That Day.

By frvrxxodairable

5.9M 567K 74.4K

[TELAH DITERBITKAN] Hari itu benar-benar adalah sebuah awal dari plot-twist bagi hidup Hyeri. Sejak hari itu... More

Prologue
Rain
Speechless
Help
Stars
Lucky or Not
Voice
Stuck
Screwed
Worried
Unreachable
Fate
Shine
Cute
Flashlight
Word
Right
There
Locked
Laugh
For Real
Forever
Alright
Two
Hands
Familiar
Again
Mind
Difference
Try
Butterfly
Trip
Byuntae
Safe
Regret
Sunset
Untrue
Horrible
Same
Stronger
Fall
Mine
1st Day
Enough
Blooms
Something
Promise
Desire
Kidding
Million
Three
Drifting
Ruin
Her
Realise
Him
Him pt.2
Epilogue
Author's Note
Bonus Chapter
Announcement
Bonus Chapter pt.2
Informasi Penerbitan
QnA
Voting Cover
OPEN PO 'THAT DAY.'
PO 'THAT DAY.' PAYMENT 1 ✔️
Diskon & Info Toko Buku
YOUR MAGIC SHOP?
SEQUEL??!!

Heartbreak

63.6K 7.5K 891
By frvrxxodairable

Taehyung's POV

Kubuka pintu mobilku, lalu aku berjalan dengan cepat.

Cukup aneh rasanya memasuki bangunan kampus khusus wanita.

Aku segera masuk ke lift dan menuju ke lantai teratas.

Setelah tiba diatas, aku berjalan dan mencari ruangan yang diinformasikan kepadaku beberapa saat yang lalu.

Aku menarik napas. Kuketuk pintu tersebut, lalu aku membukanya secara perlahan.

Kulangkahkan kakiku, ruangan mewah bernuansa modern menyambutku.

"Kim Taehyung?" Ucap seorang gadis yang mengenakan baju kaos biru muda dan rok pendek berwarna putih, Park Min Ah. Ia jelas terlihat kaget.

Disisi lain, seorang lelaki tua yang berbadan besar menatapku dengan tajam. Ayah Min Ah, pemilik Ewha Womans University. Ia mengenakan setelan jas, tipikal orang kaya.

Ia memandangiku dari atas kebawah. "Jadi kau yang bernama Taehyung."

Aku berdiri tegak, lalu membungkuk. "Ne, Kim Taehyung imnida." (Ya, nama saya Kim Taehyung)

Ayah Min Ah menatapku dari atas kebawah.

Lalu Min Ah berkata, "Appa! Bukannya aku pernah berkata jangan melibatkan dia?"

Lelaki tersebut mengabaikan perkataan anak gadis semata wayangnya. Ia hanya menatapku dengan dingin. Aku mulai merasa tidak nyaman dengan tatapannya yang terkesan menilai diriku.

"Apakah kau tahu apa yang dilakukan anakku untukmu?" Tanyanya.

Lalu ia melanjutkan, "Ia menghabiskan waktu, tenaga, dan bahkan uangnya demi kau. Setelah bertahun-tahun, akhirnya aku tidak bisa menahan semua ini lagi."

Aku terdiam.

"Appa! Itu bukan salahnya. Tolong jangan seperti ini. Ini tidak benar.." Ucap Min Ah, masih berusaha meyakinkan ayahnya.

Namun emosi lelaki itu semakin naik saja, "Diam!"

Min Ah kaget. Ia menatap ayahnya dengan tidak percaya.

Lelaki tersebut menatapku dengan dalam, "Apa kau tahu apa yang dia lakukan akhir-akhir ini? Dia tidak pernah masuk kuliah. Para dosen mengatakan padaku bahwa dia tidak pernah mengumpulkan tugas. Nilainya hancur, sehancur hidupnya. Aku bahkan tidak yakin dia akan lulus!" Ucapnya dengan sinis, aku bisa mengatakannya dari ekspresi maupun nada suaranya.

"Aku selalu bertanya kepadanya, tapi ia hanya mengatakan bahwa ia sibuk. Aku muak dengan gadis ini. Bahkan saat aku mengusirnya dari rumah, ia masih berusaha menjadi fansite atau apalah itu." Lanjut lelaki itu.

Aku menatap Min Ah yang mulai meneteskan air mata.

Aku tahu dia diusir dari rumah sejak dua minggu lalu. Oleh karena itu aku membantunya belakangan ini.

Ayah Min Ah kembali berkata. "Dan ia melakukan semua ini, menyia-nyiakan hidupnya demi seorang Idol bodoh sepertimu."

Bagus sekali. Lelaki itu baru saja mengatakan aku bodoh.

Lalu Min Ah mulai berteriak, "Appa! Geumanhae!!" (Ayah! Berhenti!)

Ayah Min Ah hanya melirik gadis itu, "Gadis ini sama bodohnya denganmu." Ucapnya.

Aku menelan ludah.

"Dia mengorbankan hidupnya, mimpinya, demi kau. Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk anak tidak berguna ini." Ucap Ayah Min Ah.

Dia sungguh ahli dalam mengeluarkan kata-kata yang pedis dan menyayat hati.

Emosi Ayah Min Ah mulai mereda setelah melihat anak gadisnya menangis, ia berkata, "Aku dengar kau sudah memiliki pacar."

Aku berdehem, "Ne."

Lelaki tersebut memegang kepalanya, "Gadis bodoh. Kau mengorbankan hidupmu demi seseorang yang tidak mencintaimu sedikitpun."

Min Ah mulai terisak. Badannya bergetar.

Aku mulai mengumpulkan keberanian. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.

"Aku setuju dengan pendapat anda." Ucapku dengan jelas dan cepat.

Ayah Min Ah menatapku dengan bingung.

Aku melanjutkan, "Aku juga berpikir bahwa Min Ah harus berhenti menjadi fansite."

Min Ah menatapku dengan nanar, "Oppa."

Ayah Min Ah kemudian berjalan dengan perlahan menuju kursinya.

Ia duduk lalu berkata kepadaku, "Kau boleh pergi sekarang."

Min Ah menatap ayahnya, "Appa! Apakah itu tujuan ayah memanggil Taehyung? Hanya untuk mendengarnya mengatakan itu?"

Lelaki tersebut menatap anaknya yang berlinang air mata, "Geurae. Itulah alasanku." Lalu ia menatapku, "Keluarlah. Aku akan berbicara empat mata dengan gadis ini."

Aku membungkuk, "Ne."

Lalu aku berjalan dan menutup pintu tersebut.

Aku berjalan beberapa langkah. Namun aku berhenti saat mendengar suara pintu yang terbuka dari belakangku.

Dan aku mendengar suaranya, "Oppa! Berhenti disitu!"

Aku menghela napas. Dan aku berbalik.

Min Ah berjalan mendekatiku. Masih dengan air mata dipipinya.

"Aku sudah mengatakan jangan datang jika appa memanggilmu. Tapi kenapa kau melakukan ini? Huh?" Min Ah berkata, menahan tangisannya.

Aku hanya terdiam menatapnya.

Gadis yang satu tahun lebih muda dariku itu melanjutkan perkataannya, "Padahal aku sudah mengatakan padamu apa yang akan terjadi jika kau datang."

Kutatap gadis itu baik-baik.

"Karena itulah aku datang." Ucapku akhirnya.

Ia mengernyit, "Mwo?" (Apa?)

Aku menghela napas, "Mianhae, Min Ah-ya. Aku hanya membantumu."

"Membantu..? Jika kau membahas tentang kau yang membantuku mencari tempat tinggal dan sebagainya. Aku paham." Lalu ia menarik napas, "Tapi yang barusaja terjadi. Apa itu membantu?" Ulangnya.

"Geurae. Aku membantumu." Aku menggeleng, lalu menghela napas lagi. "Aku membantumu untuk mengambil kehidupanmu kembali."

Min Ah menatapku dengan tidak percaya. Kedua matanya membesar.

"Apa kau ingin terus tinggal di sebuah kamar kecil yang terletak di tempat terpencil? Kau tidak rindu dengan rumah besarmu? Bagaimana dengan Ayahmu? Keluargamu?" Aku berkata dengan memberi penekanan disetiap kata.

"Segeralah berbaikan dengan ayahmu. Jinsimiya." Lanjutku. (Aku serius)

Min Ah mengelap pipinya yang basah.

Gadis berambut cokelat itu mulai mengatur napasnya.

"Jadi, oppa ingin aku berhenti?" Tanya Min Ah.

Aku mengangguk. "Benar. Berhentilah menjadi fansite."

Min Ah menatapku dalam.

Setelah beberapa detik kemudian, aku berkata dengan pasti.

"Geurigo. Jangan pernah menemuiku lagi." (Dan juga)

Ekspresi Min Ah berubah, "Mwo??"

Aku mengangguk. "Ini demi kebaikanmu."

"Jalga." Ucapku. Lalu aku berbalik dan berjalan menjauhi gadis itu. (Selamat tinggal)

Gadis itu tidak memanggilku lagi.

Aku harap ia merenungkan perkataan ayahnya.

We should not sacrifice ourself to the person who doesn't love us.

---

Hyeri's POV

Dua hari belakangan ini aku habiskan dengan duduk termenung di kamarku.

Menatap tembok dan membenturkan kepalaku berkali-kali.

Aku mengutuk diriku sendiri karena aku tidak bisa bertemu dengan Ayahku disaat-saat terakhirnya.

Aku yang merupakan anak tunggal dan kedua orang tuaku tidak tinggal bersama.

Awalnya kami semua tinggal di Korea, namun kedua orang tuaku harus pergi dan tinggal di Indonesia karena urusan pekerjaan.

Aku memutuskan untuk tetap tinggal di Korea, karena aku terlalu cinta dengan negara ini. Aku juga tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Setelah perdebatan yang panjang, akhirnya mereka setuju.

Mereka menetap disana juga sebagian karena orang tua dari Ayahku adalah orang Indonesia. Meskipun ayahku dilahirkan dan besar di Korea, darah Indonesia masih mengalir di darahnya.

Nenek dan kakekku kembali ke Indonesia disaat mereka sudah pensiun. Mungkin mereka ingin menghabiskan masa tuanya di tanah air mereka.

Saat Ibu menelepon, ia berkata bahwa Ayah akan segera dikuburkan disana. Sesuai dengan keinginan nenek.

Mereka tidak repot-repot menungguku yang berada di Korea. Oleh karena itu, aku tidak bisa melihat Ayahku dikebumikan. Aku hanya bisa berdoa dari sini.

Hidup kadang seaneh itu.

Perasaan campur aduk yang kurasakan saat ini, sangat tidak membantu saat telepon dari Taehyung masuk di handphoneku.

"Yeoboseyo." Ucapku, tanpa nada suara.

"Hyeri-ah. Uri mannaja." Aku mendengar suara Taehyung yang terdengar lelah. (Ayo kita bertemu.)

Aku mengangguk, meskipun ia tidak akan melihatnya. "Eoh. Kau dimana?"

"Bangtan Room. Tidak ada orang lain disini." Jawab Taehyung sekenanya.

"Arasseo. Aku yang akan kesana." Lalu aku menutup telepon tersebut.

Aku berjalan gontai ke toilet dan mencuci wajahku, kemudian bersiap-siap menemui Taehyung.

Meskipun sekarang aku seperti mayat hidup.

---

Kami berdua duduk di sofa hitam itu.

Ada jarak diatara kami. Seperti orang yang tidak saling mengenali satu sama lain.

Kupandangi Taehyung dengan wajah yang datar.

"Mwoya. Kau memanggilku kesini hanya untuk diam-diaman?" Tanyaku.

Lalu ia menatapku dan menggeleng. Taehyung memaksakan senyum terukir diwajahnya, "Ani. Aku ingin melihatmu."

Aku mengedipkan kedua mataku. Lalu mengangguk, "Aah.."

"Tapi kenapa kau terlihat murung? Apa yang terjadi?" Tanya Taehyung.

Kusandarkan badanku di sofa, "Aniya. Tidak ada apa-apa."

"Hmm.." Lalu ia mendekati wajahku, "Aku yakin sesuatu telah terjadi."

Aku diam.

"Ceritakan padaku.." Ujar Taehyung.

Kutatap wajahnya.

Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu.

"Ayolah.. Katakan padaku semuanya." Taehyung membujukku.

Aku menutup kedua mataku, "Aku tidak bisa."

"Wae?" Tanyanya.

Hening.

Aku duduk dengan menutup kedua mataku, sementara Taehyung menatapku dengan senyuman kosong layaknya topeng.

Setelah menghela napas, aku menatapnya.

"Kau juga melakukan itu padaku." Ucapku, membumbuhi emosi pada perkataanku.

Taehyung menggeleng, "Ada apa denganmu, Jung Hyeri?"

Lalu Taehyung berkata dengan emosi juga, "Kau mulai merahasiakan sesuatu dariku. Huh?!"

Aku menatapnya dengan nanar.

"Mwo?! Aku sungguh lelah, tapi hanya tatapan itu yang bisa kau berikan padaku? Aku memanggilmu kesini dengan mengharapkan perhatian darimu. Tapi apa yang kudapat sekarang? Tatapan sinis rupanya." Ucap Taehyung bertubi-tubi.

Telingaku panas.

Mataku juga mulai panas.

"NEODO GEUREOHGE HAE JANHA!" Aku berteriak. Hampir histeris. (Kau juga melakukan itu, kan!)

Seluruh emosiku meluap begitu saja, bagaikan air didalam balon yang pecah.

Amarahku tumpah begitu saja, "Kau juga merahasiakan sesuatu dariku! Tidakkah kau memikirkan aku?! Kau hanya peduli dengan dirimu sendiri, Kim Taehyung!"

Taehyung memicingkan mata, menatapku dengan tidak percaya, "Berhentilah! Kau tidak tahu apa-apa!"

Aku tidak peduli lagi. Aku tidak pernah semarah ini kepadanya.

Aku akan mengatakan semuanya, semua hal yang kutelan sendiri selama ini. Aku tidak akan menahannya lagi.

"Neo.. Kau pikir aku tidak tahu?" Ucapku sambil menatapnya dengan ganas. "Kau pikir aku tidak tahu bahwa kau bertemu dengan Min Ah belakangan ini??!"

Aku mulai histeris.

Lalu kutatap matanya dalam-dalam, "Kau pikir aku tidak tahu bahwa Min Ah adalah seorang fansite?! Eoh? Kau pikir aku sebodoh itu??" Seruku.

Taehyung masih tidak bergerak diposisinya.

Akhirnya, aku berdiri, "Kkamjjag nollaji?" Kuucapkan dengan suara rendah dan sinis. (Kau terkejut, kan?)

Lalu aku membuka pintu Bangtan Room. Aku berjalan dengan cepat, melarikan diri karena aku tidak akan membiarkannya melihat air mataku jatuh.

Aku pun pulang dengan berlinang air mata.

Meskipun aku lega karena telah mengatakan semuanya, aku masih tidak percaya ini terjadi kepada kami.

I don't know when but.
Maybe this heartbreak might kill me.

--to be continued--

Haiii~
Ga kerasa udah chapter 51(?)

Ini chapter sedih banget ya author juga miris hew:")

>>HAPPY 80K READSS❤️<<

Question of the day: Lebih sengsara siapa, Taehyung atau Hyeri?

Okee ditunggu jawabannya.

Keep voment~

Xx,
Jysa.

Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 193K 30
The Rules Series (2) : Matthew Rizki Akbar Biasa, cowok dan cewek bersahabat sejak kecil. BIasa, cowok dan cewek saling memendam rasa di hati kecil...
220K 33.3K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
743 494 9
Mika Aksaraja, gadis berumur 20 tahun yang bekerja sebagai OB dikantor penerbit ternama di Kalimantan Tengah, tepatnya di kota palangkaraya. Devaanka...
1.1M 37.9K 39
[SUDAH TERBIT] Kisah tentang dua kakak beradik yang lingkaran cintanya selalu berpusat pada laki-laki yang sama. Mereka saling melepaskan, mengorbank...