang menjemputku.

Kali ini, dia mengantarkan aku untuk menemui Ayah.

"Davian, bagaimana penginapannya? Kamu nyaman?" tanya Ayah.

Aku mengangguk, "Iya, Yah."

Lalu Ayah menarik seorang perempuan cantik, anggun, dan aku kenal.

"Ini, Tante Ana, calon Mama kamu."

Aku melihat wajah Bunda di sana. Di mata Tante Ana.

Aku tidak ingin pernikahan ini gagal.

Tante Ana. Ibunya Felsa. Masa lalu ku muncul lagi, kali ini sebagai saudara.

Ini lucu.

"Salam, Tante Ana." aku tersenyum sopan.

Tante Ana mengangguk.

Lalu Tante Ana menepuk pundakku, "Kamu izinkan Tante menggantikan posisi Bunda?"

Aku mengangguk, "Bukan menggantikan, Tante, karena Bunda gak mungkin terganti. Tapi, Ibu kedua." aku tersenyum, ini senyum tulus. Sungguh.

"Mommy," panggil seseorang dari belakang.

"Sayang, ini ada Davian, ajak ngobrol gih."

Felsa berjalan mendekat. Dia mengenakan gaun merah terang selutut, dengan pita melingkar di perut.

Terlihat cantik.

"Hai Dav, long time no see. Are you miss me?" Felsa terkekeh sendiri.

Aku tersenyum, "Ya. Lo apa kabar?"

Felsa mengangguk, "Dav, ke taman belakang yuk. I need to talk with you."

"Oke."

Kami duduk di taman kecil. Sesekali aku akan menatap langit, merindukan bidadariku.

"Gue, berniat mengacaukan acara ini. Kamu setuju?" tanya Felsa dengan gamblang.

Aku terbelalak, "Are you kidding?"

"I'm seriously." katanya mantap.

Aku menggeleng, "No. I not agree with you. Tell me you just kidding."

"Dav, aku serius."

Felsa menggunakan kata aku. Berati dia benar-benar serius.

"Oke, oke.." lanjut Felsa. "gue punya penawaran, berminat?"

Aku menimbang-nimbang.

Demi Ayah. Demi Tante Ana. Demi, Bunda.

Perlahan aku mengangguk.

Felsa tersenyum. "Tunggu bentar ya, Dav." Felsa berdiri dan masuk ke dalam gedung.

Aku penasaran. Apa penawaran yang Felsa ingin.

Aku takut salah langkah.

Aku menatap langit. Menghitung bintang untuk mengalihkan rasa penasaranku.

Aku merindukanmu, Kay. Maaf aku pasti menyakitimu.

"Davian!" Felsa menepuk bahuku.

Aku menatapnya, "Ya."

Felsa membawa seseorang. Dia mirip

"Mirip Dava. Masa lalu Kay." jawab Felsa seolah tau apa yang aku pikirkan.

Felsa menyeringai, "Namanya Rayvan Elambard."

Cowo yang bernama Ray itu mengulurkan tangannya, "Rayvan Elambard. Ray."

Aku menyambut uluran tangannya, "Keynan Davian Albar. Keynan."

"Jadi Dav," sambung Felsa. "Dia pacar aku."

Aku manggut-manggut.

"Aku mau dia datang ke kehidupan Kaynna. Aku pengen liat apakah perasaan Kaynna akan berubah ke calon saudaraku atau ngga." jelas Felsa.

Aku menegang, "Lo bercanda kan?"

"KALI INI AKU SERIUS." hentak Felsa.

Ray merangkul Felsa berniat menenangkan pacarnya itu, mungkin.

"Gimana?" tanya Felsa setelah tenang.

Aku berpikir untuk sekian lama.

"O-ke."

Senyum Felsa mengembang.

Setelah itu kami kembali masuk ke dalam gedung. Acara pernikahan segera di mulai.

Dan penawaran itu, pada akhirnya menyakitiku dan bidadari kecilku.

---

Kaynna memeluk Keynan erat. Seolah jika Kay tidak memeluk Key dengan erat, Key-nya akan hilang dalam hitungan detik.

"Maaf, sayang." Key berbisik.

Kaynna tersenyum, "Jangan ulangi ya. Gue sakit lo tinggal gitu aja."

"Kalo diulangi?"

Kay memukul bahu Keynan, "Gue bunuh."

"Sayang psikopat, takut." Key terkekeh, lalu memeluk Kay lagi, erat.

"Peluk mulu." celetuk Kay.

"Bodo. Kan kangen."

Kaynna cemberut. Jarinya saling tertaut.

"Key, waktu itu lo ke taman, 'kan? Ngasih mawar, dan pergi tanpa nemuin gue? Iya? Istilahnya, lo ngehindarin gue. Kenapa?"

Keynan tersenyum miris. Merasa bersalah dengan tindakannya yang kelewat bodoh. "Iya, gue yang nitip bunga mawar itu." Keynan mengelus rambut Kay, sayang, "Gue selalu ngawasin lo, tanpa lo tau, Kay."

Kaynna mendelik, "Serius?!"

Keynan mengangguk mantap.

"Ishhhh......" Bibir Kaynna mengerucut. Kakinya bergoyang resah di atas sofa.

"Kenapa si sayang? Ga bisa diem, masa."

Tangan Kay saling menaut, "Mmm, Key, berarti ga bakal ada kemungkinan lo balikan sama Felsa, iya 'kan?"

Keynan tertawa, "Dia saudara gue, Kay, masa lo cemburu." Kay menangkup pipi Kay, lalu mencium keningnya, "You're the only one, di sini." Key menunjuk hatinya.

"YEY!" tangan Kay meninju udara.

"Seneng banget." Key mengusap lembut rambut Kay.

Tanpa mereka sadari, setiap masalah yang datang justru menambah kuat hubungan mereka.

Dan untuk semua kebahagiaan, mereka hanya butuh bersama.

---

Malam ini Gea datang ke rumah Kay. Dia merasa bersalah atas sikapnya yang, keterlaluan.

"Gue minta maaf," Gea duduk di sofa. Jarinya memilin kaos bagian bawah, cemas.

Kaynna ikut duduk di samping Gea. Memperhatikan sahabatnya, "Gakpapa."

Kay memeluk Gea.

"Gue udah ketemu Keynan, dia udah cerita semuanya."

Kay menceritakan kembali pada Gea panjang lebar. Gea mendengarkan dengan antusias. Sesekali Gea akan menjawab 'Ya' 'Oh' 'Masa'. Nyebelin si, tapi Gea tidak pernah menyela. Dan itu cukup bagi Kay.

"Gue nginep sini ya, Kay?" pinta Gea.

Kaynna mengangguk, "Jangan rese ya?"

Gea mengacungkan jempolnya, "Beres."

Sahabat, tidaklah harus selalu bersikap sempurna. Hanya cukup menjadi diri sendiri, saling menopang, saling merangkul.

Sebanyak apapun masalah yang datang, sahabat punya cara untuk kembali.

Karena sahabat, seperti ikatan berbentuk lingkaran. Tak berujung.

Continue Reading

You'll Also Like

758K 10.4K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
6.8M 286K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
7.8K 804 50
(COMPLETE) "Karena pada nyatanya mengucapkan 'selamat tinggal' tidaklah semudah mengucapkan 'halo' ___ Satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh s...
BERLIAN By ra

Teen Fiction

444K 20.3K 31
[ COMPLETE ] Aku Berlian. Aku adalah cewek yang biasa-biasa aja kayak kalian semua. Gak ada yang spesial dalam diri aku. Aku mencintai seseorang yang...