Sandi's Style

By sirhayani

4.7M 231K 8.9K

SELESAI ✔️ "Lo tahu percepatan gravitasi bumi berapa? Sembilan koma delapan meter per sekon kuadrat. Dan gue... More

PROLOG
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
EPILOG
up: Safa's Story (Sekuel Sandi's Style)

BAB 24

44.4K 3.6K 80
By sirhayani

__

"Sa!"

Safa berjalan cepat dengan melewati gerbang sekolah. Sandi tak berhenti mengejarnya beberapa hari ini. Ke mana Safa pergi, pasti Sandi selalu menguntitnya. Tetapi, Sandi selalu tidak berhasil menghalangi keinginan Safa untuk menjauh.

Seperti saat ini, Sandi sudah datang pagi-pagi dan menunggu Safadi gerbang sekolah karena jika dia tidak di gerbang, Safa sudah pasti masuk ke dalam kelasnya yang belakangan ini pintunya tertutup.

Bahkan semua siswa kelas X.1 tidak ada yang mau menolongnya untuk meminta maaf pada Safa.

"Berhenti ngikutin gue!" teriak Safa. Mereka sama-sama datang pagi buta. Yang satu mengejar, yang satu menghindar. "Gue bilang berhenti, Sandi!" teriak Safa dengan kesal.

"Kenapa sih lo nggak mau dengerin penjelasan gue dulu?" tanya Sandi heran. Dia berjalan hingga saat ini berdampingan dengan Safa. Safa terus berjalan, tetapi sayang langkahnya tidak secepat Sandi. "Dengerin gue kek."

Safa mendengus. Dia memilih diam. Matanya terfokus pada kelasnya.

"Gue punya alasan kenapa gue bilang ke anak-anak kalau kita putus. Lo nggak mau denger? Lo nggak sayang sama gue, ya?"

"Apaan sih!" Safa jengkel. Dia segera memasuki kelasnya dan menyimpan tasnya di atas meja. Baru dia siswa kelas X.1 yang tiba di kelas. "Lo keluar!"

"Gue nggak mau pergi sebelum lo denger penjelasan gue." Sandi tetap keukeuh. Dia menarik bangku Dias dan duduk di situ. "Lihat gue deh, lo percaya 'kan sama gue?"

Apapun alasan Sandi nanti, Safa tidak peduli. Masalah sakit hatinya adalah Sandi yang jalan dengan Mira malam minggu waktu itu. Terkadang Safa berpikir, apa dia terlalu lebay karena semarah ini melihat Sandi dekat dengan mantannya?

Dia pikir, itu wajar-wajar saja.

"Sa?"

"Tinggalin gue sendiri!" seru Safa untuk yang kesekian kalinya. Dia mengambil buku paket Biologi dari dalam tasnya. "Gue mau belajar."

"Masih pagi."

"Sandi!" Safa berteriak lagi saat Sandi mengambil bukunya dari atas meja. "Balikin nggak!"

"Apa lo nggak peka?" tanya Sandi. Dia menatap Safa di sampingnya. "Gilang ngajakin lo keluar itu ada maunya." Sandi mengalihkan pembicaraan lagi. "Lo nggak inget waktu itu apa? Dia terang-terangan bilang nungguin kita berdua putus."

Safa menoleh dan menatap Sandi dengan heran. "Terus?"

"Gue cemburu dan gue nggak mau lo deket-deket sama cowok lain."

Sandi ternyata bisa cemburu juga. Itu yang terbersit di pikiran Safa. Safa lalu menggeleng. "Udah, ah. Lo mending pergi dari sini."

"Lo ngusir gue?"

Iya. Safa rasanya ingin mengatakan hal demikian. Tetapi, dia menggeleng cepat. "Nggak. Gue masih marah sama lo. Jadi, mending lo pergi dari sini. Dan satu lagi."

"Apa?" potong Sandi cepat.

"Kita udah putus."

Oh, Sandi baru ingat kenyataan itu. Cowok itu berdiri dari bangku dan berjalan hingga berhenti di depan meja Safa. "Ya udah. Gue bakalan ke sini kalau istirahat. Dan gue mau, habis lo makan di kantin, lo langsung balik ke kelas!" Sandi meninggalkan kelas itu bersama keterpukauan Safa dengan seruan Sandi.

Sedangkan Sandi tersenyum tipis mengingat kemarahan cewek itu. Baru kali ini dia melihat Safa marah.

Dia baru sadar, cewek itu kelihatan menggemaskan kalau marah, apalagi saat tersenyum.

μη

"Safa mana?" tanya Sandi pada semua yang ada di kelas X.1. Dia mencari-cari Safa ke segala penjuru ruangan, tetapi cewek itu tidak ada di kelas. "Dia ke mana?" tanya Sandi lagi. Dan gelengan kepala juga jawaban singkat dari teman-teman kelas Safa membuat Sandi menghela napas.

Dia sudah seperti orang yang dikejar-kejar rasa bersalah. Bukan seperti lagi, teapi dia memang sedang dikejar-kejar perasaan bersalah itu. Safa benar-benar berniat menghindarinya. Sandi sudah mencari Safa di kantin, di ruang guru, di kantor, di kelas lain, bahkan dia rela menunggu di depan toilet cewek, berharap Safa keluar dari sana. Tetapi nyatanya cewek itu tidak ada.

Sandi sudah tidak sabar ingin menjelaskan semuanya. Dia tidak suka jika menjelaskannya lewat telepon atau SMS, dia lebih lega jika sudah menjelaskan semuanya secara langsung, di depan Safa.

Dan jika dia sudah menjelaskan semuanya, dia akan mengajak Safa balikan. Sandi tersenyum membayangkannya.

Dia mencoba mencari Safa di lapangan indoor. Dari jarak yang jauh ini, dia bisa melihat Safa dan tiga temannya sedang duduk di bangku penonton.

Sandi berjalan dengan santai ke arah Safa yang membelakanginya. Dia tahu betul itu Safa. Pandangannya beralih menatap Nabila dan mengisyaratkan bahwa dia dan yang lainnya harus pergi dari sana. Seolah mengerti itu, Nabila menyenggol bahu Dias dan membuat Dias menggerutu.

"Lo kenapa sih?" tanya Dias jengkel. Dia sedang fokus mencari tugas makalah di internet dengan memakai wi-fi di sekolah. Gratis.

Dia sedang mencari isi makalah yang cocok dengan tugasnya untuk ia copy paste. Saking kreatifnya, dia cukup mengetik judul makalahnya pada kolom search di google, klik, copy, paste, EYD diperbaiki sedikit, print, dan jadilah makalah dalam beberapa jam.

"Kita cari di kelas aja yuk!" ajak Nabila.

"Ah, bentaran. Dikit lagi. Di kelas jaringan lemot. Buat apa kita ke sini kalau bukan ngejar jaringan yang lancar? Lo itu," cerocos Dias tanpa henti. Pandangannya tidak pernah lepas dari layar.

Nabila gemas sendiri dengan Dias yang tidak peka. Dengan cepat dia menarik laptop Dias dan berlari keluar dari lapangan indoor.

"Nabila... Berhen—" Kata-kata Dias terhenti saat melihat ada orang lain di lapangan itu selain mereka berempat. Dias mulai tahu apa rencana Nabila kali ini, jelas cewek itu dengan senang hati membantu Sandi meminta maaf ke Safa. Nabila pasti tidak dengan suka rela membantu Sandi, cewek itu jelas ada maunya.

Afni ikutan lari mengejar Nabila dan Dias. Sedangkan Safa berdecak kesal karena ditinggal sendiri. Dia membereskan bukunya.

Suara sepatu yang beradu dengan lantai membuat Safa menebak-nebak siapa yang sedang berjalan ke arahnya.

Safa mengerjap bingung saat sepasang sepatu lain ada di hadapannya bersama dengan pemilik sepatu itu. Safa tahu siapa dia. Perlahan dia mendongak untuk menatap orang yang berada di depannya kini. Safa ingin berdiri, tetapi lengannya langsung di cekal oleh Sandi. "Tetep duduk di situ!" perintahnya. Dan Safa hanya bisa melengos.

"Mau apa lagi sih?" tanya Safa. Pasrah.

Sandi menatap Safa di sampingnya. "Sekarang gue tanya, lo tahu kenapa gue nggak ke sekolah selama hampir seminggu dan rela gue dipanggil sama guru BK?"

Safa menggeleng.

"Gue dicari sama polisi," lanjut Sandi dengan santainya yang justru membuat Safa menatap Sandi tak percaya. "Lo nggak tahu 'kan? Itu karena lo nggak mau tahu tentang gue."

Safa meneguk ludahnya. "Lo kenapa jadi buronan?"

"Ini cuma salah paham." Sandi menatap Safa lekat-lekat. "Gara-gara gue dikira yang mukul satpam sekolah SMA Antariksa sampai dia kritis di rumah sakit. Anak Antariksa pada ngiranya itu gue."

Safa membasahi bibirnya yang terasa kering. "Sekarang lo masih dikejar polisi?" tanyanya dengan nada khawatir.

Sandi menggeleng. "Gue nggak tahu. Tapi kayaknya udah nggak deh. Gue nekat ke sekolah karena gue pengen lo tahu yang sebenarnya dan nggak lari lagi dari gue."

"Sebenarnya apa?"

"Gue nggak mau anak Gerilya tahu lo itu cewek gue. Gue nggak mau mereka justru nyelakain lo di luar sekolah. Jadi, gue kasih tahu Darwin supaya nyebarin kalau kita udah putus," kata Sandi. Safa mengulang-ulang kalimat penting itu di pikirannya. Dia mulai luluh, tetapi bayangan Sandi dan Mira malam itu kembali hinggap di pikirannya.

"Jadi," Sandi menggantungkan kalimatnya.

"Jadi?" tanya Safa.

"Lo mau nggak jadi cewek gue lagi?"

Safa mengangguk. Refleks.

μη


thanks for reading!

love,

sirhayani

Continue Reading

You'll Also Like

6.4M 270K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
2.5M 146K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
2.1M 324K 40
Seru kali ya kalau kita punya seseorang yang minat dan cara berpikirnya sama persis kayak kita. Tapi, dimana letak serunya kalau apa-apa sama melulu...
2.4M 129K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...