Unfinished Tale

By HuntedHunter

87.2K 4.7K 144

Berhentilah menjadi orang lain dihadapanku. Haruno Sakura. More

Different
To be or Not to be
Hunted
Another Chance

Blossom

19.5K 1K 83
By HuntedHunter

Sepasang mata milik Haruno Sakura menatap lurus ke langit langit kamar tempat dimana ia dirawat saat ini. Pandangannya kosong. Sudah lebih dari satu jamsejak Naruto san Kakashi-sensei kembali ke rutinitas mereka masing-masing. Tentu saja mereka tidak bisa berada disini terlalu lama bukan? Sedikit paksaan dari Sakura akhirnya mampu membuat kedua laki laki itu yakin untuk meninggalkannya sendirian.

Pikiran gadis itu dipenuhi oleh rasa cemas. Sesosok pria yang selama ini sudah ia coba lupakan kembali menghantui benaknya.

"Aku sangat mengenalnya. Dan kau pun begitu, Sakura.", jawab pria itu singkat

"Uh?", tanya Sakura heran. Ia sangat ingin mengetahui siapa orang yang sudah mau bersusah payah membawa tubuhnya yang sudah hampir menjadi jasad itu kembali ke Konoha.


"Orang itu adalah Sasuke. Uchiha Sasuke."


Sasuke. Uchiha Sasuke. Pria itu yang menyelamatkannya. Disaat semua sudah terlihat sempurna. Saat dimana ia merasa bahwa ia sudah berhasil melupakan pria itu. Disaat ketika ia mengira hatinya sudah memilih untuk menutup rapat rapat kenangan masa lalunya. Dan pada akhirnya, dialah satu satunya orang yang melihat Sakura dalam kondisi terburuknya. Kondisi dimana ia tak mampu melakukan apa apa.

.

.

.

.

.

Ruangan itu masih sepi. Dua jam telah berlalu. Surai rambut merah muda gadis itu jatuh dipipinya, Bekas air mata masih terlihat jelas. Kunoichi Konohagakure itu hampir tidur terlelap ketika didengarnya pintu ruangan itu terbuka.

Tanpa harus membuka mata, gadis itu langsung mengetahui siapa orang yang kini berdiri disamping tempat tidurnya. Chakra orang ini sudah betul betul dikenal Sakura. Meski dalam keadaan lemah, kemampuan Sakura dalammengenali chakra seseorang masih terbilang baik.

Meski gadis itu tahu bahwa hal ini sia sia, namun ia berusaha untuk tetap tampak tertidur. Ia belum ingin membuka matanya, mengetahui bahwa pria yang beberapa waktu belakangan ini dihindarinya, kini duduk disamping tempat tidurnya tanpa berkata apapun.

"Sampai kapan kau mau menjadi orang mati, Haruno Sakura?", ujar suara itu datar. Sakura bersumpah danmerutuki dirinya sendiri dalam hati ketika disadarinya bahwa hatinya kembali bergejolak kala mendengar suara pria itu.

Suara yang sebenarnya amat ia rindukan.

Hening. Tak ada satupun dari mereka berdua yang membuka suara. Waktu terasa mengalir sangat lama. Sakura sadar betul, pria disampingnya ini bisa saja terus duduk dalam diam untuk beberapa jam kedepan. Sekeras mungkin ia coba untuk melawan keinginannya yang ingin segera berbicara dengan keturunan Uchiha ini.

"Persetan", kutuk Sakura dalam hati.

"Apa yang kau lakukan disini, Uchiha-san?", ucap gadis dengan rambut merah muda itu sambil perlahan membuka matanya.

Pemuda itu agak terkejut mendengar cara Sakura memanggilnya. Namun, seperti biasa. Ekspresi wajah itu tak berubah.

"Memastikan bahwa kau masih hidup.", jawab Sasuke datar.

"Terima kasih.", sahut Sakura lirih. Ia ingin sekali menangis, tapi tidak. Tidak untuk saat ini. Tidak didepan pria ini. Ia tak mau lagi dianggap sebagai perempuan yang lemah.

"Aa.", tukas pemilik nama belakang Uchiha itu singkat. Berbagai pikiran terbersit dibenaknya. Penyesalan bukan kata yang tepat untuk menggambarkan situasi saat ini.

Suasana kembali hening. Sakura menatap kesamping, menghindari tatapan Sasuke. Keduanya tenggelam dalam keheningan yang sebenarnya menyiksa mereka berdua.

Dan lagi, Sakura menjadi orang pertama yang membuka mulutnya untuk berkata kata.

"Uchiha-san, kau tak perlu menunggu disini. Aku yakin masih banyak urusan yang harus kau selesaikan.", tukas Sakura dengan nada datar sembari menahan segala bentuk emosi yang mendesak keluar dari dalam hatinya.

Tak ada jawaban.

"Uchiha-san, aku baik baik sa-"

"Sakura.", potong pria itu sambil menatap kearah gadis yang kini terbalut perban di seluruh tubuhnya.

"Siapa kau sebenarnya?", lanjut pria itu.

Mendengar perkataan itu, Sakura mendelik keheranan.

"Aku? Namaku Haruno Sakura", jawab gadis itu lirih.

"Haruno Sakura tidak pernah memanggilku dengan sebutan Uchiha-san.", ucap pria itu lagi sambil terus menatap ke tubuh lemah gadis itu.

Dada gadis itu terasa sesak. Tidak. Bukan karena luka yang dideritanya akibat pertarungan kemarin. Rasa sakit ini jauh lebih menyiksa. Rasa sakit yang sama seperti saat ia meneriakkan perasaannya kepada seorang anak laki laki yang berusaha meninggalkan Konoha.

"Kau terus menghindariku Sakura. Aku belum melihatmu sejak kedatanganku kembali di desa ini."

"Dan tiba tiba kulihat kau tergeletak disana, hampir tanpa nyawa ?"

"Lalu sekarang, kau bukanlah Haruno Sakura yang kukenal."

Mendengar kata kata itu, Sakura tak mampu menahan dirinya lagi. Perlahan, ia memalingkan pandangannya, menatap pria yang amat dikasihinya itu. Uraian air mata kembali terjatuh membasahi pipinya. Perasaannya masih belum berubah, dan ia sadar betul bahwa perasaan itu takkan pernah berubah. Sekeras apapun pikirannya mencoba melupakan pria ini, hatinya terus memberontak.
Perasaan yang cukup gila, perasaan yang membuatnya tak mampu membunuh pria itu dahulu, bahkan saat Sakura sadar betul bahwa pria ini bisa membunuhnya kapan saja.

"Kau tahu berapa lama aku menunggumu kembali? Kau tahu bagaimana perasaanku ketika aku tahu kau mengunjungi Konoha untuk mengabari Kakashi-sensei, namun tak sedetik pun kau biarkan aku mengetahui keberadaanmu?", ucap gadis itu di sela isak tangisnya.

"Dan setelah semua ini berlalu, kupikir aku bisa melupakanmu. Mencoba memulai semuanya dari awal. Membuang jauh jauh harapanku padamu."

"Dan lagi, aku melihat diriku sendiri sebagai seorang gadis yang bukan merupakan apa apa. Dimatamu, atau bahkan bagi Naruto. Aku tidak mampu menyandingi kalian berdua. Sekeras apapun aku mencoba, kalian terus melangkah jauh. Sedangkan aku masih disini, ditempat yang sama."

"Setelah itu, dengan melupakanmu, kupikir semua hal akan berjalan sebagaimana mestinya. Karena aku bukanlah siapa siapa jika dibandingkan denganmu. Malam itu, hari itu juga, aku berharap agar aku benar benar mati. Namun apa? Hal pertama yang kuketahui setelah aku sadar adalah kau menyelamatkanku malam itu. Kau membawaku kesini. Membiarkanku tetap hidup.", ujar gadis itu sambil mengatur nafas. Rasa nyeri mulai terasa menyerang dadanya.

Pria berambut raven itu terdiam untuk beberapa saat. Membiarkan perempuan dihadapannya itu meluapkan seluruh isi hatinya yang pasti sudah ia sembunyikan untuk waktu yang cukup lama. Rasa sesal memenuhi hati pemuda itu tatkala ia melihat gadis yang paling ingin dilindunginya ini kembali menangis. Dan penyebabya tak lain adalah dirinya sendiri.

Suara detik jam dinding kembali terdengar di ruangan itu. Mereka berdua larut dalam pikirannya masing masing.


"Apakah aku pernah mengatakan bahwa kau adalah seorang yang lemah, Sakura?", tanya pria itu tiba tiba.

Sakura terhenyak. Tak ada jawaban yang bisa ia berikan saat ini.

"Dan mengapa kau berpikiran untuk mati?"

"Berhentilah menyakiti dirimu sendiri. Dan asal kau tahu. Aku tidak ingin lagi kehilangan orang orang yang berharga bagiku."

Sakura masih berusaha mencerna apa yang barusan dikatakan oleh pria itu. Ia menatap kosong kearah jendela, memandang langit yang menunjukkan gelap malam.

"Menurutmu, bagaimana perasaanku saat aku melihatmu terkubur dibawah lempengan besi itu? Dan kau pikir aku akan membiarkanmu begitu saja?"

"Meninggalkanmu adalah keputusan terbodoh yang pernah kubuat seumur hidupku. Dan aku takkan pernah memaafkan diriku sendiri akan hal itu.", ujar pemilik mata onyx itu dengan nada datar yang sulit dipahami.

"Tapi kau masih bisa mencari orang lain yang bisa mengisi kesendirianmu. Aku tak pantas menjadi orang yang dianggap penting bagi keturunan Uchiha. Lagipula....", ucapan Sakura terhenti ketika disadarinya sepasang mata onyx itu kini menatapnya. Menatap kedua matanya, seakan membaca seluruh pikiran dan isi hatinya.

"Siapa yang kau sebut tidak pantas? Dan aku tak pernah tertarik untuk mencari orang lain yang tak mengenalku."

"Sakura, berhentilah memandang dirimu sendiri kecil, karena kau tahu, kau lebih dari itu. Kau pikir, apa alasanku kembali ke desa ini? Alasanku yang utama adalah karena aku berjanji kepadamu untuk kembali dan kau lah orang pertama yang akan kutemui saat aku pulang.", tangan Sasuke kini mengusap lembut pipi gadis dengan mata viridian itu.

Rasa hangat menyelimuti hati mereka berdua. Sebuah senyum tipis kini merekah diwajah kunoichi itu. Seluruh pertanyaan dan rasa takut yang dimilikinya lenyap begitu saja.
Setelah sekian lama ia hidup dalam keragu raguan ini, pada akhirnya, di detik detik ini, kebahagiaan kembali kedalam hidupnya.

Kebahagiaan karena pria yang dicintainya kini kembali pulang.

Kebahagiaan karena ia diberi kesempatan untuk hidup sekali lagi.

Dan kebahagiaan karena ia mengetahui bahwa perasaannya telah terbalas. Perasaan yang ia miliki sejak mereka masih kecil. Perasaan yang membuatnya mampu melihat Sasuke yang sebenarnya dibalik seluruh kesalahannya di masa lalu.

"Sasuke-kun.", ucap gadis itu lirih.

"Tadaima, Sakura"

"Okaeri, Sasuke-kun."

Continue Reading

You'll Also Like

246K 19.5K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
13.4K 384 12
asololeeeee hai ges nama ku Rahmania neysa kalila kelen bisa panggil we Nesya atau alea jadi we minta kelen baca donk cerita we dan jangan lupa c...
32.1K 4.2K 15
Jika setiap rindu itu dibayar, maka ia akan menjadi orang terkaya di dunia karenanya Disclaimer @Masashi Kishimoto
TWIN By Ayu dwie

Fanfiction

86.3K 8.1K 16
Sakura tidak pernah menyangka jika hal ini terjadi padanya. Bertemu dengan wanita yang kembar dengannya. Takdir memainkan perannya dengan begitu apik...