HEART

By cayamby

147K 11.9K 596

[Republish. Dikarenakan masih ada yang mencari dan menanyakan keberadaan FF ini] Jung Yunho kaget bukan main... More

1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
13
Uri Haengbokhae
Uri Haengbokhae

6

9.6K 861 27
By cayamby

Heart

Bosan sekali.

Huh, seandainya ia bisa menghabiskan waktu makan siang bersama Yoochun sambil berbincang-bincang mengenai masalah pekerjaan atau hal lain; pasti tak akan terasa selama ini.

Terpaksa Yunho menerima ajakan seorang yeoja yang mendatanginya di jam istirahat dan mengabaikan sahabatnya. Kalau bukan karena kesopananㅡmengingat ia adalah seorang direktur dan orang tua mereka bertemanㅡmana mau Yunho menghabiskan waktunya percuma.

"Hhh.." entah sudah berapa kali namja tampan ini menghela napas. Lebih baik bergumul dengan ribuan kertas di ruang kerja daripada begini.

Grrr~

Makan dalam diam, bahkan menghabiskan sisa-sisa waktu istirahat juga dengan keheningan. Sebenarnya apa mau yeoja di sebelahnya itu? Apa cuma ingin bersama? Cih, alasan tak bermutu. Setelah makanan habis hanya menyesap teh saja. Yunho mengeram kecil seraya memutar bola matanya jengah. Meraih mug berisi moccacino dan menyeruput sedikit.

"Eum, Yunho-ah.."

Ah, akhirnya! Yunho menoleh memperlihatkan senyum maniㅡterpaksa. "Ye?"

"Apa kau sudah diberitahu mengenai perjodohan kita?" Tanya gadis cantik ini disertai senyum malu-malu. Pipinya sedikit memerah ketika melontarkan pertanyaan itu.

Kening Yunho berkerut. Perjodohan?

"Biarpun orang tuamu belum memberikan jawaban, tapi orang tua kita sudah bertemu dan membicarakan masalah ini." Tambah Ahra seraya menatap Yunhoㅡberharap namja tampan itu langsung menyetujui tentang perjodohan yang ia katakan.

Sebentar.. rasanya Yunho mengingat sesuatu. Apa kau akan menikah lagi? Dengan seorang yeoja? Bagaimana kalau yeoja itu sangat cantik dan menawan? Kau pasti menyukainya. Menikah lagiㅡyeojaㅡperjodohan. Oh~ otak Yunho memproses cepat. Jadi ini penyebab 'istri' cantiknya bertanya aneh waktu itu.

Dijodohkan dengan Ahra? Hah, lucu sekali. Mereka memang dekat, namun tak seintim itu sampai bisa dijodohkan. Wajah Jaejoong yang Yunho lihat di galeri foto dalam ponsel namja cantik itu terbayang di benaknya.

Dibandingkan dengan Ahra, namja yang telah resmi menyandang status 'istri' Jung Yunho seribu kali lebih mempesona.

Aku tak akan menikah lagi sekalipun Miss World yang melamarku. Yeah, kalimat itu sudah terucap. Mr. dan Mrs. Jung juga pasti tak akan menerima ajakan perjodohan itu. Tak ada alasan apapun lagi untuk mengiyakan 'kan?

"Kurasa aku tak bisa, Ahra-ya.." ujar Yunho santai.

Ahra melotot, "wae? Aku kurang cantik? Atau kau sudah punya kekasih?" celetuknya menuntut jawaban.

Yunho terkekeh kemudian meminum moccacinonya. Apa sebegitu ingin Ahra bersanding dengan dirinya? Uhm.. cinta? Atau harta? Kemungkinan besar adalah harta. Biar Ahra adalah gadis baik-baik, tapi Yunho tahu kalau sejak dulu mereka hanya sekedar teman. Bahkan saat Yunho terpuruk karena patah hati, tak ada Ahra untuk menghibur. Keputusan menolak benar 'kan?

Ya, kau kurang cantik dan aku sudah punya istri.

"Oya.. um, Ahra-ya, bagaimana pendapatmu tentang namja yang bisa hamil?" Tanya Yunho sambil meletakkan mugnya di atas meja.

"Huh?" kedua alis Ahra bertaut. Kenapa malah membahas namja yang bisa hamil? Apa Yunho mau mengganti topik pembicaraan? Gezz, "namja tak bisa hamil!" gerutunya kesal.

Yunho mengangguk, "geurae. Tapi, kalau ada seorang namja mendatangimu sambil membawa bayi dan mengatakan dia baru saja melahirkan?"

"Apa kau sedang bermimpi?"

Lagi, namja bermarga Jung ini terkekeh. Yeoja yang ditanyakan begitu saja menyangkal, apalagi dirinya yang notabene lelaki tulen. Mana bisa percayaㅡwalau kejadian malam itu sudah ia sadari memang terjadi.

Kekehan Yunho berangsur berhenti ketika sorot matanya menemukan dua orang namja tengah berpelukan tak jauh dari tempat ia berada. Matanya menyipit. Dari postur tubuh, Yunho mengenali salah satu dari dua namja itu.

Jaejoong? Mata bak musangnya sontak melebar sempurna. Lelaki berpakaian casualㅡT-shirt putih dilapis kemeja lengan panjang bermotif kotak-kotak warna pink pudar digulung sampai siku dan celana jeans hitamㅡcantikㅡsekaligus tampan. Senyum ceria tercipta di wajahnya. Mereka duduk berhadapan saling melempar senyum. Dan yang membuat jantung Yunho bagai diperas saat tangan laki-laki yang tak ia kenali itu menggenggam tangan Jaejoong.

Si pemuda cantik tampak tak risih, malah balas menggenggam.

"Mungkin bayi itu ia pungut atau adopsi dari panti asuhan. Tujuan mengakui dia yang melahirkan mungkin untuk menarik simpati agar dikasihani.. atau membuat sensasi." Tutur Ahra melebih-lebihkan walau ia sendiri tak tahu.

Yunho tersentak. Seakan dibangun paksa dari tidurnya sebab disiram air dingin. Dia tak memikirkan itu sebelumnya. Memfokuskan pandangan pada dua namja yang asik memamerkan senyum kebahagiaan di sana.

Siapa lelaki itu? Kenapa Jaejoong bisa kelihatan sangat bahagia? Mengingat kembali ucapan Ahra membuat amarah Yunho naik perlahan-lahan. Jika begitu maka Kim Jaejoong berhasil menipunya juga keluarganya.

Penipu! Pembohong! Brengsek!

~xXXx~


"Ireumeun mwo-eyo? [namanya siapa]. Huh.. Jung Kyuhyun imnida." Jaejoong menjawab pertanyaannya sendiri menirukan suara anak kecil sambil menggelitiki badan Kyuhyun yang kian aktif bergerak.

Bayi mungil itu terlihat antusias bermain dengan 'sang eomma'. Jaejoong terkikik kecil. Senang melihat anaknya makin besar, tidak rewel dan suka diajak bermain. Beruntung rasanya memiliki Kyuhyun.

"Kyunie anak siapa? Anak siapa? Jaejoong eomma.. ye~ Jaejoong eomma. Ma~ mamama.."

Kyuhyun tertawa.

"Kya~! Anak eomma tertawa! Sudah bisa tertawa, hm?" Jaejoong mencubit pelan kedua pipi gembul Kyuhyun. Si bayi menggeliat pelan kemudian menguap. "Oh.. Kyunie mengantuk? Sudah waktunya tidur."

Jaejoong mengambil bantal berukuran kecil dan memposisikan di bawah kepala Kyuhyun sehingga tubuh bayi manis itu sedikit terduduk lalu meraih botol susu yang ia siapkan sebelumnyaㅡsekitar sepuluh menitㅡdi atas lemari kecil di sebelah tempat tidur dan memberikan pada Kyuhyun.

Tampak si bayi menikmati kegiatan menyedot susu. Jaejoong tersenyum melihatnya. Bersama-sama dengan anaknya adalah hal paling membahagiakan sepanjang hidupnya. Ia bersyukur karena tetap mempertahankan kandungan, membiarkan bayi mungil ini lahir ke dunia menciptakan kebahagiaan baru.

Senyum Jaejoong sedikit memudar tatkala ingatannya mengenang kejadian dimana kedua orang tuanya tak terima bila ia mengandung. Menyuruh melakukan aborsi dan semua makian, cacian juga sumpah serapah yang tak disangka bakal terlontar dari mulut ayah serta ibunya. Bagaimana reaksi mereka jika melihat Kyuhyun sekarang? Apa tetap keras hati atau melunak? Entah.. Jaejoong tak tahu.

Tapi ia lega tahu orang tuanya dalam keadaan baik. Meski masih menyimpan luka, mereka tetap orang tuanya.

Drrt.. Drrtt..

Sebuah benda berwarna hitam yang tergeletak di atas ranjang dekat kaki Jaejoong bergetar. Mengambil benda itu dan melihat icon amplop pertanda sebuah pesan masuk pada layarnya. Langsung saja membuka pesan itu.

Hyung, bagaimana keadaanmu? Apa Kyuhyun sudah tidur? Ah~ aku ingin sekali melihat anakmu.

Lengkungan di bibir Jaejoong melebar. Dengan lincah jemarinya menari di layar ponsel touchscreen tersebut.

Hampir tidur. Aku baik-baik saja, Changminie. Kapan-kapan kita bertemu lagi dan aku akan membawa anakku. Minie, titip Appa dan eomma, ne?!

Setelah dua minggu ponsel Jaejoong matiㅡsengajaㅡketika ia menghidupkannya banyak sekali pesan masuk. Pemberitahuan kalau nomor milik Junsu menghubungi lebih dari dua ratus kali, pesan Junsu juga menghujani inbox. Tapi diantara kesemuanya, ada satu pesan dari si sepupu yang telah lama tak berkomunikasi.

Yah, Changmin. Sejujurnya berkat Changmin pula Jaejoong bertahan selama masa kehamilannyaㅡkarena kata-kata si jangkung.

Kyuhyun sudah tidur, susu dalam botol juga sudah habis. Jaejoong meletakkan botol susu kosong itu di tempatnya tadiㅡbertepatan saat pintu kamar mandi terbuka menampakkan seorang namja tampan yang baru selesai mandi. Hanya melirik Jaejoong sekilas lalu berjalan menuju lemari.

Sikap Yunho aneh sekali. Sepulang kerja mukanya muram, tidak berubah. Bersikap dingin, bahkan tak mau menyapa Jaejoong. Ada apa ya?

Jaejoong beranjak dari ranjang, "Yun–"

"Apa kau tadi keluar?" potong Yunho sambil memakai kaos berlengan panjang berwarna abu-abu.

"Uhm.. iya. Sebentar, karena–"

"Siapa laki-laki itu?! Huh, nugunde!?" suara Yunho meninggi. Matanya menatap Jaejoong tajam seakan dapat membunuh namja cantik itu sekejap saja, "berpelukan begitu di tempat umum. Cih, menjijikkan!"

"M-mwo?"

Yunho tertawa sarkastis. Melirik ke arah Kyuhyun yang tidurnya terganggu karena suaranya yang tinggi, "kau bilang, kau mengandung dan melahirkan bayi itu 'kan? Buktikan! Aku akan membuatmu kembali mengandung!"

Tangis Kyuhyun pecah.

Jaejoong membelalak kaget saat tiba-tiba Yunho mengunci tubuhnya di dinding dan langsung memasukkan seluruh bibirnya ke dalam mulut namja tampan itu. BerontakㅡJaejoong melakukannyaㅡtapi kukungan Yunho sangat kuat, untuk bergerak sulit sekali.

Mata Jaejoong bergerak liar, memandang ke seluruh arah. Takut. Suara tangisan Kyuhyun makin mengencang, ingin rasanya Jaejoong menghampiri bayi itu, tapi saat ini ia hampir kehabisan napas.

Yunho tak memperdulikan suara tangis yang bisa dikatakan memekakkan telinga juga rontaan Jaejoong. Amarah.. yah, emosi berlebihan tengah menguasai dirinya. Otak cerdasnya seolah mati. Mendengar pengakuan Jaejoong langsung menyulut emosinya.

Merasa benar-benar telah ditipu oleh wajah cantik dan perangai namja yang telah ia persunting karena terpaksa. Harta keluarga Jung, mungkin itu tujuannya.

Yunho menggigit bibir bawah Jaejoong hingga berdarah lalu menjilatnya. Turun ke leher kemudian menggigit lagiㅡkuatㅡseakan ingin memakannya seperti kanibal. Jeritan sakit pun lolos dengan mudah dari bibir yang tampak makin merah akibat luka gigitan.

Cairan bening yang telah terkumpul di kantung mata Jaejoong akhirnya tumpah. Sakit. Tak Cuma di tubuh, tapi juga hati. Perlakuan Yunho sedang menambah goresan-goresan pisau dalam dadanya.

"Je-bal.. Yun-ap-appo.." rintihnya seraya mencoba mendorong tubuh Yunho yang menghimpit ke dinding.

Kyunie.. uljimarayo. Bulir Kristal cair itu kian menderas mengalir.

"Akh!"

Jemari Yunho mengcengkram erat leher Jaejoong sampai kukunya menekan kulit leher itu. Sakit.

Menghempaskan badan Jaejoong hingga tersungkur ke lantai. Matanya memerah. Menatap penuh kebencian bercampur marah kepada namja cantik itu. Yunho berjalan mendekati Jaejoong lalu duduk di perutnya, masih dengan tatapan tadi, tangan kanannya melayang meninju rahang si namja cantik.

Pukulan telakㅡmutlakㅡkuat.

"Huk!" keluar darah dari mulut Jaejoong saat ia terbatuk setelah pukulan Yunho.

BRAK!

"Jung Yunho!"

Baru saja Yunho mengangkat tangannyaㅡhendak memukul lagiㅡsuara teriakan dari dua orang yang menggebrak pintu menghentikan gerakannya. Mr. dan Mrs. Jung melotot melihat posisi Yunho dan Jaejoong serta luka lebam juga darah di wajah namja cantik itu. Lalu suara tangis Kyuhyun yang terus mengencang.

Buru-buru Mrs. Jung menarik Yunho dari atas jaejoong kemudian membantu menantunya berdiri.

"Apa yang kau lakukan, hah?!" marah Mrs. Jung menatap tajam pada Yunho.

Mengalihkan pandangan ke Kyuhyun yang terus menangis. Tatapannya berubah iba pada si bayi. Mrs. Jung menggendong Kyuhyun mencoba meredakan tangisannya. Wajah si bayi sampai memerah pekat.

"Kau keterlaluan." Ujar Mr. Jung datar namun menghunus tepat di jantung Yunho.

Walau tak tahu apa yang terjadi, tapi melihat kondisi kamar ini beliau benar-benar kecewa terhadap anaknya. Kalau bukan karena suara tangis Kyuhyun yang terdengar hampir ke seluruh sudut rumah dan mendobrak pintu kamar, entah apa yang akan terjadi pada Jaejoong juga Kyuhyun.

Tanpa mengatakan apapun lagi Mr. Jung berbalik dan berjalan keluar kamar diikuti Mrs. Jung yang menggendong Kyuhyun sembari menarik Jaejoong meninggalkan Yunho seorang diri.

Diam.

Hening.

Sepi.

Cukup lama Yunho berdiri. Darah yang tergenang di lantai menjadi sorotan. Apa yang telah ia lakukan? Menyakiti Jaejoong. Yunho menghembuskan napas kasar. Bukan.. bukan ini yang mau ia lakukan. Sebetulnya ia hanya mau menuntut penjelasan mengenai namja yang ditemui Jaejoong tadi siang dan kejujuran Jaejoong tentang Kyuhyun.

Dia malah berbuat diluar batas. Memukul bahkan mencekik leher namja cantik itu. Lagi, hembusan napas kasar Yunho menandakan penyesalan. Mengusap wajah menggunakan kedua tangannya dan membatin, Tuhan..

~xXXx~


Terhitung sudah tiga hari Yunho tidur sendirian.

Ya, setelah peristiwa itu Jaejoong dan Kyuhyun diungsikan ke kamar lain. Tak mau bila Yunho berbuat hal-hal aneh lagi. Juga akibat perbuatan si Jung muda leher serta bibir Jaejoong harus diplester. Wajah putihnya dihiasi sedikit warna biru di rahangㅡluka lebam.

Bukan Cuma itu saja, selama tiga hari ini Jaejoong menghindari Yunho. Ketika tak sengaja berpapasan, maka namja cantik ini cepat-cepat berjalan menuju kamar.

Tak bertatap muka, tidak bertegur sapa dan tak saling bicara. Begitulah.. sampai mmembuat Yunho kesal sendiri. Dia pun sudah cukup terbiasa berbagi ranjang dengan Jaejoong dan Kyuhyun. Tidur sedikit bersempit-sempitan karena harus menjaga jarak juga pola tidur agar tak menyakiti si bayi.

Biarpun tak begitu dekat, tapi bila tidak bicara pada Jaejoong setelah mandi rasanya ada yang kurang. Tiga hari ini Yunho merasa kesepian, sendiri; bak hukuman yang mesti ditanggung.

Ia melihat Jaejoong sedang memasangkan pakaian pada Kyuhyun seraya mengajak bayi itu bercanda. Perlahan senyum Yunho mengembang. Dia suka melihat ekspresi wajah si namja cantik. Ceria dan menyenangkan.

Bayi manis itu pun kelihatan sangat senang bersama Jaejoong. Meski kenyataannya Jaejoong namja, tapi sifat keibuan dan mampu mengasuh bayi dengan telaten. Kalau Kyuhyun bukan anak Jaejoong, tak mungkin namjaitu sangat sayang pada si bayi dan Kyuhyun pun tak mungkin menerima Jaejoong dengan mudah.

Ah, entahlah.. Yunho pusing memikirkannya.

"Yeoboseyo.."

Yunho melongokkan kepala supaya melihat lebih jelas ke dalam kamar tamu. Jaejoong meletakkan ponselnya di atas ranjang kemudian melanjutkan memasang sarung tangan Kyuhyun. Ada yang menelepon?

"Hyung~! Kau sedang apa? Mana Kyunie?" terdengar suara melengking. Pasti dari ponsel Jaejoong yang senagja di loudspeaker.

"Baru selesai mandi. Kyunie, jja katakan annyeong pada Su-ie imo [bibi]." Kikik Jaejoong diakhir ucapannya.

"Ya! Aku namja, hyung!"

"Arraseo.. Su-ie samchon~" ralat Jaejoong. Ia menggigit pelan tangan Kyuhyun yang terbungkus sarung tangan bermotif sapi dengan tulisan 'moo'.

"Bagaimana keadaan Kyunie, hyung? Apa masih hobi menangis pagi hari? Sudah bisa apa? Kau tidak kerepotan merawatnya 'kan? Kyunie-ku pasti semakin manis, eoh? Ah, aku ingin sekali menggendongnya." Cerocos suara di seberang telepon membuat Jaejoong cemberut.

Tetap cerewet, batinnya. "Ibu Kyuhyun sebenarnya, aku atau dirimu?" Tanya Jaejoong agak ketus.

"Hehehe.. tentu kau, hyung. Kau yang mengandung dan melahirkan Kyunie."

Degh! Dada Yunho serasa ditumbuk sangat keras. Ia terkejutㅡmenyakitkan. Seperti sebuah pernyataan. Orang itu juga mengatakan kalau Jaejoong mengandung kemudian melahirkan. Tidak mungkin. Bohong! Tapi.. ia sedang mencuri dengarㅡartinya semua percakapan antara Jaejoong dan orang yang meneleponnya tidak direkayasa.

Yunho menggeleng. Kepalanya berdenyut sakit kala mulai memikirkan hal ini. Apa ia salah dengar?

"Hh.. seandainya bisa, aku yang akan menikahimu. Aku menyayangimu juga Kyunie."

"Sayangnya tak bisa Su-ie. Menelusuri asal-usul marga Kim kita untuk tahu kalau nenek moyang kita tak bersaudara itu sangat susah. Memikirkannya saja sudah membuat sakit kepala. Aku juga menyayangimu, Kyuhyun pun begitu. Kita ini saudara, arra?" balas Jaejoong dengan nada lembut. Seakan memberi pengertian pada adiknya yang berprilaku nakal.

"Arrayo. Ya sudah hyung.. aku mau menyiapkan makan malam dulu. Hah, aku kesepian semenjak kalian tak ada."

Jaejoong tertawa pelan, "ne, jaljinaenayo, Su-ie."

"Hm."

Terdengar bunyi 'tut-tut' pertanda telepon berakhir. Jaejoong menghembuskan napas. Setelah membalas telepon Junsu beberapa hari lalu, namja imut itu tak pernah absen untuk menghubunginya kalau ada waktu senggang. Jam istirahat atau setelah pulang bekerja. Jaejoong sendiri tak mempermasalahkannya sebab ia senang mengobrol dengan Junsu.

Membiarkan ponselnya berada di atas ranjang, namja cantik ini menggendong Kyuhyun bermaksud menidurkan si bayi.

Sementara si penguping yang sejak tadi bersembunyi di balik dinding dekat pintu tampak menghela napasㅡfrustasi. Kelakuannya mirip stalker saat ini. Mencari tahu secara diam-diam. Hah, sudah! Yunho hampir gila. Sekali lagi ia menghela napas lalu melangkahkan kakinya meninggalkan kamar tamu yang ditempati Jaejoong. Tanpa disadarinya ada suatu yang berusaha menyebar darisudut ruang hatinya.

~xXXx~

Sudah berapa jam Yoochun habiskan untuk mengoceh dari hal penting sampai yang tak perlu diceritakan; ibarat Seoul menuju Antartikaㅡtapi namja bermarga Jung yang adalah atasan sekaligus sahabatnya tak menyahut bahkan tidak mendengarkan kata-per-kata yang ia ucapkan.

Pemuda itu kelihatan melamun entah memikirkan apa. Mulut Yoochun rasanya berbuih. Bicara panjang lebar tapi tak ditanggapi. Mana surat yang harus ditanda tangani Yunho masih terletak manis di atas mejaㅡbelum di sentuh.

"Aku memang keterlaluan." Ujar Yunho dengan pandangan lurusㅡmenerawang.

"Huh?" kening Yoochun berkerut. Apa maksudnya itu?

"Apa aku harus meminta maaf?" gumam namja tampan ini, "um.. ya, harus minta maaf pada Jae.." Yunho tak melanjutkan kalimat sebab mata musangnya melirik Yoochun yang tengah menatap penasaran seakan menunggu Yunho menghamburkan uang miliaran won.

"Sedang apa kau di sini?"

"Eh?" hampir Yoochun terjatuh dari kursi yang ia duduki. Jadi, dari tadi dia berkoar-koar, sang atasan tak mendengar bahkan tidak menyadari kehadirannya? Yoochun menepuk jidat lebarnya, "setengah jam aku disijni tapi kau tak tahu, hyung? Aigoo~ tanda tangani saja file itu.."

Yunho menunduk melihat sebuah map berisi surat persetujuan atas proyek yang akan langsung dilaksanakan setelah tanda tangan sang direktur selaku pemimpin proyek. Tanpa pikir panjang, ia pun membubuhkan tanda tangannya dan menyerahkan balik surat tersebut.

Yoochun membungkuk tanda hormat kemudian berjalan keluar dari ruang Jung bujangnim sambil menggerutu tak jelas.

Pemuda bermarga Jung ini memandang heran si manajer keuangan, "ada apa dengannya?" cibir Yunho.

~xXXx~


Kenapa jantungku berdebar-debar begini? Seperti mau menyatakan cinta saja. Ish, tenanglah! Malah membuat gugup. Yunho memukul dadanya beberapa kali guna menetralkan operasi jantungnya yang kian cepat. Ada apa dengan dirinya? Mau minta maaf saja harus melibatkan perasaan seperti ini.

Menghirup udara dalam-dalam lalu membuang hingga beberapa kali. Tak ada bedanya. Ya sudahlah..

Ketika hendak meraih handle pintu kamar ruang tamu, mendadak pintu itu terbuka dan memunculkan sesosok orang berwajah cantik yang ingin ditemui si Jung muda.

Pandangan mereka bertemu. Yunho membeku karena terkejut, sementara Jaejoong membesarkan matanyaㅡsama kagetㅡbercampur takut. Hening.

"U-um.. aku ingin bicara denganmu." Kata Yunho setelah sepersekian detik mematung.

Jaejoong menatap Yunho takut-takut. Masih tertinggal diingatannya bagaimana namja Jung itu menghajarnya mengakibatkan luka memar yang baru hilang setelah empat hari. Tapi.. sekarang Yunho tak memperlihatkan tatapan benci lagi, justru menunjukkan ekspresi memohon.

"Kyuhyun sudah tidur 'kan?"

Refleks Jaejoong mengangguk.

Menarik handle pintu sehingga tertutup. Tak apalah meladeni Yunho yang merupakan suaminya, kepala rumah tangga. Sebagai 'istri' dia pun harus menurut 'kan? Melihat gerak-gerik si namja cantikㅡmenandakan persetujuanㅡYunho segera menarik tangan Jaejoong menuju belakang rumah.

Ada taman kecil di sana; sengaja di desain agar lebih asri dan karena Mrs. Jung menyukai tanaman. Memperindah lingkungan juga. Terdapat sebuah ayunan besi dekat sudut halaman luas ini.

Mereka berdua duduk di ayunan tersebut. Menggerakkan kaki hingga ayunan yang mereka duduki bergerak sedikit. Belum ada yang membuka suara, seakan menikmati kesunyian yang tercipta. Jantung Yunho sudah berdetak normal, tapi ia bingung harus memulai darimana. Langsung meminta maaf? Mengajak Jaejoong mengobrol terlebih dahulu untuk mencairkan suasana? Atau.. ah, entahlah.

Yunho berdeham, "mianhae.. jeongmal mianhatta."

Jaejoong menoleh menatap Yunho yang menundukkan kepala. Sepertinya namja itu benar-benar tulus minta maaf.

"Aku.. tidak seharusnya berbuat seperti itu, tidak bisa mengendalikan emosi. Maafkan aku." Sambungnya dengan nada penyesalan. Kepalanya makin menunduk.

Sebentar, Jaejoong diam sembari memandang suaminya intens. Kemudian mengalihkan pandangannya ke halaman.

"Sepupuku."

Giliran Yunho memandang Jaejoong. Tampak sedikit terkejut. Sepupu?

"Sudah lama kami tidak bertemu semenjak kedua orang tuaku mengusirku. Kebetulan dia mengirim pesan mengajak bertemu.. sekalian aku bertanya mengenai uri bumonim [orang tuaku]. Mereka baik-baik saja." Jelas jaejoongㅡtersenyum di akhir kalimatnya.

Siapa yang tak senang mengetahui keadaan orang tuanya baik, meski tak bisa melihat secara langsung.

Guratan sedih terlihat jelas di wajah putih milik si namja cantik. Senyumㅡsororan matanya. Membuat Yunho makin merasa bersalah. Menetapkan dalam hati kalau dia tak suka melihat si cantik bersedih. Tangan Yunho memanjang menyentuh puncak kepala Jaejoong kemudian bergerak mengusap. Tak hanya kulit, rambut namja cantik ini juga sangat halus.

Sentuhannya bermaksud menghibur.

Jaejoong menoleh. Ada senyum kecil terbentuk di bibir hati itu. Perlahan kedua sudut bibirnya pun tertarik memunculkan senyum manis. Pertama kali Yunho menyentuhnyaㅡsetelah pernikahanㅡterasa sangat nyaman, mengangkat seluruh kegundahan sekaligus menyembukan sedikit luka. Harapan bahagia kembali menyemarak dalam hatinya.

Semoga.. ini awal dari kebahagiaan untuk ke depannya. Senyum Jaejoong makin lebar.

"Maaf. Aku tak akan menyakitimu lagi, yaksok!" kata Yunho setelah menjauhkan tangannya.

Pandangan mereka tetap beradu. Masih dengan senyum, Jaejoong mengangguk.

~xXXx~


Yunho memutuskan tidur di kamar tamu malam ini. Ia tak mau sendirian. Rasanya sangat sepi, apalagi dia punya kebiasaan baru.. tiap terjaga dini hari pasti mengecek keadaan dua orang yang tidur bersamanya.

Namja tampan itu duduk di tepi ranjang bersamaan dengan Jaejoong yang sambil memperbaiki kain yang dijadikan selimut untuk Kyuhyun. Lihat, betapa perhatiannya si namja cantik pada si bayi.

Ah, Yunho tak mau membenani pikirannya tentang masalah itu.

"Jaejoong-ah.." panggil Yunho, "aku sudah bertemu yeoja yang mungkin akan dijodohkan denganku. Dia cantik. Eotteoke?" bukan bermaksud membuat Jaejoong sedih karena pertanyaannya, tapi Yunho ingin membahas ini juga mau tahu reaksi 'istri'nya.

Jaejoong diam. Menatap suaminya saksama. Apa harus ia menjawabnya? Sudah pasti Yunho tahu jawabannya. Siapa yang rela diduakan? Baru tadi mereka berbaikan, kenapa sekarang Yunho seakan ingin membunuhnya dengan kata-kata? Hatinya mencicit sakit.

Sudah jelas 'kan, keinginanannya suapaya pernikahan ini bertahan.. kalau bisa selamanya. Kepala Jaejoong tertunduk. Tak mau menatap Yunho.

"Apa kau setuju?" Tanya Yunho lagi.

"Shireoyo.." gumam Jaejoong dengan suara amat kecil.

Meski nyaris tak terdengar, Yunho tahu jawaban Jaejoong. Dia mengangguk lalu naik ke atas ranjang dan berbaring di sebelah kanan Kyuhyun. Menyelipkan jari telunjuknya di jemari kecil Kyuhyun yang langsung menggenggamㅡwalaupun tidur, bayi itu tetap bisa merasakan sentuhan. Yunho tersenyum, menyandarkan kepala di bantal.

"Aku juga sudah mengatakannya."

Entah apa maksud dari kata-kata Yunho itu, Jaejoong tak mengerti. Ia pun merebahkan tubuhnya di sebelah kiri Kyuhyun. Sekali lagi, terselip tekad mempertahankan pernikahannya. Tak akan membiarkan siapapun mengganggu rumah tangganya.

~xXXx~


Hari ini aura yang menguar dari tubuh namja yang menjabat direktur di perusahaan Buyong Group berbeda dari biasanya. Ia tampak bersinar walau berpakaian formal dengan kemeja putih berlapis jas hitam. Yang kelihatan berubah adalah tatanan rambut, mengkilap karena minyak rambut. Sepertinya sengaja memotong sedikit rambutnya.

Para staff yang melihat Jung bujangnim di depan mereka hanya bisa menatap kagum. Benar-benar tampan.

Yunho sedikit sombong atas reaksi yang ia dapatkan. Menyenangkan. Ia tersenyum lebar pada staff-staff yang ia lewati termasuk pemilik yayasan ketika berpapasan. Hampir seluruh penghuni gedung ini terpana dibuatnya.

Hum.. tentu ada seseorang dibalik perubahan Yunho. Senyumn Jung bujangnim kian melebar mengingat di pagi ia diurus seorang namja cantik. Merapikan potongan rambutnya dan memilihkan dasi yang pas sehingga ia tampak cerah.

"Jo-eun achim [selamat pagi], Jung bujangnim." Sapa Yoochun saat berpapasan dengan Yunho. Lengannya menyenggol tangan sang atasan, "kau membuat semua terpesona, hyung.." bisiknya.

Yunho terkekeh pelan, "yah, geureomyeo. Aku ini tampan."

Namja berjidat lebar itu menggerutu mendengar jawaban Yunho. Narsis sekali. "Kau sedang bahagia, sepertinya."

"Eung." Yunho mengangguk. "Mo ttaemune." [karena seseorang]

"Mo? Nuga?" Tanya Yoochun bingung.

"Naega geureom.." [tentu saja aku]

Yunho dan Yoochun serempak memutar kepala dan melihat seorang yang berbicara barusan. Seorang yeoja cantik berpakaian formal, berdiri di sebelah sang direktur kemudian mengamit lengannya. Menunjukkan senyum manis pada Yoochun.

"Tentu saja Yunho berpenampilan begini untukku." Ujarnya percaya diri.


tbc

Continue Reading

You'll Also Like

187K 17.3K 30
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
221K 23.7K 26
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
Oh My CEO By Ayu

Fanfiction

160K 16.7K 14
"Jadilah kekasihku. Hanya di depan keluargaku." Humor, Romance