Be Your Wife?!!! (RE-WRITE)

By TiaraDhea02

132K 2.7K 44

Veena Shafalea "Masalah terbesarku adalah menikah denganmu! Pria brengsek yang memiliki segalanya tapi tidak... More

//Dua\\
//Tiga\\
//Empat\\
//Lima\\
//Enam\\
//Tujuh\\
//Delapan\\
//Sembilan\\
//Sepuluh\\
//Sebelas\\

//Satu\\

14.6K 374 9
By TiaraDhea02

"Ya mom?"

"Gevin, Kenapa kamu semalam membatalkan pertemuan kita? Padahal kami sangat mengharapkan kalian benar-benar datang"

"umm.. Sorry mom... Semalam gadisku tiba-tiba ada urusan yang sangat mendadak. Jadi kami membatalkan pertemuannya. Dan dia juga meminta maaf pada kalian"

"It's okay.. But what's wrong?"

"Ayahnya terkena serangan jantung."

"Mengapa kamu tidak memberitahukan itu semalam kepada kami, Gevin? kami bisa langsung menjenguk calon besanku disana"

"Tidak usah.. Gadisku tidak ingin merepotkan kalian"

"Baiklah.. Bagaimana dengan lusa ini-"

"Mom, pekerjaanku sangatlah banyak. Boleh aku mengakhiri panggilan ini?"

"Gevin sayang... Jangan terlalu sibuk dengan pekerjaanmu. Apalagi sampai MENUNDA MENIKAH"

"Yes mom. Love you"

Gevin mengakhiri panggilannya dengan Monalisa -Ibunya- , ia melempar ponselnya secara asal dimeja. ia harus membohongi ibunya lagi perihal sudah memiliki seorang kekasih. Monalisa memang selalu memaksa Gevin untuk segera menikah.

Gevin memijat keningnya, sambil memegang beberapa dokumen yang sedang ia pegang.

Seringkali ia dikenalkan dengan banyak wanita dari rekan Monalisa ataupun Clouis-ayahnya-. dan Gevin menerima perkenalan itu dengan cukup baik. Kalau bukan karna Monalisa yang selalu memohon kepadanya untuk datang, ia tidak akan sudi untuk datang tiap kali ke acara perjodohan itu. Namun sangat disayangkan, tidak ada satupun wanita yang berhasil memikat hatinya. Gevin menaikkan sebelah alisnya, apa ia bisa merasakan jatuh cinta lagi?

KRING!!! KRING!!!

Satu panggilan dari Monalisa Gevin membuang nafasnya asal.

"What's again mom?"

"Siapa nama kekasihmu, Gevin?"

"Nama?"

"Ya. Hanya namanya saja" ucap Monalisa sambil memohon.

Gevin terdiam, mengapa jadi semakin rumit? ia menjambak rambutnya, semua alasan sudah ia gunakan untuk menghindari topik pembicaraan ini.

"Gevin? Kamu masih disana? Gevin? Gevin?" tanya Mona

"Yes mom? I'm still here"

"Siapa nama kekasihmu itu Gevin? Cepatlah... Kami hanya ingin tahu namanya. apa itu salah? Mom harap kamu tidak berbohong lagi, Nak. "

kosong. Pandangannya sangat kosong! Bahkan Pijatan dikening belum cukup untuk meredakan pening dikepalanya.

"Gevin? Siapa namanya?" tekan Mona

"I can't..."

"Gevin" tekan Mona lagi

"Veena"

"Siapa? Bisa kau mengulaginya lagi, Nak?"

"Veena Shafalea" tu-tu-tunggu! Mengapa?! Si-siapa?!

Tut tut tut!

panggilannya terputus, Gevin tersontak kaget. apa yang baru saja ia lakukan? ia tersadar dari lamunan bodoh itu dan meremukan semua kertas dokumen yang dipegangnya.

Gevin membuat kesalah pahaman yang amat besar. Berbohong perihal nama seseorang kepada ibunya adalah masalah besar. apalagi untuk menemukan seseorang hanya dari namanya saja itu bukan hal yang sulit untuk monalisa lakukan.

Gevin menjambak rambutnya dengan kesal.

Bahkan ia sama sekali tidak mengenal, melihat, apalagi berbicara denganya -wanita yang ia sebutkan kepada Mona-

Siapa dia sebenarnya? ia mengambil kembali beberapa dokumen yang ia remukan, dan ia menemukan identitas perempuan itu. Veena Shafalea, yang memiliki pendidikan terakhir SMA.

SMA?!

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan memastikan pandangannya. mungkin ia hanya tidak salah melihatnya. Gevin melebarkan kedua matanya dan ternyata benar.

wanita itu mengirimkan surat lamaran pekerjaan di Hilton Group hanya dengaan Ijazah SMA?! Setahunya lowongan yang sedang dibutuhkan untuk ijazah terakhir SMA di Hilton Group hanya untuk jasa Office boy/girl, dan beberapa security yang memiliki pengalaman.

Namun yang ia tahu, yang sedang dibutuhkan perusahaannya sekarang adalah untuk bagian marketing dan receptionist.

Wanita ini....

Wanita ini...

Sangat jauh dari tipe seorang Gevin Ahmad Hilton. Kekasih?

Sadarlah! kau sedang mencari calon istri! Bukan kekasih!

Gevin membuat kesalahan yang sangat besar. Ia hanya berharap semoga Mona tidak membuat hal yang diluar dugaannya. ia harus serius membawa seorang wanita dalam waktu dekat kehadapan kedua orang tuanya agar ibunya tidak melakukan hal gila yang tidak bisa ia kendalikan nantinya.

*

"Kenapa pake bocor segala sih?!" Veena menendang ban depan sepedanya. Lihatlah! Ditengah keadaan terburu-buru, ban sepedanya tertusuk paku yang menyebabkan bannya menjadi kempis dan tidak bisa digunakan lagi. Dengan tergesa sambil mendorong sepeda, ia melanjutkan perjalanannya dengan mendorong sepeda menuju tempat kerjanya di Delicious Bread.

Namun, ia teringat akan surat CV yang ia kirim ke Hilton Group beberapa waktu yang lalu. ia tidak berharap banyak untuk bisa bekerja disana. karena ia sudah memastikan bahwa ia tidak akan diterima. mengingat lulusan ijazah yang ia miliki tidak sesuai dengan lowongan yang dibutuhkan.

Hilton group itu perusahaan terkenal nomor satu se-Indonesia dibidang properti. dan sudah pasti banyak orang yang mengidamkan untuk bekerja disana. pendapatan diatas gaji minimum, peluang untuk jadi karyawan tetap juga ada. selain itu, ayah dari sahabatnya juga bekerja disana tetapi di cabang yang berbeda, yaitu Bandung. dan semenjak kedua orang tua Veena meninggal karna kecelakaan pesawat, ia tinggal dengan mereka dan mengadopsinya. sahabat dekat dari kedua orang tuanya, yaitu Rumi hardjawibowo dan Lisalya Zayn.

Dan kini Veena tinggal di ibu kota Jakarta. Ia tiggal bersama Fany sahabatnya. dan Fany juga bekerja di Hilton Group namun di kota yang berbeda, dan terkadang Veena merasa iri padanya. Dia di tugaskan untuk bekerja di kantor pusat Hilton Group di Jakarta. Dan Veena dipercayai Rumi dan Lisa untuk menemani sahabatnya selama ia bekerja. Sebenarnya Veena pernah ditawari untuk melanjutan study nya ke jenjang yang lebih tinggi lagi,namun ia menolak karna keluarga Rumi dan Lisa sudah terlalu baik membantunya, dan ia juga sudah berhutang banyak kepada mereka. jadi ia memutuskan tidak ingin melanjutkan studynya. dan sekarang Veena menyesali keputusannya tersebut. karena mencari pekerjaan di Jakarta itu sangat sulit.

TIIINNN!!!!

Veena hampir terjungkal kebelakang dan mengumpat. "Mobil bagus tapi kemampuanya bawa mobil payah banget"

ia melihat jam arloji ditangan 08.25 A.M

ia sudah sangat terlambat. 5 menit lagi ia sudah harus sampai di Delicious Bread. Dan jaraknya kini masih jauh dari tempat kerjanya. ia menendangi ban sepedanya sambil terus mengumpat didalam hatinya.

putus asa, akhirnya Veena menstandarkan sepedanya dan duduk dipinggir trotoar jalan sambil mengelap keringat didahi yang sudah mulai mengucur kearah pipinya.

Iapun berdiri sesekali berjinjit, berharap tukang tambal ban berada didekatnya. Namun, ternyata nihil.

Melihat penampilannya sekarang, kotor dan berantakan. Veena mengumpat lagi ,Ini karna ia sudah terlalu lama di pinggir jalan dan sudah terkena banyak debu! Lalu, bagaimana ia bisa bekerja dalam keadaan buruk seperti ini?

Saat sedang meratapi nasib , datang seorang ibu tua dengan pakaian kotor dan rambut berantakan yang diperkirakan umurnya setengah abad.

"Apa penampilanku sekarang seperti ibu ini? Huuh.. e-eh tapi tunggu?!!"

"Nak.. Ibu lapar... Dari kemarin ibu belum makan nak..." ucapnya sambil menyodorkan kedua telapak tangannya dan menatap Veena dengan tatapan sedihnya.

Veena terdiam. wajahnya tidak asing di matanya. namun. ia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Bagaimana bisa ibunya yang sudah tenang disana bisa kembali?

"nak?"

Veena tersentak dan meraih dompet yang ada di tas kecilnya. Seingatnya, uangnya didompet kini hanya tinggal sepuluh ribu rupiah.

"Nak.. Tolongin ibu nak" pengemis itu menatapnya sendu dan memegang kedua tangan Veena.

"Hmmm a-aku tidak punya cukup uang untuk membelikan ibu makanan. Bagaimana kalau ibu kerumahku? Akan ku buatkan makanan disana" Veena memasukan kembali dompetnya kedalam tas nya dan menuntun sang pengemis untuk mengikutinya dari belakang.

Untuk hal seperti ini, ia sudah tidak merasa asing lagi. Di ibu kota Jakarta memang banyak sekali pengemis ataupun pengamen yang mencari uang. ia juga tidak jarang mendapati seorang peminta-minta yang datang menghampiri dan meminta sedekah. tetapi tidak semua pengemis dibantunya, ia hanya kasian melihat pengemis ini karna ibu ini mengingatkannya dengan seorang ibu yang sudah tenang di alam sana. Karena wajah mereka sangat mirip. Dengan hidung mancungnya, mata sendu, dan suaranyapun sangat sama.

"Nak? Nak? Apa saya merepotkanmu nak?"

Veena melihat lagi jamnya ditangan, 08.50 A.M

"Eh? Tentu saja tidak bu... Saya juga sudah terlanjur terlambat bekerja. Jadi, tidak apalah kalau hari ini tidak bekerja. Heheh" ucap Veena sambil terkekeh dan menggaruk belakang kepalanya.

"Iyalah, daripada harus bekerja dan kena omelan dari bu Ranty? lalu aku dipecat?" Veena bergidik ngeri mengingat Bu Ranty atasannya di Delicious Bread yang terkenal dengan kedisplinannya dan ketegasannya.

"Baiklah nak"

***

"VEENA! KENAPA KEMARIN KAMU TIDAK BEKERJA TANPA MEMBERIKAN KETERANGAN KEPADAKU?!" Veena yang sebelumnya menundukan kepalanya menghindari kontak mata dengan Ranty, langsung menaikkan wajahnya.

"Sa-Saya kemarin... Kemarin sa-sakit bu" jawab Veena sambil menggaruk tengkuknya. Ranty melipat kedua tangannya didada dan menatapnya tajam.

"Ha-hatcihh!" Veena pura-pura bersin dan sambil mengusap-usap ujung hidungnya yang tidak gatal.

"Mana surat sakitmu?" tanyanya menyelidiki.

"Ma-maaf bu.. Saya kemarin tidak pergi ke klinik, dan hanya minum obat warung saja. Saya mohon maafkan saya"

"kamu tahukan konsekuensi tidak masuk bekerja tanpa surat keterangan?"

Veena menundukan wajahnya kembali "potong gaji, Bu?"

"Bagus kalau kamu ingat. yasudah sana mulai bekerja"

Veena menelan salivanya, dan membuang nafasnya asal.

***

"Cie yang besok mau married, masih aja sibuk kerja." ucap toby -sahabat Gevin- yang baru saja tiba diruangan sambil menepuk pundak Gevin dengan pelan. Gevin meliriknya sekilas dan menaikan sebelah alisnya..

"apa yang sebenarnya kau bicarakan? Menikah?" Gevin memutar kursi menghadapnya. dan menatap Toby dengan pandangan tidak mengerti.

"Vin, lu ga cerita sama gue soal lu mau nikah aja gue masih bisa sabar. tapi hal sebesar ini masih mau lu rahasia'in ke gua, Vin? Undangan pernikahan lu udah disebar kemana-mana! Dasar beg*!" Toby melipat kedua tangannya didada. dan menatapnya kesal.

Gevin acuh, dan kembali memutar kursinya 90° menghadap laptopnya dan melanjutkan pekerjaannya.

"Jangan pura-pura ga tau dah lu... " tekannya

"Lu ngomong apa sih? Cewek aja ga punya, apalagi nikah?" ucap Gevin menjelaskan. Toby melebarkan matanya,

"Ga lucu lu beg*!"

"Emang lu liat gua lagi ngelawak?" Gevin menatapnya serius, lalu Toby tertawa kencang.

Gevin melihat Toby sambil selalu menaikan sebelah alisnya. mungkin sahabatnya ini harus dilarikan ke rumah sakit jiwa.

"Terus siapa tuh namanya calon istri lu? Ve-Veena Falea kalau gak salah? Hahaha" tanya Toby tak percaya. sambil memegangi perutnya.

"Ve- Ve- Veena-" Gevin selalu mengulang nama wanita itu dipikirannya. sepertinya ia pernah mendengar nama wanita itu. tapi kapan?

Gevin teringat! ia berdiri dan menggebrak mejanya. Wanita itu yang ia sebutkan namanya pada Mona. sekitar satu bulan yang lalu. Dan apa maksud dari ini semua?

Gevin menarik nafasnya dalam-dalam. Berharap ini semua hanya omong kosong.

"Gua mau liat undangan yang lu maksud?!" ucapnya sambil menjambak rambutnya.

Apa yang sebenarnya Monalisa rencanakan?

Toby terdiam. ia menyadari sahabatnya benar-benar sedang tidak bercanda. ia berlari keluar, dan taklama ia muncul dengan kertas undangan ditangannya.

"ini sudah ada dari lima hari yang lalu. gua diem aja, gua kira lu bakal langsung cerita ke gua. tapi sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Toby terheran.

Gevin meneliti undangan ini dari depan sampai belakang dan dari atas sampai bawah tanpa ketinggalan satu kata pun. Di undangan ini, namanya tertulis dengan jelas. Dan nama kedua orang tuanyapun juga tercantum. Gevin membaca nama wanita itu dengan teliti, Veena Shafalea tertulis disana sebagai pasangannya.

Tangan Gevin bergetar hebat, dan langsung meremukan surat itu lalu membuangnya. Ia tidak percaya Monalisa ibunya bisa melakukan hal segila ini.

"Tob, please leave me alone" tekan Gevin dan Toby meliat seperti ada awan mendung dengan banyak petir berada tepat diatas kepalaya.

Toby menunduk dan berlari meninggalkan Gevin. ia tidak mau jadi tempat pelampiasan emosi Gevin lagi untuk kesekian kalinya.

Gevin meraih ponselnya yang berada dilaci, dan melakukan panggilan dengan Monalisa.

"Mom! Apa yang mom lakukan?!" tekan Gevin

"Anakku sayang... Sesibuk itukah kamu dengan pekerjaanmu nak?" ucap Mona menenangkan, ia tahu anaknya pasti sedang emosi disana.

"Mom,," tekan Gevin lagi meminta penjelasan.

"Okey, mom minta maaf. Sebenarnya sudah lima hari yang lalu kami menyebarkan undangan itu. Dan akhirnya anak mommy besok akan menikah!!" ucapnya senang dan acuh dengan perasaan Gevin yang pasti sangat jengkel kepada ibunya.

"Ta-Ta-Tapi mom.... Pernikahan itu-" Gevin membuang nafasnya pelan.

"Tapi apalagi?! Veena itu putrinya keluarga Harjdawibowo. Dia sangat cantik dan baik hati. lalu apa lagi yang harus kamu ragukan, Anakku sayang?"

"Mom, kau tahu bukan aku sebenarnya berbohong perihal wanita itu? lalu kenapa mom?"

"Mom tidak peduli dengan kebohongan mu, Nak. kau tahu ibumu ini sangat menginginkan penerus Hilton group? hal segila apapun yang kamu lakukan, Mom tidak akan segan membalasnya dengan hal yang lebih gila dari mu, Gevin" Tekan Mona yang sukses membuat Gevin merinding. mungkin ia tidak terkalahkan di dunia bisnis, tapi apabila ia harus berurusan dengan orang tuanya ia tidak bisa mengalahkannya.

"Tenang saja Gevin, semua persiapan untuk pernikahanmu besok sudah sangat sempurna kami siapkan" lanjut Mona,

"Mom.." desah Gevin, ia putus asa dan tidak tahu apa lagi yang harus ia lakukan.

"Oh okey, kamu mau pernikahanmu besok dibatalkan? Tidak jadi masalah! Tapi ingat, undangan sudah mom sebarkan pada semua dan termasuk para rekan bisnismu"

Gevin terdiam, dan mendudukan dirinya dibangku dengan kasar.

"Baiklah mom." balas Gevin.

"Nah, begitu dong.. Anak mommy yang pintar"

"Hm" jawab Gevin malas.

"Ohya sepertinya calon istrimu juga tidak tahu kalau kalian besok akan sah jadi suami istri. jadi jangan lupa beri tahu calon istrimu juga, kalau besok kalian akan menikah.. kau tidak mau kan di permalukan dipesta pernikahanmu kalau tidak ada mempelai wanitanya disana?"

"Mom?! Ba- Ba- Bagaimana aku be-beritahu dia? Bagaimana kalau dia menolaknya?" Gevin terjungkal kebelakang dan terjatuh dari kursinya. mulutnya terbuka lebar dan ini semua membuatnya gila.

"Gevin.... bagaimana bisa seorang wanita menolak lamaran darimu? apalagi kalian sudah menjadi pasangan kekasih? -sindirnya- lalu hal apalagi yang harus kamu takutkan?"

"Mom hampir lupa! Sore ini ajak calon istrimu untuk makan bersama. Jangan lupa ya sayang. Love you my dear"

Tut! Tut! Tut!

Gevin melempar ponselnya ke dinding sampai ponsel itu hancur.

Gevin mengatur nafasnya dan menjambak rambutnya lagi.

"Kau benar-benar melakukan kesalahan yang besar! Sangat besar! Dasar bodoh! Idiot!"

ia meraih gagang telefon kantor yang sudah tersedia dimeja. Dan menekan beberapa tombol

"Kirimkan berkas-berkas CV satu bulan yang lalu keruangan saya, Sekarang dan secepatnya!" bentak Gevin pada Angel sang sekretaris.

"Lo kenapa vin? Hmm berkas?" tanya Toby yang masuk keruangannya dengan cepat.

"CEPAT!" betak Gevin lagi dan Toby menurut memberikan beberapa berkas.

"Siap pak!"

Tidak peduli Toby sahabatya. Toby bekerja dibagian manager personalia.

Hanya saja, kemarin Toby sedang menitipkan sebagian pekerjaannya kepada Gevin. Di karenakan ia harus melamar wanitanya disebuah restaurant mewah.

Dan saat itu Gevin mengizinkannya dan meng-iyakan permintaan Toby. Karena kebetulan saat itu ia sedang tidak ada pertemuan atau janji dengan siapapun.

Dan Karena ia menerima untuk membantu sahabat dari ia kecilnya itulah yang membuat Gevin harus membuat masalah besar dengan Monalisa.

Yang ia butuhkan sekarang adalah wanita itu! ia harus temukan wanita itu saat ini juga!

***

"Semuanya tiga puluh lima ribu rupiah bu" ucap Veena dengan senyum manis diwajahnya. sang pelanggan yang merupakkan seorang ibu-ibu ini menyodorkan uang lima puluh ribu rupiah kepada Veena.

"Kembaliannya lima belas ribu rupiah. Terimakasih sampai belanja kembali"

Veena mengeluhkan pelanggan dipagi ini sangat sepi. Dan cukup membosankan.

Tling! Tling!

Lonceng yang memang berada diatas pintu masuk berbunyi. Bunyi lonceng kecil itu menandakan bahwa ada pelanggan datang. dan Veena sangat menyukai bunyi itu semenjak awal pertama ia bekerja .

"Selamat datang di Delicious Bread! Silahkan Roti Freshnya!" Sapa Veena dengan senyum di wajahnya.

Veena terdiam dan sedikit mengerutkan keningnya, melihat pelanggannya yang langsung datang menghadapnya. ia menaikan ujung bibirnya sambil tersenyum,

"Maaf mas, mana roti-roti atau kue-kue yang kalian inginkan?" ucap Veenaa dengan sopan kepada pelanggannya yang merupakan dua orang pria yang memiliki berbadan tegak proposional dengan pakaian serba hitam dan kaca mata hitam dimatanya. Mereka ini sebenarnya mau nyelawat atau ingin membeli roti?

"Nona Veena Shafaela?" tanya salah seorang pria itu sambil membuka kaca mata hitamnya.

"Iya?" bagaimana mereka bisa tahu namanya? mungkin dari name-tag di bahu depannya ini, pikirnya.

"Bisakah nyonya ikut dengan kami sekarang juga?" Veena memudarkan senyumnya dan menatapnya curiga.

"Maaf saya sibuk"

"Kami atas perintah tuan Gevin untuk segera membawamu kepadanya sekarang juga" Veena menaikan sebelah alisnya. siapa Gevin?

"Gevin? Siapa dia? Maaf, Saya tidak mengenalnya. Jadi, kalau kalian tidak ingin membeli roti atau kue disini lebih baik kalian pergi. Karna sudah ada satu pelanggan dibelakang kalian yang menunggu untuk dilayani." ucap Veena dengan sopan dan memberikan senyum diwajahnya.

Terilihat dipintu dapur bu Ranty sedang memperhatikan.

Kedua pria itu segera menggeser posisinya saling bersebrangan dan bertatap muka lalu saling menundukkan kepalanya.

"AAAA!!! APA-APAN INI?! SIAPA KALIAN???!! LEPASKAN SAYAAA! TOLONGGG!!!"

Kedua pria itu langsung membopong tubuh Veena dipundaknya. Tidak sopan sekali! Hey Veena?! Sadarlah! Oke, ini bukan waktunya untuk sadar diri. Yang terpenting bagaimana ia bisa pergi dari dua pria gila yang menyeramkan ini.

Veena meronta- rontakan kakinya, taklupa ia sambil teriak meminta tolong. Namun, pria satunya menutup mulut Veena dengan sebuah roti yang dijualnya. Hey! Dari mana ia dapat roti ini?

Pria yang memakai kaca mata itu pun, menurunkan Veena disebuaj mobil mewah, ia segera menendang bagian selangkangan kedua pria itu dan berlari. Roti yang menutupi mulutnya langsung ia kunyah dan menelannya.

Veena berhenti untuk mengambil nafas dalam-dalam. Ini sangat melelahkan. ia duduk disebuah gang cukup sempit, dan mengelap keringat yang mengucur diwajahnya.

Dehidrasi. Veena butuh air sekarang.

Saat ia mengangkat kepalanya, ia melihat pria dengan berpakain serba hitam tadi datang mengelilingi. Mengapa pria seperti tadi menjadi sangat banyak? Apa ia sedang bermimpi? Kalau iya, cepatlah sadar VEENA SHAFALEA!

"Nona?" ucap salah satu dari kira-kira sepuluh orang yang menggerubungiku

"Ya baiklah. Aku akan ikut kalian." Veena pasrah dan ia berdiri. Sembilan orang dibelakang mengawalinya dan satu berdiri didepan menunjukan arah.

Veena masih mengatur nafasnya. Setelah berlarian cukup jauh, dan sekarang ia harus berjalan lagi?

Mobil mewah tadi datang menghampiri. Seorang supir berlari dan membukakan pintu mobil dengan hormat.

"Veena? Kau pasti sedang bermimpi.." Veena mencubit kedua pipinya. Berharap ia akan bangun dari mimpi yang aneh ini.

"Ny. Veena?" tegur supir itu

Veena tersadar dari lamunannya dan mengerjapkan matanya.

"Hey! Apa kalian tidak mempunyai air mineral? aku sangat haus" ucap Veena memohon. Mereka saling menoleh dan tanpa menunggu jawaban, ia sudah tau jawabannya pasti tidak ada.

Tak butuh waktu lama untuk mereka tiba disuatu tempat.

Saat ia keluar, ia membuka mulutnya lebar. ia melihat bangunan yang sangat megah, besar, dan mewah. meski sudah beberapa kali ia kesini, tteapi ia tidak pernah bosan melihatnya. tapi bagaimana ia bisa dibawa kemari?

Veena melangkahkan kakinya kedalam, dan ia hanya diam menunduk didekat pintu masuk. ia harus kemana lagi?

"Ny. Veena?" ucap seorang pria lagi namun kini tidak memakai serba hitam. Bedanya pria ini memakai kemeja putih dibalik jas nya.

"I-iya?"

"Kenalkan, saya Toby Wijaya. Silahkan Ny, keruangannya Mr.Hilton di lantai 25. He's waiting you" ucapnya sambil berbisik lalu berlalu.

"siapa dia?"

Veena menurut. ia melangkahkan kakinya menuju lift. Dan menekan angka 25. Tiba-tiba ia teringat akan Fany. Baiklah ia akan menemuinya nanti setelah bertemu Bapak Hilton?

Ia meraih ponselnya didalam saku celana, dan mengirim pesan pada Fany kalau hari ini ia akan menemuinya.

Tling!

Pintu lift terbuka, ia melihat ternyata ia sudah sampai dilantai 25. Ruangan ini, tidak sebesar ruangan utama. Dan tak jauh dari pintu lift, ia berhadapan langsung dengan dua meja yang ditengahnya terdapat pintu dengan ukuran besar.

Salah satu meja tersebut diisi seorang perempuan dan meja yang satunya kosong.

"Apa sudah ada janji sebelumnya dengan Pak Gevin?" tanyanya sambil melihatnya dari atas sampai bawah. Veena menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Okey, ia akui Veena ini memang tidak secantik wanita itu dan tidak sefeminim seperti dirinya. Dengan celana jeans biru dan kaos longgar yang ia pakai, memang terlihat tidak pantas untuk masuk keruangan ini.

"Ti-tidak tahu. Tetapi saya sedang ditunggu Mr.Hilton didalam. Katanya sih katanya" jawab Veena sambil melihat sekeliling

"Siapa nama Anda?"

"Veena. Veena Shafalea"

Apa bagian personalia harus sebesar ini? Apa ia benar-benar akan diterima bekerja disini? Veena menutup mulutnya, tidak percaya kalau ia benar-benar akan diterima. Pulang dari sini, ia harus membuat nasi tumpeng dirumahnya.

Wanita ini tiba-tiba berlutut dihadapan Veena. Apa yang telah terjadi?

"Maaf kan saya nyonya karna sikap saya tidak memperlakukan nyonya dengan baik. Maafkan saya" ucapnya. Veena menaikan kedua alisnya. lalu mendirikan wanita ini yang ia pikir adalah asistennya?

"Tidak apa..." ucap Veena menenangkan.

"Terimakasih nyonya. Pak Gevin sudah menunggumu didalam" ucapnya dan menunduk lalu membukakan pintu.

Ruangan ini sangat besar. Terdapat kaca besar dengan menunjukkan pemandangan kota yang sangat indah.

Dengan ragu, ia segera menghampiri pria yang sedang duduk menghadap kaca tersebut.

"Permisi pak. Nama saya Veena Shafalea. Maaf sebelumnya, ada perlu apa bapak memanggil saya?"

Veena menenangkan detakan jantungnya yang berdegub kencang. pulang dari sini ia benar-benar harus membuat nasi tumpeng untuk merayakannya.

"Duduk" balas pria itu. Veena menurut dan duduk dikursi yang telah tersedia

Ia belum bicara. Sedang Veena hanya melihat-lihat setiap sudut dari ruangan ini untuk mengurangi kegugupannya.

Pria itupun memutar kursinya.

Untuk beberapa detik, Veena merasakan jantungnya berhenti berdetak. Pria didepannya ini sangat tampan. ia merutuki dirinya karna penampilannya sekarang sangat jauh dari kata cantik.

Veena mengatur nafasnya,

Tarik nafas..

Buang perlahan...

Tarik nafas..

Buang perlahan...

"Will you marry me?"
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.






- bersambung-

Hi! saya kembali!😊

-Kritik dan Saran sangat berarti-

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 9.6K 22
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
1.6M 23.6K 41
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
315K 34.4K 21
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
310K 39.1K 43
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...