Rambutku yang terikat mulai terayun-ayun mengikuti irama langkah kakiku.
Aku merapatkan masker hitam yang bertengger dikedua telingaku.
Kupandangi jalanan yang dipenuhi mobil karena kemacetan malam kota Seoul.
Kupercepat jalanku saat melihat mobil silver yang familiar ditengah-tengah kemacetan.
Saat tiba di samping mobil tersebut, aku berjalan dan membuka pintu mobil lalu duduk didalam sana.
Aku melepaskan maskerku, lalu menoleh kesamping.
Jungkook menatapku, "Kenapa kau tiba-tiba ingin bertemu denganku?"
Sepulang dari kuliah tadi, aku langsung bertanya pada Jungkook dimana dia berada.
Ternyata ia sedang terjebak macet di jalan yang tidak terlalu jauh dari kampusku. Akhirnya aku memutuskan untuk menemuinya.
Ia memiringkan kepalanya, "Apakah.. Kau telah menemukannya."
Aku menyandarkan diri di kursi, lalu mengangguk. "Itu cukup mudah."
Jungkook menelan ludah. "Jadi kau sudah tahu."
"Tolong ceritakan lebih lanjut mengenai Min Ah.. Jebal.." Pintaku dengan menatapnya dalam.
Ia menarik napas dalam-dalam, "Kau sangat tahu bahwa aku tidak bisa mengabaikan permintaanmu."
Aku tersenyum.
Lalu Jungkook berkata, "Dia adalah fansite Taehyung, seperti yang kau telah ketahui."
Aku mengangguk, menyimak.
"Tepatnya, dia adalah fansite pertama yang dimiliki Taehyung. Itu karena dia telah mengenal Taehyung sebelum debut.." Ujar Jungkook.
"Benarkah?" Tanyaku.
Jungkook mengangguk, "Min Ah mengagumi Taehyung sejak lama. Saat mengetahui ia akan menjadi idol, gadis itu segera mempersiapkan dirinya untuk menjadi fansite."
Aku menatap keluar jendela, Min Ah telah lama mengenal Taehyung. Jauh sebelum aku tiba di kehidupannyaz
"Pasti mereka sangat dekat." Ucapku.
"Awalnya tidak. Taehyung tidak terlalu memperdulikan Min Ah. Namun sekitar setahun debut, atau bisa dibilang setahun setelah Min Ah menjadi fansite, setelah sering berbicara dengan Min Ah melalui fansigning dan sebagainya. Taehyung mulai menghargai gadis itu." Papar Jungkook.
"Lalu mereka menjadi dekat." Ringkasku, yang kemudian menatap Jungkook.
Jungkook berdehem, "Begitulah."
"Aku penasaran apa reaksi Min Ah saat membaca berita tentang aku dan Taehyung." Aku mendesah.
"Min Ah ternyata cukup loyal untuk setia kepada Taehyung, seperti fans-fans biasanya." Jungkook menjawab.
Lalu ia melanjutkan, "Awalnya Taehyung hanya mengatakan bahwa hubungan mereka sebatas idola dan fansnya saja. Tapi Taehyung mulai berhenti membicarakannya sejak satu setengah tahun yang lalu, jadi aku tidak begitu tahu. Aku juga kaget hari itu Hoseok mengungkitnya lagi."
"Geurae.." Aku mengangguk, "Tapi apakah kau tahu kemana saja Taehyung belakangan ini?"
Jungkook menatapku dengan putus asa, "Seandainya aku juga tahu."
Aku terdiam.
Aku kecewa karena tidak tahu Taehyung berada dimana. Dan membenci diriku sendiri karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk Taehyung.
---
Aku menatap buku-bukuku dengan tatapan lemas. Aku tidak bisa begini. Hidupku tidak tenang rasanya.
Hatiku cemas, otakku mendidih, batinku tertekan.
Aku juga tidak bisa menangis.
Entahlah.
Kututup wajahku dengan kedua tanganku. Aku bahkan tidak bisa fokus belajar. Apa yang harus kulakukan?
Lalu aku merasakan seseorang memegang pundakku.
Aku menurunkan tanganku dan melihat Choi Ara yang menarik kursi lalu duduk disampingku.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Ara.
Kulirik kesekeliling tempat, rak buku dimana-mana, beberapa meja dengan buku yang berserakan terletak di pojok-pojok ruangan, "Ini perpustakaan. Apa lagi yang dilakukan disini selain belajar?"
Ara tersenyum meremehkan, "Tapi kau tidak belajar."
"Ya!" Tegurku kesal.
Ia tertawa. Lalu aku mendorong badannya, "Jangan tertawa disini."
Ara mengangguk-angguk.
Handphone Ara bergetar, lalu ia mengecek notifikasinya
Setelah membaca sesuatu dari sana, ia segera mencolek-colek lenganku.
"Mwo?" Tanyaku.
Ara menyerahkan handphonenya kepadaku. Aku mengambilnya dan melihat suatu tweet.
'Now Taehyung is in Ewha Womans University. I don't know why.. *picture*'
Aku membuka foto tersebut. Taehyung dengan masker hitamnya, sedang berjalan di area kampus tersebut.
Ara melirikku, "Apa kau tahu kenapa dia disana?"
Aku menggigit bibirku, lalu menggeleng.
"Aneh sekali. Itu kan universitas khusus wanita. Apa yang ia lakukan disana?" Tanya Ara.
Aku melemparkan tatapan pasrah kepada Ara, "Seandainya aku juga tahu." Ucapku, mengutip perkataan Jungkook tadi malam.
Ara mengernyit, "Kalau begitu bertanyalah kepada Taehyung. Aku juga penasaran apa yang dia lakukan disana."
Aku menghela napas, lalu menggeleng. "Nanti saja."
Lalu aku berdiri dan merapihkan buku-bukuku. Aku memasukkannya ke tas selempangku, dan menatap Ara yang sedang duduk.
"Aku pergi dulu, ada urusan penting. Mianhae, Ara-ya." Ucapku.
Ara masih bingung, namun ia mengangguk, "Annyeong!" Ucapnya.
Aku mengenakan tasku dan berjalan keluar dari perpustakaan. Tujuan utamaku adalah rooftop.
Aku ingin sendiri.
Setibanya disana, aku duduk di tepi. Menatap kebawah dengan tatapan kosong.
Lalu kukeluarkan handphoneku.
Aku mengirimkan pesan kepada Taehyung.
Hyeri98: Apa yang kau lakukan disana?
Pesan terkirim. Lalu aku mengetik satu pesan lagi. Kali ini untuk Jungkook.
Hyeri98: Apa kau tahu Min Ah kuliah dimana?
Setelah pesan itu terkirim, aku menatap langit.
Langit hari ini cerah, namun tidak terasa panas sedikitpun.
Angin menerpaku, tapi hari ini aku memakai ikat rambut.
Lalu aku mendengarkan deringan pada handphoneku.
Alangkah kagetnya aku melihat nama pemanggil yang meneleponku.
Aku menenangkan diri, lalu mengangkat telepon tersebut.
"Yeoboseyo.. Eomma?" Ucapku pelan. (Halo, Ibu?)
---
Beberapa menit kemudian, aku membeku.
Seakan semuanya masih belum cukup bagiku, kenyataan pahit mendatangiku begitu saja. Lagi dan lagi.
Lalu aku mendengarkan handphoneku berbunyi lagi. Kali ini Jungkook yang menelpon.
Tanganku bergetar, aku menekan tombol 'angkat' lalu mendekatkan handphone ke telingaku.
"Hyeri-ah.. Aku tahu dimana Min Ah kuliah." Aku mendengarkan suara Jungkook yang damai.
Aku mulai terisak, "J-jungkook oppa."
"Ya, neo ureosseo?" Ucap Jungkook dengan panik. "Jung Hyeri!" (Kau menangis?)
Air mata mulai keluar dari pipiku. Aku tidak bisa berkata-kata.
"Ada apa? Apa yang terjadi?" Tanya Jungkook lagi.
Namun aku tidak bisa mengatakan apapun selain, "Oppa.."
"Kau dimana sekarang?!" Jungkook mengucapkannya seperti ancaman.
Aku tersentak, lalu berkata "Atap.."
"Arasseo. Tunggu aku." Lalu ia mematikan sambungan teleponnya.
Aku menjauhkan handphoneku dan menutup wajahku. Berusaha menahan tangis.
I hate getting emotional. Because it means I actually have feelings that I'm trying to hide.
Kuhapus air mataku, aku menenangkan diriku sendiri.
Berusaha membangun dinding yang sempat runtuh, demi kebaikan diriku sendiri. Aku tidak bisa runtuh begitu saja.
Belasan menit kemudian, aku mendengar pintu rooftop terbuka.
Aku menoleh dan mendapati Jungkook berlari kearahku.
Untungnya air mataku sudah tidak jatuh lagi.
Jungkook menatapku dengan cemas, lalu ia tiba dan duduk disampingku.
Rambutnya mulai berkibas karena angin, ia menatapku. "Kau tidak apa-apa?"
Aku mengangguk, "Tentu saja."
Jungkook mendecak, "Matamu bengkak. Jangan berbohong."
"Lalu kenapa kau bertanya?" Balasku.
Ia menarik napas lega, "Untunglah kau baik-baik saja. Aku pikir kau akan bunuh diri tadi."
Aku mendorong bahunya dengan kesal, namun badannya tidak oleng sama sekali. Kenapa dia begitu kuat? Ini tidak adil.
"Ah, kenapa kau bertanya tentang tempat kuliah Min Ah?" Tanya Jungkook.
Kutatap Jungkook yang berada disamping kananku, "Pertama, beritahu aku dimana ia kuliah. Lalu aku akan menjawabnya."
Jungkook mengangguk, "Arasseo. Dia kuliah di Ewha Womans University. Sekarang beritahu aku kenapa kau bertanya."
Aku menarik napas dalam-dalam, menatap langit yang cerah. "Hari ini Taehyung kesana."
Jungkook terdiam, lalu berkata, "Kau menangis karena itu?"
Kepalaku tertunduk, aku menatap kearah bawah sekarang.
Aku menutup mataku, lalu mendongak keatas. Menahan air mataku jatuh kembali.
Kugelengkan kepalaku sedikit, "Ani."
"Geuraeseo?" Tanya Jungkook. (Lalu?)
Aku menarik napas dalam-dalam.
Kubuka mataku perlahan. Lalu aku menatap Jungkook dengan mata berkaca-kaca.
"E-eommaga.. Dia meneleponku tadi." Suaraku bergetar, namun aku meneruskan. "Ayahku meninggal." (I-ibuku..)
Kedua mata Jungkook membesar. Mulutnya membuka sedikit.
Aku menatap kearah lain tepat saat air mataku jatuh.
Sedikit tawa miris keluar dari mulutku, "Aaah, dabdabhae!" Seruku, tidak kepada siapapun. (Aku frustasi)
Lalu aku menoleh kepada Jungkook. Ia menatapku dengan miris.
Aku tersenyum, "Oppa, jangan menatapku seperti itu. Nan gwenchan-" (Aku baik-baik sa-)
Ucapanku terhenti karena Jungkook menarikku kedalam pelukannya.
Aku menutup mataku. Aku menahan isakanku.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Lalu, air mataku jatuh terus menerus.
Dan aku mulai terisak, "N-nan eotteokhae o-oppa?..Eoh? N-an.." Ucapanku tidak keluar dengan mudah karena aku sulit bernapas. (Aku harus bagaimana?)
Badanku bergetar. Air mataku turun dengan deras. Rambutku berkibas karena angin yang kencang.
Jungkook mulai mengelus punggungku.
'It's Okay'.
He said to me, a million times.
--to be continued--
Ahhhh sedih :")
Disini Taehyung ga muncul maaf ya:"
Ohiya aku baca komen di chapter kemaren katanya banyak yang ga ngerti. Dan nanya fansite itu apa.
Tolong buat yang gatau apa itu fansite, kalian bisa cari di google, fansite masternim itu apa. Karena ga mungkin aku jelasin panjang lebar disini.
Menurut aku sih kalian harus tau arti fansite. Karena itu penting banget buat kpopers.
Pengetahuan itu penting, gaes.
/tjie
Oke~ sekian ceramahnya.
Keep voment <3
Xx,
Jysa.