The Others

By DheeCassieII

17.8K 2.2K 217

©Dhee Cassie presents . . . The Others . . . Setelah keluar dari penjara, Jung Yunho pindah ke apartement ibu... More

- 1 -
- 2 -
- 3 -
- 6 (End) -
- 5 -
Bingung

- 4 -

2K 328 20
By DheeCassieII

©Dhee Cassie presents

.
.
.

The Others
.
.
.

Chapter 4

.
.
.

Rate : M (for violence)

************************

Hari ini Yunho mulai bekerja di bengkel milik Park Yoochun.

Bengkel itu memang tidak terlalu besar, tapi mempunyai cukup banyak pelanggan. Seharian ini saja Yunho benar-benar sibuk di sana.

"Bagaimana hari pertamamu?" tanya Yoochun yang menghampiri Yunho saat jam makan siang berlangsung, sehingga semua pekerja tengah beristirahat menikmati makan siang mereka.

"Lumayan cukup melelahkan, hyung." jawab Yunho tersenyum.

"Sepertinya kau memang hebat dalam urusan mesin. Awalnya aku ragu saat Lee Donghae merekomendasikanmu." ucap Yoochun menepuk bahu Yunho pelan.

"Aku akan bekerja sungguh-sungguh agar tidak mengecewakan hyung dan Lee Donghae-sshi." janji Yunho.

"Hmm..aku percaya padamu, Yunho-ya. Senang bisa membantumu, aku juga dulu mantan tahanan sepertimu. Susah sekali mencari pekerjaan dengan status ini, walau sudah benar-benar berubah." ungkap Yoochun dengan tatapan menerawang.

"Ya, apa yang hyung katakan memang benar." Yunho membenarkan.

"Oh ya, jika kau butuh teman untuk bicara atau berbagi, kau tidak usah sungkan berbagi denganku. Terkadang bagi orang seperti kita yang pernah hidup bertahun-tahun dalam ruangan terbatas kemudian harus keluar menghadapi dunia luar membawa dampak yang tidak begitu baik pada awalnya. Terkadang, kau jadi sedikit paranoid." ucap Yoochun setengah berbisik di akhir kalimatnya.

"Paranoid?" heran Yunho.

"Ya, semacam kecemasan  berlebihan yang kau rasakan, atau kadang kau melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada dan itu hanya imajinasimu, dan kau jadi mudah berprasangka pada orang-orang di sekitarmu." tutur Yoochun kemudian menenggak habis soda yang sedari tadi dipegangnya.

"Tapi itu normal kurasa, setelah kehidupan terkungkung yang kita jalani. Jadi yang perlu kau lakukan hanyalah belajar membuka dirimu pada orang lain." Yoochun bangkit dan meninggalkan Yunho yang terpaku dalam pikirannya sendiri.

.
.
.

- Yunho's POV -

Apa benar yang dikatakan Yoochun hyung tadi?

Apakah semua yang aku alami akhir-akhir ini hanya pikiranku saja?

Semuanya memang tidak masuk akal bagiku...

.
.
.
.
.

Aku kembali ke apartement dengan langkah lesu, bukan karena seharian bekerja di bengkel. Melainkan karena pikiranku yang semakin kalut.

Saat aku hendak masuk lift, aku berpapasan dengan paman Jinki.

"Paman, saya ingin bicara." kutahan lengan namja paruh baya itu, sementara dia hanya diam menatapku penuh pertimbangan.

"Kumohon..." pintaku.

"Baiklah. Ayo.." pasrah paman Jinki, tatapan matanya kini melunak.

Aku mengikutinya masuk kedalam ruangan yang selama ini menjadi tempat tinggalnya.

Ruangan ini hanya sebuah kamar yang tidak lebih besar dari ruang tengah apartementku.

Ruangan ini terkesan berantakan, semua barang seperti dijejalkan agar muat di kamar sempit ini.

"Silahkan duduk." persila paman Jinki, menunjuk sebuah sofa tua yang terletak di dekat pintu masuk.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya paman Jinki setelah duduk di sebuah kursi kayu.

"Paman, sebenarnya apa yang terjadi dengan kematian Umma?" tanyaku langsung.

Paman Jinki menatap sendu padaku. Dia menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaanku.

"Dengan sangat menyesal, aku sungguh tidak tahu apa-apa mengenai itu. Aku hanya tahu dari pembicaraan para penghuni lain. Seperti yang aku katakan dulu, bahwa aku baru bekerja sebagai penjaga gedung ini dua bulan yang lalu tepat setelah Ny. Jung meninggal. Aku sama sekali tidak tahu mengenai kematiannya, nak." jelas paman Jinki dengan wajah prihatin.

"Lalu, mengenai penghuni di kamar 417. Sebenarnya mereka itu siapa?" tanyaku lagi.

"Kamar 417? Siapa yang kau maksud, nak?" paman Jinki tampak begitu heran.

"Iya, penghuni di kamar 417. Sebuah keluarga kecil, yang aku tahu marga mereka Choi. Choi Siwon, Kim Heechul dan anak mereka yang bernama Taemin. Kemarin mereka ribut lagi, dan karena aku tidak tahan maka kupanggil polisi. Tapi anehnya, saat polisi masuk ke apartement itu, di dalamnya ternyata kosong." ungkapku mengenai kejadian ganjil kemarin.

"Aku samasekali tidak mengerti maksudmu. Di lantai empat tempat apartementmu berada, hanya kamar 415 yaitu kamarmu dan kamar nomor 409 yang ditempati oleh Tn. Kim Jonghyun yang dihuni. Selain itu, semua kamar di lantai itu kosong." jelas paman Jinki.

"Apa? Jadi..." aku benar-benar tidak mengerti dengan semua ini.

- Yunho's POV End -

.
.
.

- Author's POV -

Yunho keluar dari lift dengan langkah lemas.

Dia semakin tidak mengerti dengan apa yang tengah terjadi.

Pembicaraannya dengan si pengurus apartement Lee Jinki justru membawanya ke tingkat penasaran yang lebih tinggi.

Saat berjalan di lorong koridor menuju kamarnya, Yunho melihat Taemin sedang duduk bersila di depan pintu apartement nomor 417.

Yunho berjalan perlahan dengan mata yang tidak pernah lepas dari namja kecil itu. Saat Yunho berjalan di depannya, Taemin mendongak dan balik menatapnya.

Yunho dapat merasakan bulu kuduknya meremang saat matanya beradu pandang dengan mata Taemin, sehingga Yunho sama sekali tidak menghentikan langkahnya untuk menyapa atau berbicara pada namja kecil itu seperti yang selalu dia lakukan selama ini.

Yunho membuka kunci pintu dengan tergesa, dan masuk dengan membanting pintu dengan keras.

Begitu ia di dalam, perlahan Yunho melihat melalui lubang pintu dan mendapati Taemin sudah tidak ada di tempatnya tadi.

Yunho berpikir sejenak karena entah mengapa kini dia merasa janggal. Namun akhirnya dia memutuskan untuk menuju kamarnya dan beristirahat menenangkan pikirannya.

Baru beberapa langkah dia beranjak, Yunho dikejutkan dengan suara ketukan di pintu.

Yunho membatu di tempat seiring dengan suara ketukannya.

Dia menatap ngeri kearah pintu, membayangkan sosok yang saat ini tidak ingin dia lihat berada di balik pintu itu.

Yunho menelan ludah dengan susah payah saat suara ketukan itu kembali terdengar.

Akhirnya, dengan perasaan was-was tangannya terulur meraih kenop pintu dan memutarnya dengan sangat perlahan.


















"Yunnie..."

Namja tampan itu menghela napas lega saat mendapati sosok Jaejoong lah yang berdiri di hadapannya.

"Kau baik-baik saja?" Jaejoong menghampiri Yunho dengan wajah khawatir melihat wajah kekasihnya yang pucat.

"Ya, aku baik-baik saja JaeJae." Yunho memberikan senyum semeyakinkan mungkin pada Jaejoong.

"Tadi saat aku mau pulang dari restoran, aku sempat terpikir untuk mampir kesini dan makan malam bersamamu. Aku sudah belanja banyak, lihat..." tunjuk Jaejoong pada kantung belanjaan yang ditentengnya.

"Eumm...tapi JaeJae, sebaiknya kita makan di rumahmu saja. Dapurku berantakan, kau pasti tidak akan leluasa." Yunho mencoba memberi alasan pada Jaejoong agar namja cantik tersebut tidak berada di tempat itu malam ini. Karena entah mengapa, Yunho merasakan firasat yang sangat buruk.

"Kau aneh, Yunnie." cemas Jaejoong, dibelainya pipi Yunho lembut.

"Apanya yang aneh? Ayo, kita ke tempatmu sekarang. Aku sudah tidak sabar ingin mencicipi masakan buatanmu." Yunho menggamit lengan Jaejoong, mengunci kembali pintu apartementnya dan mengajak namja cantik itu pergi dari apartementnya.

Sementara itu, Jaejoong hanya mengikuti Yunho dengan hati bertanya-tanya.

.
.
.

-@Jaejoong's House-

Yunho mengamati Jaejoong yang sedang menyiapkan makan malam.

Melihat namja cantik itu, membuatnya merasa seolah dunianya kembali nyata dan normal.

"Kenapa hanya diam di situ? Ayo cepat kemari, sebelum makanannya dingin." tegur Jaejoong, menyadarkan Yunho dari keterpanaannya.

Yunho kemudian duduk di salah satu kursi makan yang ditunjuk Jaejoong tadi dan mulai makan dengan lahap.

Untuk sejenak, Yunho melupakan kekalutan pikirannya.

Jaejoong yang duduk di seberang meja menatap Yunho dengan senyum mengembang, dia bahagia dapat bersama kembali dengan orang yang sangat dicintainya tersebut.

"JaeJae, dimana paman dan bibi Kim?" tanya Yunho saat membantu Jaejoong mencuci piring.

"Mereka sekarang tinggal di Seongnam, Appa pindah kerja kesana satu tahun yang lalu, jadi Umma juga ikut kesana." jawab Jaejoong sambil menyerahkan piring terakhir yang dibilasnya pada Yunho.

"Jadi kau tinggal sendirian?" wajah Yunho kini tampak khawatir.

"Aku bisa jaga diri, Yunnie. Aku lebih berhati-hati sejak kejadian itu." Jaejoong mengucapkannya dengan wajah tertunduk.

"Maaf JaeJae, aku tidak bermaksud menyinggung kejadian dulu." sesal Yunho, diraihnya tangan namja itu.

"Tidak apa-apa. Semua sudah berlalu."

Jaejoong tersenyum lembut pada Yunho dan memeluk namja tersebut.

Saat itu kemudian timbul debaran aneh di dada sepasang kekasih tersebut. Untuk sesaat mereka saling bertatapan.

Yunho menangkup kedua pipi Jaejoong dan perlahan mendekatkan wajahnya.

Jaejoong hanya menutup mata pasrah saat bibirnya di kecap dan dilumat Yunho.

Semakin lama ciuman mereka semakin liar dan menuntut satu sama lain.

Keduanya semakin terhanyut dan terbawa hasrat yang semakin membuncah dalam diri mereka.

************************

-@Mirotic Apaertement-

Di apartement nomor 409, Kim Jonghyun tengah membaca sebuah buku sambil duduk nyaman di sofa ruang tengah.

Sesaat kemudian, tiba-tiba keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya karena dia mendengar suara yang selama ini begitu mengganggunya.

Greeekk~

"Ya Tuhan, jangan lagi..kumohon, hentikan semua ini..." bisik Jonghyun menangkupkan kedua tangannya di depan dada seraya memohon.

Bruugg...brugg...brugg!!!

"Tolong kami!!"

Jonghyun semakin ketakutan saat pintu depan apartementnya digedor keras dengan suara seseorang yang terus meminta tolong.

"Kumohon, jangan ganggu aku. Pergilah!!!" sergah Jonghyun semakin panik, dia kemudian lari kedalam kamarnya dan langsung mengunci pintu rapat-rapat.

Brug..brugg...bruuggg!!!

"Tolong buka pintunya?! Tolong kami..." kini pintu kamar Jonghyun lah yang digedor.

"Pergi!! Pergi kalian!! Jangan ganggu aku, kumohon...pergilah.." hardik Jonghyun, dia menutup kedua telinganya erat-erat.

Braaakkk!!!

Pintu kamar itu menjeblak terbuka dan...

"Aaarrgghhhh!!!"

**************************

Jaejoong membuka mata saat cahaya matahari menelusup melalui celah tirai jendela kamarnya.

Dia membalikkan tubuhnya perlahan agar namja yang masih terlelap sambil memeluknya tidak terbangun.

Jaejoong tersenyum menatap Yunho yang masih terlelap. Namja cantik tersebut kemudian mencium bibir Yunho sekilas sebelum beranjak bangun, namun begitu dia akan berdiri pergelangan tangannya ditarik sehingga dia terjatuh tepat di atas tubuh Yunho.

"Selamat pagi, JaeJae." sapa Yunho seraya mengeratkan pelukannya.

"Yunnie, aku harus siap-siap sekarang." rengek Jaejoong berusaha bangun dari atas tubuh Yunho.

"Aku mencintaimu." ucap Yunho menatap Jaejoong sayang.

Blushh~

"Aku juga mencintaimu, bear." jawab Jaejoong tersipu.

**************************

Yunho mengantar Jaejoong sampai ke restoran, baru setelah itu dia kembali ke apartementnya untuk berganti pakaian sebelum berangkat ke bengkel.

Namun Yunho sedikit heran saat di,depan gedung apartementnya banyak mobil polisi dan ambulance, serta kerumunan orang.

Yunho sedikit mendesakkan tubuhnya melewati kerumunan orang-orang tersebut.

Saat dia berhasil sampai di barisan paling depan, Yunho heran karena banyak petugas medis dan polisi keluar masuk apartement.

Yunho melihat si pengurus gedung Lee Jinki sedang berbicara dengan seorang namja muda berperawakan tinggi yang mengenakan setelan jas abu-abu gelap.

Walau namja itu tampak masih muda, namun Yunho yakin dia jauh lebih tua dari dirinya.

Saat sedang berbicara, Lee Jinki tampak mengerling pada Yunho, kemudian namja yang sedang berbicara dengannya ikut melihat ke arahnya.

Yunho semakin bertanya-tanya saat Jinki memberi isyarat agar dia menghampirinya.

Dengan ragu, Yunho berjalan ke arah dua namja tersebut.

"Yunho-sshi, ini adalah Tn. Shim Changmin. Dia penyelidik dari kepolisian." Jinki memperkenalkan namja tadi.

"Jadi, anda Jung Yunho tetangga Tn. Kim Jonghyun?" tanya namja tinggi bernama Shim Changmin tersebut, sambil mengulurkan tangannya pada Yunho.

"Ya, benar." sahut Yunho balas mengulurkan tangannya dengan ragu pada Changmin.

"Bisa kita bicara Tn. Jung?" tanya Changmin sopan.

"Tentu, dan mohon panggil saja saya Yunho." jawab Yunho.

"Apa sekarang saya boleh pergi Tn. Shim?" sela Jinki.

"Ah ya, tentu saja. Terima kasih atas kerjasama anda." Changmin menjabat tangan Jinki sekilas sebelum namja paruh baya itu pergi.

"Jadi, ada apa ini Tn. Shim?" tanya Yunho yang sudah sangat penasaran.

"Begini, bisakah anda mengatakan padaku dimana keberadaan anda semalam?" Changmin menatap Yunho penuh selidik.

"Saya? Semalam saya berada di rumah kekasih saya."

"Lalu sekitar pukul 22.00 dimana anda saat itu?" cecar Changmin.

"Tn. Shim, sebenarnya ada apa ini?" Yunho berusaha memprotes.

"Tolong jawab saja pertanyaan saya." tegas Changmin.

"Saya sudah bilang bahwa saya ada di rumah kekasih saya. Saya semalam menginap disana." terang Yunho.

"Hmm...baiklah, lalu bisa beritahu saya bagaimana saya menghubungi kekasih anda?" tanya Changmin lagi.

Yunho mengernyitkan dahinya, sedikit kesal dan tersinggung dengan perkataan Changmin barusan.

"Jangan salah paham, Yunho-sshi. Saya tidak bermaksud buruk pada kekasih anda. Saya hanya ingin menanyai mengenai kebenaran alibi anda." tukas Changmin saat melihat raut tidak suka di wajah Yunho.

"Alibi? Alibi apa Tn. Shim? Apa yang sebenarnya anda bicarakan?" Yunho semakin bingung dengan arah pembicaraan mereka.

"Begini, anda kenal dengan Tn. Kim Jonghyun bukan?" tanya Jonghyun kemudian.

"Saya tidak terlalu mengenalnya, saya baru bertemu dengannya sekali. Kemarin lusa kalau tidak salah." Yunho sedikit mengingat-ngingat pertemuan dengan tetangganya tersebut.

"Ada apa dengan orang aneh itu?" tanya Yunho kemudian.

"Dia ditemukan tewas tadi pagi." jawab Changmin setelah menghela napas berat.

"Tewas? Dia...." Yunho sangat terkejut mendengar berita tersebut.

"Ya, kejadiannya sekitar pukul 22.00 tadi malam." lanjut Changmin.

"Kenapa anda menanyakan alibi saya?" Yunho merasa ada yang janggal dalam hal ini.

"Itu karena sepertinya dia tewas dibunuh. Bukannya saya menuduh anda, hanya saja anda adalah satu-satunya orang yang tinggal di lantai yang sama dengan Tn. Kim." Yunho merasa pening mendengar jawaban Changmin tersebut.

Dia samasekali tidak menyangka namja itu akan berakhir tragis seperti ini.

"Saya tidak membunuhnya." ucap Yunho mantap.

"Ya, sepertinya pelakunya memang bukan penghuni apartement ini." Changmin menghela napas untuk yang kesekian kalinya.

"Tadi anda menyebut Tn. Kim Jonghyun orang yang aneh. Bisa anda jelaskan apa maksudnya itu?" tanya Changmin kemudian.

"Ah itu, hmm..karena saat kami bertemu dia menanyakan sesuatu yang aneh.." Yunho sebenarnya agak ragu mengatakan tentang ini.

"Apa yang dia tanyakan?" Changmin tampak tertarik.

"Dia menanyakan, apakah saya mendengar suara-suara.."

"Suara-suara? Suara apa?" Changmin kini semakin ingin tahu.

"Ehmm..suara...entahlah, itulah mengapa menurut saya dia aneh." bohong Yunho, dia merasa dengan menceritakan mengenai suara-suara yang dimaksud hanya akan mempersulit keadaan.

Karena dia sendiri saja merasa janggal dengan hal itu, bagaimana seorang penyelidik yang menomorsatukan rasionalitas akan memahami hal tersebut.

Yang jelas, Yunho merasa misteri ini bukanlah hal yang bisa dipecahkan dengan batasan rasionalitas saja.

Jadi, dia memutuskan agar penyelidik ini tidak usah mengetahuinya, atau segalanya akan semakin sulit baginya untuk mengungkap apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Changmin tampak ragu pada jawaban Yunho. Dia menatap Yunho lekat-lekat berusaha mencari kejanggalan di mata namja tersebut.

"Baiklah, anda boleh pergi." ucap Changmin akhirnya. Namja ini tampak mengurut keningnya, berpikir.

Yunho pergi meninggalkan Changmin dengan kekalutan pikirannya.

Saat dia berbalik, matanya menangkap sosok yang tidak asing berdiri di antara orang-orang yang berkerumun di depan gedung apartement.

Yunho berjalan pelan pada sosok tersebut, namun saat dia sudah hampir mencapainya, sosok tersebut melihatnya dan dengan wajah panik dia bergegas meninggalkan kerumunan.

Yunho dengan sigap mengejar orang tersebut dan...

Greepp~

"Siapa kau sebenarnya?" Yunho menahan lengan orang tersebut dan mencengkeramnya kuat-kuat agar dia tidak bisa lari lagi.

Sosok namja jangkung bermata besar itu hanya diam dan menatap Yunho dengan tatapan yang entah bagaimana mengartikannya.

"Katakan siapa kau sebenarnya!!!" bentak Yunho yang merasa jengah dengan namja tersebut.

"Baiklah, mungkin memang sudah saatnya kita bicara. Tapi tidak disini.." dan namja tersebut akhirnya buka suara setelah dirasanya sudah tidak bisa lagi menghindar.

.
.
.

To Be Continued...
.
.
.

Vote & comment please...


Continue Reading

You'll Also Like

43.1K 5.6K 32
Nera adalah anak yang tumbuh di lingkungan kriminal pinggiran kota. Keputusannya menyelamatkan seorang pria tua yang terkena luka tembak membawanya m...
130K 19.6K 27
Dinding pemisah dua dunia spirit dan iblis melemah. Akankah sejarah terulang kembali atau justru menciptakan sejarah baru? ‼️WARN MATURE CONTENT!‼️ G...
394K 22.6K 39
[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan Kata² Kasar, mohon bijak dalam membaca] ••• Achasa seorang gadis cantik keturunan mafia rusia yang tidak s...
83.7K 7.3K 51
【 On Going 】 GIRLS Series #1 - - - Blurb: Dia Alexiore, seorang gadis dengan kedinginan melebihi rata-rata tiba-tiba menghembuskan nafas terakhirnya...