(END) SEAN AND VALERIA

By matchamallow

18.7M 893K 32K

ISI MASIH LENGKAP! ROMANCE DEWASA Seri ke 1 dari trilogi Sean-Rayhan-Daniel/ Bastard Squad Series MENURUT S... More

Harap Dibaca ❤️❤️
Part 1-Pertunangan
Part 2-Pesta Topeng
Part 3-Pesta topeng part 2
Part 4-Siapa Kau Sebenarnya?
Part 5-Dilema dan Penyangkalan
Part 6-Akan Kuhancurkan Hidupmu
Part 7-Keputusan
Part 9-Pernikahan
Part 10-First Night With You...
Part 11-Kiss Mark
Part 12-Tenang Sebelum Badai
Part 13-(PRIVATE) Aku Membencimu...
Part 14.1 - Apa Kau Mencintaiku?
Lanjutan part 14 (part 14.2) - Apa kau mencintaiku
Part 15.1 - Maafkan Aku
Part 15. 2-Maafkan Aku
PART 15.3 - Maafkan Aku
PART 15.4 - Maafkan Aku
Part 16.1 - Jealousy
Part 16.2 - Jealousy
Part 16.3 - Jealousy
Part 16.4 - Jealousy
Part 17.1 - About Daniel
Lanjutan Part 17.2
Part 17.3
Part 18-About Fabian
Part 18.2 - About Fabian
Part 18.3 - About Fabian
PART 19- Dating
Part 19.2 - Dating
Part 19.3 - Dating
Part 20-Realize
Part 20.2 - Realize
Part 20.3 - Realize
Part 21-Fallin in Love
Part 21.2 - Fallin in Love
Part 21.3 - Fallin in Love
Part 22.1 -Don't Leave Him
PART 22.2 - Don't Leave Him
Part 23.1 - That Day
Part 23.2 - That Day
Part 23.3 - That Day
PART 24.1 - Lost
Part 24.2 - Lost
Part 24.3 - Lost
Part 25.1 - Somewhere Only We Know
Part 25.2 - Somewhere Only We Know
Part 26.1 - Faded
Part 26.2 - Faded
PART 26.3 - Faded
Part 26.4 - Faded
Part 27.1 - Runaway
Part 27.2 - Runaway
Part 27.3 - Runaway
Part 27.4 - Runaway
Part 27.5 - Runaway
Part 28 - Masa Lalu Sean
Visualisasi Tokoh dan Promo Cerita Sekuel
Part 29 - END - When Love is Not Just A Word to Say
EPILOG, EXTRA PART, SECRET CHAPTER

Part 8-Pertemuan

374K 22.6K 1K
By matchamallow

"Kau setuju menikah dengan Sean Martadinata?!" Suara Andre yang menggelegar mungkin bisa terdengar hingga rumah tetangga. Saat itu mereka sedang santai sehabis makan di ruang keluarga. Valeria sudah ingin mengutarakan sejak makan malam tadi tapi takut ada yang tersedak jika mendengar keputusannya. Jeanita dan Amelia juga sontak terkejut mendengarnya.

"Papa tidak setuju! Papa tidak akan mengizinkanmu!" Andre membanting majalah yang dibacanya.

"Benar, Valeria. Kenapa tiba-tiba kau setuju menikah dengannya?" Jeanita menambahkan.

"Aku...." Valeria menunduk. Keluarganya pasti makin tidak setuju jika ia mengungkapkan alasan sebenarnya bahwa ia melakukannya demi mereka. "Dia terus menghubungiku dan meyakinkanku untuk menikah dengannya. Kurasa...niatnya tulus."

Tulus? Kata itu sangat jauh dari bayangan Jeanita tentang Sean Martadinata. Pasti telah terjadi sesuatu. "Apa kau melakukannya untuk keluarga kita, Vally?" Jeanita bertanya.

Valeria menatapnya terkejut. "Ti...tidak Kak. Aku....cuma memikirkan tentang masa depan anakku. Aku bisa menjadi single parent tapi aku tidak bisa membayangkan anakku akan dicap anak haram oleh lingkungannya nanti. Lagipula, aku tidak ingin jauh dari kalian semua. Jika aku menjalankan sesuai rencanaku semula, aku harus tinggal di luar negeri dalam jangka waktu yang tidak bisa kuprediksi. Aku lebih takut itu semua dibanding menjalani sembilan bulan pernikahan dengan Sean Martadinata." Setetes air mata berlinang dari pipi Valeria. Ia mengusapnya.

"Jika kau ingin menikah, Papa bisa mencarikan orang lain untukmu yang lebih baik dibanding setan itu!"

Valeria tersentak. Jika Papanya melakukan itu maka ia tidak tahu lagi apa yang akan diperbuat Sean lebih jauh.

"Tunggu Pa, jangan lakukan itu. Belum tentu itu jalan yang lebih baik bagi Vally." Amelia pun cemas.

"Aku ingin menikah dengannya, Papa! Aku tidak mau dengan orang lain!" Valeria tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya. Semua menatapnya "Kumohon mengertilah."

Andre menatap putrinya. Valeria bukan anak yang keras kepala tapi hari ini ia melihat anak bungsunya itu amat bertekad akan keinginannya. Ia menghela napas. Bahunya terkulai. "Baiklah. Jika itu memang keinginanmu. Tapi Papa harus bertemu dengannya dulu. Papa ingin berbicara banyak hal dengannya." Andre menyerah.

Valeria mendesah lega.

Amelia tersenyum namun juga tampak kekhawatiran di wajahnya.

Jeanita memalingkan mukanya dengan pilu. Ia tak percaya ini semua. Adiknya yang paling disayanginya dan paling ia lindungi sekarang jatuh ke tangan manusia paling tidak bermoral yang ia kenal semasa hidup. Jeanita ingin berteriak kepada takdir aneh ini.

***

Hanya berselang sehari banyak orang-orang dari EO menelponnya dan berdatangan ke rumahnya. Valeria membuat janji untuk pemilihan gaun dan pengepasan, daftar pihak tamu yang diundang, hingga pemilihan cincin. Hari ini ia memilih gaun pengantin.

"Ini, Sis...gaun ini model terbaru. Paling mewah dan cocok buat Sis." Wanita dari EO menunjuk gambar salah satu gaun pengantin dari tabletnya. Gaun itu terlihat ribet dan susah dipakai berjalan. Valeria menggeser ke gambar selanjutnya dan hampir semua gaun itu begitu berat dan berumbai-rumbai. Tulang-tulangnya bisa rontok jika memakai baju yang kelihatannya berat itu seharian. Apalagi sepatunya. Tinggi haknya tidak ada yang kurang dari 10 senti. Ia bisa mati kena varises! Apa tidak ada flat shoes atau mungkin sneakers untuk pengantin?

Valeria lebih pusing lagi saat ia memilih cincin. Ia tidak mengerti tentang perhiasan. Yang terpukau malah Mamanya dan menangis haru melihatnya. Dasar ibu-ibu. "Semuanya merk terkenal, Vally!!! Ya ampun model ini yang mama ingin punya! Lihat ini" Mama memakainya di jari manisnya. Valeria hanya geleng-geleng melihatnya. "Ini platina dihiasi berlian ya Bang? Kalau saya ingin beli langsung bisa beli dimana dan berapa harganya kira-kira, Bang?" Jiwa shopaholic Mama mulai berkobar. Valeria hanya bisa menghela nafas. Pria dari EO itu memberi kartu nama dan menyebutkan jumlah uang dengan harga yang fantastis. Valeria merengut. Untuk apa Sean membeli barang-barang semahal itu jika pernikahan mereka hanya untuk sementara!? Orang aneh!

***

"Seharusnya kau mengatakan bulan kemarin bahwa kau ingin menikah!" Marinka Martadinata, Ibu Sean mengipas dirinya dengan raut wajah kesal. Mereka sedang duduk di sebuah restoran dan sedang menunggu Valeria dan keluarganya. "Kenapa kau mendadak ingin menikah dan siapa gadis pilihanmu itu? Kenapa Mama tidak pernah tahu selama ini?"

"Sebentar lagi Mama juga tahu." Sean tersenyum.

"Jika Mama tahu kau akan menikah, Mama tidak perlu bolak-balik pulang lagi ke desa. Kau tahu kan Mama sudah tua!" Marinka mengomeli Sean. Sean melihat arlojinya dengan tidak sabar. Keluarga Winata seharusnya sudah datang.

Dan kemudian mereka muncul. Andre Winata dan istrinya. Anaknya Jeanita, serta yang paling ingin dilihatnya selama ini,.....

Valeria Winata

Sean berdiri terpana. Ini pertama kalinya ia melihat Valeria Winata dengan jelas. Valeria memakai dress berlengan sebahu berwarna cream dan sepatu flat shoes warna senada.Warna itu semakin menonjolkan kulitnya yang putih dan halus. Rambutnya yang hitam panjang diurai dan hanya dihiasi oleh jepit rambut untuk menahan poninya. Jika saja Sean masih remaja ia pasti akan ternganga melihatnya. Ia...benar-benar cantik bagaikan boneka porselen. Cantik dan rapuh.

Valeria berjalan menunduk menghindari tatapan matanya. Tanpa riasan kali ini ia terlihat selayaknya remaja. Tapi bahkan dengan penampilan sederhana gadis itu saat ini tidak membuat hasrat anehnya terhadap Valeria berubah. Ia ingin menerjang, memeIuk dan mencium gadis itu dan melakukan hal-hal tidak senonoh lainnya disini detik ini juga...Memikirkannya saja membuat tubuhnya mulai bereaksi. Ia harus memusatkan pikiran pada hal lain sekarang juga. Kalau tidak, semua orang akan tahu. Ia harus menghindari menatap lama-lama pada gadis itu.

Sean menggeser pandangan ke raut wajah masam Andre Winata. Ini lebih baik...

Ini semua tak bisa dimengerti! Ia bisa bergairah pada gadis yang pernah memintanya untuk tidak menyentuhnya lagi. Tidak menyentuhnya lagi!

Ia benar-benar merasa sangat terhina. Baiklah, Valeria boleh merasa jijik padanya, tapi selama ia menjadi istrinya, Sean akan memperlakukannya sesuka hati dan menikmatinya sampai bosan. Persetan gadis itu bersedia atau tidak. Lihat saja!

"Bukankah itu Andre Winata....oh!! Sean kau benar-benar akan menikah dengan..." Mamanya melongo. Bibirnya membentuk huruf O. "Aku tidak mengerti!" Ia kembali mengipasi dirinya. Marinka pasti mengira dirinya akan menikahi Jeanita Winata. Biar sajalah nanti juga ia tahu sendiri.

"Marinka..." Andre mengangguk menyapa Marinka.

"Sean" Ia mengulurkan tangan. Sean menyambutnya. Di wajah Andre Winata masih terpancar sedikit kemarahan. Sean tersenyum sinis. Mamanya secara otomatis sudah bersalaman dan bergosip ria dengan Nyonya Winata.

"Tante" Jeanita merangkul Marinka dan mencium pipinya kiri dan kanan.

"Ya ampun, Jean, kau semakin cantik saja" Marinka mengelus-elus punggung Jeanita. Lalu yang ini anak keduamu? Marinka menunjuk Valeria.

Valeria mengangguk menyapanya. "Tante."

"Yang ketiga, Ka. Namanya Valeria...Yang kedua kan Felix masih sekolah di Sydney" Amelia Winata mengingatkan.

"Oh iya ya, sampai lupa aku. Yang ini mirip kamu, Lia" Marinka mengomentari. "Masih muda ya, SMU?"

"Sebentar lagi lulus kuliah, Tante" Valeria menjawab sambil tersenyum.

"Cepat sekali waktu berlalu ya, Lia. Kemarin rasanya mereka masih bayi, tiba-tiba sekarang sudah besar. Apalagi anak perempuan. Suatu saat mereka akan menikah. Kamu jangan cepat-cepat menikah ya, Nak. Temani dulu Mamamu sampai ia bisa melepaskanmu. Seorang ibu paling sulit melepaskan anak perempuan saat menikah." Marinka menepuk-nepuk bahu Valeria.

Valeria hanya bisa menoleh menatapnya seakan tak percaya yang didengarnya. Ia tidak tahu harus berkata apa.

Semua juga melongo menatap Marinka Martadinata, kecuali anaknya,Sean yang melihat ponsel dengan santai. Apa ini dagelan?

"Permisi, Nyonya, Tuan, ingin memesan sekarang?" selaan dari butler restoran membuat Marinka tersentak dan mempersilahkan semua untuk duduk. Sean tersenyum dan memasukkan ponselnya.

Kursi yang mereka pakai berbentuk lingkaran. Sean duduk di sebelah Marinka dan di sebelah Marinka ada Amelia. Dan Amelia tentu saja juga duduk di sebelah suaminya. Tinggal dua kursi yang tersisa. Pilihannya duduk di sebelah Papa atau Sean Martadinata. Kak Jean tidak mungkin mau duduk di sebelah Sean. Berarti....

Valeria menelan ludah dengan susah payah. Ia menatap Sean yang sedang sibuk melihat menu. Sejak tadi ia menghindari menatap pria itu. Ia hanya tahu bahwa Sean memakai kemeja hitam dan jas abu-abu gelap tanpa dasi. Sean Martadinata memang tidak pernah memakai dasi sejak pertama mereka bertemu. Sekarang ia bisa melihatnya dengan jelas. Pria yang pernah melakukan hal intim dengannya itu. Rambutnya yang ikal pendek selalu tertata dengan sempurna. Ia memiliki hidung yang bagus dan rahang yang tegas tanpa cambang yang tumbuh. Tampaknya ia bercukur setiap hari. Ia memang tidak setampan Kak Malik, tapi cukup enak dipandang kalau saja ia tidak terlalu menakutkan. Dan matanya yang tajam....

"Valeria, kamu nggak duduk?" Marinka membuyarkan lamunannya.

Sean otomatis menoleh. Mata yang sedingin es itu kini menatapnya.

"I..Iya" Valeria menjawab gugup.

Sean berdiri dan menarik kursi di sebelahnya ke belakang memberikan tanda pada Valeria untuk duduk disana. Valeria menoleh menatapnya takut. Mereka saling bertatapan tanpa suara. Akhirnya ia maju untuk menempati kursi itu. Oh Tuhan...Ia merasa bagaikan Marie Antoinette yang sedang melangkah ke pisau guilotine. Namun sebelum sampai, tiba-tiba Kak Jean yang baru saja kembali dari toilet meraihnya duluan dan duduk di kursi itu.

"Makasi, Sean" Jeanita tersenyum tanpa rasa bersalah.

Sean menatap Jeanita dengan aura siap membunuh.

"Ups. Maaf baru kembali dari toilet. Adikku sayang ini selalu nggak mau makan kalau nggak ada kakaknya. Ayo duduk disini, Dik" Jeanita menepuk-nepuk bangku di sebelahnya yang bersebelahan dengan Papanya juga. Sean menarik kursi itu lagi untuk mempersilahkannya duduk. Sedikit kasar karena kesal. Valeria duduk dengan lega.

Sean membungkuk memajukan kursinya saat Valeria duduk. Valeria menunduk terdiam. Ia menyadari keberadaan Sean di belakangnya, aroma Sean mengingatkannya lagi pada kenangan hari itu. Wajahnya mulai memanas.

Sean melihat Valeria merona tersipu. "Terimakasih" Valeria bersuara sepelan semut tanpa menoleh padanya.

Sean kembali ke tempat duduknya, menyibukkan diri pada buku menu. Marinka melihat Jeanita duduk di sebelah Sean dan tersenyum gembira.

"Mereka pasangan yang serasi, kan?" Marinka mengguncang-guncang Amelia. Amelia hanya bisa mengernyit sambil tersenyum. Ia menoleh melihat suaminya. Andre sedang cemberut dan menatap penuh dendam pada Sean Martadinata.

Malam ini sungguh kacau.

Lima belas menit kemudian mereka sudah mulai makan makanan pembuka.

"Jadi kapan pernikahannya akan dilangsungkan?" Andre Winata membuka pembicaraan saat menu utama mulai dihidangkan.

"Aku sudah mengusahakan secepatnya dan EO yang menanganinya mengatakan mereka bisa menyelesaikannya minggu ini. Jadi ditetapkan Rabu depan. Karena situasinya mendesak dan aku terlalu sibuk, preweddingnya tidak kuadakan" Sean menjawab santai. Itu berarti lima hari lagi.

Marinka sempat tersedak sedikit. "Anak jaman sekarang sungguh tidak sabar kalau sudah menyangkut pernikahan, bukan?" Ia melanjutkan makannya kembali.

Valeria mendesah lega dalam hati. Ia tidak dapat membayangkan jika harus melakukan adegan pre wed dengan Sean.

"Kuharap kau tidak mengundang tamu yang banyak. Valeria tidak bisa berdiri terlalu lama dalam kondisinya sekarang." Andre melanjutkan.

"Aku hanya mengundang sedikit, sesuai permintaannya. Buat apa juga pesta yang terlalu besar. Kita semua sudah tahu akhirnya"

Semua keluarga Winata sontak menoleh Sean dengan jawabannya itu. Kecuali Valeria. Ia sudah tidak terkejut lagi. Memangnya siapa dirinya di mata Sean Martadinata? Tidak lebih dari wanita yang kebetulan mengandung anaknya. Mereka memang akan berpisah setelah anak itu lahir.

Marinka mengerutkan alisnya. Kenapa keadaan anak bungsunya malah dijadikan keberatan oleh Andre Winata? Jika memang anaknya itu kurang sehat, ia tentunya tinggal pulang saja beristirahat. Sungguh aneh. Topik yang tidak kreatif.

"Oya, Tuan Winata. Masalah tentang Nirwana Cargo juga akan kita selesaikan. Aku akan mendatangi kantormu besok. Apapun yang kulakukan, kuharap kau tidak mempersulitnya"

"Dan yang lain? Tentang pasaran produk yang kauhancurkan?"

"Sudah kulakukan juga. Semua akan kembali pulih dalam beberapa hari ini"

Alis Marinka kembali berkerut lebih dalam. "Bisakah kita tidak membicarakan pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan acara kita hari ini?"

"Aku setuju memberikannya padamu karena ia bersikeras." Andre melanjutkan kembali. "Kalau kau bisa mempertimbangkannya lagi. Kau bisa menikahinya saja dan ia tetap tinggal bersama kami setelah menikah. Kami juga bisa merawatnya sebaik mungkin."

"Aku tidak akan memenuhi permintaan konyol semacam itu, jadi lupakanlah, Tuan Winata!" suara Sean mulai meninggi. Ia menghentikan makannya dan matanya mulai menatap garang. Marinka tersentak heran melihat kemarahan tidak jelas anaknya. Di sampingnya, Amelia juga menunjukkan wajah khawatir.

Valeria menenangkan dirinya. Tangannya yang memegang garpu dan pisau terlihat gemetar. Oh. Tuhan! Ia akan hidup dengan pria ini. Sean Martadinata benar-benar membuatnya takut. Keringat dingin mulai turun membasahi dahinya. Ia menunduk sambil memejamkan mata. Seandainya semua ini hanya mimpi, iya...hanya mimpi...Ia akan terbangun dan semua sudah kembali seperti sediakala...

Ia merasa seseorang menggenggam tangannya dan membuatnya membuka mata. Ternyata Kak Jean. Valeria tersenyum lemah.

"Kalau begitu, kumohon...." Suara ayahnya terdengar pilu. "Perlakukan Valeria dengan baik disana. jangan sakiti dia" Ayahnya mulai menangis. Mamanya mengelus-elus pundaknya.

Seumur hidupnya, Valeria belum pernah melihat Papanya menangis. "Papa..." air matanya ingin tumpah melihat ayahnya menangis, tetapi ia menahannya agar Papanya tidak mengetahui kesedihannya juga. "Papa, aku pasti baik-baik saja, Pa. Aku bisa menjaga diri"

"Aku memang bukan orang yang baik, tapi aku bukan psikopat, Sir" Sean kembali melanjutkan makan dengan acuh tak acuh.

"Jika kau menyakitinya sehelai rambut saja, aku akan membunuhmu! Aku tak peduli apa yang akan terjadi. Aku akan membunuhmu, Sean Martadinata!" Andre melayangkan ancamannya sambil memukul meja. Semua terpekik ngeri.

Sean menatap tajam pada Andre yang menantangnya. Situasi berubah mencekam.

"Tunggu!! Apa ada yang bisa menjelaskan padaku apa yang terjadi?" Marinka berdiri kesal dan menampakkan wajah serius. "Sebenarnya siapa yang akan dinikahi anakku?"

Semua terdiam.

"Saya, Tante. Sean akan menikahi saya" suara Valeria terdengar jelas di tengah-tengah kesunyian mereka dan hiruk pikuk restoran yang tidak terlalu ramai.

***

"Apa kau sudah gila, Sean! Kau akan menikahi anak yang bahkan belum lulus sekolah!! Apa yang sebenarnya kaupikirkan? Di antara sekian ribu wanita yang kaukenal apa kau tidak bisa memilih salah satu dari mereka?Kenapa harus anak dibawah umur?" Marinka mengomel di mobil dalam perjalanan pulang. Sean membawa sopir, jadi ia tidak menyetir dan sekarang harus merelakan sebelah telinganya menjadi korban ocehan ibunya.

"Dia sudah 21 tahun, Ma. Dia sudah melewati masa yang Mama bilang 'dibawah umur' itu" Sean bersidekap melipat tangannya.

"Dia sepuluh tahun di bawahmu dan bisa-bisanya kau berselera padanya. Dan lebih parahnya lagi dia anak sahabatku, Amelia! Betapa malunya Mama mengetahui hal ini. Mama tidak setuju!!Pokoknya Mama tidak merestui pernikahan ini. Ia terlalu muda untukmu!" Marinka membuka kipasnya.

"Terserah Mama, tapi aku tetap akan menikahinya. Ia mengandung anakku" Sean menjawab santai.

Marinka merasa seolah-olah dirinya baru saja ditabrak sebuah truk pengangkut batu kali.

"Sean Martadinata!!!!!!" Marinka berteriak histeris. Sean memakai headsetnya sambil menyalakan musik.

***

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 54.3K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
364K 8.7K 61
bagaimana kalau hidup kamu yang awal nya bahagia dengan pekerjaan itu, malahan menjadi petaka untuk kamu sendiri. Pernikahan paksa akibat sebuah jeba...
230K 691 14
cerita pendek dewasa seorang gadis yang punya father issues
8.6M 107K 43
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...