Missing Puzzle #Wattys2016

By ErinaKwa

18K 4.3K 1.3K

Cinta segitiga yang terjebak antara ikatan keluarga. Gue benci sama DIA. Tapi rasa itu muncul tiba-tiba. Dan... More

Prolog
2. Faint
3. You
4. Dafuq
5. Don't Touch Mine
6. Who Is he?
7. Kirimi Aku Malaikat
8. Marriage
9. You
10. First Kiss
11. Please
12. Deal
13. Three Years Ago
14. My Prince
15. Yeah!
16. Something
17. Puzzle 1
18. Puzzle 2

1. Because Of You

2K 442 198
By ErinaKwa

<Author POV>

Matahari bersinar terik. Enggan untuk meredupkan cahayanya, bulir-bulir keringat sebesar biji jagung turun dari dahi mereka. Nafas mulai tersenggal-senggal. Janu melajukan tangan kanannya kearah pipi kiri Rangga. Tak terima, Rangga membalas tak kalah ganas. Tendangan yang mendarat di perut Janu membuat ia tersungkur ke tanah. seragam putih abu-abu yang semula putih bersih, kini berpasir dan kotor .

Janu meringkuk kesakitan, kesempatan tak datang dua kali. Dengan cepat, Rangga memukul dengan membabi buta, tanpa pandang bulu. Rangga berada diatas, dan Janu di bawah.

Sontak, siswa siswi lain sudah berkerumun mengelilingi mereka, melihat pemandangan yang menyiksa mata dan batin. Sebagian hanya diam terpaku, sebagian lainnya menyoraki. Merasa lebih tertantang, Rangga terus memukuli Janu. Muka keduanya sudah tak manusiawi lagi.

Amarah meletup-letup terpancar dari sorot mata mereka. Lebam berwarna biru dimana-mana. Disalah satu sudut bibir Rangga terdapat bercak darah akibat tinjuan Janu.

"Ada apa ini?!" Zulmakir dengan tergesa-gesa berlari dari Ruang BK ke lapangan volly sambil membawa sapu. Membelah satu-persatu kerumunan. Siswa siswi seperti sudah tahu apa yang harus dilakukan, langsung memberikan jalan. Sapu diangkatnya tinggi-tinggi dan diterbangkan kepantat Rangga.

"Siapa yang berani mukul pantat Gue?" ucap Rangga tanpa mengetahui keadaan. Muka Janu kini tak berbentuk lagi. Darah segar mengalir dari hidungnya bak air mancur. Sekali lagi, Pak Zulmakir mendaratkan sapunya kearah pantat Rangga tanpa ampun, dengan sekuat tenaga yang ia punya.

"Siapa yang mukul pantat gue ta-" kepala di palingkan kearah orang yang memukulnya. Ucapan Rangga terpotong. Seperti tersenggat ditengorokan. Pita suara seperti putus digerogoti tikus.

"RANGGA KRISTANOVA!?" Teriakan Zulmakir menggetarkan satu sekolah. Siswa-siswi menutup kedua telinga mereka demi keselamatan telinga masing-masing. Janu yang hampir pingsan pun tersadar kembali akibat teriakan Zulmakir.

"Lagi-lagi kamu yang bikin ulah." Tangan Zulmakir kini menggelirya di telinga kanan Rangga. "Aduh.. duhh.. duhh," Rintihan Rangga terdengar. Badannya mengikuti arah tangan Zulmakir membawa telinganya. "Sakit Pak.. Aduhh duhh." Semakin ia mengaduh, semakin tangan Zulmakir memelintir daun telinganya.

Sapu ditangan kiri Zulkmakir dengan sengaja dipukulkan kepantat Janu yang terbaring lemah akibat pukulan bertubi-tubi yang diluncurkan Rangga. Refleks, Janu langsung berdiri tegap menghilangkan segala rasa sakit dan nyeri yang menyerang tubuhnya. Hidung yang berdarah dibiarkanny mengalir. Akan lebih sakit lagi kalau Pak Zulmakir yang memukul, ucap Janu dalam batin.

Sapu dibiarkannya terjatuh dari tangan kirinya. Kini, giliran Janu yang mendapat jatah. Daun telinganya di pelintir dengan sesuka hati oleh Zulmakir. Guru BK yang paling 'tak kenal ampun'. Telinga serasa ingin putus dibuatnya. Lebih enak putus cinta dari pada harus berurusan dengan pak Zulmakir, 'si Tangan Setan'.

"Kalian berdua ikut saya!!" Ucapnya dengan penuh amarah. Kedua tangan Zulmakir menyeret telinga Rangga dan Janu. Suara teriakan siswa-siswi menyoraki mereka berdua. Hanya teriakan-teriakan yang bisa terdengar. "Bubar semua! Bubar!!" Teriakan Zulmakir kembali menggema. Detik itu juga, semua siswa yang melihat perkelahian antara Rangga dan Janu langsung membubarkan diri tanpa babibu lagi. Dari pada harus berurusan dengan pak Zulmakir, akan lebih runyem.

***

"Wi, buku PR MTK lo gue pinjam ya, please??" Ucap Zainal dengan tampang tak berdosa. "Lupa gue kalau ada PR."

"Bilang aja malas buat ngerjain." Dewi memutar bola matanya, kedua tangan ia lipat didepan dada, posisi menghakimi. "Ambil aja nohh." tangannya menunjuk kearah tas merah gelap di kursi paling pojok dekat jendela.

"Dewi baik deh." Dengan gaya sok imut dibuat-buat. "Lo emang sahabat sejati gue."

"Idiww..... mau muntah gue." mempraktekan adegan orang mau muntah sambil menepuk-nepuk dadanya. "Awas kalau lo buka-buka tas gue sembarangan. Tamat riwayat lo!" Mengacungkan jari tengah ke zainal.

"Wi, gue minjem duluan ya?" Riska tiba-tiba datang dengan ngos-ngosan habis lari sambil menyerobot buku PR MTK Dewi yang sedari tadi ditangan zainal. "Gue duluan yang minjem." Adegan tarik-menarik buku tak terhindari. "Nggak! Gue duluan. Ladies first, okay?"

"Nggak ada ladies ladies-an," ucap zainal memperjelas. "Pokoknya gue duluan." Sontak, seluruh mata siswa yang ada didalam kelas tertuju pada mereka berdua. Dewi hanya mengelus dada, kenapa gue bisa punya teman kayak gini? Dosa apa dulu gue? Ucap Dewi dalam hati.

"Jadi cowok ngalah dong! Kalau nggak mau ngalah, jadi cewek aja sono!" Riska tetap bertahan teguh mempertahankan buku PR MTK Dewi.

"Nyadar diri dong, seharusnya lo yang harus transgander." Mulut comel Zainal mulai beraksi. "Kelakuan kayak lelaki, nggak malu apa dilihat orang? Gorila aja kalah sama lo. Pantesan aja lo sampai sekarang nggak laku-laku. Cowok takut semua sama lo." Upsss keceplosan. Seluruh mata yang dari tadi melihat kearah mereka berdua, langsung memalingkan kearah berlawanan. Bertingkah seperti tidak mendengar apa-apa. Mati lo Zainal. Semoga lo pulang dengan keadaan sehat walafiat. Amin. Terdengar suara hati para teman sekelas lewat telepati.

"Lo bilang apa tadi?" Matanya melotot. "Haahh?? lo tadi bilang apaan?" Tanya Riska lagi dengan menaikkan oktaf suaranya.

"Gue bilang, 'Kelakuan kayak lelaki. Gorila aja kalah sama lo. Pantesan aja lo sampai sekarang nggak laku-laku. Cowok pada takut semu," ulangnya memperjelas. Jeritan hati para teman sekelas semakin menjadi-jadi. Satu-persatu siswa keluar meninggalkan kelas tak terkecuali Dewi. Bodoh si Zainal. Gali lubang kuburan sendiri. Semoga Zainal pulang dengan selamat. Amin. Sekelas mendoakan Zainal.

"Gue nggak salah dengar?" Alis Riska diangkat sebelah, dengan senyum dibuat-buat. Buku yang dari tadi bahan perebutan, kini sudah terjatuh kelantai. "Lo berani sama gue? Hahh?" Kepalan tangan Riska semakin kuat. Didorongnya Zainal hingga terdorong kebelakang. Untung saja zainal dapat menyeimbangkan diri.

"BANCI KALENG!!" Ucap Riska.
Tanpa disadari, didalam kelas hanya menyisakan Zainal dan Riska berdua. Seperti sudah tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

"Jaga mulut lo Ris kalau lo nggak mau tangan gue melayang di pipi lo!" Zainal memperingatkan Riska sambil memendam amarah. Tapi sebelum itu terjadi, kepalan tangan kanan Riska sudah dulu mendarat di pipi kiri Zainal. Baku hantam sudah tak dapat terhindari lagi. Segala barang yang ada disamping kiri kanan dilempar kearah lawan. Ntah itu buku, ntah itu kotak pensil.

"Berani lo sama gue haa?" Riska kembali menantang Zainal yang tersungkur kelantai akibat tinjuannya yang lumayan sakit untuk ukuran seorang gadis.

"Kampungan lo Ris!" Ucap Zainal tanpa rasa takut. Ia bangkit berdiri secara perlahan. Menyentuh sudut bibirnya yang terasa sakit. Sedikit darah segar mengalir dari mulutnya. Diusap kasar bibirnya. Dari luar kelas, terdengar riuh siswa siswi. Fokus Riska berbagi dua. Antara luar kelas dan Zainal di depannya. Tanpa babibu, Zainal mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dengan sigap, ia meninju perut Riska yang merupakan titik kelemahan Riska, apalagi ia blum makan siang. Badan Riska terdorong kebelakang, menabrak meja dibelakangnya, untung ada meja yang manahan berat badan Riska agar tidak terjatuh.

"BERHENTI!!!" Teriakan Etya menggema. Seperti tersihir, keduanya berhenti berkelahi tanpa babibu, tanpa banyak bertingkah. "Kalian ini yahh? Sudah SMA masih aja suka berantem!" Tangan Etya bergelirya di telinga keduanya.

"Zainal yang bikin ulah Bu!" Tangan kanan Riska menunjuk kearah Zainal.
"Apaan lo nuduh-nuduh gue sembarangan?" Ucap Zainal tak mau disalahkan. "Dasar, cewek nggak tahu diri lo. GORILA!!"

"Lo bilang gue apaan? gorila??" Tangannya berusaha menjambak rambut Zainal, namun sayang ada Bu Etya yang yang menjadi penengah diantara mereka membuat jarak pemisah akibat jaweran kuping Bu Etya.

"Kalian ini! Bukannya baikan malah bikin tambah masalah." Semakin kuat Etya menjewer kuping keduanya tanpa kenal ampun. Ditambah sentuhan pemanis, yaitu pelintiran yang apa boleh buat membuat kepala keduanya mengikuti arah tangan Bu Etya. "Ikut Ibu sekarang!"

Apa boleh buat, dengan muka penuh lebam di pipi Zainal, rasa sakit yang masih nyeri di perut Riska dan jeweran ditelinga masing-masing
Harus membuat keduanya muka tembok. Berjalan dikoridor dengan pakaian lusuh akibat pertengkaran tadi. Siswa siswi berkerumun disepanjang koridor sekolah untuk melihat. Dasar kutu kupret. Kalau lo nggak bikin ulah, reputasi gue di sekolah nggak bakalan makin hancur. Umpat Riska dalam hati.

***

Typo bertebaran dimana-mana.

Kritik dan saran sangat membantu

Comment=harus

Vote= wajib *maksa* kwkw

Salam cium,

ErinaKwa

Continue Reading

You'll Also Like

509K 25.3K 35
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
3.5M 167K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
5.1M 349K 67
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
3.9M 232K 59
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...