HEART

By cayamby

147K 11.9K 596

[Republish. Dikarenakan masih ada yang mencari dan menanyakan keberadaan FF ini] Jung Yunho kaget bukan main... More

1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Uri Haengbokhae
Uri Haengbokhae

4

9.7K 870 31
By cayamby

- Heart -

"Neomu Kwiwoeyo~" ujar Mrs. Jung senang melihat Kyuhyun yang mengenakan pakaian yang menurutnya lucu.

Entah sudah berapa kali bayi itu bertukar-tukar pakaian karena Mrs. Jung ingin mengabadikan si manis tersebut dalam album foto. Sedangkan Kyuhyun yang tak mengerti hanya memainkan tangannya dan melempar senyum pada sang eomma.

Saat ini keluarga Jung berada dalam sebuah studio fotographer. Karena keberangkatan mereka kembali ke Seoul menggunakan jasa penerbangan di jadwalkan sore hari, jadi banyak waktu luang. Daripada menunggu dan tidak mengerjakan apapun, maka Mrs. Jung mengajak berkeliling yang berakhir di studio ini.

Tiba-tiba sang nyonya besar ingin membuat foto keluargaㅡmungkin ingat anggota Jung bertambah dua. Setelah membuat foto pernikahan YunJae lalu foto keluarga Jung di tambah Jaejoong dan Kyuhyun, Mrs. Jung meminta foto solo Kyuhyun mengenakan berbagai macam pakaian yang sukses membuat beliau memekik dan menjerit-jerit histeris.

Kyuhyun sangat menggemaskan.

Jaejoong Cuma tersenyum melihat mertuanya, sedangkan Yunho terlihat malas dan Mr. Jung yang setia berada di sebelah istrinya. Tapi kemudian Mrs. Jung menghentikan pemotretan.

"Yun-Jae! Kemarilah." Panggil Mrs. Jung.

Pasangan pengantin baru itu mendekati sang eomma.

"Kalian foto keluarga bersama Kyunie. Pasti bagus sekali. Ppali! Temani Kyunie di sana." Katanya lalu mendorong-dorong Yunho dan Jaejoong ke arah Kyuhyun.

"Hash! Eomma ada-ada saja." Gerutu Yunho seraya berjalan bersama Jaejoong. Mereka berdua berdiri di belakang Kyuhyun. Bayi mungil itu melebarkan senyum mendapati Jaejoong berada di belakangnya.

Si fotografer menggerakkan tangan memberi kode supaya Yunho dan Jaejoong saling berdekatan. Keduanya sedikit memiringkan kepala sambil tersenyum lebar di depan kamera.

Klik.

Gambar tersimpan.

Walau ogah-ogahan, senyum Yunho yang tertangkap kamera bukanlah senyum paksa tapi sebuah senyum sumringah berserta senyum Jaejoong yang manis dan tawa Kyuhyun yang kelihatan sangat senang. Layaknya keluarga bahagia, eoh?

~xXXx~


"Aku sudah mendatangi rumah mereka, tapi mereka tak ada." Ucap seorang yeoja yang berdandan menor dengan semua aksesoris berlebihan di tubuhnya. Ia menatap Tiffanyㅡsi resepsionisㅡkesal.

Tiffany menunduk sebentar, "jweisongeyo, Jung sajangnim beserta keluarganya sedang pergi ke Belanda untuk urusan pribadi."

Yeoja ini menghentakkan kaki sehingga bunyi hak sepatu yang berbenturan dengan lantai terdengar cukup keras. Raut mukanya yang menunjukkan ketidaksenangan terlihat sangat jelas, "kapan mereka kembali?"

Lagi, Tiffany menunduk, "hanbeondo [sekali lagi], jweisonghamnida. Naneun moreugeseumnida [aku tidak tahu]" ujarnya berusaha ramah, meski dalam hati sangat dongkol pada yeoja di depannya. Sudah berumur tetap saja mencoba style anak muda. Bukannya terlihat bagus, malah berlebihan. Uh~

"Ish~" kesalnya kemudian berjalan keluar gedung sambil menghentakkan kaki keras.

Sepeninggal tamu tak diundang itu, staff reception di sebelah Tiffany yang bertugas berada di depan komputer berdiri. Menatap Tiffany yang sedang menarik napas lalu membuang, beberapa kali. Ia tersenyum.

"Kau sabar sekali, Tiffany-ah."

"Huh! Kalau bukan karena dia berteman baik dengan keluarga Jung sajangnim pasti sudah kujadikan adonan kimchi! Menyebalkan!" sahut Tiffany mengeluarkan kekesalan. Tangannya mengepal di atas meja.

Beruntung Tiffany bias mengontrol volume suara, jadi tak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Hum.. memang menyebalkan." Sambut Jessica membenarkan.

~xXXx~


Jaejoong terjaga dari tidur. Tubuhnya menggeliat pelan sebelum akhirnya duduk bersandar di kepala ranjang. Dua wajah polos langsung memenuhi fokus pandangan. Wajah polos yang terlihat menikmati tidur. Seulas senyum tersungging di bibir merah milik namja cantik ini.

Damai. Rasa itu memenuhi ruang hatinya.

Tak pernah ia bayangkan semua jadi begini, biar sangat dipaksakan, tapi harapan tentang keharmonisan keluarga kecil semakin meninggi, tak apa 'kan?

Setelah mengecup kening Kyuhyun, ia turun dari ranjang. Bermaksud membersihkan diri. Ini hari pertamanya menjadi anggota keluarga Jung dengan status sebagai istri Yunho. Dia tak mau di cap sebagai orang tak tahu diri, sudah dinikahi tapi tak melakukan apapun.

Selesai menyegarkan diri, Jaejoong berjalan keluar dari kamar menuju ruang dapur. Ia sudah tahu letak-letak ruangan di kediaman Jung karena Mrs. Jung telah menunjukkannya sepulang dari Belanda.

Hal pertama yang ia dapati adalah kegelapan. Ah, kenapa lampu masih mati? Bukankah seharusnya sudah hidup dan para maid terlihat melakukan tugas? Aneh sekali, pikir Jaejoong. Sembari berjalan tangannya meraba-raba dinding untuk menemukan saklar kemudian menekan sehingga semua lampu-lampu hidup memberi penerangan. Dengan senyum yang makin mengembang, Jaejoong melanjutkan langkahnya ke dapur.

"Umm.." mengerucutkan bibir seraya melihat isi kulkas yang baru ia buka. Lengkap. Bahan makanan mentah juga instan. "Masak apa ya?" tangannya mulai menyentuh satu-per-satu bahan makanan itu.

Ia tampak berpikir ketika menemukan berbagai jenis sayuran di box paling bawah. Tak berapa lama, senyum yang sempat pudar itu kembali mengembang sempurna. "Aku tahu!" serunya senang lalu mengumpulkan semua bahan-bahan.

Mengambil dari dalam kulkas dan meletakkan di atas meja. Waktunya memasak.

Memasak? Tak perlu di ragukan kemampuan Kim Jaejoong dalam bidang ini. Bukan hanya bisa, tetapi memasak adalah hobinya. Lihatlah tangannya yang bergerak cepat mengolah bahan-bahan. Mengupas, memotong, mengiris, mengaduk dan menambah penyedap rasa. Layaknya koki handal. Dalam waktu tergolong singkat, di meja makan telah tersedia beberapa macam makanan yang di hias sangat cantik dan menggugah selera. Jaejoong tersenyum puas dengan hasil kerjanya.

Namun, mendadak air matanya jatuh begitu saja menuruni pipi. Pikirannya mengenang sesuatu yang sekarang mendatangkan perih dalam dada. Seperti ditusuk-tusuk jarum yang sangat banyak. Senyum orang-orang yang ia sayangi; yang dulu memuji masakannya dengan senyum ceria.

Eomma.. appa.. batinnya lirih. Kalau boleh jujur, ia tak pernah membenci kedua orang itu meski sakit dalam hati belum terobati. Jaejoong menghembuskan napas kasar lalu cepat-cepat menghapus lelehan air mata yang membasahi pipinya.

"Eum.. Duronim [tuan muda]."

"A-eh?" sedikit terkejut mendapati seorang maid berdiri di dekatnya. Jaejoong tersenyum kaku membalas sapaan tadi, "wae?"

Si maid menundukkan kepala sebentar, "apa yang duronim lakukan dini hari begini di dapur?"

Mata Jaejoong melebar, "dini hari?"

"Ne. Ah.. itu.." si maid menatap kagum pada makanan yang tersaji di atas meja, "duronim yang memasaknya? Wah.."

Tak menjawab, Jaejoong malah menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil menunjukkan senyum kikuk. Dini hari? Astaga.. pantas saja tidak ada aktivitas di rumah besar ini. Jaejoong merutuki kebodohannya yang tak melihat jam dahulu. Memalukan. Dia membungkuk sedikit kemudian berlalu keluar dari ruang dapur untuk menyembunyikan wajah yang ia rasa bertampang bodoh di depan maid tadi.

Uh.. jinca!

~xXXx~


Mrs. Jung yang setiap pagi selalu ke dapur untuk memberitahu apa yang harus di masak oleh juru masak keluarga Jung dibuat terperangah dengan berbagai makanan berdominasi sayuran di atas meja. 'kan ia belum memberi perintah tentang apa makanan sarapan.

Mendekati meja makan, mengambil sendok lalu mencuil sedikit makanan yang ia tahu namanya capcai (duarrr~) dan memasukkan ke dalam mulut, "mm.."

Mrs. Jung melihat mangkuk sayur capcai itu, "mashita.. siapa yang memasaknya?"

Seorang maid yang menjabat sebagai kepala pembantu menghampiri Mrs. Jung, membungkukkan badan memberi hormat, Kim Jaejoong-ssi yang memasaknya."

"Jeongmalyo? Ah.. ini benar-benar enak." Ujar Mrs. Jung memamerkan senyum.

Sreet~ bunyi decitan terdengar. Mrs. Jung mengalihkan pandangan pada seseorang yang baru saja duduk di kursi meja makan. Senyumnya makin lebar dan mendekati namja yang adalah putra satu-satunya. Tanpa basa-basi menyentuh pipi kanan Yunho dan mencubit gemas menimbulkan jerit kesakitan dari si anak, tapi Mrs. Jung tak perduli karena beliau sangat senang.

"Ah, Jung Yunho! Kau pintar sekali memilih seorang istri! Aku bangga padamu!"

"Waa.. eomma! Ash.. lepas!" Yunho menghentak tangan sang Ibu hingga menjauh dari wajahnya lalu mengusap pipi yang terasa sakit, "museun muriya? [apa yang ibu katakan]" tanyanya mendelik.

"Lihat! Jaejoong memasak semua ini! Kau sangat beruntung tahu!" seru Mrs. Jung bersemangat, "kau sangat pintar memilih seorang istri!" ulangnya.

Yunho mendecih. Memilih? Huh! Memangnya siapa yang memaksa ia menikahi namja bernama Kim Jaejoong itu? Appa dan eommanya! Bukan dia yang mau. Tapi.. tangan Yunho memanjang, jarinya mengambil sedikit dari makanan yang ada di atas meja.

Ketika makanan itu berada dalam mulut lalu turun ke tenggorokan.. harus ia akui, rasanya sangat enak. Apa benar Jaejoong yang membuatnya? Seperti makanan yang dimasak oleh chef atau koki handal.

"Hum.. mah-mah-mah.. hahah..uri Kyunie sangat wangi~"

Sepasang Ibu-anak itu serentak menoleh saat mendengar suara lembut yang ceria bergema di dapur. Jaejoong menggendong Kyuhyun mendekati meja makan sambil menciumi si bayi yang terlihat mengumbar senyum lucunya. Tampak menggemaskan dalam balutan pakaian bayi berwarna biru dengan motif beruang kecil. Mrs. Jung pun langsung menghampiri Jaejopong dan mengambil Kyuhyun.

"Nae seonjae [cucuku] neomu-neomu kyeopta!" seru Mrs. Jung mencium kedua pipi Kyuhyun menyebabkan si bayi mungil menggerak-gerakkan tangannya karena geli.

Setelah Jaejoong duduk di kursiㅡdi sebelah Yunhoㅡbegitu pula Mrs. Jung, Mr. Jung muncul dan ikut duduk. Entah kenapa suasana pagi ini begitu hangat. Mrs. Jung yang sibuk bermain-main dengan Kyuhyun sambil sesekali menyuapkan sarapan ke mulutnya, kemudian Mr. Jung dan Yunho mulai makan.

Jaejoong merasa terharu. Sudah lama ia tak makan bersama dengan anggota keluarga. Bersama orang-orang yang ia sayangi. Ah, perasaan menyesakkan ini lagi.

"Eottae? Mashittarago? Jaejoong yang membuatnya." Celetuk Mrs. Jung bertanya pada sang suami yang duduk di sampingnya. Beliau kembali bermain bersama Kyuhyun setelah bertanya.

"Jinca?" Tanya Mr. Jung menatap Jaejoong.

Namja cantik ini menunduk, tak mau memperlilhatkan mukanya yang memerah. "Ne."

Mr. Jung mengangguk-angguk, "aju [sangat]."

Wajah Jaejoong makin merah mendengarnya. Yah, biarpun sering di puji karena masakannya, tetap saja ia belum bisa mengendalikan diri untuk tidak tersentuh.

Hening.

Mrs. Jung asik sendiri dengan si bayi lalu ketiga namja itu pada makanannya. Bukan bermaksud meng-kaku-kan suasana, tapi memang tak ada bahan pembicaraan lagi yang harus di bahas. Setelah sunyi beberapa menit, Mr. Jung meletakkan sendok yang ia gunakanㅡwalau makanan dalam piring belum habis.

"Memang tidak sopan, tapi.." Mr. Jung menggantung kalimatnya yang menginterupsi kegiatan orang-orang di sekitar, "Jejoong-ah.. kenapa kemarin kau memberikan Kyuhyun pada Yunho lalu pergi?"

Mrs. Jung ikut menatap Jaejoong. Sementara Yunho Cuma melirik sekilas. Walaupun diam begitu, sebenarnya ia juga penasaran. Beruntung ayahnya menanyakan hal itu. Mempersiapkan telinga untuk mendengar jawaban namja cantik di sebelah kanannya.

Jaejoong sendiri tak terkejut mendengar pertanyaan tersebut. Kepalanya makin menunduk tak berani melihat Mr. Jung yang kelihatan serius, "aku.." jeda sebentar, ia menghirup napas dalam dan menghela, "aku tak punya biaya membesarkan Kyuhyun sendiri. Aku tak punya pekerjaan. Selama ini kami menumpang tinggal dengan saudara semarga-ku. Aku tak yakin Kyuhyun bisa hidup bersamaku. Oleh sebab itu.."

Meski tak melanjutkan kalimatnya, ketiga orang itu mengerti apa maksud Jaejoong. Mr. dan Mrs. Jung pahamㅡwalau tak sepenuhnya membenarkan atau meyakini kata-kata si namja cantik.

Sedangkan Yunho, entahlah.. namja ini pun tak mengerti dengan perasaan yang tiba-tiba seakan menekan jantungnya. Agak sesak dan menyakitkan. Ada apa dengannya? Tak mungkin ia kasihan atau perduli. Hah.. tidak tahulah.

"Lalu.. bagaimana dengan keluargamu? Maksudku, orang tuamu?" Tanya Mr. Jung lagi.

Sakit. Sangat. Lagi-lagi harus mengingat kedua orang tuanya, tapi ia tak boleh memperlihatkan. Kuat, Kim Jaejoong adalah namja kuat. Sudah banyak penderitaan yang ia alami, "me-mereka mengusirku."

Deg~! Mata Yunho membulat. Seperti ada panah besar yang menusuk tepat di organ paling penting dalam tubuh manusia. Jantung. Ia ingin menoleh, melihat muka Jaejoong sekarang, namun tubuhnya seolah-olah kaku tak mau mengikuti perintah otak.

Diusir? Benarkah? Apa karena ketahuan mengandung? Pasti.. apalagi Jaejoong adalah namja. Bukan hal yang normal 'kan? Keluarganya juga sempat shock berat. Tapi.. sungguh desiran-desiran aneh itu mulai menyebar ke seluruh tubuh Yunhoㅡ mengkerubungi.

Berbeda dengan Yunho, Mr. dan Mrs. Jung tampak membungkam mulut mereka. Kaget? Yah, berpemikiran sama dengan Yunho dan mereka juga mungkin akan melakukan hal yang sama jika Yunho yang mengalami. Tidak! Pikiran apa itu? Biarpun tak normal, bukan berarti harus mengusir 'kan? Bagaimana ada orang tua yang begitu? Setidaknya menenangkan diri terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan. Ini.. terasa tak adil bagi Jaejoong. Dan pasangan suami-istri ini bertekad tak akan menyakiti namja cantik itu.

~xXXx~


Yunho menghela napas pelan. Padahal masih pagi, tapi tubuhnya terasa remuk. Sendi-sendi pegal dan semua tulangnya kram. Bukan Cuma tubuh, tapi kepalanya juga berat. Tak hanya beban pekerjaan yang harus ia tanggung, masalah di rumah pun kini semakin menggencet otak.

Yah, namja tampan ini masih memikirkan perihal pernikahan dadakannya. Dia belum bisa menerima kalau sekarang ia memiliki status seorang suami dan ayahㅡmeski kehadiran Jaejoong serta si manis Kyuhyun tak banyak merubah hidupnya.

Menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Kim Jaejoong. Wajah cantiknya terbayang di depan mata Yunhoㅡsedang tersenyum manis. Wajah secantik itu kenapa harus dimiliki seorang namja? Senyum yang sangat manisㅡYunho akuiㅡkenapa harus Jaejoong? Lalu kenapa Jaejoong bisa mengandung? Melahirkan? Demi Tuhan, Kim Jaejoong adalah namja! Hah.. Yunho mengusap wajah menggunakan kedua tangan sehingga bayangan raut wajah cantik Jaejoong menghilang. Dia pasti sudah gila membayangkan Jaejoong di waktu begini.

Tok. Tok. Tok.

"Masuk."

Kriet~ pintu terbuka disusul muncul sebuah kepala di balik pintu yang membuat Yunho memutar bola mata; bosan. Kapan kebiasaan pemilik jidat luas itu berubah? Selalu begitu. Setelah memastikan keadaan ruangan wakil direktur, Park Yoochunㅡnamanyaㅡmasuk ke dalam lalu menutup pintu lagi. Yunho sudah akan bersiap menyembur manager keuangan sekaligus sahabatnya itu.

"Hyung.. ku dengar kau ke Belanda." Ujar Yoochun sambil duduk di kursi yang berada di hadapan Yunho, "adakah sesuatu yang perlu ku ketahui?" tambahnya.

Sebagai sahabat ia banyak mengetahui seluk beluk keluarga bahkan kepribadian Jung Yunho.

"Privasi.." balas Yunho. Ia tak mau membahas ini apalagi memberitahu Yoochun.

Namja cassanova ini mengangguk paham, "geureom, kau tak membelikan apa-apa untukku, hyung?"

Yunho mendelik, "ya!"

Yoochun terkikik melihat reaksi atasannya ini. Kenapa berteriak? Bukankah sudah lumrah bila ia menagih cinderamata jika Yunho pergi keluar negeri? Ia pun akan melakukan hal yang sama; membelikan Yunho barang-barang sewaktu berkunjung ke sebuah Negara.

Mungkin maksud keluar negeri kali ini sedikit rahasia atau memang masalah keluarga, entahlah.. ia tak mau ambil pusing. Kemudian keduanya sama-sama diam dengan pikiran masing-masing. Yoochun, entah ia sedang melakukan apa dengan jemarinya dan Yunho yang memandang namja itu intens.

"Yoochun-ah.."

Yoochun mendongak, "hm?"

Menghela napas sebentar, "apa kau ingat ketika aku menelponmu pagi-pagi untuk datang ke motel di daerah Samsan?"

Agak lama Yoochun diam sambil mengingat-ingat tentang kejadian yang ditanyakan Yunho. Untungnya ia belum lupa ingatan lantas mengangguk dengan tampang meminta penjelasan atas pertanyaan tadi. Sedangkan Yunho kemudian memijat kepala yang semakin pusing membuat si namja cassanova mengernyit bingung.

"Ah.. aku sempat bertanya pada receptionist motel itu. Katanya kau digiring oleh dua bartender barㅡdi sebelah motelㅡdan beberapa orang sedang berciuman panas dengan seseorang. Bahkan kalian tak mau melepaskan diri walau sudah ditarik-tarik. Makanya mereka langsung memasukkan kalian ke dalam kamar." Cerita Yoochun panjang lebar, "nugunde? Neo yeojachingu?"

Yunho tak menanggapi pertanyaan terakhir Yoochun. Matanya telah membelalak lebar dengan mulut terbuka; menampilkan muka kaget. A-apa yang baru saja Yoochun katakan? Benarkah? Refleks tangan kanannya memukul meja dengan keras menghasilkan bunyi yang mengagetkan Yoochun hingga hampir terjungkal dari kursi. Namja itu mengusap pelan dadanya dimana jantungnya berdebar-debar kencang akibat ulah sang atasan.

"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?!" teriak Yunho lantang yang sekali lagi membuat Yoochun spot jantung.

"Ku-kupikir.. kau ti-tidak akan mau mendengarnya." Sungguh, ini pertama kali ia diteriaki begini oleh Yunho.

Memang mereka pernah berkelahiㅡsewaktu sekolahㅡtapi tak sampai berteriak-teriak. Ah, Yoochun jadi takut. Apa ada masalah besar?

Dada Yunho naik turun karena napasnya tak stabil. Marah? Bukan. Ia tidak marahㅡtak marah pada Yoochun.

Yunho tak tahu harus bagaimana menyikapinya; ia tidak ingat ditambah terkejut, itulah yang membuat ia berteriak. Juga hal sepenting itu kenapa tak diberitahu padanya? Apakah.. apakah seseorang yang dikatakan Yoochun adalah Jaejoong? Benar Jaejoong? Kalau iya..?

~xXXx~


Mrs. Jung berusaha tersenyum ramah meski beliau malas sekali meladeni tamu yang datang ke rumahnya siang ini. Siapa yang mau meladeni tamu yang jelas-jelas tak menunjukkan sikap sopan santun? Masuk begitu saja setelah pintu terbuka, duduk di sofa ruang tengah, seenaknya menyuruh orang yang lewat untuk membuatkan minum dan sempat ber-make up ria ketika Mrs. Jung muncul. Benar-benar menyebalkan!

Mrs. Jung sendiri mengakuinya, tapi tak mungkin mengumbar. Bisa-bisa nanti si tamu mengamuk dan berceloteh panjang lebar mengenai keburukan keluarga Jung.

Jaejoong keluar dari dapur dan berjalan ke ruang dimana Mrs. Jung tengah menangani tamu tak diundang sembari membawa nampan berisi segelas teh madu buatannya. Ia meletakkan gelas itu di atas meja diiringi tatapan menyelidik si tamu dan pandangan heran Mrs. Jung.

Yah.. orang yang disuruh si tamu itu adalah Jaejoong yang baru masuk ke dalam rumah lewat belakang sehabis menyiram tanaman milik Mrs. Jung.

"Apa dia pembantu baru?" Tanya si tamu menunjuk Jaejoong dengan jari telunjuknya. Menilik namja cantik itu dari ujung kaki hingga kepala.

Kalau Jaejoong tak mengenakan tanktop berlapis t-shirt agak transparan, mungkin ia akan mengira si cantik itu adalah seorang yeoja.

"Ani." Jawab Mrs. Jung cepat. Pembantu? Sepertinya sandal untuk menyumpal mulut berlipstik tebal itu tak akan kejam. "Dia-"

"A-aku sepupu jauh Jung ahjussi, Kim Jaejoong imnida." Jaejoong memotong ucapan Mrs. Jung kemudian membungkuk. Dia melempar senyum pada Mrs. Jung seolah berkata tidak-apa-apa. Tak mungkin mengaku menantu keluarga Jung 'kan?

"Ah.." si tamu mengangguk-anggukkan kepala sok angkuh.

Jaejoong pun undur diri tak mau menggganggu aktivitas kedua nyonya ini. Si tamu layaknya model gagal meraih gelas di atas meja kemudian menyesap isinya. Enak.

"Ada apa datang kemari, Yuri-ah..?" Tanya Mrs. Jung berbasa-basi. Sejujurnya ingin si tamu cepat-cepat pergi dari rumah.

"Eonni~" ucap yeoja bernama Yuri ini sembari terkekeh pelan, "um.. sebenarnya aku ingin membicarakan anak-anak kita. Kau tahu 'kan Yunho dan Ahra cukup dekat."

"Geureom?"

"Bagaimana kalau kita menjodohkan mereka?"

Jaejoong yang belum jauh dari ruang tengah langsung membatu mendengar pertanyaan itu. Perjodohan? Artinya akan berujung pada pernikahan 'kan? Eo-eotteoke? Kalau perjodohan ini berjalan lancar, berarti Yunho akan menikah dengan anak Yuriㅡsi tamuㅡyang bernama Ahra? Lalu bagaimana dengannya? Dengan Kyuhyun? Dia dan Yunho juga sudah menikah. Apa Yunho akan menceraikannya dan memilih Ahra? Kemudian menendang ia jauh-jauh? Apa Mrs. Jung akan menyetujui ajakan tamu tersebut? Berbagai pikiran negative mengerubunhi kepala Jaejoong.

Bukan. Bukan karena ia terlena pada harta keluarga Jung yang membuat ia serba kecukupan. Ini tentang pernikahan mereka yang baru berjalan satu hari. Haruskan kandas dalam waktu tergolong sangat singkat? Janji suci yang diucapkan bersama Yunho terngiang di telinga Jaejoong.

Beginikah akhir rumah tangga yang bahkan belum ia jalani sepenuhnya? Miris. Tak tahu mengapa, rasanya dada Jaejoong penuh sehingga menyulitkan ia bernapas teratur. Matanya perih, cairan bening mendesak keluar dari sudut-sudutnya.

Eotteoke?

"Duronim~"

Jaejoong tersadar. Mendapati seorang maid berjalan mendekatinya sambil menggendong Kyuhyun yang sedikit terisak. Jam berapa ini? Ah, mungkin waktu tidur si bayi sudah tiba. Jaejoong berusaha menormalkan diri kembali seperti semula kemudian meraih Kyuhyun ke dalam pelukannya. Bayi mungil manis itu langsung menempelkan pipinya di dada sang eomma dan menghisap jempol. Lucu sekali.

Senyum Jaejoong pun mengembang, segera ia meninggalkan ruang tengah.

Pandangan Mrs. Jung masih terfokus pada satu arah dimana ia melihat Jaejoong berdiam meski si objek telah pergi beberapa detik lalu. Beliau tahu, pasti namja cantik itu mendengar semuanya. Satu hal yang sangat ia sesali; yaitu tak dapat mengumumkan pernikahan putranya bersama Jaejoong. Sangat mustahil. Mrs. Jung menghela napas sebentar lalu menatap Yuri yang sibuk pada kuku-kuku tangannya yang di kuteks berwarna merah muda pekat.

"Jweisonghamnida." Ucap Mrs. Jung datar namun terdengar tegas. [maaf, formal / sopan]

~xXXx~


Penuturan Yoochun terus melayang-layang dalam kepala Yunho membuat namja tampan bermata layaknya musang ini tak fokus pada pekerjaan. Ia juga melewatkan jam makan siang karena asik melamun. Kalimat-kalimat yang sahabatnya itu lontarkan seperti sebuah bukti kalau ia benar telah melakukan suatu perbuatan yang amat sangat merugikan diri sendiriㅡmeski sebetulnya tak ingat.

Jadi memang dia telah tidur dengan namja cantik yang kini berstatuskan istrinya? Entahlah.. Yunho bingung. Masih ada keraguan di sudut hati. Belum lagi kehadiran bayi manis bernama Kyuhyun itu. Semakin rumit.

Yunho melonggarkan ikatan dasinya lalu melepaskan benda yang serasa mencekik leher sedari tadi. Sesekali matanya melirik ke arah Jaejoong yang duduk di tepi ranjang sembari melipat pakaian-pakaian milik Kyuhyun. Bayi manis itu sekarang tengah tidur nyenyak di ranjang. Hah.. Yunho menghela napas pelan.

Kalau diperhatikan baik-baik, sebenarnya tak ada hal yang tidak membuat ia tertarik pada namja cantik di belakangnya. Hanya.. Jaejoong itu namja! Hatinya masih menolak kenyataan tersebut, walau bukti-bukti yang ia dengar dari Jaejoong dan Yoochun sudah cukup kuat.

Sekali lagi namja tampan ini menghembuskan napas. Semakin dipikirkan semakin pening kepalanya. Membuka tiga kancing teratas kemeja yang ia kenakan untuk mengurangi penat yang ia rasakan. Sementara Jaejoong telah selesai melipat pakaian Kyuhyun dan menyimpannya di dalam box di sudut kamar; melihat Yunho dengan tatapan sendu.

Jaejoong terus memikirkan mengenai perjodohan yang sempat ia dengar tadi siang. Sungguh, ia ingin memberitahu Yunho untuk menolak, tapi, takut.

Apa tak apa-apa ia berbicara begitu? Biar bagaimanapun, statusnya sudah sebagai istri Jung Yunho. Jaejoong menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang. Ah, daripada tersiksa dengan pikiran yang membuat hati tak tenang, lebih baik diutarakan. Toh Yunho adalah suaminya.

Perlahan Jaejoong mendekati Yunho yang berdiri di depan lemari hendak mengambil pakaian ganti.

"Yunho-ssi.."

Yunho tidak menoleh. Tangannya sibuk memilah-milah pakaian di dalam lemari, "hm..?"

"A-apa kau akan menikah lagi?" Tanya Jaejoong dengan suara pelan, sangat pelan.

Gerakan tangan Yunho terhenti. Dahinya mengerut mendengar pertanyaan Jaejoong. Menoleh dan menatap namja cantik itu, "ye?"

"A-apa ka-kau akan menikah lagi dengan seorang yeoja?" Jaejoong menundukkan kepala. Takut melihat ekspresi Yunho.

Apa namja itu akan langsung mengiyakan?

Menikah lagi? Dengan seorang yeoja? Hey! Permasalahan pernikahan ia dengan namja cantik itu belum selesai; belum menemukan titik terang yang ia inginkan. Bahkan pikiran itu tak ada terlintas di otaknya. Kenapa pula Jaejoong bertanya begitu? Apa terjadi sesuatu? Hash.. sudahlah. Yunho menghela napas keras.

"Aku belum memikirkannya." Jawab Yunho sekenanya dan kembali pada kegiatan sebelumnya.

Namja cantik ini menengadahkan, "ba-bagaimana kalau yeoja itu sangat cantik dan menawan? Kau pasti menyukainya."

Tujuannya ingin membuat Yunho menolak perjodohan, malah kata-kata begini yang keluar dari mulutnya.

Rasanya kepala Yunho berdenyut-denyut sakit mendengar tiap kalimat yaang diucapkan si istri. Sebetulnya apa masksud namja cantik di sebelahnya? Membahas pernikahan lain?ㅡyang bukan pernikahan mereka.

"Apa kau akan menikah lagi?" ulang Jaejoong.

"Kim Jaejoong!" tukas Yunho. Dari tatapannya terlihat ia kesal pada si istri karena diberondongi pertanyaan tak jelas, "aku tak akan menikah lagi sekalipun Miss World yang melamarku!" katanya tegas.

Sembarangan Yunho mengambil pakaian dari dalam lemari kemudian berbalik dan masuk ke kamar mandi meninggalkan namja cantik itu terbengong-bengong dengan mata melebar. Perkataan Yunho barusan sanggup membuatnya diam. Tak akan menikah lagi? Artinya pernikahan mereka selamat? Janji suci pernikahan akan tetap terjaga? Tak bisa Jaejoong pungkiri ia sangat senang.

Bibirnya melengkung, sedikit. Jaejoong mengalihkan pandangan pada sosok bayi yang tampaknya masih tenang dalam tidur. Perlahan ia mendekat, duduk di tepi ranjang, menatap wajah bayinya yang kelihatn polos bak malaikat. Yah, malaikat kecilnyaㅡsebagian dari jiwanya.

Tangan Jaejoong menyentuh pipi Kyuhyun, mengusap. Terasa lembut dan halus. Lagi, senyum terpatri di cherry lipsnya. Sangat cantik, "mungkin terlalu cepat. Tapi, eomma tak mau kehilangan appamu." Ujar Jaejoong masih mengusap pipi Kyuhyun.

Kini keinginan si namja cantik bertambah; tak hanya membahagiakan hidup si bayi, ia juga ingin menyelamatkan pernikahannya.

Cuma diam yang bisa Yunho lakukan di balik pintu kamar mandi yang baru ia tutup. Suatu ketidaksengajaan ia mendengar apa yang dikatakan Jaejoong karena lupa menutup pintu setelah masuk ke kamar mandi. Walau bingung dan heran kenapa istrinya ngotot bertanya apa dia akan menikah lagi, tapi tak bisa ia hiraukan begitu saja kalimat yang diucapkan Jaejoong barusan.

Aneh, kenapa ia merasa tenang?

~xXXx~


Terlihat banyak orang keluar masuk ke dalam sebuah bangunan yang tidak terlalu besar. Dari kerlap-kerlip lampu yang menghiasi sekitaran pintu masuk, orang sudah dapat menebak tempat apa itu dan di depannya seorang Jung Yunho berdiri. Memandangi bangunan tersebut dari jarak yang lumayan dekat. Ia masih ingat dengan tempat itu meski sudah lama tak mengunjunginya.

Walau cuma sekali, tapi disinilah semua berawal. Usahanya menyewa orang untuk mencari alamat tempat ini seminggu yang lalu tak sia-sia.

Pelan namun pasti, Yunho melangkah masuk ke dalam bangunan. Suara dentuman musik yang keras langsung menyerang telinga. Jangan lupakan pula ruang gerak yang sedikit karena banyak sekali orang di sini. Ia terus melangkah sembari melihat-lihat sekeliling. Tak berubah, suasana di dalam sini sama seperti dulu.

Yunho terus berjalan hingga ia sampai di depan meja bartender.

"Mau pesan apa?" Tanya si bartender.

"Yang ringan saja." Sahut Yunho tanpa melihat si bartender. Ia sibuk memperhatikan seluruh dalam club ini.

Yah, tempat yang ia datangi adalah club. Lewat satu tahun yang lalu, dia datang kemari karena sedang dalam masalah. Pribadi, tentu saja. Dia baru putus dari kekasihnya dan ia benar-benar kacau.

Yunho tersenyum miris mengingatnya. Kalau tidak salah dia minum banyak sekali sampai mabuk, setelah itu tak mengingat apa-apa lagi. Memutar tubuh ketika si bartender meletakkan segelas minuman di depannya. Meraih gelas tersebut dan meneguk isinya.

"Apa kau sudah lama bekerja di sini?" Tanya Yunhoㅡlagi, tak melihat langsung ke si bartender.

Bartender lain yang berada di belakang meja ikut melihat Yunho yang sedikit aneh sambil membersihkan meja.

"Yah.. hampir tiga tahun." Jawab si bartender tenang.

Yunho mengangkat kepala. Seulas senyum yang menyerupai seringaian terpampang di wajahnya, "berarti kau tahu apa yang terjadi."

"Ye?"

"Kira-kira satu tahun yang lalu.." Yunho memainkan gelasnya yang kosong, "aku datang kemari dan.. yah, mabuk. Aku tak ingat apapun. Tapi, aku yakin bertemu dengannya di sini. Mereka bilang kami berciuman dan dua orang bartender membawa kami ke motel sebelah."

Akhirnya, menatap si bartender. Diam. Si bartender mungkin tengah berpikir dan mengingat-ingat. Sesekali ia melirik Yunho lalu mengalihkan pandangan. Setelah beberapa menit, namja ini mencondongkan tubuhnya ke arah Yunho dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Geureom.. neo-ya?" [jadi, itu kau]

"Algeseo?" Tanya Yunho langsung. [kautahu]

"Karena kau dan kekasihmu itu, club ini sangat-sangat panas." Balas si bartender mengeringai penuh makna.

Continue Reading

You'll Also Like

156K 15.2K 23
Perasaan terhiananti oleh orang sekitarnya membuat kim jaejoong tidak bisa menaruh kepercayaan lagi. Para sahabatnya, kekasih nya, bahkan orang tuan...
Fantasia By neela

Fanfiction

1.7M 5.2K 9
⚠️ dirty and frontal words 🔞 Be wise please ALL ABOUT YOUR FANTASIES Every universe has their own story.
690K 58.3K 35
Kisah cinta antara Park Chanyeol dan Byun Baekhyun dimana, Park Chanyeol yang menikahinya secara terpaksa setelah dia di campakkan oleh Xi Luhan keka...
111K 10.8K 12
Berawal dari seorang anak yang tiba-tiba saja memanggil Jaejoong Eomma, mereka terus bertemu membuatnya terjebak dalam takdir yang tak pernah ia duga.