The Others

Per DheeCassieII

17.8K 2.2K 217

©Dhee Cassie presents . . . The Others . . . Setelah keluar dari penjara, Jung Yunho pindah ke apartement ibu... Més

- 1 -
- 2 -
- 3 -
- 4 -
- 5 -
Bingung

- 6 (End) -

3K 435 64
Per DheeCassieII

©Dhee Cassie presents

.
.
.

The Others
.
.
.

Chapter 6 End

.
.
.

Rate : M (for violence)

************************

-Previously-

Yunho sudah mengetahui perihal sebab suara-suara aneh dan misteri kematian para penghuni apartement Mirotic, termasuk Ibunya dari Minho.

Begitu juga dengan Changmin yang sepertinya bisa menerima semua keganjilan kasus ini.

Sementara Yunho masih belum bisa melakukan apapun untuk menghentikan teror yang masih membayangi ini, tidak boleh ada korban lain.

Namun bagaimana jika Jaejoong yang kini dalam bahaya?

Dapatkah Yunho dan Changmin menyelamatkannya?

**************************

Jaejoong sedang mengambil cucian di kamarnya saat dia sadar bahwa pakaian Yunho semuanya kotor.

"Aish~ aku lupa Yunnie tidak bawa baju ganti banyak." rutuk Jaejoong.

Beberapa hari ini Yunho memang masih menginap di rumahnya.

"Kalaupun dicuci sekarang, nanti saat Yunnie pulang pasti belum kering." pikir Jaejoong.

"Eh, sekarang sudah jam berapa ya? Kenapa Yunnie belum pulang?" tanya Jaejoong pada dirinya sendiri.

"Mungkin dia sedang ambil pakaian ganti di apartementnya." gumam Jaejoong.

Dia lalu menyambar mantelnya dan bergegas keluar bermaksud menyusul Yunho ke apartementnya.

.
.
.

Jaejoong turun dari taksi tepat di depan apartement Mirotic saat jam sudah menunjukkan pukul 21.30. Namja cantik tersebut langsung berjalan memasuki gedung tua itu.

Di lantai dasar apartement, suasananya sangat sepi dan sedikit gelap. Jaejoong bergegas menuju lift yang ada di depan kamar Jinki.

Saat namja cantik itu keluar dari lift, dia mengerling apartement Jonghyun yang di pintu depannya masih dipasangi police line.

Jaejoong kemudian mempercepat langkahnya menyusuri koridor lantai empat sambil merapatkan mantelnya, karena entah mengapa udara di sekitarnya berubah menjadi sangat dingin.

Akhirnya Jaejoong sampai di depan pintu apartement Yunho.

"Yunnie.." panggil Jaejoong seraya mengetuk pintu.

"Yunnie, kau di dalam? Buka pintunya, ini aku!!" pekik Jaejoong lagi, namun tidak ada sahutan dari dalam.

"Apa Yunnie ketiduran?" gumam Jaejoong, kemudian namja cantik itu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.

"Yunnie, kau dimana?" tanya Jaejoong begitu Yunho mengangkat teleponnya.

"Uhmm...aku sekarang ada di depan apartementmu." jawab Jaejoong tenang.

"Apa? Cepat pergi dari sini? Memangnya kena-" Jaejoong belum sempat menyelesaikan ucapannya ketika tiba-tiba rambutnya di tarik seseorang hingga dia terjatuh.

[ "Jaejoongie!!! Jaejo-" ] suara teriakan Yunho terdengar dari ponsel Jaejoong yang terjatuh.

Sementara namja cantik itu kini tengah diseret masuk ke apartement tepat di sebelah apartement Yunho.

"Aaarrgghhhh...lepaskan!!!" Jaejoong berusaha meronta, namun usahanya sia-sia.

Sraaakkk~

Jaejoong terus diseret masuk ke apartement 417 yang kosong itu.

Setelah berada di dalam, Jaejoong merasakan jambakan di rambutnya dilepas.

Dia kemudian bangkit dan berusaha berlari mencapai pintu depan apartement tersebut.

Namun saat tinggal beberapa langkah saja dari pintu tersebut, tiba-tiba pintu tertutup dengan sendirinya.

BLAAMMM!!!

"Tidak!!! Buka pintunya!!! Buka!!!" teriak Jaejoong panik, dia mulai menangis karena ketakutan.

Jaejoong berbalik dan melihat ke sekeliling ruang apartement tersebut, namun dia tidak dapat melihat siapapun disana.

Walau keadaan cukup gelap, namun dengan sinar lampu dari luar yang masuk lewat celah jendela, Jaejoong dapat melihat cukup jelas bahwa di dalam tidak ada siapapun kecuali dirinya. Disana hanya ada ruangan kosong.

Duaghh!!!

"Aakkhh!!!" pekik Jaejoong saat tiba-tiba dirasa ada yang memukul ulu hatinya, membuat namja ini seketika roboh dan tersuruk ke lantai.

Duaggh!!!

Duaghh!!!

Duaggh!!!

"Aaarghh!!! Apa salahku ahkk!!" Jaejoong menjerit menahan pukulan demi pukulan yang diarahkan padanya.

"Ugh..aahkk..." rintih Jaejoong kesakitan.

Samar-samar dia melihat sesosok namja tinggi berdiri di atasnya.

Jaejoong mendongak dan memicingkan matanya untuk melihat siapa gerangan namja itu.

Jaejoong melebarkan matanya saat melihat namja itu tengah menyeringai setan padanya.

Dia tahu namja itu akan melakukan hal yang lebih buruk, maka dia cepat-cepat beringsut dari tempatnya.

Dia merangkak dengan sisa kekuatannya untuk menjauh dari namja itu.

Namun tiba-tiba...

Bruaakkk!!!

"Aaaarghhh!!!" Jaejoong menjerit saat tubuhnya dilemparkan tinggi-tinggi.

"Hiks..hiks...sakitt..hiks.." rintih Jaejoong, dia kemudian membuka matanya perlahan.

Namun betapa terkejutnya dia, karena kini posisi tubuhnya berada di langit-langit dengan punggung menempel pada permukaannya.

"Hiks..kumohon hentikan...hiks..jangan lakukan ini padaku hiks...kumohon...hiks.." mohon Jaejoong yang menangis ketakutan.

Dan seketika itu tubuhnya terhempas ke lantai di bawahnya dengan bunyi debam yang sangat keras.

Bruuaagghh!!!

"Yunnie..tolong..." lirih Jaejoong yang merasa seluruh tubuhnya luruh dan nyeri yang amat sangat saat menghantam lantai dengan keras.

Dan dia pun kehilangan kesadarannya.

*************************

Yunho terus berlari menuju apartementnya, tiba-tiba Changmin sudah menyusul dengan mobilnya.

"Ayo masuk!!" perintah Changmin dan tanpa pikir panjang, Yunho langsung masuk ke dalam mobil.

"Semoga belum terlambat.." gumam Yunho dengan wajah pucat.

"Semoga..." balas Changmin dan dia menambah kecepatan mobilnya.

.
.
.

Tidak berapa lama kemudian mereka berdua sampai di depan apartement Mirotic.

Keduanya langsung menghambur masuk dan menuju lift.

Ting~

Yunho dan Changmin keluar dari lift dengan tergesa-tergesa.

Mereka berlari di sepanjang koridor lantai empat tersebut.

"Ini milik Jaejoongie." ucap Yunho mengambil ponsel Jaejoong yang tergeletak di lantai di depan pintu apartementnya. Wajahnya kini semakin pucat.

"Yunho-sshi, disana..." tunjuk Changmin saat sampai di depan apartement nomor 417.

Tanpa buang waktu lagi, Yunho langsung masuk ke apartement tersebut.

"Jaejoongie..." Yunho sangat terkejut saat mendapati Jaejoong terbaring tidak berdaya di lantai dengan luka memar di sekujur tubuhnya.

Bukan hanya itu saja, pelipis, hidung, serta sudut bibirnya berdarah.

"Jaejoongie..maaf...maafkan aku.." Yunho merengkuh tubuh Jaejoong, dia menyesal tidak dapat datang tepat waktu.

Greeekk~

"Yunho-sshi, cepat bawa kekasihmu keluar dari tempat ini." ucap Changmin begitu mendengar suara benda yang digoreskan ke dinding.

Changmin tahu itu bukan pertanda baik. Yunho yang juga mendengarnya mengangguk mengiyakan.

Dia kemudian mengangkat tubuh Jaejoong dengan hati-hati dan membawanya keluar dari tempat itu.

"Tolong bukakan pintunya, kuncinya ada di saku jaketku." Yunho meminta Changmin membuka pintu apartementnya.

Detektif muda itu dengan sigap mengambil kunci tersebut dan segera membukakan pintu untuk Yunho.

Setelah masuk, Yunho membaringkan Jaejoong di sofa ruang tengah dan menyelimuti tubuh namja cantik itu dengan jaketnya.

"Apa tidak sebaiknya kita bawa dia ke Rumah Sakit?" tanya Changmin pada Yunho yang tengah memandangi Jaejoong.

"Kita harus menghentikan semua ini malam ini juga, Jaejoongie akan bertahan." yakin Yunho, kemudian dia mencium kening Jaejoong dengan lembut.

"Pukul berapa sekarang?" tanya Yunho pada Changmin.

"21.45.." jawab Changmin setelah melihat jam tangannya.

"Ini sudah waktunya.." Yunho bangkit dan berjalan menuju pintu dan diikuti Changmin yang masih belum tahu apa maksud Yunho.

Yunho meraih pegangan pintu depan apartementnya dan menghela napas panjang untuk menenangkan dan memantapkan hatinya.

Perlahan dia membuka pintu itu.

Changmin terkejut mendapati apa yang kini ada di depan matanya.

Dia melihat di depan apartement nomor 417 terdapat seorang namja tengah berlutut di depan namja kecil yang sedang memeluk piano kecil mainannya.

"Yunho-sshi, mereka..." Changmin tampak takjub sekaligus ngeri melihat Heechul dan Taemin disana.

"Jangan, belum waktunya." sergah Yunho menahan Changmin yang hendak melangkah mendekati mereka.

"Tapi mereka.."

"Percayalah padaku." tukas Yunho.

Changmin menatap namja yang lebih muda tersebut dan akhirnya menurutinya.

Mereka kini berdiri di depan pintu menyaksikan kejadian yang ada di hadapan mereka.

Kejadian yang dulu telah terjadi.

Heechul berlutut di depan Taemin yang berdiri memeluk piano kecil mainannya.

Namja cantik tersebut menangkup kedua pipi Taemin dan mencium kening anaknya tersebut dengan penuh sayang.

"Apa Taeminnie merasa takut?" tanya Heechul lembut.

"Tidak, Umma.." jawab Taemin seraya memeluk Heechul.

"Umma akan membawamu jauh dari sini chagiya, kita akan memulai hidup yang baru." ucap Heechul meyakinkan Taemin.

Heechul bangkit kemudian menggandeng tangan mungil Taemin, sementara tangan yang satunya menjinjing sebuah kopor besar.

Namun baru dua langkah mereka beranjak, mereka dikejutkan dengan kedatangan Siwon yang baru saja pulang, lagi-lagi dengan keadaan mabuk.

"Hey, Kim Heechul!! Mau kau bawa kemana Taemin eoh?!" tanya Siwon berkacak pinggang garang.

Changmin sekali lagi hendak melangkah menghampiri Heechul dan Taemin, namun Yunho cepat-cepat menahan Changmin.

"Belum sekarang..." bisik Yunho tanpa mengalihkan pandangannya dari ketiga sosok di depannya. Changmin sekali lagi menuruti Yunho.

"Yeobo, kumohon biarkan kami pergi.." mohon Heechul dengan air mata yang mulai mengalir dari kedua sudut mata kucingnya.

"Apa katamu? Pergi? Kau mau pergi? Lalu jika kau dan Taemin pergi, bagaiman denganku eoh?!!" cecar Siwon.

"Tapi-"

Plaakkk!!!

Yunho mengepalkan tangannya menahan amarah menyaksikan apa yang sedang terjadi, namun dia tahu saat ini dia harus bisa menahannya.

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi tirus Heechul, membuat namja tersebut limbung dan jatuh tersuruk ke lantai.

"Umma..!!" teriak Taemin.

"Dasar tidak tahu diuntung!! Aku sudah bekerja siang dan malam, tapi inikah balasanmu kepadaku eoh?!!" murka Siwon.

Namja ini kemudian berjongkok di depan Heechul dan menjambak rambut Heechul tanpa belas kasih.

"Kau berani meninggalkanku?" tanya Siwon geram.

"Aarghh...yeobo, lepaskan...aaahh..sakkiiitth.." rintih Heechul mencengkeram tangan Siwon yang menjambak rambutnya.

"Appa, jangan sakiti Umma lagi.." pinta Taemin dengan wajah penuh linangan air mata.

"Diam kau anak sialan!!!"

Bruaakk!!!

Siwon menghempaskan tubuh Taemin, sehingga namja kecil itu terpelanting cukup jauh.

"Taeminnie, lari!!! Cepat selamatkan dirimu, nak!!" teriak Heechul.

Siwon yang melihat Taemin mulai bangun, kemudian melepaskan jambakannya pada rambut Heechul.

Siwon bangkit dan berjalan menghampiri Taemin dengan seringai jahat di wajahnya.

Siwon mencabut tongkat pemukul yang tergantung di pinggangnya dan berjalan kearah Taemin sambil menggesekkan ujung tongkat tadi ke tembok, sehingga menimbulkan suara gesekan panjang yang membuat merinding.

Greeekkk~

Siwon terus mendekat kepada Taemin yang masih berusaha bangun dengan tertatih-tatih.

Heechul yang melihat Taemin terancam langsung berusaha bangkit dan dengan langkah tersaruk mencoba untuk mencegah Siwon menyakiti buah hatinya.

Greeekkkk~

Suara ujung tongkat yang beradu dengan permukaan tembok itu membuat Heechul bergidik.

Siwon telah sampai di hadapan Taemin, dia lantas mengacungkan tongkat itu tinggi-tinggi.

Taemin mendongak menatap sosok tinggi ayahnya.

"Appa..." panggil Taemin lirih.

"Tidaakkk!!!" pekik Heechul histeris.

"Hentikan!!!" teriak Yunho bersamaan dengan jeritan Heechul.

Siwon menoleh kearah Yunho dengan tatapan berkilat penuh murka, namun Yunho membalas tatapan namja itu tanpa gentar.

Siwon yang telah gelap mata, kembali menghadap Taemin yang kini sedang menangis terisak.

Dia mengacungkan tongkatnya dan...

BRUUKKK!!!

Siwon jatuh tersungkur karena Heechul menerjang Siwon dengan segenap kekuatannya.

Siwon mendelik marah pada Heechul.

"Kau!!! Berani-beraninya kau.."

Duaggh!!!

Belum selesai ucapan Siwon, Heechul sudah memukulnya dengan tongkat yang diambil Heechul saat Siwon terjatuh.

"Aaaahh!!" rintih Siwon seraya memegangi kepalanya.

"Kau tidak akan bisa menyiksaku dan Taeminnie lagi." ucap Heechul yang  kemudian memukul Siwon dengan membabi buta.

Seolah Heechul ingin membalas setiap kekejaman Siwon padanya dan Taemin selama ia hidup.

Duaggh!!!

Duggh!!!

Bugh!!!

"Yunho-sshi..." lirih Changmin ngeri.

"Biarkan Heechul melampiaskan kemarahannya, biarkan dia menyelesaikan urusan dan dendamnya." jawab Yunho dengan suara bergetar.

Changmin menatap kosong kearah Heechul yang masih memukuli Siwon. Sementara Taemin masih menangis memeluk lututnya.

Heechul kemudian bangkit dan berjalan menghampiri Taemin. Direngkuhnya namja kecil yang tubuhnya bergetar hebat karena isak tangisnya.

"Teminnie, sekarang kita bebas sayang. Kita bisa pergi dari tempat ini untuk selamanya dan hidup berbahagia. Hanya ada Umma dan uri Taeminnie sekarang." ucap Heechul semakin mengeratkan pelukannya pada Taemin.

Heechul membimbing Taemin untuk berdiri. Keduanya kemudian berbalik dan menatap ke arah Yunho dan Changmin yang masih berdiri terpaku di tempat mereka semula.

"Terima kasih..." ucap Heechul dengan seulas senyum penuh kelegaan menghiasi wajahnya.

"Hyung, terima kasih.." lirih Taemin, mata namja kecil itu berbinar riang.

Yunho membalas senyum mereka dan mengangguk pelan. Dia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.

Perlahan-lahan, sosok Heechul dan Taemin menghilang seiring munculnya cahaya putih yang sangat menyilaukan. Yunho dan Changmin menutup mata karena silaunya.

BLAASSTTT!!!

Sosok Heechul, Taemin dan Siwon pun lenyap bersamaan dengan hilangnya cahaya tadi.

Kini hanya Yunho dan Changmin yang masih berada disana, menatap koridor lantai empat yang kini kosong dan lengang.

**************************

Yunho duduk di samping tempat tidur rumah sakit dimana Jaejoong terbaring di atasnya.

Cahaya hangat matahari pagi yang masuk melalui jendela jatuh menimpa wajah cantik Jaejoong yang masih belum sadar dari pingsannya semalam.

Yunho mengeratkan genggaman tangannya pada tangan namja cantiknya tersebut.

Dia mencium tangan Jaejoong lembut seraya menatap penuh sayang pada kekasihnya.

Semalaman, Yunho menjaga Jaejoong tanpa tertidur sedikitpun, dia hanya ingin memastikan tidak terjadi apa-apa lagi pada Jaejoong.

Di hatinya masih ada sedikit sesal karena semalam dia terlambat menyusul namja cantiknya tersebut.

"Yunho-sshi.." panggil Changmin yang baru saja masuk sambil membawa dua buah gelas berisi kopi dan menyerahkan salah satunya pada Yunho.

"Terima kasih, Changmin-sshi." ucap Yunho saat menerima gelas kopi tersebut.

"Semua telah berakhir..." gumam Changmin setelah menyesap kopinya.

"Ya, kurasa begitu.." jawab Yunho tanpa mengalihkan pandangannya dari Jaejoong.

"Aku masih sulit mempercayai bahwa semua yang terjadi tadi malam adalah kenyataan." Changmin menatap Yunho dengan tatapan yang tampak lelah.

"Seandainya dulu ada seseorang yang perduli pada Heechul dan Taemin, mereka tidak harus mengalami nasib setragis itu." Yunho menghela napas berat.

"Kuharap mereka kini bisa tenang di alam sana." ucap Changmin penuh pengharapan.

"Yunho-sshi, terima kasih banyak. Kau telah mengajari satu hal yang sangat berharga." lanjut Changmin.

"Apa maksud anda, Changmin-sshi?"

"Kepedulian...kau telah menunjukkan bahwa sedikit kepedulian mungkin akan berarti sangat besar bagi orang lain." jawab Changmin seraya menatap namja yang lebih muda itu penuh kekagumam.

"Aku hanya mengikuti kata hatiku." ucap Yunho tertunduk memandangi permukaan kopinya.

"Walau dia telah membunuh Ibumu?" tanya Changmin hati-hati.

"Itu bukan sepenuhnya kesalahan Heechul, dia pantas marah setelah perlakuan Siwon padanya dan Taemin selama bertahun-tahun. Dan dia pantas marah pada orang-orang yang tidak memperdulikan penderitaan dan kesakitan mereka. Bahkan setelah mereka meninggal, mereka masih ingin meminta tolong agar bisa lepas dari arwah Siwon. Namun lagi-lagi tidak ada orang yang mau membantu mereka, termasuk Umma." tutur Yunho sedih.

"Kau menghentikan Siwon saat dia hendak membunuh Taemin, bagaimana kau tahu harus melakukan itu?" penasaran Changmin.

"Tragedi ini dimulai saat Siwon membunuh Taemin, jika saat itu ada seseorang yang menghentikannya, maka Taemin tidak perlu meninggal dan Heechul bisa mendapat sedikit keberanian untuk membela diri karena ada orang yang siap membantunya. Saat itulah terpikir olehku bagaimana cara menghentikan Siwon." terang Yunho.

"Yunnie..." panggil Jaejoong tiba-tiba yang baru saja tersadar.

"JaeJae, kau sudah sadar?" Yunho benar-benar tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya.

"Yunnie, semalam-"

"Ssstt~ semua sudah berakhir, sayang." sela Yunho sambil mengusap kepala Jaejoong pelan dan mencium keningnya.

"Sebaiknya aku tinggalkan kalian berdua. Jaejoong-sshi, kau beruntung memiliki seseorang seperti kekasihmu ini. Jaga dia baik-baik ya? Aku permisi dulu, sampai jumpa." ucap Changmin seraya bangkit dari tempat duduknya  kemudian pergi meninggalkan Yunho dan Jaejoong.

"Yunnie, sebenarnya siapa orang yang menyerangku semalam?" tanya Jaejoong.

"Ceritanya sangat panjang, JaeJae. Aku akan menceritakannya padamu nanti setelah keadaanmu lebih baik, ya?" tawar Yunho, yang hanya dijawab anggukan kepala lemah oleh Jaejoong.

Yunho memeluk Jaejoong, menjalari namja tersebut dengan kehangatan dan rasa aman. Tidak akan membiarkan hal buruk kembali menimpanya.

"Aku mencintaimu..." bisik Yunho.

"Aku juga mencintaimu, Yunnie.." balas Jaejoong mengeratkan pelukannya.

***************************

>> Beberapa bulan kemudian...

Shim Changmin, Lee Jinki, Kim Junsu, Park Yoochun, bahkan Choi Minho dan beberapa orang lainnya termasuk orang tua Jaejoong, sedang merayakan pernikahan Yunho dan Jaejoong di apartement Yunho.

Bukan perayaan besar-besaran, karena hanya sahabat dan kerabat dekat yang menghadiri acara tersebut.

Junsu sibuk membantu  menyiapkan hidangan bagi para tamu, begitu pula dengan Yoochun.

Namun keberadaan Yoochun lebih karena Junsu. Ya, sepertinya bos Yunho itu menaruh hati pada sahabat Jaejoong tersebut.

Yunho dan Jaejoong sendiri merasa senang-senang saja melihat keduanya tampak kompak dan cocok satu sama lain.

Sementara Changmin dan Minho tengah berbagi lelucon konyol mereka. Dan Jinki terlibat obrolan para orang tua dengan kedua orang tua Jaejoong.

"JaeJae, aku senang karena semua orang bisa bergembira dan berkumpul seperti ini." ucap Yunho seraya memeluk tubuh ramping Jaejoong dari belakang.

Keduanya sedang berdiri di dekat jendela sembari menatap pemandangan kota di malam hari.

"Ya...aku juga merasa demikian..." gumam Jaejoong yang menyandarkan tubuhnya pada Yunho.

"Apa kau haus? Aku ambilkan minuman, ya?" tawar Yunho yang kemudian melepaskan pelukannya setelah mencium sekilas pipi Jaejoong, membuat pipi namja itu bersemu merah.

Yunho sedang mengambil minuman saat tiba-tiba dia merasa tengkuknya menghangat.

Yunho menoleh ke arah pintu depan apartementnya.

Ditatapnya pintu itu lama. Kemudian dengan perlahan, dia melangkah mendekati pintu dan meraih pegangan pintunya.

Yunho membuka pintu tersebut dengan ragu. Namun, setelah terbuka ternyata tidak ada apapun, dia tidak melihat apa-apa setelah membuka pintu itu.

"Ada apa, Yunnie?" tanya Jaejoong yang kini sudah berada di sampingnya.

"Tidak, hanya saja tadi aku merasa ada yang datang." jawab Yunho masih menatap koridor lantai empat yang lengang.

"Mungkin hanya perasaanmu saja. Ayo.." ajak Jaejoong menarik Yunho kembali masuk.

Yunho hendak berbalik mengikuti Jaejoong saat matanya menangkap sesuatu di bawahnya, tepat di depan pintu masuk.

Yunho menatap benda itu dengan mata berkaca-kaca. Perlahan dia membungkuk dan mengambil benda tersebut.

"Yunnie, apa itu?" tanya Jaejoong.

"Hadiah dari seorang teman." jawab Yunho menatap benda itu penuh haru.

"Itu..." ucap Jaejoong tertahan, dia agaknya terkejut dengan benda yang dipegang Yunho.

"Heechul-sshi..Taeminnie...terima kasih.." bisik Yunho tulus.

Jaejoong mengambil piano kecil mainan yang dipegang Yunho, kemudian mengajaknya masuk.

Kini mereka tidak perlu takut tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Karena tidak akan ada lagi ketakutan dan kecemasan jika kita saling melindungi dan perduli satu sama lain.

.
.
.

THE END
.
.
.

Vote & comment please...

Continua llegint

You'll Also Like

656K 59K 45
Diterbitkan oleh Penerbit LovRinz (Pemesanan di Shopee Penerbit.LovRinzOfficial) *** "Jangan percaya kepada siapa pun. Semua bisa membahayakan nyawam...
Pemaisuri Per Mawan

Aleatòriament

179K 14.7K 41
Seorang pemuda manis diam-diam suka membaca novel bertema kerajaan. Dia merasa kesal dengan si pemeran utama karena terlalu lemah dan selalu jadi bah...
derive Per w

Fanfiction

37.5K 757 3
masa lalu hanyalah kenangan di masa depan. namun, bagaimana jika kenangan itu kembali nyata? berbentuk seorang anak yang kehadirannya terlupakan. [re...
43.4K 5.7K 32
Nera adalah anak yang tumbuh di lingkungan kriminal pinggiran kota. Keputusannya menyelamatkan seorang pria tua yang terkena luka tembak membawanya m...