Who Are You? (Completed)

By indorinari22

46.6K 2.9K 49

Eryl adalah seorang detektif cewek yang dingin dan misterius. Kejeniusannya yang diatas rata-rata membuat kag... More

Welcome!
Prolog
Chapter 1
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Epilog
Thank You

Chapter 2

3K 197 2
By indorinari22

[Budayakan Vote sebelum baca!!! Makasih]


Eryl melihat sesuatu dengan warna kekuning emas-emasan. Sinar matahari dari luar jendela membuat benda itu sedikit bercahaya.

'Lho? Bu.. Bukankah itu... Oh, oh, oh..' gumam Eryl. Ia mengambil benda itu dengan sangat hati-hati. Diambilnya lensa dari dalam sakunya dan diamatinya benda itu dengan saksama. Ia mengukur panjang benda tipis itu dan ditaruhnya ke dalam plastik sampelnya.

Ia menoleh lagi ke jendela untuk mencari sesuatu. Kembali ia bersiul dengan gembira karena berhasil menemukan sesuatu yang kecil dan berwarna putih, seperti bubuk, namun bubuk lebih halus dari benda kecil ini yang bertebaran di sekitar jendela. Eryl mengumpulkannya dan menaruhnya dalam plastik sampel yang berbeda untuk kemudian di telitinya dibawah mikroskop.

'Aneh sekali. Apakah orang ini sedikit nyentrik? Mengapa membawa benda-benda seperti ini?' gumam Eryl pada dirinya sendiri.

Setelah selesai memberesi barang-barangnya, ia berinisiatif meneliti seluruh kamar itu. 

'Semoga orang itu cukup bodoh dan meninggalkan lagi beberapa jejak untukku.' batin Eryl. Namun, ia tak mendapati apa-apa walaupun sudah mencari dengan teliti.

'Hmm.. Berarti orang itu hanya datang ke sini untuk mengawasiku. Lagipula, kurasa tempat ini sangat buruk untuk sebuah basecamp. Dia pasti mengantisipasi kedatanganku, lalu mengapa meninggalkan jejak? Apakah ia sedang mencemoohku? Tunggu, bukankah itu yang dilakukan serial killer? Mencemooh polisi dengan meninggalkan signature mereka.'

Sekali lagi ia meneliti setiap sudut-sudut kamar itu, namun tetap saja hasilnya nihil. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari apartemen kosong itu dan kembali ke sekolahnya.

Di jalan, orang misterius itu mengikuti Eryl lagi dalam jarak 100 m dengan mobil. 'Apa dia kira aku cukup buta untuk tidak melihatnya didalam mobil hitam itu?' pikir Eryl tanpa membalikkan badannya untuk mengalihkan perhatian. 'Well, terlepas dari dia sengaja atau memang bodoh, aku rasa aku harus sedikit bermain-main dengannya. A little game for this secret admirer won't hurt, ain't it?'

Eryl memutar arah tujuannya berlawanan dengan arah ke sekolah. Ia berjalan agak jauh ke tempat yang sedikit lebih ramai. Gadis itu melangkahkan kakinya mengelilingi setiap pertokoan yang bisa dijumpainya, sementara orang itu tetap mengikutinya. Ia masuk ke satu toko, lalu keluar lagi. Masuk lagi ke toko lainnya, lalu keluar lagi. Kadang ia sengaja berlama-lama didalam toko, kadang ia juga langsung keluar setelah satu menit didalamnya.

Ia terus berputar-putar di sekeliling daerah pertokoan itu. Jika dilihatnya satu toko atau kedai makanan, ia akan masuk ke situ lalu keluar lagi. Masuk lagi lalu keluar lagi. 'Seru juga. Dengan begini aku sambil menghafalkan daerah sini.' pikirnya. Dengan semangat ia terus masuk keluar toko yang ditangkap matanya.

Setelah merasa semua toko dan kedai makanan telah dimasukinya, Eryl pergi ke sebuah toko pakaian langganannya untuk melakukan penyamaran.

"Penyamaran lagi, non?" bisik salah satu pramuniaga di situ. Eryl hanya menganggukkan kepalanya sekali. Kemampuan menyamar yang sempurna harus dimiliki oleh setiap detektif jika ingin mengecoh seseorang, maka dengan beberapa make up dan tempelan disana-sini, Eryl keluar dengan tampilan kakek tua yang sudah renta dan bungkuk. Perawakannya sedikit gemuk dan ia menopangkan berat badannya pada tongkat kayu yang terlihat sudah tua sambil berjalan dengan pelan.

Ia melirik ke pintu toko itu untuk mengamati si misterius yang mengikutinya dan memang orang serba hitam itu masih menunggu.

'Kita lihat apakah kau mengenaliku.' batin Eryl.

Ia lalu masuk ke sebuah kedai makanan untuk makan siang. Ia sengaja memilih duduk di dekat pintu untuk mengawasi si misterius. Sementara makan siang, ia melihat jam dan mengecek iPhone lainnya dengan tipe yang jauh berbeda dengan yang biasa ia pakai. iPhone ini hanya dipakai saat ia sedang dalam penyamaran. Ia tahu jika dirinya sering diamati oleh orang misterius itu. Tentu saja barang-barang yang biasa digunakannya tak luput dari pengamatan orang itu termasuk iPhone-nya yang digunakan sehari-hari, maka dari itu penting untuk memperhatikan bahkan hingga ke hal-hal kecil sekalipun. 'Jam 02.00 siang. Hm.. Ada pesan dari Angel.'

kmna ? ditnyain ms hera tuh, aku blg aja kmu skt trs plg

'Sakit? Alasan yang konyol.' gumam Eryl. Itu karena Eryl jarang sekali terserang penyakit. Entah kenapa sistem imunnya tetap kuat padahal Eryl kurang memperhatikan kesehatannya. Setelah selesai menyantap makan siang, ia meninggalkan uang di meja bersama beberapa tip lalu pergi dari kedai makanan tersebut.

'Kurasa menonton film bisa menghibur, lagipula aku harus mengistirahatkan kakiku. Dan tulang belakangku rasanya sudah berteriak-teriak kesakitan,' pikirnya. Ia lalu pergi ke sebuah bioskop yang juga tak jauh dari situ.

Sampai di bioskop, Eryl memperhatikan papan-papan bertuliskan NOW SHOWING yang terpampang di depan bioskop. Dari 5 studio, 2 diantaranya sudah pernah ditontonnya dan ia merasa bosan untuk menontonnya lagi. Satu studio Sherlock Holmes, studio yang lain film untuk anak-anak dan studio terakhir film fantasi yang kurang disukainya.

'Kalau nonton film anak-anak, aku bisa disangka kakek-kakek revolusioner. Jadi lebih baik nonton yang ini saja, Sherlock Holmes, posternya belum pernah kulihat. Oh... Tentu saja ini yang terbaru. Terlalu banyak kasus yang kutangani membuatku melupakan idolaku ini. Baiklah, aku akan menonton yang ini.' pikir Eryl.

Ia lalu menjawab sapaan petugasnya. "Selamat siang. Studio satu, satu tiket." pintanya dengan sopan. Selesai membayar tiket, ia memutuskan untuk meminum kopi dan makan beberapa dessert sambil menunggu filmnya dimulai. Ia lalu menuju salah satu restaurant yang terletak tepat di sebelah bioskop tersebut. Beberapa menit kemudian, ia kembali ke bioskop saat filmnya hampir dimulai.

Film Sherlock Holmes yang ditonton Eryl membuat gadis itu melupakan si misterius untuk beberapa saat. Ia sangat menikmati setiap adegan dalam film itu. 'Holmes memang yang paling keren. Detektif terhebat di dunia. Lihat bagaimana ia membongkar teka-teki aneh itu!'

Selesai menonton, ia memutuskan untuk menyamar lagi. Ia masuk lagi ke dalam toko pakaian yang berjarak 1 km dari bioskop, membeli beberapa pakaian dan keperluan penyamaran.

Ia lalu melangkahkan kakinya ke panti jompo yang berada tepat dihadapan toko itu untuk menyamar.

"Selamat siang, kakek. Ada yang bisa dibantu?" tanya pengelola panti tersebut.

"Ya, saya Pak David. Saya datang untuk menengok istri saya." kata Eryl sambil mengubah suaranya menjadi suara kakek-kakek dan menirukan gaya bicara para lansia.

"Oh, silahkan masuk, Pak David. Istri Anda sedang di taman." Jesse mempersilahkan dengan sopan. Eryl lalu masuk ke panti jompo tersebut dan langsung menegakkan badannya yang dari tadi dibungkukkan begitu pintu ditutup.

"Pasti kamu capek banget. Kalo aku jadi kamu, udah nyerah duluan, hayati lelah, hayati tak sanggup," ujar Jesse sok dramatis. Ia sudah tahu bahwa kakek bernama David itu sebenarnya adalah Eryl. Itu adalah code name yang hanya diketahui Jesse. Seperti password Wi-Fi, mereka sering mengganti code name-nya untuk alasan keamanan.

"Boleh aku meminjam salah satu kamar kosong?" tanya Eryl to the point, mengabaikan aksi dramatis yang baru saja dilakukan temannya.

"Pakai saja kamarku." jawab Jesse sebal karena acting-nya sama sekali tidak ditanggapi.

"Ya, terima kasih." Setelah mengucapkan itu Eryl masuk ke kamar Jesse dan memutuskan mengubah penampilannya menjadi seorang cowok yang masih muda agar lebih santai. Ia mengeluarkan sejumlah peralatan makeup dan sebagainya, untuk menunjang penampilannya agar tidak mudah dikenali orang bahwa ia adalah seorang perempuan. Setelah selesai, ia membereskan semuanya ke dalam bagpack barunya yang berwarna hitam, memastikan pakaiannya sudah beres, dan beranjak dari kamar Jesse.

"What the.. ganteng banget, njirr! Muka boyben, omg! Cewek-cewek pasti kecewa kalo tau kamu sebenarnya cewek. Sini foto dulu!" komentar Jesse melihat Eryl yang baru. Tangannya mencari-cari benda keramat berbentuk persegi panjang. "Nah, ini dia hp aku, kuy oppa kita foto!"

Eryl bergidik ngeri sembari menghela napas panjang lalu memasang wajah super datar. Kalau bukan karena Jesse adalah salah satu orang kepercayaannya, tidak mungkin Eryl bersedia diajak melakukan hal konyol seperti ini. Cekrek!

"KYAAA!! Aku baru ingat!! Kamu mirip Kris Wu sumpah, uwa daebakkk," seru Jesse gembira melihat hasil fotonya. "...one more time, please, Eryl, please," mohon Jesse.

"FINE." jawab Eryl terpaksa.

"Yess!!!"

Dengan mata berbinar-binar, Jesse tersenyum pada kamera. Cekrek!

"Aku pergi." pamit Eryl langsung.

"Seperti biasa? Lewat belakang?"

Eryl mengangguk.

"Arraseo, oppa, annyeong!! Xie-xie~❤" seru Jesse tersenyum puas.

'Mengerikan,' batin Eryl sambil menghela nafas, '...bagaimana para idol bisa sabar diperlakukan seperti ini?'

Setelah sampai di pagar belakang, Eryl mengucapkan terima kasih dan berlalu dari situ. 'Bagaimana kalau aku kembali ke toko tadi? Siapa tahu si misterius bodoh itu masih disitu.' pikir Eryl. Ia lalu melangkahkan kakinya ke toko yang semula menjadi tempat penyamarannya, dan benar saja. Orang itu masih menunggu disitu. 'Ternyata orang itu memang bodoh. Aku akan masuk ke swalayan didekatnya. Lalu kita lihat apa dia bisa mengenaliku.'

Mobil itu memang diparkir didepan sebuah swalayan. Dengan santai sambil bersenandung dengan suara 'bass-nya', ia melewati mobil itu dan masuk ke swalayan.

Beberapa anak SMA yang sedang berdiri disitu langsung berkerumun. "Eh gilak, tuh orang gila mirip bat sama Kris Wu," ujar salah seorang gadis berkacamata.

"Anjay, tingginyaaa, Kris yang asli setinggi itu juga gak, ya?" ujar salah seorang di antara mereka.

'Apa maksud mereka? Siapa itu Kris Wu?' pikir Eryl, 'Aku memang tinggi, tapi untuk jaga-jaga aku menambahkan sol sepatu penambah tinggi badan agar lebih meyakinkan. Syukurlah itu berhasil.'

"Iyaaa weee mirip bangett sama bias gue, boleh minta foto gak ya? Huhu~" timpal seorang gadis lainnya.

"Udah, jangan. Nanti terganggu kokonya..." balas si gadis dengan rambutnya yang dicepol, "...Kris Wu yang asli pasti lebih ganteng, ah. Yuk, yuk, nonton MV ini ajaa.. Judulnya My My... Keren banget gak sih desain grafiknya?"

Eryl menggelengkan kepalanya. Sepertinya ia salah memilih sosok untuk samarannya, namun ia juga sangat berterimakasih pada gadis berambut cepol itu yang berhasil mengalihkan fokus teman-temannya dari dirinya. Ia kini bisa lebih fokus pada orang misterius itu.

Ia membeli beberapa soda dan chips lalu keluar dari swalayan itu dan dengan sengaja menunggu kendaraan yang dipesannya secara online di dekat mobil milik si misterius itu. Ia mendengar bisik-bisik dibelakangnya. 'Pasti anak-anak SMA itu lagi,' batin Eryl sambil memutar matanya. Untuk mengalihkan perhatiannya, ia mengobservasi mobil si misterius ini, 'Hmm, sepertinya si misterius ini cukup kaya. Bukankah ini BMW 8 Series Coupe M850i xDrive M Carbon? Benda ini berharga sekitar 4 milyar rupiah. Mungkinkah ini sebenarnya mobil curian?'

"Permisi," seseorang menepuk lengan Eryl. 'Oh, shit. These fangirls won't stop, huh?' 

Eryl berbalik lalu pura-pura tersenyum ramah. "Ya?" ujarnya sambil berusaha memaksimalkan kemampuan baritone-nya yang sudah ia latih.

Anak SMA di depannya seketika terkesiap. "A...ng...itu.....sa....saya bo-boleh.... foto bareng gak? So-soalnya.....kakak mirip banget sama idola saya," ujar gadis itu takut-takut.

"Tapi saya bukan artis, dek," Eryl masih berusaha menolak.

"Gak papa, kok, yang penting mirip! Please, kak,"

Eryl mengumpat dalam hatinya, 'Screw me!' "Oke tapi sekali aja, ya."

Anak SMA itu tersenyum senang dan meminta temannya memotret mereka berdua. Eryl melingkarkan tangannya dipundak gadis itu dan tersenyum ke kamera.

"Sekali lagi, Kak, kita groovy bareng, boleh ya?" pinta gadis itu lagi.

"Dek, tadi kan kita udah sepakat cuma sekali doang," protes Eryl sesopan mungkin.

"Iya, kak. Kan sekali selfie, sekali groovy... hehe," gadis itu terkekeh.

'I swear I'm not doing this shitty undercover anymore.' teriak Eryl dalam hati. 

"Oke, terakhir ya," jawab Eryl tersenyum pahit. Ia merutuki kebodohannya yang memilih mengambil rupa cowok muda. 'I genuinely prefer a cold-blooded murder than this. ' batin Eryl dalam hati.

"Makasih, kak! Maafin kita ya udah ganggu kakaknya,"

"Haha, gak masalah," 'Now go back to the school, creeps.' jerit Eryl secara batiniah. Ia membalikkan badannya dan kembali menunggu kendaraan pesanannya di posisi semula.

Tanpa diduga orang misterius itu keluar dari mobilnya. Kacamata dilepas namun ia tetap mengenakan jaket, topi dan masker.

"Excuse me." Sebuah suara rendah berujar. Sekuat apapun Eryl berlatih, ia tidak akan mampu mengalahkan suara baritone pria ini.

Eryl menoleh. Sedetik kemudian ia langsung merasa terkejut dengan orang itu. Ia menatap wajah orang itu dengan cermat. 'Orang ini.. Matanya tidak asing, namun tidak juga familiar,' pikirnya. Eryl secara alami mengubah ekspresinya untuk menutupi keterkejutannya. "Ya?"

"Saya mau nanya, did you see a high-school girl? Not those previous girls, of course. Rambutnya panjang trus berseragam yang keluar dari dalam toko itu." tanya orang itu sambil menunjuk toko pakaian yang tadi dimasuki Eryl.

Gadis ini sedikit tergagap. "I guess, I didn't, sorry."

"Well, no problem. Thanks." kata cowok misterius itu sambil menepuk bahu Eryl dan kembali ke mobilnya.

Sebuah mobil pesanannya tadi berhenti di hadapan Eryl dan ia langsung masuk ke dalamnya sesantai mungkin yang ia bisa. "Apartemen Wilder." sebutnya pada supir taksi. "Baik."

Sementara taksi melaju, Eryl mencoba mengingat lagi profil orang misterius itu. 'Orang itu... Familiar tetapi juga asing. Asing tetapi juga familiar. Siapa dia?' pikir Eryl.

"Nak, kamu sakit? Kamu pucat." ujar supir taksi dengan khawatir.

'Pucat?' pikir Eryl. Matanya membulat karena terkejut.

"Kamu pusing? Saya antarkan ke rumah sakit, ya?"

"Gak usah, Pak. Makasih." jawab Eryl sopan.

"Yakin? Ada masalah ya sama cewek?"

'Shit, seriously?' pikir Eryl. "Saya ga punya pacar, Pak."

"Udah, jujur aja, gak apa-apa. Bapak sering, lho, menjumpai cowok-cowok muda seperti kamu yang tiba-tiba pucat, seringnya karena masalah cewek. Apa kamu ditolak?"

"Pak, saya--"

"Sudah, sudah, kamu dengarkan bapak, sebagai yang lebih tua, bapak punya banyak pengalaman,"

"Nggak pak, saya--"

"Sudah," potong bapak itu, "nih bapak kasih tips, kalau berhubungan sama cewek....."

Eryl menghembuskan nafasnya perlahan dan memijat keningnya. 'Oke, sekarang, bukan waktunya untuk ini. Aku harus mendapatkan identitas orang itu,'

Eryl mem-block semua suara disekitarnya dan mulai berpikir, membiarkan suara bapak itu tenggelam dengan sendirinya.

'Hmm, mungkin dia seseorang yang ku kenal, atau tunggu, bisa saja dia juga menyamar sepertiku. Bisa saja dia juga seorang perempuan. Matanya. Matanya hitam pekat. Seingatku, orang yang punya mata seperti itu disekitarku adalah Angel, Jacky....'

Eryl bengong sesaat, ia segera menepis bayangan itu dari pikirannya sebelum air mata membanjiri pipinya, '...dan, dia... tidak! Jangan lakukan ini, Eryl! Lupakan masa lalumu. Tapi, seingatku, hanya kami yang mempunyai iris mata segelap itu, tidak ada orang lain, lalu siapa sebenarnya orang itu?'

Eryl menarik nafas panjang, lalu melepasnya perlahan.

'Siapapun dia, apa tujuannya membuntutiku? Apakah dia rival? Atau musuh? Kalau memang dia juga menyamar, tentu kemampuan menyamarnya luar biasa, dia mungkin seorang aktris, atau detektif, atau bahkan penjahatnya...'

"...begitu. Kamu ngerti yang Bapak katakan?" tanya supir taksi itu tersenyum bangga. Ia merasa telah menjalankan fungsinya dengan baik sebagai orang tua dan memberi pelajaran penting pada generasi dibawahnya.

"Ah, ya," ujar Eryl tidak peduli. 'Orang ini sudah berbicara berapa lama?' pikir Eryl. Ia terus berkutat dengan pikirannya hingga taksi tersebut berhenti di depan apartemennya.

***

Pukul 12 malam, sebuah bunga mawar ditaruh diatas meja Eryl beserta kartu yang terikat pada tangkainya.

Orang misterius itu meninggalkan ruang kelas itu dengan seringai diwajahnya.




******************************

That's the picture of Eryl's undercover. Ya, bener, ini emang terinspirasi banget sih sama Sherlock Holmes. Ingat klik vote nya!!!!!

Continue Reading

You'll Also Like

ONA (COMPLETED} By audle2

Mystery / Thriller

397K 14K 53
❗REVISI❗ /Dia yang tampak baik tetapi licik/ >>>>>><<<<<<< Sadar dari koma setelah mengalami kecelakaan membuat gadis bernama Melia Onalen...
13.2M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
3M 220K 28
SELESAI βœ”οΈ "Lo nggak akan bisa keluar dari hidup gue setelah ini. Lucy, lo milik gue. Satu-satunya." - Dean Caldwell Daren Hidup Lucy awalnya baik-ba...
211K 12.1K 39
[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan KataΒ² Kasar, mohon bijak dalam membaca] β€’β€’β€’ Achasa seorang gadis cantik keturunan mafia rusia yang tidak s...