"INFINITY" [N.H]

By squidbams_

57.6K 5.5K 1.2K

Ini semua tentang kisahmu, y/n. Seorang anak kedua dari keluarga Payne yang baru saja kembali ke London untuk... More

"INFINITY" | PART 1
"INFINITY" | PART 2
"INFINITY" | PART 3
"INFINITY" | PART 4
"INFINITY" | PART 5
"INFINITY" | PART 6
"INFINITY" | PART 7
"INFINITY" | PART 8
"INFINITY" | PART 9
"INFINITY" | PART 10
"INFINITY" | PART 11
"INFINITY" | PART 12
"INFINITY" | PART 13
"INFINITY" | PART 14
"INFINITY" | PART 15
"INFINITY" | PART 16
"INFINITY" | PART 17
"INFINITY" | PART 18
"INFINITY" | PART 19
"INFINTY" | PART 20
"INFINITY" | PART 22
"INFINITY" | PART 23
"INFINITY" | PART 24
"INFINITY" | PART 25
"INFINITY" | PART 26
"INFINITY" | PART 27
"INFINITY" | PART 28
"INFINITY" | PART 29
"INFINITY" | PART 30
"INFINITY" | PART 31
"INFINITY" | PART 32
"INFINITY" | PART 33
LAST PART
"INFINITY" | PART 34
"INFINITY" | PART 35
"INFINITY" | PART 36
"INFINITY" | PART 37
"INFINITY" | PART 38
"INFINITY" | PART 39

"INFINITY" | PART 21

1.2K 118 15
By squidbams_

***

Saat sampai dirumah, Niall langsung membersihkan badannya dan bersiap untuk tidur. Sementara kamu hanya menatap lurus ke televisi yang sedang menyiarkan acara Family Guy.

Jam dinding dikamar kalian masih berdetik, "astaga sudah jam 11 malam." Lirihmu.

Kamupun mematikan televisi dan mencoba untuk memejamkan mata lalu tertidur.

Sial, matamu tak juga bisa terpejam dengan sempurna. Kamupun melirik punggung Niall yang tidur membelakangimu.

"Niall.." lirihmu menepuk pundak Niall perlahan.

Niall mengerjap-erjapkan matanya dan berbalik padamu, "hmmm.." ujarnya masih setengah sadar.

"Ah, mm.. tak apa. Sudahlah, kau bisa kembali tidur." Ujarmu tak enak hati.

Niall mengucek matanya dan bangkit, "kau baik-baik saja?"

Kamu mengangguk, "ya.. eumm, aku hanya tak bisa tidur."

"Ada apa?" Lirihnya.

"Entahlah." Jawabmu.

"Kau harus tidur dan beristirahat. Setidaknya pikirkan anak yang ada diperutmu juga y/n." Ujar Niall.

"Aku sudah berusaha tapi tak bisa juga." Jawabmu.

Niall menghembuskan nafas, "baiklah, aku akan menemanimu."

"Tidak, kau juga butuh istirahat. Sudahlah, sebentar lagi rasa kantukku pasti akan muncul dan aku akan tidur. Jangan khawatirkan aku." Ujarmu.

Niall tak memperdulikan perkataanmu, "jadi, kau ingin bercerita sesuatu?" Tanyanya mengalihkan.

"Kau tau, ku pikir kau marah padaku tadi." Lirihmu sambil menunduk.

Niall menelan ludahnya, "m.. maksudmu?"

"Entah kau sadari atau tidak, sikapmu dingin sekali tadi. Sepanjang perjalanan kau hanya diam dan menatap dingin kedepan. Dan saat sampai rumah, kau juga langsung tidur tanpa bicara sepatah katapun padaku." Jelasmu panjang lebar.

Niall terdiam.

"Astaga, bagaimana aku menjelaskan semuanya sekarang? Ia pasti salah paham.." batin Niall.

"Niall?" Panggilmu.

Niall terbangun dari lamunannya, "ah.. ya? Ada apa?" Tanyanya kikuk.

Kamu menghela nafas, "maafkan aku.." lirihmu.

"Hei, kenapa minta maaf? Untuk apa?" Tanya Niall menatapmu.

"Aku tau kau lelah, Niall. Aku selalu menuntutmu banyak hal, banyak sekali bahkan. Aku menuntutmu agar selalu menjagaku, agar selalu ada disampingku saat aku membutuhkanmu, dan yang terparah adalah tetap menuntutmu untuk berpura-pura menjadi suamiku, berpura-pura mencintaiku.." jelasmu.

"Aku--" ujar Niall terpotong saat kamu menaruh telunjuk didepan mulutnya.

"Astaga, bisa tidak sekali saja jangan memotong ucapanku? Ah, sampai mana tadi? Oh ya.. aku selalu menuntutmu ini itu. Dan apa yang kulakukan untukmu? Aku hanya bisa menjadi beban dikehidupanmu. Dan belum cukup semua itu, sekarang aku malah hamil dan mengandung anak dari orang lain.."

"..sungguh maafkan aku yang telah membuat hidupmu kacau, Niall. Seharusnya sekarang kau sedang menikmati waktumu dengan wanita lain yang kau cintai, namun semuanya kacau karena kehadiranku.." tambahmu panjang lebar.

Niall mengerutkan alisnya, "astaga, kau ini kenapa? Sehat?" Tanyanya mencoba mencairkan suasana.

Kamu memutar bola matamu dan menatap Niall dengan sinis, "aku serius, Niall."

Niall membenarkan posisinya dan mendekatkan tubuhnya padamu, ia tersenyum, "sekarang giliranmu yang harus mendengarkanku baik-baik. Kau dan Harry adalah sahabatku. Jangan lihat dari sisi pengorbananku saja. Lihatlah dirimu sendiri, kau sangat mencintai Harry dan tiba-tiba saja takdir mengharuskanmu menikahi pria yang tak pernah kau temui selama 15 tahun lebih."

"..dan Harry? Pria mana yang rela jika seorang wanita yang sangat ia cintai menikah dengan pria lain? Kita semua berkorban, y/n. Semuanya punya andil yang adil dalam pengorbanan ini. Dan aku.. aku sudah berjanji pada Harry juga diriku sendiri untuk tetap menjagamu.."

Niall mengambil nafas, " ..jadi jangan pernah katakan maaf lagi, okay? Kau adalah istri yang paling baik didunia. Aku jamin itu." Ia menatapmu lekat.

Kamu menatap sepasang mata biru milik Niall, perlahan kamupun menghempaskan tubuhmu kedalam dekapan Niall. Kepalamu bersandar didada bidang miliknya, "..kau memang sahabat paling baik yang pernah kutemui, Niall. Sungguh."

Niall memejamkan matanya dan menyandarkan dagunya dipuncak kepalamu, bisa ia rasakan harumnya aroma shampoo strawberry yang melekat dirambutmu.

"Aku memang sahabat terbaikmu, y/n. Aku akan berusaha menjadi seorang sahabat yang akan selalu melindungimu dimanapun dan kapanpun, sahabat yang akan berjuang mati-matian demi kebahagiaanmu...."

"..aku akan jadi sahabat yang akan selalu mencoba menutupi rasa cintanya untukmu..." batinnya teriris.

Matanya kemudian melihat jam dinding. Sudah nyaris tengah malam, "okay, y/n. Waktunya tidur." Ujarnya hendak melepaskan dekapanmu.

Namun kamu masih saja diam tak bergeming, "y/n?" lirihnya sambil menyibak rambut yang menutupi wajahmu.

Niall tertawa kecil, "astaga, lihatlah. Kau malah tidur dalam dekapanku. Huh, bilang saja jika ini memang rencanamu dari awal. Aku akan langsung menerimanya dan tak perlu repot-repot menyusun pidato untukmu." Ujar Niall ngawur.

Iapun membenarkan sedikit posisinya agar bisa tertidur tanpa membuatmu terlepas dari dekapannya.

***

Pagi ini Niall bertekad untuk bangun lebih pagi agar bisa memasakkanmu sesuatu untuk sarapan.

Tak butuh waktu lama, sepiring English Breakfast pun berhasil ia masak dengan baik.

Niallpun berjalan perlahan menuju kamar kalian yang terletak dilantai atas. Sebuah senyum mendadak menghiasi wajahnya saat melihatmu yang masih meringkup diatas kasur.

"Kau terlihat kelelahan.." lirihnya yang duduk ditepi kasur. Tangan kanannya sibuk menyibak rambut yang menutupi wajahmu.

Andai saja pernikahan ini adalah pernikahan sesungguhnya, andai saja hatimu memang sesungguhnya tertuju pada Niall, andai saja ia mempunyai hak untuk mengecup lembut bibirmu dipagi hari selagi kau tertidur..

"Astaga, Niall. Jangan berpikir macam-macam!" Ia merutuki dirinya sendiri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Iapun melihat jarum jam dinding yang sudah menunjuk angka 6.

Niall bangkit dan berjalan menuju toilet.

***

"Mmmhhh.." kamu mengerjap-erjapkan matamu sambil berusaha bangkit.

"Niall?" Lirihmu saat mendapati Niall yang sedang berkutat dengan simpul dasinya.

Niall menoleh, "hei." Ia tersenyum dan mengambil langkah untuk duduk disebelahmu.

"Aku membuatkanmu sarapan tadi pagi." Niall menyodorkan sepiring sarapan yang sudah ia buat.

Kamu tersenyum, "terimakasih."

Niall hanya mengangguk dan kemudian bangkit untuk mengambil jas Calvin Klein abu-abu miliknya.

"Kau akan pergi bekerja?" Tanyamu sambil memakan sesendok Baked Beans.

Niall mengangguk sambil membenarkan kerah kemejanya, "Kupikir kakiku sudah jauh lebih baik dan aku tak bisa meninggalkan kantor lebih lama lagi. Greg sudah mulai kewalahan." Jelasnya.

"Kau yakin?" Tanyamu memastikan. Niall mengangguk, "tentu."

"Kau ada rencana hari ini?" Tanya Niall.

Kamu terlihat berpikir sejenak, "mm.. aku akan mengunjungi Harry."

"Baiklah, selesaikan makananmu dan bersiaplah. Aku akan menunggu dan mengantarkanmu kerumah sakit." Ujar Niall.

"Tak usah, Niall. Kau bisa terlambat." Tolakmu.

Niall beralih menuju jam tangan hitam kesukannya, "tak apa, lagipula takkan ada pegawai yang berani memarahiku jika aku terlambat." Sombongnya.

Kamu berdecak, "aku masih bingung, mana ada pegawai yang tahan jika mempunyai atasan yang semena-mena sepertimu? Mereka pasti stress sepanjang hari." Sindirmu.

Niall tertawa kecil, "bukan begitu. Mereka takkan marah jika tau aku terlambat karena mengantarkan istriku check up untuk kehamilannya."

Matamu membulat, "apa?"

"Saat kita bergegas pulang, Louis sempat berkata sesuatu padaku. Ia bilang bahwa kau harus rutin menjalani check up agar kau bisa tau kondisi janinmu." Jelasnya.

Kamu hanya mengangguk-angguk. "Cepatlah, aku akan menunggumu diruang tamu." Ujar Niall.

***

"Jadi, bagaimana perkembangan janinnya?" Tanya Niall semangat.

Louis tertawa kecil, "sabar Niall, aku akan jelaskan semuanya."

Niall hanya nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Sementara kamu hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Niall yang seperti anak kecil.

"Semuanya berkembang dengan baik. Namun y/n, kau harus lebih memperhatikan asupan gizi yang kau makan. Jangan menunda-nunda makan jika sudah waktunya. Kau juga harus mempunyai jam istirahat yang cukup.." Jelas Lou.

"..dan yang terpenting jangan banyak pikiran. Apapun yang mengganggu pikiran dan mencemaskanmu, bayimu bisa merasakannya juga. Jadi berhati-hatilah dengan semua itu, okay?" Tambahnya.

Kamu hanya mengangguk dan tersenyum.

"Dan kau Niall, kau juga harus lebih memperhatikan pola makan dan istirahat y/n sekarang. Janinnya terlihat sedikit kelelahan." Louis menatap Niall.

Niall beralih menatapmu, "kau dengar apa kata Louis?" Tanyanya tajam.

"Aku sudah berusaha istirahat dan makan dengan baik, Niall!" Ujarmu tak terima.

"Kau lihatkan, Lou? Aku sudah berkali-kali menyuruhnya istirahat dan makan, tapi ia tetap tak mau dengar." Ujar Niall pada Louis.

Louis hanya tertawa kecil melihat tingkah kalian yang kekanak-kanakan.

Cklek~

Tiba-tiba seorang perawat memasuki ruangan Louis. Ia terlihat terengah-engah.

"Ada apa?" Tanya Louis.

"Pasien dikamar 105, Dok. Ia.. ia tak sadarkan diri! Kami sudah berusaha menghubungimu lewat alarm kedokteran, namun sepertinya alarmnya bermasalah." Jawab perawat itu.

Seketika suasana menjadi hening.

"Ka.. kamar 105?" Lirih Louis.

"Iya, pasien yang menderita Leukimia, Dok." Jawabnya. "Harry.. Styles.." tambah perawat itu.

Air mata langsung terjatuh dipipimu, tanpa aba-aba kamupun langsung berlari menuju kamar rawat Harry.

"HARRRYYYYYYY!!"







°•°•°•°

Hope y'all like this part ya, jangan lupa vomment(s) juga sayang.. Have a nice dayy Xx

Continue Reading

You'll Also Like

229K 34.3K 62
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
485K 36.7K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
50.4K 4.6K 45
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
42.1K 3K 47
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...