RELATIONSHIT

By captcheese

1.2M 70.5K 1.9K

Ketika Kinar dan Aric sama-sama saling jatuh cinta pada akhirnya, tetapi sesuatu menghalangi mereka dan membu... More

Satu~
Dua~
Tiga~
Lima~
Enam~
Tujuh~
Delapan~
Sembilan~
Sepuluh~
Sebelas~
Dua Belas~
Tiga Belas~
Empat Belas~
Lima Belas~
Enam Belas~
Tujuh Belas~
Delapan Belas~
Sembilan Belas~
Dua Puluh~
Dua Puluh Satu~
Dua Puluh Dua~
Dua Puluh Tiga~
Dua Puluh Empat~
Dua Puluh Lima~
Dua Puluh Enam~
Dua Puluh Tujuh~
Dua Puluh Delapan~ {END}

Empat~

50.2K 3K 34
By captcheese

ARIC menutup pintu mobil. Lalu ia memijit tombol lock di kunci mobilnya. Dengan langkah gontai dan tas ranselnya yang disandangnya di bahu kanan, ia berjalan menuju kelasnya. Dengar-dengar sih dia kelas 3 IPA-2. Ia berjalan menuju kelasnya yang berada di dekat kantin. Kemarin Niko sudah membawanya untuk tur mengelilingi sekolah.

“Bro!”

Aric berbalik dan menemukan Niko yang sedang menyengir lebar. “Bisa gak sih tiap ketemu gue lo gak usah ngagetin gue terus?” Aric mendengus.

Niko terkekeh pelan. “Sori, Ric. Eh betewe lo kelas berapa, Ric?”

“Gue lagi berdiri di depan kelas apa emang?” Tanya Aric melirik pintu kelas yang hanya berjarak satu meter darinya.

Niko menoleh dan menganggukkan kepalanya. “Sama dong kayak gue. Kelas 3 IPA-2 juga.”

“Kok kita satu kelas sih?” Tanya Aric.

“Ya mana gue tau. Kita jodoh kali ya, Ric.” Sahut Niko mengedipkan sebelah matanya.

“Astaga, Nik. Gue masih normal. Oke.” Aric langsung membalikkan badannya dan berjalan memasuki kelas.

Niko mengekor Aric sambil tertawa ngakak. “Gue bercanda kali, Ric.”

Aric berjalan ke sebuah meja yang berada paling belakang di dekat jendela yang mengarah ke lapangan badminton. Ia menaruh tasnya di atas meja dan duduk. Niko duduk di sebelah Aric.

“Biasanya kalo disini denah tempat duduknya sesuai apa?” Tanya Aric.

“Yaa… kadang sesuai keinginan guru. Entar guru yang bakal ngacak. Kadang boleh milih sendiri. Kadang juga sesuai absen. Kadang sih nomor absen diacak, terus lo milih satu angka deh.”

“Oh. Gitu.”

Beberapa anak masuk ke dalam kelas 3 IPA-2. Aric memperhatikan satu-satu teman-teman sekelasnya. Dan ia berhenti di satu sosok yang baru memasuki kelas.

“Lo beneran suka sama Kinar ya, Ric?” Tanya Niko yang menyadari jika Kinar memasuki kelas.

Aric mendesah. “Itu kan Cuma surat cinta doang, Nik. Ya gak lah. Gue tuh stuck banget pas disuruh buat surat cinta. Dan pas Kinar lewat di depan gue, gue langsung mutusin kalo dia yang bakal jadi penerima surat gue.”

Aric melihat dari ekor matanya jika Kinar duduk di bangku nomor dua di barisannya. Lalu Aric menghela napas dan melempar pandangannya ke jendela.

-----------------------------------------------------------------

Kinar bersyukur ketika Bu Tia, wali kelasnya saat ini berjalan masuk ke dalam kelas. Sedaritadi Jasmine dan Eliza memang sedang menggodanya tentang surat cinta dari Aric yang kemarin itu. Lalu ketika mereka harus berpisah dengan Eliza karena Eliza tidak sekelas, Jasmine pun masih menggoda Kinar. Apalagi ketika Kinar baru menyadari jika Aric ternyata sekelas dengannya. Ini tambah ribet. Malah Jasmine tambah menjadi-jadi.

“Pagi semuanya.” Sapa Bu Tia setelah beliau meletakkan buku-buku tebal ke atas meja guru.

“Pagi, Bu.” Semua anak membalas sapaan beliau.

Bu Tia mengedarkan pandangannya ke seluruh siswanya. “Baiklah. Saya sepertinya tidak perlu untuk memperkenalkan diri saya ke kalian lagi dengan panjang lebar. Kalian pasti sudah tau siapa saya. Tapi karena di kelas kita ini ada beberapa anak baru, jadi mungkin saya harus memperkenalkan diri saya secara singkat.”

“Nama saya Bu Ratiana. Panggil saya Bu Tia. Saya mengajar pelajaran Kimia di kelas 1, 2, dan 3. Jadi kalian pasti akan menemui saya di pelajaran Kimia. Baiklah, saya mengaku jika saya cukup bosan juga melihat wajah-wajah kalian ini.” Kata Bu Tia sambil terkekeh pelan yang membuat siswanya juga ikut terkekeh.

“Ya kayak kamu Marko. Awas saja kalau kamu nakal lagi.” kata Bu Tia sambil menatap cowok berambut hitam yang jabrik.

“Ada tiga anak baru di kelas kita. Saya tidak akan menyuruh kalian untuk maju ke depan dan memperkenalkan diri kalian karena waktu kita hanya sedikit. Jadi biar saya yang memperkenalkan ketiga anak baru ini ke kalian semuanya.” Kata Bu Tia sambil menyambar bukunya yang berada di atas meja. Ia membuka buku dan bergumam sebentar. “Nah. Febriano Dewo. Mana anaknya?”

Seorang cowok bermuka oriental mengangkat tangannya. Bu Tia manggut-manggut lalu kembali melanjutkan. “Alaric Aldrin Nachla. Mana orangnya?”

Kepala Kinar langsung berputar sedikit untuk melirik Aric. bisa dilihatnya jika Aric mengangkat tangan kanannya. Semua anak cewek di kelasnya langsung terkagum-kagum akan tampang Aric yang memang bisa dibilang good looking. Kinar mendengus pelan dan kembali memusat perhatian ke Bu Tia. Bisa dirasakan jika Jasmine yang duduk di sampingnya langsung menyikut perutnya. Kinar hanya melengos.

“Lalu ada Milla Elianafisah. Mana yang namanya Milla?” Tanya Bu Tia.

Seorang cewek berambut sebahu itu mengangkat tangan.

“Baiklah. Kita langsung saja membahas siapa yang akan menjadi orang-orang penting di kelas.”

Lalu mereka mendiskusikan siapa yang bakal menjadi ketua kelas, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi lainnya. Niko pun akhirnya menjadi ketua kelas. Dengan sekretarisnya adalah Bella. Dan bendaharanya adalah Aini.

“Sekarang, sebelum kalian memulai pelajaran pertama kalian yaitu Kimia, kita akan mendiskusikan denah tempat duduk kalian yang akan dipilih oleh kalian melalui absen.” Kata Bu Tia yang sudah memegang absen. “Absen ini sudah ibu acak. Tidak berdasarkan abjad maupun tanggal lahir. Semua siswa di kelas ini ada 30 siswa. Jadi kita mulai. Dari Jasmine.”

Jasmine langsung bangkit dan berjalan ke depan kelas sambil membawa tasnya. Ia menatap Bu Tia sebentar. “Saya pilih nomor…” Jasmine terdiam sambil melirik Kinar. Kinar tau. Pasti Jasmine berharap agar dapat duduk dengannya. “Nomor 20.”

“20?” Bu Tia menatap absen kelas. “Kamu akan duduk dengan Marko Herdian.”

Jasmine langsung cemberut. Kinar tau jika dari dulu Jasmine gak pernah suka dengan Marko karena Marko itu anaknya bandel dan jahil. Marko langsung mendesah keras. Dengan berat hati, ia menyambar tasnya dan berjalan menuju depan kelas.

“Karena nomor Jasmine adalah nomor 1 dan Marko adalah nomor 20, maka dari itu kalian akan duduk di meja nomor 10. Itu mejanya di dekat jendela.”

Jasmine dan Marko yang sama-sama berat hati pun langsung berjalan menuju meja mereka.

Bu Tia langsung menyuruh beberapa anak maju ke depan dan menentukan pasangan sebangkunya. Dan akhirnya Kinar disuruh untuk maju. Kinar pun menjinjing tasnya dan akhirnya maju.

“Kin, Kin, pilih tuh si Aric.”

“Iya, Kin. Pilih Aric aja.”

“Bu Tia, kasih bocoran kek nomor absennya Aric.”

“Iya, Bu. Biar mereka duduk berdua.”

Dan banyak lagi perkataan lainnya yang membuat Kinar cemberut. Apalagi Jasmine dan Marko ikut menggoda Kinar.

“Saya pilih nomor 6, Bu.” Kata Kinar dengan acuh.

“Nomor 6 itu Akmal. Dan dia udah duduk sama Nimor.” Kata Bu Tia.

“Ya udah. Saya pilih nomor 30 aja, Bu.”

“Kamu duduk sama Niko Erlangga.”

Kinar tersenyum pelan. Untung aja dia duduk sama Niko. Masih bisa diajak bicara dan kerja sama si Niko itu. Niko maju ke depan kelas.

“Karena nomor absen Kinara adalah 16 dan Niko adalah 40. Maka kalian duduk di meja nomor 28.”

Kinar dan Niko langsung duduk di meja mereka.

---------------------------------------------------------------------------

Aric duduk di sebuah meja kantin yang terletak agak di pojokan. Di meja itu sudah ada Niko yang sedang menyantap batagor yang sudah dipesannya. Di hadapan Niko ada dua cowok anak kelas 3 IPS-3 yaitu Gusti dan Recky.

“Gak pesen makanan lo, Ric?” Tanya Gusti sambil mengunyah baksonya.

Aric menggeleng. “Gue kenyang. Gak tau tadi makan apa aja.”

“Lo lagi diet ya?” tebak Recky.

“Gue diet? Yang iya sekarang ini gue mau gemukin badan. Perasaan gue kok kurus gini ya. Padahal kan di rumah, gue udah banyak bener makan. Malah porsi gue itu udah kayak apaan deh.” Ujar Aric.

“Eh, Gus, coba lo lihat tuh si Hanna. Makin cantik ya. Nyesel gak lo putusin dia?” Tanya Recky sambil mendorong bahu Gusti dengan lengannya.

Gusti duduk dengan tegap. Ia langsung celingak-celinguk mencari orang yang dimaksud dengan Recky. Aric yang penasaran pun ikut mencari-cari, padahal dia gak tau gimana mukanya si Hanna.

“Itu tuh yang deket gerobak siomay, Gus.” Kata Niko yang sibuk mengunyah batagor.

“Oh! Iya! Bener lo, Ky. Kok tuh cewek makin cakep aja ya. Oh mungkin dia habis perawatan di Swiss kali. Kan gue putus sama dia pas class meeting. Nah sebelum itu dia pernah bilang kalo dia liburan kali ini bakal ke Swiss.” Jelas Gusti lalu ia menyeruput minumannya sampai habis.

“Emang di Swiss ada apaan ya?” Tanya Aric.

Gusti mendelikkan bahu. “Gak tau gue. Cokelat kali ya.”

“Iya tuh. Cokelat Swiss enak kok.” Timpal Niko.

“Gue mah masih cinta cokelat Siver Queen.” Kata Recky.

“Yayaya. Serah lo lah.” Kata Aric. “Eh, berarti si Hanna jomblo dong sekarang?”

“Iya. Masih jomblo. Kan Gusti baru mutusin dia sebulan yang lalu.” Jawab Recky. “Ya nggak, Gus?”

Gusti mengangguk. “Yup. Baru sebulan gue putusin. Pasti belum ada cowok kok. Pas pembagian rapor aja dia minta balikan. Gue mana mau.”

Aric mengerutkan kening. “Kenapa gak mau? Tuh anak cantik kok. Kalo gak salah dia kelas 3 IPA-1 kan? Pinter!”

“Iya. Tapi ya gak sesuai selera dan tipe gue. Apalagi gue sengaja kok.” Jawab Gusti menyenggol Recky yang manggut-manggut.

“Emang kenapa lo tanya-tanya, Ric? Mau lo pacarin juga si Hanna?” Tanya Recky sambil tersenyum lebar.

Aric terdiam sebentar. Sejenak ia melirik Hanna yang ternyata berjalan menuju meja mereka. “Eh, tuh anaknya kesini.”

“Paling juga mau ketemu sama si Gusti.” Celetuk Niko.

Benar juga. Hanna, si cewek cantik ini menghampiri meja itu hanya untuk menemui Gusti. Ia menyapa Gusti dengan lembut dan ramah. Tak lupa senyumnya yang terkembang di bibirnya. Lain lagi dengan Gusti, yang hanya diam dan sesekali mengangguk serta berbicara seperlunya.

“Nih. Aku bawain kamu oleh-oleh dari Swiss.” Kata Hanna mendorong sebuah tas kertas ke dekat Gusti yang sedang memakan baksonya.

Gusti mengangguk lagi. Dia gak menatap Hanna. “Oh. Oleh-oleh. Gak usah repot-repot kali. Tapi makasih ya.”

Hanna tersenyum pelan. “Sama-sama, Gus. Semoga suka ya sama oleh-olehnya.” Kata Hanna lalu ia pergi ke meja yang dikerubungi teman-temannya.

Recky, Niko dan Aric langsung berebutan mengambil tas kertas itu.

“Eh, entar dulu. Biar gue lihat dulu apa isinya.” Kata Aric menarik-narik tas itu.

“Eh. Gak bisa. Gue dulu dong.” Bantah Recky.

“Sesekali gue kek yang lihat.” Bantah Niko.

Gusti hanya mendecakkan lidah. Sekali sentakan, ia langsung merebut tas dan sekarang tas itu berada di hadapannya. Hal ini membuat Recky, Aric dan Niko agak terkesiap.

“Kan ini buat gue. Kok lo pada yang sibuk sih?” Tanya Gusti kebingungan. Ia membuka tas itu. Ternyata isinya adalah kotak berwarna ungu.

“Wih. Apaan tuh, Gus?” Tanya Niko yang penasaran akan isi kotak itu.

“Rolex ori kali.” Tebak Recky menatap kotak itu dengan mata yang berbinar-binar.

“Rolex tuh kotaknya gak segede ini kali. Apaan tuh, Gus? Kali aja bom kan.” Kata Aric.

“Masa Hanna kejam amat sih ngasih gue bom.” Ujar Gusti. Gusti pun akhirnya membuka kotak itu dengan pelan-pelan. Sengaja membuat teman-temannya tidak sabaran.

Ketiganya terkejut. Terkesiap. Tertegun. Terbengong. Terbelalak. Terdiam.

“Cokelat ya ini?” Tanya Gusti menatap satu-satu bola-bola cokelat yang tersusun rapi di dalam kotak itu.

“Iya tuh. Cokelat Swiss. Mahal, Bro. Enak lagi.” sahut Aric mengulurkan tangannya hendak mengambil satu cokelat.

Gusti langsung memukul tangan Aric. “Eh. Apaan lo mau nyolek-nyolek. Kaga bisa. Ini cokelat kan alamatnya buat gue.” Kata Gusti meleletkan lidah. Ia kembali menutup kotak itu dan memasukkan kotak ke dalam tas kertas tadi.

“Yaelah, Gus. Pelit amat sih. Lihat aja, uang jajan lo gue kurangi.” Kata Niko.

“Perasaan gue, bokap gue deh yang ngasih uang ke gue. Bukan elo.” Ucap Gusti kebingungan.

Aric ketawa. “Eh, kalo gini, gue mau kesot si Hanna deh.”

“Wisss. Kesot-kesot. Yaudah kesot aja sana. Mumpung lagi jomblo.” Ujar Recky.

“Boleh gak, Gus?” Tanya Aric.

“Kenapa Tanya ke gue? Silahkan, Ric. Silahkan. Dia bukan cewek gue lagi kok. Gue tunggu lo jadian sama dia. Sekarang incaran gue itu…” Gusti menatap sekitar.

Ketiga temannya terdiam dan ikut menatap sekitar kantin.

“Ah. Eliza. Anak 3 IPA-5. Gimana?” Tanya Gusti tersenyum memamerkan giginya yang putih dan rapi.

Aric yang gak tau Eliza itu gimana orangnya, hanya mencari-cari cewek yang menurutnya itu bernama Eliza. “Yang mana sih anaknya?”

“Tuh. Yang di dekat mamang es kelapa muda. Dia sama di Jasmine, temen sekelas kita.” Jawab Niko.

“Oh. Itu.” Gumam Aric yang sudah tau bagaimana tampang Eliza. “Lumayan lah, Gus. Bagus juga kok.”

“Tapi hati-hati loh, Gus.” Kata Recky. “Kan sahabatnya si Kinar.”

“Ah elah. Gue lupa sama si Kinar. Iya ya. Kinar kan sahabatan sama Jasmine dan Eliza. Ah gak jadi deh.” Ujar Gusti.

“Lah? Emang kenapa sih sama si Kinar? Tuh anak keturunan monster ya?” Tanya Aric yang kebingungan.

“Nggak ngerti gituan juga gue sama tuh anak. Kinar kan anaknya manis, baik kok, Cuma dia itu rada galak sama suka jutekan. Kalo nyindir itu… beh… pedesnya kayak keripik maicih level paling tinggi.” Jawab Gusti yang disetujui anggukannya Recky.

“Baik? Kinar itu anaknya baik? Eh, dia itu anaknya galak. Gak ada baik-baiknya sekali pun. Sama gue aja galak mulu.” Bantah Aric.

“Itu karena lo selalu berantem sama dia kali, Ric.” Kata Niko. “Pokoknya selalu aja adu mulut. Kalian itu udah sama-sama egois. Gak mau ngalah.”

“Wuidih. Gue mau dong lihat pertunjukan adu mulutnya Aric sama Kinar. Pasti bagus bener.” Seru Recky.

“Banget, Ky. Dua minggu ini pertunjukannya bagus bener. Gue yang duduk sebangku sama Kinar, wah, selalu dapat posisi tempat duduk paling enak buat nonton.” Kata Niko terkekeh pelan.

“Lo berdua marahan sama adu mulut gituan gara-gara surat cinta itu ya?” Tanya Gusti.

Aric menghela napas. “Ya gitu deh. Kan itu Cuma surat cinta main-mainan. Gak serius. Tapi tau tuh anak kelas. Hobi bener mojokin gue sama Kinar. Gak ngerti gue. Gue kan gak suka sama dia.”

------------------------------------------------------------------------------------

Janji gue, gue tepatin kan. Maaf banget ya, kalo tadi bikin lo bingung. Keep reading, vomment, and blablabla. Love you guys!

Continue Reading

You'll Also Like

Afterglow By Hai You

General Fiction

223K 20.5K 40
[TERSEDIA DI DREAME] Rutinitas Zahya setiap sore adalah duduk di taman komplek di sebuah bangku kayu yang telah usang sambil mendengarkan musik. Usai...
1.5M 128K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2.2M 169K 29
Disclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [5] : Kiera Flockheart ...
3.3M 166K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...