HEART

By cayamby

147K 11.9K 596

[Republish. Dikarenakan masih ada yang mencari dan menanyakan keberadaan FF ini] Jung Yunho kaget bukan main... More

1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
12
13
Uri Haengbokhae
Uri Haengbokhae

8

12.4K 826 20
By cayamby

- Heart -

Dan entah sejak kapan sudah tak ada lagi pakaian yang melekat ditubuh keduanya. Saling bergumul panas, masih berusaha untuk saling mendominasi. Meski pada akhirnya Yunholah yang tetap menjadi sang pemenang.

Ciumannya perlahan turun, menjilat sisa saliva yang mengalir pelan dari sudut bibir cherry yang semakin merekah itu. Mengecup pelan, lalu menyesapnya lebih kuat, menciptakan tanda-tanda kecil di sekitaran leher dan bahu putih Jaejoong.

Tangan putih sang cantik terus meremas lembut surai kecoklatan Yunho yang sedikit lembab. Membuat rambut pria Jung yang berstatus suaminya tambah berantakan.

Desahan lembut yang kelewat merdu seolah menjadi acapella tersendiri di telinga Yunho. Ia tak pernah tahu jika suara desahan Jaejoong mampu meningkatkan libidonya.

Puas dengan tanda kemerahan ciptaannya, perjalanan bibir Yunho terus turun, mengecup kembali di kedua sisi tubuh Jaejoong, membuat lelaki cantik itu mengejang sesaat.

Sentuhan Yunho kali ini... Sangat lembut.

Dan ia suka. Sangat suka.

Selesai urusan dengan bagian atas, Yunho kembali turun dan mata serupa elang itu membulat ketika melihat satu garis lurus di bawah pusar Jaejoong. Luka jahitan yang masih terlihat baru. Membuat dada Yunho sedikit nyeri.

Bisa-bisanya ia mempertanyakan darimana Kyuhyun bisa keluar dari rahim Jaejoong. Tentu saja hanya melakukan operasi caesar.

Ia meneguk ludahnya dengan susah payah. Kali ini ia merasa seperti sedang menelan batu. Sakit dan menyesakkan. Seperti apa rasa sakit yang lelaki cantik itu rasakan pasca operasi? Yunho bahkan tak sanggup memikirkan bagaimana rasa sakitnya ketika perutmu disayat, membuat satu garis yang lumayan panjang di perut.

Perlahan ia cium bekas luka operasi Jaejoong. Lalu meniupnya pelan.

"Hmpt!" Jaejoong meremas semakin kuat tepian bantal di kedua sisi wajahnya. Matanya terkatup rapat. Hawa dingin pada lukanya tiba-tiba membuat sakit yang sering ia rasakan hilang.

Tak jarang Jaejoong mengeluh sakit pada bagian operasinya. Tapi ia laki-laki. Ia harus kuat dan terus bertahan. Jika ia lemah, lalu siapa yang akan menjaga Kyuhyun, bayi mungilnya? Jaejoong tidak sadar, bahwa air mata Yunho mengaliri perutnya. Mengira jika air itu adalah saliva suaminya.

Dengan cepat Yunho menghapus airmata serta meperbaiki raut wajahnya. Ia kembali menaikkan tubuhnya keatas, melihat paras istrinya yang biasa putih, kini merah padam. Ia usap pipi kurus Jaejoong.

"Jae... Buka matamu..."

Jaejoong menurut, kemudian menempatkan wajahnya ke depan, berhadapan dengan wajah Yunho. Membuka mata beningnya.

Seketika Jaejoong merasa dunianya berhenti ketika melihat Yunho yang seolah memerangkapnya dalam mata elang pria tampan itu.

"Yu-Yunh..."

Yunho tersenyum, "boleh aku melakukannya?" ucapnya lembut.

Jaejoong mengulurkan tangannya, membalas senyum Yunho, sedetik kemudian ditarik tengkuk sang suami. Melumat bibir lawannya dengan pelan. "Kau tahu jawabanku, Yunho-sshi.. Please..."

Pria Jung itu tersenyum lebih cerah. Yunho mulai mempersiapkan Jaejoong, menjaganya dari rasa sakit. Kini bahkan Yunho sudah tersadar sepenuhnya dari mabuk. Dalam hati, Yunho sudah menetapkan untuk tidak membiarkan istrinya merasakan seperti apa sakit itu.

Jaejoong tersenyum. Perlakuan Yunho kali ini membuat dadanya menghangat. Seperti ada ribuan bunga yang mekar serentak.

Malam itu, tidak ada lenguhan sakit. Yang ada hanya desah pelan yang saling bersahutan. Menciptakan sebuah dunia, yang hanya milik mereka.

Yunho terus bergerak teratur, sampai Jaejoong dengan tiba-tiba merengatkan rangkulan tangan pada lehernya.

"Yu-Yun... Hoh... Uurgh... Hmp... Hahh..."

Untuk yang kesekian kalinya Yunho tersenyum mendengar desahan istri cantiknya. Diciumnya pipi Jaejoong yang basah, "Kau suka?" bisiknya di telinga Jaejoong, membuat sang empunya sedikit bergidik geli. Kemudian mengangguk.

"Lagi... Hahh... Jeb-bhal... Hagh... Ukhh...Sshhh..." Suara Jaejoong tercekat saat merasa titik sensitive dalam tubuhnya kembali tertumbuk dengan akurat.

Mereka selesai bersama. Saling membasahi satu sama lain. Dan ini untuk pertama kalinya, mereka melakukannya dalam keadaan sadar. Yunho masih bergerak pelan. Ia berikan seluruhnya ke dalam tubuh Jaejoong, membuat tubuh istrinya semakin hangat. Keduanya masih tampak memburu oksigen. Sungguh sangat melelahkan.

Keduanya berhenti. Kemudian saling menatap. Dan entah apa yang saling dipikirkan, Yunho dan Jaejoong tertawa kecil.

"Jae, apa masih sakit?"

"Hung?" Jaejoong menatap wajah kecil di atasnya dengan bingung.

Tangan Yunho meraba bekas operasi Jaejoong. "Ini..."

Lelaki cantik itu tersenyum lembut, menyeka peluh di wajah Yunho dengan telaten. "Terkadang... Tapi aku sudah terbiasa dengan rasanya. Gwenchana..."

"Mian... Aku sempat meragukanmu..." nada Yunho kembali pelan. "Kau pasti tersiksa saat itu..."

Tidak tahan dengan mata sendu Yunho, Jaejoong mengangkat sedikit wajahnya, mencium sekilas kedua mata Yunho yang reflek menutup. "Setiap ibu selalu mempertaruhkan nyawanya agar sang bayi bisa terlahir selamat, Yunho-sshi..."

Melihat Jaejoong yang sudah hampir tertidur, Yunho mengesampingkan tubuhnya yang lumayan lengket. Membuat miliknya terlepas dan cairannya meluber dari tubuh Jaejoong. Dia elus rambut hitam istrinya dengan sayang. "Tidurlah..."

Jaejoong mengangguk lemah, semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh Yunho, dan lima detik kemudian Yunho bisa mendengar suara dengkuran halus dari Jaejoong. Dikecupnya lembut tiap sisi wajah cantik didepannya, sebelum akhirnya menyusul Jaejoong kealam mimpi.

~xXXx~


Kelopak doe eyes tersebut perlahan-lahan terbuka, membiasakan dengan cahaya lampu di langit-langit. Kenapa rasanya lelah sekali? Semua persendian terasa pegal. Huh, kenapa ya? Tubuhnya menggeliat, tapi sesuatu yang ternyata melingkari badan membuat matanya sontak membelalak.

Jaejoong terduduk dengan pandangan horror. Ta-tangan! Kekar dan berwarna kecoklatan. Coklat? Jankanman. Menolehkan kepala ke samping dan menemukan seseorang yang kelihatan masih terlelap dengan posisi memeluk dirinya.

Matanya mengerjap-kerjap. Yunho.. yah, Yunho. Wajah Jaejoong memanas disertai semburat kemerahan merambati kedua pipinya.

Namja tampan itu tidur sambil memeluk dirinya. Hampir dua ujung cherry lips tersebut tertarik ke atas membentuk senyuman, Jaejoong teringat kalau semalam mereka melakukannya. Namun Yunho dalam keadaan mabuk. Pasti tidak ingat. Bibirnya melengkung ke atasㅡsedih.

Cepat-cepat namja cantik ini turun dari ranjang kemudian memunguti pakaian yang rupanya berserakan di lantai lalu masuk ke kamar mandi.

Tepat ketika pintu kamar mandi tertutup, mata musang itu terbuka. Pandangan lurus tapi kosong dengan raut muka datar. Ia menghela napas sebentar dan memposisikan badannya menelungkup. Mendekap bantal yang menjadi alas kepala si namja cantik tidur.

Sebenarnya, Yunho sudah bangun dari tadi. Ia juga sadar akan posisinya yang memeluk Jaejoong. Tentang semalam bahkan kegiatannya setelah bangun; mengamati wajah cantik tersebut dan mengeratkan pelukan. Yunho memejamkan matanya lagi, pura-pura tidur.

~xXXx~


"Aku menemukannya!" seru namja bersuara husky kencang sembari masuk ke dalam ruang wakil direktur tanpa permisi. Kali ini wajahnya sangat cerah. Senyum lebar terkembang di bibirnya. "Aku menemukannya!" jeritnya lagi-menggebu-gebu.

Jung bujangnim mendelik pada namja di depannya. Untung dia tak kena serangan jantung mendadak. "Ya! Park Yoochun! Kau tidak bisa mengetuk pintu dulu?!"

"Ah, jweisonghamnida." Ujar Yoochun menyengir lalu membungkukkan badan hormat. Ia duduk di kursi sembari menyerahkan sebuah map pada sang atasan. "Aku menemukan pabrik yang bisa membantu kita memasok bahan-bahan makanan untuk proyek kali ini." Katanya gembira.

"Jeongmalyo?" tanya Yunho yang turut senang sambil mengambil map kemudian membukanya. Membaca kalimat-kalimat yang tertera di sana.

"Ne!" jawab Yoochun semangat, "aku tak sengaja bertemu salah satu karyawan di sana. Mereka adalah pemasok sayur, buah-buahan dan makanan lain untuk pasar. Aku sudah mengajukan kerja sama dan mereka menerimanya." Jelas namja berjidat lebar ini panjang lebar dalam satu tarikan napas.

Senyum Jung bujangnim merekah, mata sipit bersorot tajam itu berbinar menunjukkan kesenangan. Ya, ini kabar menggembirakan! Setelah dua minggu lebih drop karena masalah bahan makanan, sekarang mereka menemukan pabrik yang dapat membantu. Yunho menatap Yoochun dengan ekspresi bahagia. Dia berdiri dari kursinya kemudian menghambur memeluk sahabat sekaligus bahawannya tersebut.

Keduanya tertawa-tawa sambil menepuk punggung masing-masing seolah memenangkan tender besar.

"Aku tak menyangka ini terjadi. Kita sudah putus asa. Hah.. terima kasih, Tuhan." Ujar Yunho masih memeluk Yoochun. Ia benar-benar tak dapat menyembunyikan rasa senangnya. Proyek yang dikepalai olehnya, maka dari itu mati-matian memproduksi.

"Ne, hyung. Ini keajaiban." Balas Yoochun tak kalah senang.

Selang beberapa menit mereka berpisah. Jung bujangnim mengambil telepon di atas meja lalu memencet nomor panggilan cepat untuk sekretarisnya. "Apa surat laporan penundaan sudah diberikan pada sajangnim? Ah, geurae. Buang saja. Kita tak memerlukannya."

.

.

.

Rasa senang yang dirasakan si tampan Jung Yunho belum hilang hingga sore tiba. Di dalam hatinya bunga-bunga cantik masih ingin bermekaran. Karena sedang bahagia, ia berniat membaginya dengan orang-orang di rumah. Jadi sengaja membawa oleh-oleh beberapa bungkus sate ikan yang dibeli saat pulang. Jam menunjukkan pukul lima sore, ia terlalu cepat sampai.

Meletakkan bungkusan sate ikan di atas meja dapur. Senyumnya mengembang membayangkan reaksi dari Mr dan Mrs. Jung kemudian Jaejoong. Sebelum-sebelumnya ia tak pernah begini. Kalau senang pasti menraktir teman-temannya. Tapi, kali ini dia mau sesuatu yang berbeda.

Bagaimana rasanya membagi kebahagiaan bersama keluarga? Walau terlihat sederhana, ia tetap ingin melakukannya.

"Ne, nado joha. Jaejoong duronim neomu-neomu meositta!" (ya, aku juga suka. Tuan muda Jaejoong benar-benar keren)

Eh? Jaejoong? Yunho menoleh mencari sumber suara yang menyebutkan nama 'istri' cantiknya. Dua orang maid tampak berjalan memasuki dapur sambil mengobrol tanpa menyadari kehadiran tuan muda Jung di sana.

"Kalau menikah nanti, aku ingin suamiku sikapnya seperti Jaejoong duronim. Baik, ramah, pandai memasak dan suka dengan bayi! Ah~ na chariphada aju haengbokhae." Kata si maid rambut berkuncir sambil menautkan jemarinya seakan berdoa.

Maid berambut pendek mengangguk, "Yunho duronim sangat beruntung memiliki Jaejoong duronim yang mendekati sempurna. Meskipun mereka sama-sama namja, aku tidak keberatan. Na jeongmal johaneunde, Yunho-gwa Jaejoong duronim."

"Ne~ apalagi Kyunie juga sangat manis. Kya~"

Dua maid itu sibuk mengobrol ria; tidak tahu salah seorang yang masuk daftar perbincangan mendengar dengan jelas. Dasar, batinnya. Di waktu masih bekerja, sempat-sempatnya membicarakan si tuan muda. Yunho menggeleng-gelengkan kepala.

Eh, tapi.. beruntung memiliki Jaejoong yang mendekati sempurna? Benarkah? Kalau dipikir-pikir ada benarnya. Lengkungan di bibir hati itu kembali tercipta. Yunho mulai melangkahkan kaki keluar dari dapur.

Kim Jaejoong itu.. ibu yang sempurna untuk Kyuhyun, istri serta menantu yang baik di keluarga Jung. Para maid juga menyukainya. Tak pernah terjadi hal-hal aneh selama Jaejoong tinggal di kediaman Jung, malah semuanya terasa lebih menyenangkan.

Mrs. Jung mendapat teman mengobrol. Yunho pun ada yang mengurusi sekarang. Tanpa sadar ia juga melakukan kewajiban sebagai seorang suami, memberi nafkah.

Kaki Yunho berhenti bergerak ketika melihat sebuah pemandangan yang makin membuka mata hatinya. Jaejoong menghampiri Mrs. Jung yang sedang menggendong Kyuhyun yang menangis sambil memegang botol susu lalu mengambil si bayi dan segera duduk di sofa. Memberikan botol susu pada bayi itu yang kemudian langsung disedot. Benar-benar perhatian, juga sayang dengan si kecil.

Sosok itu sangat sempurna.. tak ada yang memungkiri. Ia tersenyum lagi-senyum yang mengandung banyak makna.

~xXXx~


"Neo yeogi isseoso?" (kau disini?)

Namja bermata musang ini langsung menoleh saat sebuah suara menginterupsi kegiatannya. Ah, bahkan gelap malam pun tak bisa menutupi kecerahan wajah cantik yang sedang menatapnya teduh.

Jaejoong berinisiatif duduk di sebelah Yunho, sementara si tampan mengalihkan pandangan ke halaman luar di depannya. Mereka duduk di ayunan dekat sudut halaman-tempat sebelumnya.

Hening.

Yunho tak membalas perkataan si namja cantik. Tak perlu, toh sudah bertemu. Ia Cuma melanjutkan kegiatannya yang terganggu sebentar sembari mengamati tumbuh-tumbuhan yang dirawat oleh ibunya. Sedangkan Jaejoong ikut menatap halamanㅡsebentar sajaㅡlalu memandang Yunho.

Kenapa diam? Apa ada masalah lagi? Sungguh, ia tak tahan melihat si suami begini. Cukup ia tak berbuat apa-apa kemarin, kali ini ia akan mencoba membantu, meski mungkin cuma lewat kata-kata penyemangat.

"Mwo-aneungeoya?" tanya Jaejoong tak melepas tatapannya dari sang 'suami', "kau tak pernah ke halaman belakang di malam hari. Museun iritjyo?" tambahnya. (kau sedang apa? /ada apa?)

Yunho menghela napas. "Saenggakhamnida." (aku sedang berpikir)

"Huh? Saenggake mwonde?" (memikirkan apa?)

Yunho menoleh. Balas menatap mata besar tersebut. Ia tersenyum lembut mendapati raut penasaran milik istrinya. Menggemaskan, "aku.. berpikir mengenai pernikahan ini. Bisakah.. dimulai dari awal lagi..?"

"Gyeorheon aniya, tapi.. bagaimana hari-hari setelahnya. Geulse.. aku tak sanggup pura-pura mengabaikanmu juga Kyuhyun. Membentengi diri dari sesuatu yang benar-benar nyata. Aku.. ingin mengancurkan tembok yang kubangun untuk menghalagiku dari dirimu juga Kyuhyun." Lanjutnya berbicara penuh perasaan dan amat lembut.

Cairan bening mulai menumpuk di kantung mata Jaejoong mendengar kata-perkata yang terucap dari bibir berbentuk hati itu. Dia tak salah dengar 'kan? Sungguh, ia sangat bahagia! Memang mengharapkan Yunho mau bekerja sama mempertahankan pernikahan ini, tapi tak menyangka kalau ia akan merasa sangat bahagia mendengar penuturan itu secara langsung. Jaejoong tak mampu menahan bibirnya untuk tersenyum dan meloloskan sebulir air jatuh ke pipinya.

Namja cantik ini mengalihkan pandangan, membiarkan seluruh air matanya tumpah. Tangis bahagia. Isakan pun terdengar, namun Yunho tak berniat menghapus cairan yang membasahi wajah Jaejoong atau menenangkan si istri karena tahu kalau tangis ini bukan keperihan. Ia Cuma memandang saksama Jaejoong disertai senyum tipis.

"Jujur.." Jaejoong membuka suara, "tujuanku sebenarnya Cuma memberikan Kyuhyun padamu karena aku tak sanggup merawatnya sendiri. Aku tak menyangka jika akan menikah denganmu. Abeonim, eommeonim dan semuanya sangat baik. Aku ingin berada di sini selamanya. Tapi sikapmu yang tetap menganggapku orang lain, sedikit menyakitiku." Ia menghembuskan napas pelan.

"Apalagi tentang perjodohan itu.. aku.. tak mau kehilangan dirimu. Tujuanku pun berubah-mempertahankan pernikahan ini." Kembali menatap Yunho, "gomawo. Na jeongmal haengbokhaeyo. Jinca-ya!"

Senyum itu mengembang lebar. Barulah tangan Yunho bergerak menghapus cairan basah di pipi Jaejoong, sedangkan tangannya yang bebas meraih jemari lentik si istri untuk digenggam. Rasa hangat, damai dan bahagia menjalari seluruh syarafnya, "ani. Na gomapta. Aku yang bodoh karena kekerasan hatiku. Sekarang kita mulai lagi, nde? Uljima.."

Jaejoong mengangguk bersamaan bulir-bulir bening yang masih ingin mengalir. Senyumnya belum pudar, malah semakin lebar. Rasanya dadanya lapang, semua beban menghilang. Dan luka-luka yang terukir di dinding hati telah sembuh bersama bekas-bekasnya.

Hatinya kembali baru, bahkan seperti banyak kembang api meletup-letup di dalam. Entah bagaimana lagi mendeskripsikannya; satu kata, bahagia.

Yunho menghela napas lega. Ini pertama kali ia bisa tersenyum bahagia untuk si istri. Tangannya berinisiatif menghapus aliran anak sungai di kedua belah pipi yang tampak kemerahan lalu mencubit pelan hidung mungil milik Jaejoong. Mengusap puncak kepala namja cantik itu lembut. Mereka diam, menikmati keadaan yang sekarang terasa amat manis untuk keduanya.

Sentuhan yang menyiratkan suatu perasaan yang tersampaikan ke hati si namja cantik.

"Ah ya.." Yunho menjauhkan tangannya, "kenapa kau menyebutku 'beruang'?"

Huh? Senyum manis itu menghilang, berganti kerucutan. Pertanyaan barusan menghancurkan suasana yang sudah sangat menyenangkan-pura-pura kesal. Jaejoong diam sejenak. "Pertama, kau memaksaku mengambil boneka beruang padahal aku ingin boneka gajah."

"Lagipula memang aneh kau mengambil boneka gajah." Cibir si Jung muda menyebabkan kedua pipi Jaejoong menggembung, kelihatan imut ditambah matanya mendelik tajam.

Kali ini benar kesal.

"Kedua karena tubuhmu yang besar dan warna kulitmu, coklat. Seperti bulu beruang madu." Jelas namja cantik ini membuang muka.

"Mwo?! Ya!" hampir saja umpatan kesal keluar dari mulutnya. Yunho cepat-cepat mengendalikan diri. Melihat muka cuek si 'istri', tiba-tiba gagasan unik-menurutnya-melintas dalam pikirannya, "geurae, aku akan memanggilmu 'Boo'."

Jaejoong menoleh. Keningnya mengerut. "Kenapa 'Boo'?"

"Neo gomkeoya ttaemune." Senyum jahil tercipta di bibir hati itu, "atau.. bisa berarti ciuman. Ppo~" (karena kau milik beruang)

Doe eyes Jaejoong membesar. Kemudian titik kemerahan menyebar ke seluruh wajahnya. Milik beruangㅡciuman. Oh, omo~! Mengerjap-kerjapkan mata lalu mengalihkan pandangan menyembunyikan wajahnya. Malu.

Sedangkan Yunho tertawa dalam hati mendapati reaksi manis dari si 'istri'. Ternyata menyenangkan juga menggoda Jaejoong. Ia pun memeluk si namja cantik dari samping sambil terkikik-kikik.

~xXXx~


"Na wasseo!" seru seorang pemuda tampan setelah membuka pintu rumah dengan senyum cerah tersungging di bibir berbentuk hati miliknya.

Pulang ke rumah adalah sesuatu yang ia tunggu-tunggu sekarang. Tidak perduli pekerjaan yang selalu menguras kinerja otak dan tubuh, ia tetap mempunyai tenaga lebih bila sudah sampai di rumah. Derap langkah kaki terdengar mendekat, senyumnya kian mengembang. Ditambah retina matanya menangkap sosok cantik yang menggendong seorang bayi kecil menghampiri.

Kecupan singkat mendarat di bibir merah merekah itu. Keduanya sama-sama tersenyum kemudian Yunho mengambil alih si bayi ke dalam dekapannya dan mencium puncak kepala Kyuhyun. Sementara Jaejoong meraih tas kerja si suami.

"Kyunie sudah mandi? Hum.. wangi sekali." Ujar namja tampan ini kembali mencium kening Kyuhyun. Bayi kecil itu menggerak-gerakkan kepalanya risih sambil mengeluarkan suara halus; seakan menunjukkan ketidaksukaan.

Yunho dan Jaejoong tersenyum melihat pergerakan si kecil. Malah si ayah makin erat mendekap tubuh mungil Kyuhyun dan menyandarkan wajah si bayi ke dadanya. Tak ada berontakan, Kyuhyun melemaskan badanㅡnyaman di peluk dengan erat.

Tangan kecilnya masuk sebagian ke dalam mulut, menghisapnya dan mulai memejamkan mata. Langsung mengantuk karena di peluk sang ayah. Sepertinya bayi kecil itu sudah mengenali siapa orang tuanya juga membedakan mana eomma dan appanya.

Pasangan Yun-Jae dan Kyuhyun berlalu dari ruang tamu diikuti tatapan dari beberapa pasang mata yang melihat momen keluarga kecil itu. Rasanya harmonis sekali. Senyum terpatri di bibir Mrs. Jung, senyum bahagia. Memang bukan pemandangan baru keharmonisan keluarga kecil yang dimiliki Jung muda itu, bahkan mereka jarang memperhatikan tempat untuk mengumbar kemesraan di dalam rumah.

Tapi.. semua yang melihat seakan lupa kalau telah sering mendapati pasangan Yunho dan Jaejoong ditambah Kyuhyun bertiga-tigaan. Seolah-olah mereka baru melihatnya.

Akhirnya.. melihat putranya kini berbahagia, bagai cita-cita yang terwujud. Harapan yang tiap malam ia kumandangkan dalam hatiㅡsemoga Yunho dapat menerima Jaejoong serta Kyuhyun dan memulai kehidupan baru sebagai kepala keluarga juga ayah yang baik.

Sifat buruk putranya berkurang dan kedewasaan bertambah. Meski kehidupan keluarga kecil itu tak bisa dipublikasikan, namun melihat sendiri bagaimana senyum yang terus terukir di bibir Yunho sudah cukup membuat beliau tenang.

Berdoa lagi, kebahagiaan di rumah ini tetap berlangsung selamanya.

.

.

.


Yunho baru keluar kamar mandi dan langsung mendekati ranjang dimana Jaejoong sedang duduk sambil menggendong Kyuhyun di pangkuannyaㅡmengajak bayi itu bicara sembari menggerak-gerakkan tangan kecilnya, lucu. Bibir hati tersebut melengkung, kedua tangannya segera mencubit pipi gembul si bayi gemas.

"Ei~ Kyunie~"

Kepala Kyuhyun bergerak mendongak dan mata besarnya yang menyerupai mata Jaejoong memandang Yunho lekat.

Setetes liur jatuh dari sudut mulut Kyuhyun kemudian bayi ini menjerit dengan suara nyaring. Mengundang kekehan dari kedua orang tuanya. Yunho menyelipkan kedua tangan di tubuh Kyuhyun dan menggendong lalu mendudukkan si bayi di pangkuannya. Ia cubit lagi pipi gembul yang memerah itu dan mencium.

"A~!" Kyuhyun menjerit. Jaejoong membersihkan mulut si bayi menggunakan jemarinya.

"Dia suka sekali menjerit." Kata Yunho kemudian memandang si 'istri', "apa kau juga suka menjerit?"

Jaejoong mempoutkan bibirnya. "Ani. Mungkin kau yang suka menjerit."

Namja tampan ini merebahkan tubuh di ranjang sekalian merubah posisi Kyuhyun menjadi tengkurap di atas badannya. Menatap wajah bayi kecil itu yang kini menggerak-gerakkan kepala menatap sekeliling. Tangan Yunho mengelus punggung kecil Kyuhyun. Ia suka dengan posisi begini. Jadi puas menatap muka tembem bayi manis di atasnya.

Ya, pipi Kyuhyun terlihat makin gembung jika ditelungkupkan. Gemas, Yunho mencubit hidung mancung si bayi sehingga Kyuhyun mendelik tak suka.

Yunho tak mengerti kenapa ia suka tersenyum sekarang. Melihat Jaejoong bersama Kyuhyun atau salah satu diantaranya. Apalagi ketika bermain bersama keduanya. Tak menyangka ternyata rasanya sangat menyenangkan. Begitu lengkap dan mendamaikan hati.

Tahu begini, ia menyesal karena di awal sempat berusaha menjauhkan diri dari dua orang yang tanpa disadari menjadi bagian dari jiwanya. Hm.. Yunho sudah bisa mengakui kalau ia menyayangi Jaejoong dan Kyuhyun. Tak rela bila rasa sayangnya berkurang sedikit saja.

Sebenarnya kata 'bahagia' tak bisa mewakili bagaimana perasaannya saat ini, tapi hanya kata itulah yang ia tahu untuk mengungkapkan semua. Jaejoong tersenyum. Suaminya itu kelihatan menyayangi Kyuhyun. Sikapnya jauh berubah, benar-benar membuktikan kalimat yang diucapkan beberapa minggu lalu.

"Ah ya, kau ingin makan apa?" Tanya Jaejoong mengingat kewajiban tambahannya. Memasak makan malam untuk Yunho, sebab suaminya itu sekarang hanya mau memakan apa yang ia masak saja. Tapi Jaejoong tak merasa kerepotan.

Yunho berpikir sebentar, "um.. aku ingin makan tahu."

"Geurae.." Jaejoong bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar, "jamsimaneyo."

"Jae."

Jaejoong berhenti dan membalikkan badan. Menatap Yunho yang juga memandangnya, "ye?"

"Apa kau akan terus menggunakan bahasa formal denganku? Kita sudah menikah. Aku tidak suka mendengarnya." Yunho mengalihkan pandangan pada Kyuhyun yang sibuk menghisap baju yang ia kenakan. Sudah basah di bagian dada karena air liur si bayi.

Diam. Bagai patung. Jaejoong masih mencerna apa yang dikatakan oleh Yunho. Memang selama ini ia selalu bicara formal dengan Yunho juga orang-orang di rumah ini. Ia hanya berlaku sopan, tak mau dicap sebagai orang yang tak tahu tata krama. Apalagi terhadap Yunho. Walau sudah menikah dan hubungan mereka membaik, tapi Jaejoong masih menganggap suaminya itu sebagai orang yang harus ia hormati.

Rupanya Yunho tidak suka.

"Arraseo, jankanmaneyo.." katanya sekaligus mengulang ucapan tadi dengan bahasa nonformal. Jaejoong memutar tubuhnya lagi dan keluar dari kamar.

"Um.. mumumum.. eum~ ngeung-ngeung.." gumam si bayi masih sibuk memakan baju yang dipakai sang ayah.

Yunho harus ganti baju nanti.

~xXXx~


Piring-piring beserta temannya; sendok, garpu dan pisauㅡsudah tertata rapi di atas meja. Menemani beberapa jenis makanan yang juga telah tersaji. Namja berwajah cantik ini meletakkan sebuah vas berisi bunga plastik di atas meja sebagai penghias dan selesai. Senyumnya merekah.

Meski hanya sarapan, ia ingin meja makan terlihat rapi, cantik dan bersih jadi sengaja mengatur sedemikian rupa.

Sreet~ Jaejoong menoleh ketika mendengar suara deritan di sebelahnya. Seorang namja dengan wajah baru bangun tidurㅡtidak mencuci muka terlebih dahulu sepertinyaㅡduduk di kursi di sampingnya sambil menguap.

"Kau sudah bangun?"

"Um.. kenapa tidak membangunkanku?" balas Jung muda ini bertanya. Tangan kanannya memanjang bermaksud mengambil sepotong roti bakar di sebuah piring.

'Puk' Jaejoong memukul tangan Yunho sebelum berhasil mengambil roti itu. Namja tampan bermata sipit itu Cuma merengut sambil mengusap tangannya, "tunggu appa dan eomma."

Jaejoong menggeser kursi di dekatnya dan duduk, "apa hari ini kau sibuk?"

Yunho menggeleng. Malas menjawab. Ditambah kesal karena dilarang mengambil roti.

"Aku ingin menemui Changmin."

Aksi ngambek si Jung muda hanya sesaat. Mendengar nama yang disebut Jaejoong membuatnya terdiam. Tidak. Dia bukan cemburu atau apapun, hanya terkejut. Apa Jaejoong merindukan keluarganya? Mungkin saja. Hh.. juga hari ini libur, jadi tak apalah.

"Arra, aku akan mengantarmu."

Tak lama setelah pertengkaran kecil pasangan Jung junior, Mr. dan Mrs Jung yang tengah menggendong seorang bayi mungil muncul di dapur. Keduanya langsung menarik kursi dan duduk. Mrs Jung juga segera menyerahkan si bayi pada Jaejoong karena tangan Kyuhyun memanjang ke arah si namja cantik.

Dengan senang hati istri dari Jung Yunho itu mengambil Kyuhyun ke dekapannya sembari mencium kening si bayi yang kemudian tertawa tanpa suara.

Sarapan pagi ini di kediaman Jung pun berlangsung hikmat(?), sesekali diselingi canda tawa dan lelucon garing dari Yunho. Sepertinya memang tak pandai menghibur. Tapi kehangatan yang terpancar tak berkurang, malah mereka terlihat bagai keluarga bahagia. Membuat iri siapapun yang melihat.

~xXXx~


Meski telah berniat dan direncanakan, tetap saja rasa ragu melingkupi hati namja cantik ini. Sudah beberapa menit berlalu sejak ia berdiri di depan pintu berwarna coklat yang masih tertutup.

Tak Cuma ragu, tetapi juga gelisah dan takut. Bagaimana bila ia bertemu dengan dua orang berstatuskan saudara dari kedua orang tuanya? Ditanya layaknya terpidana kasus pembunuhan atau hal lain untuk mengorek apa yang ia lakukan akhir-akhir ini dan kenapa hubungan ia dengan orang tuanya renggang? Jaejoong belum sanggup menjelaskan secara rinci. Termasuk keberadaan si kecil Kyuhyun.

Eotteoke?

Sedangkan namja berwajah tampan yang berdiri di sebelah si cantik Cuma diam memperhatikan wajah bimbang itu sembari menggendong seorang bayi mungil yang sibuk meneteskan liur ke pundaknya. Ia paham kegundahan yang dirasakan namja cantik itu, tapi dia pun tak tahu harus berbuat apa supaya menenangkannya. Memang tak ahli.

Yunho menghela napas pelan. Pertama kali merasa tidak berguna. Menyebalkan.

Setelah bergumul dengan batinnya, Jaejoong memutuskan menekan bel yang terpasang di samping pintu beberapa kali. Tak lama kemudian perlahan pintu terbuka memperlihatkan sesosok namja tinggi dengan muka kekanakan.

Meneliti si namja cantik dari ujung kaki hingga wajah. Seketika senyumnya mengembang sambil membanting pintu dengan keras mengakibatkan bunyi dentuman keras. Berhasil mengagetkan Yunho dan Kyuhyun.

"Jae hyung~!" seru Changmin menghambur ke pelukan Jaejoong. Memeluk hyungnya dengan erat.

Jaejoong juga membalas pelukan namja jangkung ini.

"Bogoshipeosseo~"

Yunho tak habis pikir melihat reaksi dari namja berstatuskan sepupu istrinya itu. Berlebihan. Beruntung dia tak memiliki penyakit jantung atau yang sensitive terhadap bunyi keras.

Tapi Kyuhyun yang notabene masih bayi tentu memiliki jantung lemah. Pemuda bermarga Jung ini berencana menginstruksikan Jaejoong agar menasehati Changmin supaya tak berlebihan lagi untuk menyambut mereka.

"Nado bogoshippo.." balas Jaejoong.

Changmin melepas pelukannya, "kajja, masuk hyung. Aku sendirian di rumah. Appa dan eomma sedang keluar kota." Ajaknya riang.

Lega mendengar itu. Perasaan-perasaan negative yang sempat melanda Jaejoong lenyap sudah. Ia tersenyum pada Changmin dan mengikuti si tuan rumah memasuki kediaman keluarga Shim.

Oh, sepertinya melupakan Jung muda yang kini memasang muka cemberut.Yunho juga masuk, berjalan di belakang si namja cantik.

.

.

.


"MWO?!" Changmin memekik kencang sambil berdiri. Menatap tajam pemuda yang duduk di samping hyung kesayangannya.

Sementara namja Jung itu tersentak kaget mendengar gelegar suara Changmin yang bagai petir menyambar-nyambar. Padahal tadi Jaejoong dan Changmin asik bercerita entah mengenai apaㅡYunho tak terlalu menyimakㅡsampai akhirnya si namja cantik menyebutkan nama Yunho sebagai suami. Kyuhyun yang sebelumnya tertidur pun terbangun karena suara Changmin. Mengerikan.

"Kau!" tunjuk Changmin pada Yunho, "berarti kau penyebab kesengsaraan Jae hyung! Kau tidak tahu 'kan kalau dulu Jae hyung sangat menderita?! Setiap hari luka di hatinya terus bertambah! Air matanya tidak berhenti mengalir! Kau.. kau pasti tak mengerti bagaimana perasaanku melihat Jae hyung begitu. Kau penyebabnya!" jerit Changmin marah.

Mengeluarkan semua emosi yang tersembunyi dalam hati. Emosi yang tak bisa ia luapkan. Napasnya memburu masih dengan tatapan tajam.

"Changminie.." Jaejoong tak menyangka Changmin akan meledak seperti ini. Juga tak membayangkannya.

Dia tak tahu kalau sepupunya yang suka bertingkah kekanakan bisa merasa begitu melihat ia dulu yang tiap hari tersakiti. Adik kecilnya sudah besar.

Walau shock diteriaki, namun sewaktu mencerna semua kalimat yang dilontarkan untuknya, Yunho tahu kalau memang sebenarnya kesahalan yang ia perbuat tak termaafkan. Jaejoong, namja yang terlalu baik mau menerima ia meski sebelumnya sikapnya sangat tidak menyenangkan.

Tapi namja cantik itu tak mengeluh atau melakukan sesuatu untuk membalas.

Dia memang tak tahu bagaimana hari-hari Jaejoong sebelum mereka bertemu kembali, tidak mengerti apa yang dirasakan oleh Changmin maupun Jaejoong. Tapi ia bisa memastikan kalau kesakitan itu tak akan menimpa namja cantik itu lagi. Yunho berjanji dalam hati, bila istri dan anaknya adalah hal terpenting dalam hidupnya sekarang. Nomor satu.

Setelah menstabilkan napasnya, Changmin merebah di kursi. Tatapannya tetap tertuju pada Yunho, "karena sekarang kau suaminya Jae hyung, kau harus menjaga dan melindungi Jae hyung juga Kyuhyun. Kalau ku tahu kau menyakitinya, maka aku akan langsung menghadapimu." Ancamnya garang.

Yunho balas menatap Changmin. Sorot mata namja jangkung itu menunjukkan keseriusan atas kalimatnya barusan. Dan tak perlu berpikir lagi untuk mengamini ancaman Changmin. Yunho melebarkan senyumnya.

"Algesseumnida."

~xXXx~

Sengaja Yunho meliburkan diri pada weekendㅡwalaupun ada pekerjaannya belum selesaiㅡkarena mau mengajak Jaejoong serta Kyuhyun jalan-jalan ke salah satu mall terbesar Seoul. Sekaligus bermaksud menghabiskan hari bersama.

Jarang mereka punya waktu banyak untuk dilalui bertiga; paling sebelum dan setelah Yunho pulang bekerja. Sepanjang perjalanan mereka menyanyikan lagu anak-anak untuk Kyuhyun membuat bayi itu tampak gembira. Senyum di wajah keduanya tak memudar.

Sampai di dalam mall, Yunho dan Jaejoong langsung mencari toko pakaian anak-anak. Selama tinggal di kediaman Jung, belum sekalipun Kyuhyun berbelanja pakaian baru. Bukannya tak mau, tapi Jaejoong merasa tak enak. Jadi selalu menolak bila Mrs Jung mengajak keluar untuk membeli pakaian baru. Tapi kini ia tak sungkan karena Yunho yang mengajak.

Begitu masuk ke dalam sebuah toko, mereka langsung disuguhi oleh berbagai macam model pakaian dai bayi sampai anak berumur sepuluh tahunㅡmungkin. Jaejoong sampai bingung mau melihat yang mana terlebih dahulu.

Yunho menarik tangan istrinya ke kumpulan pakaian bayi. Semuanya lucu-lucu. Motif dan bentuknya beraneka ragam. Mata mereka sibuk menilik semua pakaian yang dipampangkan. Di ujung rak, Yunho melihat sebuah pakaian yang amat menarik minatnya. Tanpa sadar menjauhi Jaejoong yang masih melihat-lihat.

Ia mendekati pakaian tersebut. Mengambil dan memperhatikan. Tebal, berwarna coklat muda dan ada kepalanya. Seperti kostum. Dengan senyum sumringah, ia kembali menghampiri Jaejoong.

"Jae.. lihat ini!" serunya riang.

Jaejoong menoleh dan mengamati sebuah pakaian di tangan Yunho. Menyerupai beruang. Kostum beruang?

"Eottae? Kyeopta, eoh?" Tanya namja tampan ini makin melebarkan senyum. Dibenaknya sudah ada bayangan Kyuhyun mengenakan pakaian itu.

Jaejoong menunduk, melihat Kyuhyun yang terbaring dalam kereta bayi. Ia pun membayangkan bagaimana bayinya dibalut kostum beruang yang dipegang Yunho. Menggemaskan.

Saat mendongak, sebuah kecupan kilat mampir di bibirnya membuat tubuh Jaejoong membeku mendadak. Entah kenapa ia masih belum terbiasa jika si suami menciumnya tiba-tiba, apalagi di tempat umum begini.

"Lama sekali menjawabnya," katanya sambil tertawa kecil. "Kita ambil ini satu, ne." imbuhnya.

Yunho berbalik bermaksud mencari pakaian-pakaian lain yang menurutnya lucu dan akan menambah keimutan Kyuhyun.

Seulas senyum tercipta di bibir Jaejoong. Melihat Yunho yang sangat bersemangat membeli pakaian untuk Kyuhyun membuat dadanya terasa hangat, sangat-sangat hangat dan menyenangkan. Tak menyangka kalau sikap Yunho berubah drastis. Di awal yang menurut Jaejoong tak bersahabat, sekarang menjadi pribadi yang amat ia cintai.

Eh? Cinta? Benarkah? Benarkah ia jatuh cinta pada Yunho? Dalang dari semua rasa sakit yang ia terima sebelum kelahiran Kyuhyun. Entahlah.. Jaejoong tak mau terlampau memikirkannya. Yang terpenting, kini ia punya keluarga yang harus ia jaga agar bisa bertahan selamanya.

Jaejoong mendorong kereta bayi yang ditempati Kyuhyun mendekati Yunho yang asik sekali memilih-milih pakaian. Senyum namja cantik ini kian lebar.

"Yun.." panggilnya.

"Hm.." balas Yunho tanpa menoleh. Terlalu asik dengan kegiatannya. Entahlah, ia menikmati pekerjaan ini. Berperan sebagai ayah dan mencarikan pakaian untuk anaknya.

"Aku ingin ke toilet, jaga Kyunie sebentar." Kata Jaejoong menyerahkan kereta bayi yang ia pegang.

Yunho berhenti dari aktivitasnya dan menoleh, "oh, baiklah. Oleun-ne." katanya sambil meletakkan beberapa pakaian yang sudah dipilih di dekat Kyuhyun kemudian mengambil alih pegangan kereta. (cepat ya)

Jaejoong mengangguk dan segera berlalu keluar dari toko pakaian anak-anak meninggalkan Yunho yang kembali menyibukkan diri memilah-milah sambil mendorong kereta bayi Kyuhyun yang telah dipenuhi dengan pakaian anak.

.

.

.


Yunho kaget bukan main begitu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 4 sore hari. Berarti sudah tiga jam dia asik di toko pakaian anak-anak. Segera saja ia membayar semua belanjaan yang mencapai enam kantung dan keluar.

Ayah satu anak ini baru sadar bila si istri tak bersamanya sejak tadi. Jaejoong Cuma ke toilet 'kan? Kenapa lama sekali? Merogoh saku celana yang ia pakai dan mengambil sebuah ponsel. Dengan lincah jemari panjangnya menari di layar ponsel touchscreen tersebut.

Mendengar panggilan tersambung, namun tak kunjung di jawab. Sekali lagi, tetap sama; tidak di jawab. Yunho mencoba hingga beberapa kali. Nihil. Kekhawatiran pun mulai mengkerubungi pikirannya.

Memasukkan ponsel tadi ke saku celana dan mendorong kereta bayi menuju toilet. Entah apa yang dilakukan namja cantik itu sampai sangat lama. Mengingat 'sakit' yang diderita Jaejoong, ketakutan Yunho makin bertambah hingga ia mempercepat langkah kakinya.

Sesampainya di toilet, Yunho segera memeriksa satu-persatu bilik membuat penghuni yang ada di dalam maupun luar bilik keheranan. Bahkan ada pula yang berteriak marah.

Yunho tak menemukan Jaejoong di dalam toilet. Eodie? Kemana Jaejoong? Kenapa tak ada di toilet? Namja tampan ini mondar-mandir mengganggu pengguna toilet lain, apalagi dengan kereta bayi yang senantiasa ia dorong.

Ketika berjalan kesana-kemari tanpa arah, tak sengaja mata bak musang itu melihat sebuah benda berwarna hitam di sudut ruang toilet yang sangat ia kenali. Buru-buru Yunho mengambil benda yang adalah ponsel tersebut dan memeriksa isinya. Panggilan tak terjawab darinya dan dua pesan, masing-masing dikirim oleh Changmin dan Junsu. Ya, itu ponsel Jaejoong.

Ponsel namja cantik itu ada di dalam toilet, lalu kemana pemiliknya? Sudah pulang? Tidak mungkin. Harusnya memberi kabar terlebih dahulu. Pasti terjadi sesuatu. Jaejoong tak mungkin hilang begitu saja. Yunho menggenggam ponsel kepunyaan istrinya dengan erat.

~xXXx~

Wajah putih mulus tanpa noda bak porselen itu kelihatan sedikit memucat, bibirnya pun tidak semerah biasa ditambah kelopak matanya menutupi sepasang intan hitam cantik yang sering berbinar. Tubuhnya sedikit berguncang kala ban van yang membawa dirinya tersandung batu atau jalanan tak bagus.

Tak Cuma dia; seorang pria yang tampak tengah mengutak-atik ponselnya kemudian mendekatkan benda itu pada telinga.

"Hm.. ya, aku menemukannya. Baik." Katanya tegas dan memutuskan sambungan telepon.

Pria ini menoleh dan memperhatikan wajah cantik itu dengan muka datar. Tak ada ekspresi, seakan nuraninya telah mati dan tak tersentuh melihat tubuh tak berdaya di sampingnya.


tbc

Continue Reading

You'll Also Like

186K 20.3K 30
[📍all pictures/photos from pinterest and google, credit to the owners] 💻 614rodeostation presents 📝 March 2023 ⚠️ FANFICTION BXB ONLY ❌ DON'T REMA...
26.5K 2.3K 11
Yunjae (づ ̄ ³ ̄)づ Lelaki itu lelaki cantik yang selalu menyelamatkan nyawanya Tamat season 1 yeahh
217K 23.4K 26
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
Oh My CEO By Ayu

Fanfiction

160K 16.7K 14
"Jadilah kekasihku. Hanya di depan keluargaku." Humor, Romance