(END) SEAN AND VALERIA

By matchamallow

18.7M 893K 32K

ISI MASIH LENGKAP! ROMANCE DEWASA Seri ke 1 dari trilogi Sean-Rayhan-Daniel/ Bastard Squad Series MENURUT S... More

Harap Dibaca ❤️❤️
Part 1-Pertunangan
Part 2-Pesta Topeng
Part 3-Pesta topeng part 2
Part 4-Siapa Kau Sebenarnya?
Part 5-Dilema dan Penyangkalan
Part 6-Akan Kuhancurkan Hidupmu
Part 7-Keputusan
Part 8-Pertemuan
Part 9-Pernikahan
Part 10-First Night With You...
Part 11-Kiss Mark
Part 12-Tenang Sebelum Badai
Part 13-(PRIVATE) Aku Membencimu...
Part 14.1 - Apa Kau Mencintaiku?
Lanjutan part 14 (part 14.2) - Apa kau mencintaiku
Part 15.1 - Maafkan Aku
Part 15. 2-Maafkan Aku
PART 15.3 - Maafkan Aku
PART 15.4 - Maafkan Aku
Part 16.1 - Jealousy
Part 16.2 - Jealousy
Part 16.3 - Jealousy
Part 16.4 - Jealousy
Part 17.1 - About Daniel
Lanjutan Part 17.2
Part 17.3
Part 18-About Fabian
Part 18.2 - About Fabian
Part 18.3 - About Fabian
PART 19- Dating
Part 19.2 - Dating
Part 19.3 - Dating
Part 20-Realize
Part 20.2 - Realize
Part 20.3 - Realize
Part 21-Fallin in Love
Part 21.2 - Fallin in Love
Part 21.3 - Fallin in Love
Part 22.1 -Don't Leave Him
PART 22.2 - Don't Leave Him
Part 23.1 - That Day
Part 23.2 - That Day
Part 23.3 - That Day
PART 24.1 - Lost
Part 24.2 - Lost
Part 24.3 - Lost
Part 25.1 - Somewhere Only We Know
Part 25.2 - Somewhere Only We Know
Part 26.1 - Faded
Part 26.2 - Faded
Part 26.4 - Faded
Part 27.1 - Runaway
Part 27.2 - Runaway
Part 27.3 - Runaway
Part 27.4 - Runaway
Part 27.5 - Runaway
Part 28 - Masa Lalu Sean
Visualisasi Tokoh dan Promo Cerita Sekuel
Part 29 - END - When Love is Not Just A Word to Say
EPILOG, EXTRA PART, SECRET CHAPTER

PART 26.3 - Faded

203K 12.3K 909
By matchamallow

Begitu waktu menunjukkan pukul lima sore, Sean bergegas keluar dari ruangan kantornya. Ia tidak terlalu suka berlama-lama di kantornya dalam situasi di mana ia selalu merasa ingin melampiaskan kemarahannya pada seseorang. Hari ini sudah lima orang yang terkena dampratannya karena hal-hal sepele yang tidak disukainya. Bahkan Lisa menunduk saat ia melewatinya tadi.

Ia juga tidak ingin pergi ke klub malam. Ia takut akan berkelahi dengan Daniel lagi bila bertemu dengannya. Entah kenapa wajah tampan Daniel membuatnya gatal untuk memukulnya. Bukan salah Daniel untuk terlahir dengan wajah yang begitu menyebalkan di matanya. Ia hanya benci karena Daniel...pernah mengatakan bahwa ia memiliki rasa terhadap Valeria. Dan meski Daniel terlihat tidak serius dan melakukannya semata-mata untuk membuatnya cemburu, ia terlanjur alergi melihatnya.

Dan Sean juga tidak ingin pergi ke klub malam lainnya. Ia tidak ingin pergi menghibur dirinya ke mana pun. Sejak memporak-porandakan rumahnya sendiri, ia tidur sendirian di apartemennya dan tidak pernah pulang ke rumah. Rumah itu tidak akan pernah sama lagi jika tidak ada Valeria di dalamnya.

Hari ini ia mengemudikan mobilnya menuju pantai terdekat yang dapat ditemukannya. Ia sampai disana dalam keadaan gelap gulita, tapi ia tidak mempedulikannya sepanjang tempat itu bisa menenangkan hatinya. Ia menidurkan dirinya di pasir dengan sebotol minuman keras yang akhir-akhir ini menjadi teman dekatnya. Ia bahkan merokok sesekali padahal ia sudah berhenti melakukannya sejak tujuh tahun yang lalu, saat ayahnya diketahui menderita kanker paru-paru.

Ayahnya memang meninggal karena komplikasi penyakit yang di deritanya. Tapi sebenarnya Sean ikut andil atas kematian ayahnya tersebut.

Bisa dikatakan dirinyalah yang membunuh ayah kandungnya sendiri. Dan ini adalah rahasia terbesar hidupnya. Masa lalu kelamnya.

Semua itu karena cinta...gadis yang saat itu selalu mengatakan mencintainya dan ia pun setiap kali mengucapkan cinta padanya dengan sepenuh hati. Gadis pertama yang berhasil menyusup ke dalam hatinya yang sedingin es. Katherine...

Dan ia bersumpah tidak akan pernah jatuh cinta lagi kepada siapapun.

Termasuk Valeria.

Meski ia cinta padanya.

Meski ia mati-matian menyangkalnya.

Siapa yang bilang dirinya tidak mencintai Valeria?

Oh... Sean mencintai gadis itu sejak melihat punggung gadis itu untuk pertama kali. Ia jatuh cinta padanya meski tidak mengetahui nama, umur dan wajah jelas gadis itu. Hal yang tidak bisa dijelaskannya dengan akal sehat.

Ia tertarik pada Valeria seperti ngengat yang tertarik pada api. Dan terbakar karenanya.

Ia mencintai Valeria hingga terasa begitu menyakitkan.

Seperti saat ini.

Sudah tiga minggu lebih berlalu, dan belum ada perkembangan lebih lanjut tentang keberadaan Valeria.

Sean tidak menyangka gadis kecilnya itu begitu pintar. Selama ini Valeria terlihat begitu polos dan apa adanya. Apakah itu benar-benar Valeria atau ia hanya berpura-pura? Valeria membencinya di awal pernikahannya dan berubah begitu manis padanya entah sejak kapan.

Apakah semua perhatian Valeria benar-benar tulus diberikannya? Sean bahkan masih dapat merasakan ciumannya, bibir gadis itu di bibirnya dan desahan gadis itu saat berada di bawah tubuhnya. Saat mereka bercinta. Dirinya bahkan mengatakannya sebagai bercinta, bukan berhubungan seksual lagi. Ia begitu memuja gadis itu. Valerianya.

Valeria yang selalu tersenyum padanya dan mampu membuatnya tersenyum. Valeria yang suka memeluknya, menciumnya dimana saja, dan duduk di pangkuannya, bermanja-manja padanya.

Valeria mengubah segala yang ada dalam dirinya. Sean benci akan hal itu.

Dan Sean juga merindukannya. Di atas segala-galanya, bahkan jauh melampaui kebenciannya.

Munafik jika ia pernah mengatakan tidak menginginkan cinta Valeria.

Ia sangat menginginkannya. Bahkan ia rela menyerahkan semua harta keluarganya jika memang bisa menjadikan jaminan gadis itu mau menukarnya dengan hatinya. Harga dirinyalah yang tidak mengijinkannya untuk mengakui keinginannya. Semua itu karena Valeria menolaknya, mengatakan tidak mau menikah dengannya dan terakhir kali mengatakan jijik pada sentuhannya.

Tapi ia tetap memaksakan Valeria bersamanya dan menetapkan gadis itu adalah miliknya.

Tubuhnya memang milik Sean, tapi tidak hatinya.

Seandainya Valeria mencintainya...

Tapi ia tidak mungkin bisa mengucapkan cinta pada Valeria.

Katherine membuatnya tidak bisa mengucapkan kata itu.

***

Sean terbangun karena sinar matahari yang bersinar menyilaukan penglihatannya. Ia terkejut mendapati dirinya terbangun di atas hamparan pasir.

Ia duduk dan menoleh ke belakang. Mobilnya masih ada di tempatnya memarkirkannya semalam.

Ia pasti sudah gila hingga bisa tidur-tiduran di tempat sepi seperti ini. Ia bisa saja dirampok oleh seseorang, tapi nasibnya masih beruntung. Dompet dan ponselnya masih utuh. Dan dirinya juga masih hidup.

Ia memutuskan untuk pulang ke apartemennya dan tidak akan minum terlalu banyak lagi.

Sesudah mandi, ia mendapatkan panggilan telepon dari mertuanya. Amelia menyuruhnya untuk segera ke rumah mereka. Sean mengerutkan kening penuh tanda tanya, tapi ia menurutinya saja.

"Mama tidak sabar untuk memberitahukannya padamu." Amelia terlihat lebih ceria pagi itu dan membuatkannya sarapan.

Sean menunggu ceritanya sambil mencicipi makanan yang dibuatkan oleh Amelia.

"Kemarin malam Valeria menghubungi Mama."

Ucapan Amelia mengejutkan Sean. Ia langsung berhenti memakan roti isinya dan menatap mertuanya yang tampak berbinar-binar.

"Dengan nomor ponselnya?" Sean mengernyit.

Amelia mengangguk. "Mama sempat tak percaya, tapi itu benar dia. Valeria mengatakan ia berada di tempat yang aman dan menyuruh Mama jangan bersedih." Amelia terdiam sesaat sebelum melanjutkan. "Mama menanyakan ia berada di mana dan menyuruhnya pulang, tapi ia tidak mau mengatakannya, Sean."

Sean memalingkan wajahnya. Tanpa menunggu, ia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Valeria. Dan kembali kecewa karena ponsel itu non aktif kembali.

Detektifnya juga sempat melacak keberadaan Valeria dengan GPS ponsel, tapi tidak terlacak. Valeria sudah memperhitungkan segalanya.

Amelia merasa bersalah melihat Sean yang terlihat kecewa. "Setidaknya kita tahu dia baik-baik saja, Sean. Dia juga mengatakan anakmu baik-baik saja."

Sean terdiam sesaat dan menyimpan kembali ponselnya.

Amelia merasa canggung dan hendak melanjutkan kegiatannya di dapur bersama Bik Sani.

"Sebenarnya aku tidak mengerti apa salahku. Akhir-akhir ini aku merasa hubunganku dengannya baik-baik saja." Sean terdengar putus asa. Ia menyisiri rambutnya dengan jari.

"Jangan menyalahkan dirimu, Sean. Valeria pasti memiliki alasan kenapa ia melakukan semua ini." Amelia berbalik mendekatinya kembali.

"Ia membenciku." ucap Sean lirih.

"Itu tidak benar, Sean. Valeria tidak membencimu."

"Tidak usah menghiburku..."

"Mama bukan menghiburmu, Sean. Vally bahkan mengatakan..." Amelia menahan kata-kata yang hampir diucapkannya. "Sebenarnya Valeria akhir-akhir ini menceritakan sebuah keresahannya padaku tentang dirimu."

Sean merasa tertarik mendengar kelanjutannya. Ia mendongak menatap mertuanya.

"Terakhir kali kemari, ia mengatakan tentang perkataanmu dulu saat menikahinya. Kau akan menceraikannya dan mengambil anakmu darinya setelah ia melahirkan." Amelia merasa lega karena berhasil mengucapkannya.

Sean tercengang mendengarnya. Jadi selama ini Valeria masih mengingat semua ucapannya di saat awal pernikahan mereka? Ia merasa tak percaya dengan semua ini.

Valeria melarikan diri darinya karena alasan tersebut?

Segala kemarahannya terasa menguap dari hatinya. Ia menyesal telah berpikir buruk tentang Valeria. Setelah ini ia tidak akan pernah mengucapkan sembarang kata lagi pada gadis itu. Itupun jika ia berhasil menemukan Valeria.

"Mengapa ia tidak pernah membicarakannya padaku?"

"Karena...kejadian sebelum kecelakaan itu, Sean." Amelia kembali menjelaskan. "Sebenarnya Mama tidak berhak membicarakan ini, tapi Mama merasa perlu mengatakannya."

Sean mengangguk.

"Ia trauma pada apa yang terjadi padamu. Ia menceritakan pada Mama apa yang terjadi sebelum kecelakaan itu dan berkata tidak akan pernah menanyakan apapun padamu yang menyangkut hal-hal yang melibatkan emosi."

Sean mengingat setiap detail kejadian saat itu. Valeria menanyakan apakah ia mencintainya dan ia menjawab tidak padanya.

Ia menjawab tidak pada Valeria.

Dan ia merasa menyesal karenanya. Mengapa ia tidak mengakui saja perasaannya saat itu meski Valeria akan menertawakannya. Semuanya tidak akan berakhir seperti ini. Harga dirinya memang akan hancur jika mengatakan itu, sementara Valeria tidak mencintainya. Tapi untuk apa mempertahankan harga dirinya jika Valeria tidak ada bersamanya.

"Sean....sebenarnya kau tidak membenci Valeria, bukan?" Amelia bertanya dengan nada cemas.

"Apa aku terlihat membencinya?" Sean tertawa ironis sambil menjawab pertanyaan Amelia dengan pertanyaan.

Tidak. Tidak..Ia seharusnya menjawab :

Aku tidak membenci anakmu. Aku bahkan mencintainya...

Tapi sekarang sudah terlambat untuk mengatakannya.

Matanya terasa pedih. Ia mengangkat tangan untuk menyingkirkan keburaman di matanya. Keburaman?

Sean merasakan matanya basah. Ia menangis?

Sial!! Sean mengusapkannya agar tidak merasa malu berkepanjangan karena disaksikan oleh mertuanya.

Ia pernah mengatakan pada Valeria bahwa laki-laki tidak akan pernah menangis untuk sesuatu yang melibatkan emosi. Dan ia baru saja melakukannya. Ia telah menangis untuk pertama kalinya sejak terakhir kali ia tidak mengingat kapan ia pernah menangis. Dan air matanya ini ia berikan untuk Valeria.

Suara langkah seseorang yang menuruni tangga membuat percakapan mereka terhenti. Ternyata Jean. Sean merasa bersyukur terhadap gangguan yang terjadi tepat di saat yang ia inginkan.

***

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 11.5K 30
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
643K 57.3K 54
⚠️ BL LOKAL Awalnya Doni cuma mau beli kulkas diskonan dari Bu Wati, tapi siapa sangka dia malah ketemu sama Arya, si Mas Ganteng yang kalau ngomong...
426K 10K 61
bagaimana kalau hidup kamu yang awal nya bahagia dengan pekerjaan itu, malahan menjadi petaka untuk kamu sendiri. Pernikahan paksa akibat sebuah jeba...
1.8M 59.3K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...