That Day.

By frvrxxodairable

5.9M 567K 74.4K

[TELAH DITERBITKAN] Hari itu benar-benar adalah sebuah awal dari plot-twist bagi hidup Hyeri. Sejak hari itu... More

Prologue
Rain
Speechless
Help
Stars
Lucky or Not
Voice
Stuck
Screwed
Worried
Unreachable
Fate
Shine
Cute
Flashlight
Word
Right
There
Locked
Laugh
For Real
Forever
Alright
Two
Hands
Familiar
Again
Mind
Difference
Try
Butterfly
Trip
Byuntae
Safe
Regret
Sunset
Untrue
Horrible
Same
Stronger
Fall
Mine
1st Day
Blooms
Something
Promise
Desire
Kidding
Million
Heartbreak
Three
Drifting
Ruin
Her
Realise
Him
Him pt.2
Epilogue
Author's Note
Bonus Chapter
Announcement
Bonus Chapter pt.2
Informasi Penerbitan
QnA
Voting Cover
OPEN PO 'THAT DAY.'
PO 'THAT DAY.' PAYMENT 1 ✔️
Diskon & Info Toko Buku
YOUR MAGIC SHOP?
SEQUEL??!!

Enough

66.2K 7.4K 879
By frvrxxodairable

Kakiku mencapai lantai dan aku pun berjalan keluar dari mobil van hitam itu.

Aku berjalan dengan menunduk sementara seorang lelaki merangkul bahuku seraya kami berdua berjalan beriringan.

Tentu saja, siapa lagi jika bukan Kim Taehyung.

Kudengar suara para fans yang kaget melihat keberadaanku.

Hari ini aku ikut menemani BTS tampil di suatu acara Festival Musik besar di Korea.

Jadi, disinilah aku. Turun dari van bersama BTS, berjalan menunduk ke pintu backstage persis seperti yang diinstruksikan oleh Manager-nim.

Kami berjalan dikelilingi oleh puluhan fans yang dipagari oleh para security.

Dapat kurasakan banyak cahaya flashlight dari kamera-kamera fansite BTS.

Aku cukup yakin beberapa fansite memotret kami berdua, bukan hanya Taehyung.

Karena kami menggunakan topi couple kami dan mereka menggumamkan 'Gwiyeopda' dan sebagainya. (Cute)

Saat kami masuk di pintu, tidak ada fans yang mengelilingi kami lagi. Hanya para BTS member, Manager-nim, staf-staf lain seperti Coordi Noona dan sebagainya.

Kami berhenti tepat di depan ruangan ke dua dari pintu backstage. Terdapat sebuah kertas yang tertempel di pintu tersebut. Kertas tersebut tertuliskan '방탄소년단', yang membuat Manager-nim maju dan membuka pintu ruangan tersebut.

Sementara para member dan staf berjalan masuk, aku terdiam ditempat. Merasa belum familiar dengan tempat seperti ini.

Taehyung, yang masih merangkulku, kini seakan menarikku masuk ke dalam ruang tunggu tersebut.

Ia membawaku ke satu sofa yang tersedia dan kami duduk bersampingan.

Aku memandang kesekeliling.

Ruangan tersebut cukup luas. Berdinding putih, memiliki banyak sofa dan kursi juga beberapa meja rias dengan cermin besar, sebuah layar televisi yang tergantung diatas pojok ruangan, dan tidak lupa pengatur suhu ruangan.

Taehyung melepaskan rangkulannya, "Wae?"

Aku menatapnya, "Ani.. Apakah semua backstage seperti ini? Maksudku, ini cukup mewah, sungguh."

Ia menyandarkan diri di sofa, "Tidak semuanya. Ruangan seperti ini hanya untuk grup tertentu saja"

Kugelengkan kepalaku, "Tch, kau sangat sombong."

Taehyung tersenyum, lalu menatap kelangit-langit ruangan. "Butuh cukup lama bagi kami untuk mendapatkan ruang tunggu seperti ini."

Matanya seakan menerawang, "Saat kami masih rookie, kami hanya mendapatkan ruang tunggu yang sempit." Ia kembali menatapku, "Terlebih lagi, kami harus membaginya dengan rookie yang lain."

Ia terkekeh, "Bayangkanlah dua grup beserta staf-staf nya dalam satu ruangan yang sempit."

Aku melirik ke beberapa staf yang sibuk mengatur ini-itu, berlalu-lalang dalam ruangan tersebut dengan memegang kertas atau box.

Bahkan dengan satu grup beserta staf-stafnya pun, ruangan luas ini terlihat cukup penuh.

Aku mengangkat kedua bahuku, "Syukurlah kalian sudah populer sekarang."

Taehyung mengangguk, "Aku tidak menyangka hal ini bisa terjadi dalam hidupku. Aku benar-benar bahagia."

Ia mendekat lalu mencubit pipiku, "Aku juga bahagia karena kau ada disampingku saat ini."

Aku menatapnya dan tersenyum.

Lalu Jimin berteriak, "Ya Kim Taehyung! Berhentilah berpacaran dulu, sekarang adalah waktunya kerja."

Taehyung melepaskan cubitannya dan menatap Jimin dengan kesal, "Ah wae..?"

Jimin tersenyum usil, "Hae Ji noona memanggilmu, ia ingin kau segera mengganti baju"

Taehyung berdiri, "Ah, arasseo.."

Ia menatapku dan menaikkan satu tangannya, "Tunggu sebentar"

Aku mengangguk dan Taehyung pergi mengambil pakaiannya, lalu mengganti kostum.

Kusandarkan punggungku pada sofa putih tersebut. Pandanganku menyapu seisi ruangan, dan akhirnya aku menemukannya.

Jungkook sedang duduk di meja rias, sedang di make-up. Badannya memunggungiku, jadi aku hanya menatap refleksi wajahnya dari cermin.

Tidak lama kemudian, ia membalas menatapku. Jungkook tersenyum lebar kearahku, melalui cermin.

Aku membalas senyumannya dengan tipis.

Senyuman kelincinya seakan berubah menjadi senyuman malaikat di mataku.

Jika kalian penasaran mengapa,

Jawabannya hanya karena ia memang seorang malaikat.

---

Aku dan staf lainnya menatap layar televisi yang menampilkan performance BTS secara live.

Kami semua menonton BTS dari ruang tunggu.

Aku tidak bisa menahan senyumku melihat mereka.

Mereka sangat luar biasa. Suasana bangga yang jelas-jelas ditampilkan oleh para staf dan manager mulai berhasil merasukiku.

Setelah mereka menampilkan beberapa lagu, aku kembali duduk di sofa dan menatap layar handphoneku.

Kau tahu, membuka instagram, twitter, tumblr, dan sebagainya.

Saat aku mendengar suara pintu berdecit, aku tahu mereka telah tiba.

Para member satu persatu masuk di ruangan, dan para Coordi Noona berlarian lalu membuka jaket yang para member kenakan.

Entah kenapa, aku juga ikut berlari dan membukakan jaket Taehyung.

Ia menatapku dengan gembira. Senyuman kotak dan alisnya yang bergerak naik dan turun memberitahuku segalanya.

Setelah jaketnya terlepas, aku memberikan jaket tersebut pada Coordi Noona yang menunggu dibelakangku.

Seisi ruangan menatap kami.

"Yaah, aku tidak bisa melihat ini lebih lama lagi." Ketus Yoongi yang kemudian menggeleng-geleng.

Hoseok mendecak, "Haruskah aku mencari pacar juga? Mereka berdua adalah.. Ah jinjja, aku lupa apa sebutannya."

"Relationship goals." Namjoon membantu Hoseok lalu tertawa.

"Coba artikan itu Jungkookie," Tantang Jin.

Jungkook yang sedang berjalan mencari kursi langsung tertawa, "Ahh, hajima hyung." (Berhentilah, hyung)

"Jangan sedih, Kook-ah.." Jimin menambahkan, "Hyung akan membukakan kamus untukmu."

Lalu aku dapat mendengar beberapa staf juga ikut tertawa.

Meskipun mereka semua sangat lelah, mereka tetap selalu bisa menghibur orang-orang disekitarnya.

They're such a moodbooster.

---

Setelah kami pulang dari acara tersebut, mobil van yang dikendarai oleh Manager-nim membawa kami ke dorm BTS.

Taehyung meyakinkan kepada Manager-nim agar mengantarku pulang, sehingga ia tidak khawatir dan langsung pulang kerumahnya.

Aku dan para member BTS pun masuk ke dorm mereka.

Para member masuk ke kamar mereka masing-masing untuk mandi dan mengganti pakaian, sementara aku duduk di ruangan tengah dan menonton televisi.

Namjoon adalah orang yang pertama selesai, jadi ia bergabung denganku di depan televisi.

Aku tersenyum kepadanya saat ia duduk disampingku.

"Kau siswa kelas dua belas, benar?" Tanya Namjoon.

Aku mengangguk, "Ne, oppa"

"Hmm.. Berarti kau akan ikut ujian akhir" Ujar Namjoon. Matanya terfokus pada iklan di televisi.

Aku mengangguk. Dan ia melanjutkan, "Apakah kau mengalami kesulitan.. Kau tahu, dalam belajar?"

"Mwo, jogeum. Aku tidak terlalu baik dalam mata pelajaran eksak." Aku menjawab dengan jujur. (Ya, sedikit)

Lalu Namjoon menoleh ke arahku, "Geurae?"

"Eoh." Lalu aku mengingat sesuatu, "Ah! Aku baru ingat bahwa oppa memiliki IQ tinggi"

Namjoon terkekeh, "Begitulah."

"Kalau begitu, bisakah oppa mengajariku beberapa materi? Maksudku, jika oppa punya waktu" Pintaku.

Ia mengangguk, "Geurae geureom. Membagi ilmu merupakan salah satu hal yang kusukai" (Baiklah kalau begitu)

Lalu aku mendengar suara pintu terbuka, Jungkook berjalan ke ruang tengah dan bergabung dengan kami.

Jungkook duduk disamping kiriku, "Jadi, apa yang kalian bicarakan?"

Sebelum aku menjawab, Namjoon berkata, "Hyeri ingin aku mengajarinya beberapa materi untuk ujian akhirnya"

"Aahh.." Jungkook mengangguk, lalu ia menatapku.

Aku memasang senyum.

Jungkook kembali menatap Namjoon, "Tolong ajari ia matematika lebih dalam. Hyeri sangat parah dalam matematika.. Ia pernah mendapat ni-"

Perkataannya terpotong karena aku langsung menutup mulut Jungkook dengan telapak tanganku.

Aku menatap Namjoon dengan senyum aneh, "Oppa, jangan dengarkan dia."

Namjoon yang tertawa langsung mengangguk.

Kulepaskan tanganku dari bibir Jungkook.

Jungkook masih memasang tatapan usilnya, jadi aku memfokuskan diri pada Namjoon.

Namjoon yang akhirnya berhenti tertawa mengatakan, "Geundae Jungkook-ah, neo eotteoke ara? Kalau Hyeri buruk dalam matematika?" (Tapi Jungkook-ah, bagaimana kau tahu?)

Aku terdiam. Kulirik Jungkook yang membalas menatapku.

Aku menaikkan kedua alisku, mengisyaratkan agar ia mengatakan sesuatu.

Namun alih-alih Jungkook, aku malah mendengar suara Taehyung.

"Yaaa~ Ige mwoya? Kalian berdua bermain dengan pacarku, huh?" Taehyung menatap kami bertiga dengan berkacak pinggang, lalu ia berjalan mendekat. (Apa-apaan ini?)

Taehyung menyingkirkan Namjoon dan ia duduk disampingku, lalu ia merangkulku dan tersenyum kepada Namjoon dan Jungkook.

Namjoon terkekeh, "Ey, kau sangat over protektif, Taehyung-ah"

Aku menatap Jungkook, ia mulai memegang belakang lehernya.

Aku harus berterima kasih kepada Taehyung lagi hari ini.

Karena ia mengalihkan pembicaraan tadi.

Jika Taehyung tidak tiba tadi, bisa jadi Namjoon yang sangat pintar akan mengetahui hubunganku dengan Jungkook.

Aku sangat tidak menginginkan hal tersebut.

Kami bertiga tidak ingin membiarkan orang terlibat.

Only three of us know about this,
About our story.

Just let it be three of us.
It's enough.

--to be continued--

Haii~
Author mau minta maaf jarang update.
Soalnya kemaren-kemaren sibuk, abis itu kena sakit jadi author ngeupdate sebisanya aja hehe

Tapi berhubung mulai hari ini sampai beberapa hari kedepan aku libur (soalnya kelas 3 pada UN), author janji bakal update sering-sering! Ditunggu yaa❤️

Terimakasih atas segalanya/tjie

Keep voment~

Yang new readers juga jangan lupa voment (?)

Xx,
Jysa.

Continue Reading

You'll Also Like

929K 44.9K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
Lautan By - La

Teen Fiction

31.9K 4K 35
Menurut Biru, hidup itu ibaratkan seorang manusia yang mengambang di tengah lautan lepas. Di tengah fatamorgana kebiruan itu manusia punya pilihan, a...
6M 177K 40
[CERITA SUDAH TERSEDIA DALAM BENTUK BUKU SEHINGGA SEBAGIAN BESAR BAB SUDAH DIHAPUS] Orion Febriand Devan, pemuda tampan dan populer berusia 17 tahun...