Accismus

By Meanone27

678 84 9

"Gue seperti seorang idiot yang mengharapkan ketidakmungkinan." ~Shofia Mahasti Aramanda "Gue salah udah buat... More

1 ~Start
2 ~Troublemaker
3 ~Cup
4 ~Gentle
5 ~Dekat
6 ~Falling in love
7 ~Fact
9 ~Can't
10 ~For The First Time
11 ~Berbeda
12 ~Make Me Laugh

8 ~Reason

50 7 0
By Meanone27

Pulang sekolah ini, Shofi masih memikirkan tentang keputusan Maya tadi pagi. Dengan tiba-tiba, dia menyatakan bahwa dirinya tak lagi menyukai Naufal. Padahal kemarin dia sangat bersemangat untuk mengetahui alamat rumah Naufal.

Shofi langsung melemparkan ranselnya di atas sofa kamarnya kemudian berbaring.

"Gue harus nanya langsung ke Naufal tentang apa yang dia omongin kemarin sama Maya." Ucap Shofi sambil beranjak dari tempat tidurnya. Segera dia mengganti seragamnya dengan kaos kelonggaran dan celana selutut yang juga longgar.

Shofi berjalan menuju balkon kamarnya kemudian melompat ke arah balkon kamar Naufal. Setelah sukses mendarat, Shofi langsung membuka pintu kamar Naufal.

Tapi, kali ini yang dia cari belum pulang. Dia lupa kalau biasanya Naufal pulang lebih lama daripada dirinya. Shofi pun memutuskan untuk berjalan keluar kamar Naufal berharap bisa bertemu dengan Tante Maura, Bundanya Naufal.

"Tante Mauraa!" Teriak Shofi menuruni tangga. Dia sudah terbiasa memanggil Maura dengan cara ini. Tanpa menunggu lama, yang dipanggil pun menyahut, "Iya, sayang! Def Fi, ya? Sini Tante lagi masak di dapur buat makan malam!" Suruh Maura. Dia tidak perlu berpikir lama untuk mengetahui siapa yang bertamu sekarang ini. Karena ketika sudah mendengar suara toa itu, dia langsung tau siapa pemilik suara tersebut.

Shofi sedikit berlari menuju dapur.

Saat pertama kali keluarga ini datang, mereka sering membawakan makanan untuk keluarga Shofi. Ayah Naufal adalah lelaki sibuk. Tapi, bukan berarti dia tidak pernah pulang seperti orang tua Shofi. Ayah Naufal atau yang dipanggil Shofi dengan panggilan Om Adam ini sering ikut sarapan bersama dan juga pasti sudah sampai di rumah sebelum makan malam.

Sedangkan Tante Maura adalah seorang ibu rumah tangga. Dia lebih sering di rumah. Tapi, kadang dia juga punya urusan di luar. Maka dari itu, Shofi lebih sering bertemu dengan Tante Maura. Bahkan, Shofi pernah berpikir bahwa Tante Maura lebih baik daripada Mama nya sendiri.

"Masak apa nih, Tan? Harum banget baunya." Celetuk Shofi begitu dia sampai di samping Maura yang sedang mengaduk masakannya.

"Ini cuman sup ayam biasa. Kamu itu yang berlebihan. Lagi laper, ya?" Balas Maura sambil mencicipi sup buatannya sendiri.

Shofi hanya nyengir kuda ketika Tante Maura mengetahui gerak-geriknya ketika sedang kelaparan, "Tau aja Tante."

"Masih lama nggak, Tan? Pengen nyicipin dong." Pinta Shofi. Jangan pikir bahwa Shofi adalah tipikal cewek yang malu-malu. Dia lebih sering mengutarakan langsung tanpa harus menunggu ditawari.

"Bentar lagi kok. Ini tinggal nunggu bumbunya meresap." Jawab Maura lembut.

Sungguh, Shofi sangat iri dengan Naufal. Laki-laki itu punya orang tua yang selalu ada di sampingnya. Apalagi orang tuanya sangat ramah. Tapi, kenapa laki-laki itu bisa menjadi pribadi yang tidak baik di sekolah? Padahal di rumah dia memiliki keluarga yang bisa dibilang harmonis.

"Tan, kok Naf-nya belom pulang pulang sih?" Tanya Shofi sambil duduk di kursi meja makan. Tangannya sedang asyik memilih buah yang akan dia jadikan korban untuk mengganjal perutnya sementara.

"Naufal kan biasa pulang telat. Paling juga masih maen." Jawab Maura, "Itu anak kapan ya bisa pulang tepat waktu?" Tanya Maura lebih kepada dirinya sendiri.

"Shof, tadi di sekolah Naufal buat ulah lagi nggak?" Tanya Maura kemudian.

"Kayaknya enggak deh, Tan. Mungkin dia hari ini habis dapet pencerahan." Jawab Shofi sambil menggigit apel yang dia ambil tadi.

"Tante sampek bosen dapet surat teguran dari guru. Padahal dia itu murid baru di sekolah kamu, tapi surat teguran udah sering jadi oleh-oleh." Cerita Maura. Dia sudah jengah dengan kelakuan anaknya itu. Ya, walau dia tau kalau kelakuan anaknya itu bukan seperti kelakuan anak berandal, tapi tetap saja anak itu sulit untuk disiplin dan menurut.

"Apa perlu Shofi marahin dulu, Tan? Tante kan tau kalo Shofi jago marah-marah ke Naufal." Tawar Shofi bangga. Dia memang sering memarahi Naufal dan Naufal pun akan menurut. Tapi, bukan Naufal namanya kalau bakalan sering menurut. Dia juga kadang tidak mau untuk mematuhi omelan dari Shofi.

"Halah, sok banget lo pengen jadi pahlawan kesiangan." Celetuk seseorang dari belakang Shofi.

Shofi hanya mencebikkan bibirnya mendengar ucapan itu. Dia tau siapa yang baru saja menyahuti omongannya.

"Eh, Naufal udah pulang. Udah bosen mainnya?" Tanya Tante Maura sambil memindah sup masakannya ke dalam mangkuk besar.

"Emang Naufal anak TK yang masih doyan main, Bun? Naufal udah SMA, Bunda." Balas Naufal gemas kepada Bundanya. Dia kemudian berjalan menuju kamarnya, "Bun, Naufal mau langsung ke kamar dulu, ya. Udah gerah." Pamit Naufal sambil berlari kecil menuju kamarnya.

Shofi pun beranjak dari kursinya kemudian menyusul Naufal setelah dia berpamitan kepada Maura.

Begitu Shofi membuka pintu kamar Naufal, dia terkejut, "Naf! Kalo lepas kaos tuh di dalem kamar mandi bisa nggak sih?" Sungut Shofi ketika mendapati punggung Naufal tak ditutupi sehelai kain.

Naufal yang kini hanya mengenakan celana sekolahnya pun berbalik menghadap Shofi sambil menyampirkan kaosnya di bahu kanannya, "Lo sendiri kenapa masuk kamar gue nggak ngetok dulu? Salah sendiri malah nyalahin orang lain." Sahut Naufal.

Shofi gemas dengan Naufal. Dia langsung berjalan menuju belakang punggung Naufal lalu mendorong cowok itu ke arah kamar mandi.

"Eh, kok lo sekarang malah ngedorong gue?" Tanya Naufal tidak terima.

"Mandi!" Ucap Shofi kesal. Dia sekarang hanya ingin Naufal segera mandi kemudian menembaki Naufal dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah memenuhi otak Shofi.

Naufal hanya bisa pasrah didorong oleh Shofi menuju kamar mandi. Diapun menuruti perintah dari Shofi dengan berat hati.

Setengah jam kemudian, Naufal selesai dengan ritual mandinya. Dia keluar kamar mandi dengan handuk yang melilit kakinya. Dia tadi tidak sempat mengambil baju ganti karena Shofi yang dengan kebrutalannya mendorong Naufal menuju kamar mandi.

"Lo nggak malu liat gue kayak gini?" Tanya Naufal heran. Biasanya, jika cewek melihat seorang cowok menggunakan handuk saja seperti dia sekarang ini, pasti langsung berteriak. Tapi, kenapa Shofi sekarang hanya biasa-biasa saja? Bahkan dia sekarang sedang menopang dagunya sambil duduk di tempat tidur milik Naufal.

"Malu kenapa?" Tanya Shofi sambil mengerutkan dahinya.

"Ck. Biasanya, kalo cewek liat seorang cowok kayak gini, mereka bakalan teriak histeris atau kaget atau apalah yang jelas heboh." Jelas Naufal jengkel karena Shofi tidak langsung paham akan petanyaan yang dia maksud.

"Oh. Gue udah biasa." Balas Shofi santai.

"Lo biasa ngintipin cowok habis mandi?" Tanya Naufal mengejek.

"Lo gak inget kalo di rumah gue ada dua orang laki-laki?" Jawab Shofi yang mulai jengkel dengan pertanyaan Naufal yang menurutnya tidak bermutu, "Cepet ganti baju dan gue mau ngomong!" Suruh Shofi kemudian.

Naufal hanya mendengus sebal ketika Shofi lagi-lagi menyuruh dirinya. Dia kemudian membuka lemari pakainnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk ganti baju.

Sekarang, Naufal sudah duduk di atas tempat tidurnya berhadapan dengan Shofi. Dengan wajah serius, Shofi membuka pembicaraan.

"Jadi, disini gue mau nanya sama lo." Ucap Shofi penuh keseriusan.

"Nanya apa?" Tanya Naufal bingung. Tidak biasanya cewek di depannya ini mengajak dirinya untuk mengobrol serius. Biasanya, Shofi hanya bertingkah sesuka hatinya tanpa ada keseriusan. Paling-paling dia cuman serius kalau lagi ngamuk.

"Kemarin lo ngomong apa aja ke Maya?" Tanya Shofi to the point.

"Kepo ya lo?" Goda Naufal sambil tersenyum miring.

"Gue serius." Ucap Shofi datar menampilkan wajah seriusnya.

"Gue cuman bilang kalau Maya bakalan sia-sia suka sama gue." Jelas Naufal santai.

"Emang kenapa? Dia salah kalau suka sama lo?" Tanya Shofi.

"Ya, dia salah kalau suka sama gue. Karena gue nggak bisa ngebales perasaan dia." Jawab Naufal lagi-lagi santai.

"Kok lo langsung nyimpulin gitu? Seenggaknya lo kan bisa belajar buat suka sama dia." Ucap Shofi dengan nada suara naik satu oktaf karena daritadi Naufal hanya menjawab dengan santai.

"Cinta itu nggak bisa dipaksa, Dek Fi." Jelas Naufal sambil menggenggam kedua pundak Shofi. Naufal menatap mata Shofi intens, "Cinta itu nggak bisa dipaksa buat tiba-tiba datang, dan cinta itu juga nggak bisa dipaksa buat tiba-tiba pergi."

Shofi melepaskan kedua tangan Naufal dari pundaknya dengan sedikit kasar, "Bullshit! Cinta itu pasti bisa dipaksa! Seenggaknya lo belajar buat suka sama Maya, Naf! Lo tau? Tadi pagi Maya tiba-tiba bilang kalau dia nggak suka lagi sama lo! Padahal kemarin Maya pengen banget tau rumah lo! Dan gue bisa liat dari siratan matanya, kalau dia itu lagi terluka, Naf!"

Shofi menghembuskan nafasnya perlahan untuk meredakan emosinya walaupun gagal, "Gue nggak paham sama yang namanya cinta! Tapi gue tau, kalau cewek itu gampang banget terluka! Mereka nggak bakal mudah buat ngilangin luka di hati mereka, Naf! Termasuk Maya!"

Jika kalian berfikir bahwa Shofi sekarang sudah menumpahkan air matanya, maka kalian salah. Shofi sama sekali tidak menumpahkan air matanya. Berkaca-kaca pun tidak. Karena dia sudah terlatih untuk menahan air matanya.

Naufal hanya mangehembuskan nafasnya dengan berat, "Tapi kalau gue udah punya seseorang yang ngisi hati gue gimana, Shof?" Tanya Naufal.

Shofi tertegun dengan penuturan Naufal. Dia tidak tau jika selama ini sudah ada seseorang yang tengah mengisi hati Naufal. Kalau begini ceritanya, dia sia-sia meminta Naufal untuk belajar mencintai Maya. Beruntunglah seseorang itu. Seseorang yang bisa mengisi relung hati Naufal. Bahkan, seorang cewek secantik Maya saja tidak bisa.

"Gimana, Shof? Gimana kalau misalnya lo udah punya seseorang di hati lo, tapi tiba-tiba lo dipaksa buat belajar mencintai orang lain? Gimana perasaan lo, Shof?" Tanya Naufal beruntun membuyarkan ketegunan Shofi.

"Sorry. Sorry gue udah maksa lo, Naf." Shofi terdiam sebentar. Dia merasa bersalah telah membentak Naufal. Dia juga tidak tau kenapa tadi dia tiba-tiba membentak Naufal. Mungkin dia terlalu kasihan melihat wajah sendu Maya tadi pagi.

Shofi pun bangkit dari duduknya, "Gue nggak tau kalau udah ada seseorang di hati lo. Gue salah udah ngebentak lo. Padahal yang suka sama lo itu bukan gue, tapi sahabat gue. Maaf." Shofi langsung berbalik badan menuju balkon kamar Naufal. Dia melompat menuju kamarnya lalu masuk dan menutup pintu.

"Bodoh! Kenapa lo kayak orang gak waras gitu, Shof? Harusnya tadi pagi lo nanya aja ke Maya tentang alasan dia nggak suka lagi sama Naufal! Bodoh! Stupid!" Rutuk Shofi pada dirinya sendiri.

_________________________________________________________________
Gue geli sendiri waktu baca pas adegan Shofi marah-marah ke Naufal. Haha :D

xoxo, Mean

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.2M 117K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
452K 28.7K 53
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG🤭 Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...
6.3M 152K 44
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
2.2M 131K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...