(END) SEAN AND VALERIA

By matchamallow

18.7M 890K 32K

ISI MASIH LENGKAP! ROMANCE DEWASA Seri ke 1 dari trilogi Sean-Rayhan-Daniel/ Bastard Squad Series MENURUT S... More

Harap Dibaca ❤️❤️
Part 2-Pesta Topeng
Part 3-Pesta topeng part 2
Part 4-Siapa Kau Sebenarnya?
Part 5-Dilema dan Penyangkalan
Part 6-Akan Kuhancurkan Hidupmu
Part 7-Keputusan
Part 8-Pertemuan
Part 9-Pernikahan
Part 10-First Night With You...
Part 11-Kiss Mark
Part 12-Tenang Sebelum Badai
Part 13-(PRIVATE) Aku Membencimu...
Part 14.1 - Apa Kau Mencintaiku?
Lanjutan part 14 (part 14.2) - Apa kau mencintaiku
Part 15.1 - Maafkan Aku
Part 15. 2-Maafkan Aku
PART 15.3 - Maafkan Aku
PART 15.4 - Maafkan Aku
Part 16.1 - Jealousy
Part 16.2 - Jealousy
Part 16.3 - Jealousy
Part 16.4 - Jealousy
Part 17.1 - About Daniel
Lanjutan Part 17.2
Part 17.3
Part 18-About Fabian
Part 18.2 - About Fabian
Part 18.3 - About Fabian
PART 19- Dating
Part 19.2 - Dating
Part 19.3 - Dating
Part 20-Realize
Part 20.2 - Realize
Part 20.3 - Realize
Part 21-Fallin in Love
Part 21.2 - Fallin in Love
Part 21.3 - Fallin in Love
Part 22.1 -Don't Leave Him
PART 22.2 - Don't Leave Him
Part 23.1 - That Day
Part 23.2 - That Day
Part 23.3 - That Day
PART 24.1 - Lost
Part 24.2 - Lost
Part 24.3 - Lost
Part 25.1 - Somewhere Only We Know
Part 25.2 - Somewhere Only We Know
Part 26.1 - Faded
Part 26.2 - Faded
PART 26.3 - Faded
Part 26.4 - Faded
Part 27.1 - Runaway
Part 27.2 - Runaway
Part 27.3 - Runaway
Part 27.4 - Runaway
Part 27.5 - Runaway
Part 28 - Masa Lalu Sean
Visualisasi Tokoh dan Promo Cerita Sekuel
Part 29 - END - When Love is Not Just A Word to Say
EPILOG, EXTRA PART, SECRET CHAPTER

Part 1-Pertunangan

695K 25.6K 522
By matchamallow

"Bukankah hari ini tunanganmu datang? Kau tidak mengunjunginya,Sean?"

Sean mendongak melihat Daniel datang mendekatinya.

"Kupikir kau takkan kemari malam ini" lanjut Daniel sambil menghempaskan diri di sebuah kursi sofa empuk dan menuangkan segelas minuman untuk dirinya.

"Selama ini apa kau pernah melihat Sean bersama tunangannya?" Budi tertawa menimpali pertanyaan Daniel.

"Tidak juga sebenarnya." Daniel ikut tertawa.

Tiap minggu, Sean selalu ke tempat ini untuk bersenang-senang. Entah bersama teman-temannya ataupun tidak. Daniel, Budi dan Rayhan adalah tiga orang temannya yang rutin ke klub ini untuk bersenang-senang juga. Hari ini Rayhan tidak datang.

Biasanya ada beberapa teman-temannya yang lain juga ikut bergabung tapi tidak terlalu banyak. Sean tidak begitu suka keriuhan jika terlalu banyak orang apalagi saat orang-orang itu sudah mulai mabuk. Ia selalu menyewa private room yang sama sehingga teman-temannya selalu tahu ia ada disana.

"Pada akhirnya kami akan menikah dan aku akan melihat Jean sepuasnya setiap hari sampai bosan. Untuk apa aku sering-sering bertemu dengannya sekarang?" Sean tersenyum sinis.

"Kau serius akan menikah dengan Jeanita Winata?" Irma mengelus pundak Sean, alisnya berkerut menunjukkan ketidaksukaan.

Irma adalah gadis kencannya malam ini. Sean tidak terlalu menyukainya karena ia penuh rasa ingin tahu, tapi ia memiliki sensualitas yang cukup menarik. Bibir merahnya yang tebal dan bentuk tubuhnya yang berlekuk cukup menyenangkan untuk dilihat.

Dan yang lebih penting lagi, Irma bukan wanita murahan. Sean tidak mau meniduri sembarang wanita yang terlalu berisiko, bahkan ia jarang berkencan. Hanya saat-saat tertentu dimana ia sangat ingin memuaskan kebutuhannya sebagai laki-laki dewasa normal.

Ia berkenalan dengan Irma saat Irma baru saja putus dari kekasihnya. Selain Irma ada sekitar tiga atau empat gadis lagi yang rutin berkencan dengannya. Mereka tidak terlalu menuntut, karena mereka melakukannya dengan Sean untuk bersenang-senang juga.

Sean tidak suka terikat hubungan dengan satu wanita. Para kekasihnya selama ini memang cantik dan berpengalaman tapi ia tidak menyukai hubungan yang menyangkut emosi.

Ia akan menikah tapi bukan karena cinta. Cinta itu tidak ada. Itu hanyalah bentuk euphoria sesaat yang dialami manusia.

"Tentu saja, aku serius. Pertunangan ini adalah perjanjian antara kakekku dengan kakek keluarga Winata, bahwa keturunan mereka akan menikah" Sean menenggak minumannya hingga habis.

Ini harus menjadi gelas terakhirnya, kalau tidak ia bisa mabuk.

Sean jarang minum hingga mabuk. Ia menyukai minuman keras, tapi ia tak akan membiarkan dirinya dikuasai olehnya.

"Kelihatannya kuno sekali. Masih ada perjodohan di jaman seperti ini, Sean?" Daniel dan Budi tertawa.

Mereka berdua sedang ditemani beberapa gadis penghibur yang berasal dari klub ini. Para gadis penghibur itu rata-rata sudah mengenal mereka dengan baik, terutama Daniel. Daniel adalah yang paling tampan dan juga ramah di antara mereka. Berbeda dengan Sean yang jarang menunjukkan ekspresinya.

"Biarlah." desah Sean. "Aku malas berdebat dengan ibuku. Lagipula perjodohan ini tidak ada ruginya. Ia cukup cantik juga. Kurasa itu sudah cukup untuk membuatku betah bersamanya seumur hidupku"

"Rupanya teman kita ini berencana untuk menjadi suami setia. Membangun keluarga sakinah..."

"Tunggu dulu. Aku tidak ada menyebutkan kata setia." Sean memotong ledekan Budi sambil tersenyum.

Budi dan Daniel terheran-heran. "Memangnya tunanganmu itu akan menyetujuinya? Kau sudah pernah bertemu dengannya bukan?"

"Pernah sekali atau dua kali. Aku menyapanya karena saat itu ibu memaksaku. Jean tidak terlalu menyukaiku jadi kami tidak melanjutkan dengan basa basi, tapi aku mengetahui bahwa ia memiliki seorang kekasih dan kabarnya akan mulai hidup bersama. Aku akan memberikannya kebebasan untuk berhubungan dengan siapapun setelah menikah, begitu pula sebaliknya. Bukankah ini sempurna?"

"Itu akan menjadi pernikahan yang aneh, Sean. Tapi idemu tidak buruk" Daniel mengedikkan bahu dengan masa bodoh.

"Ayo tos untuk pernikahan mendatang teman kita ini" Budi mengangkat gelasnya. Diikuti Daniel, para gadis dan Sean.

"Toss!!!"

***

"Kakak! Aku merindukanmu!!!" Valeria berlari dari ujung tangga menyambut kakaknya.

"Pelan-pelan, Vally!! Jangan berlari di tangga! Kakak nggak mau nginep di rumah sakit nunggu kamu kalo ada apa-apa!" Jeanita melotot memasang tampang sangar memarahi adiknya.

Jean amat menyayangi Vally--panggilan akrab Valeria-- adiknya.

Vally anak yang periang, lucu dan polos. Saking polosnya ia sering dimanfaatkan teman-temannya dan Jean selalu yang pertama kali marah saat mengetahuinya.

Lihat saja sekarang. Vally hanya bergelayut memeluk Jean dengan manja.

Sebenarnya mereka tiga bersaudara, tapi Felix, adik laki-lakinya masih bersekolah di negeri Kangguru.

"Vally, lepaskan kakakmu. Ia mau istirahat habis kena jetlag." Ibundanya, Amelia hanya bisa menggeleng-geleng melihat kemanjaan Valeria pada kakaknya.

"Bentar aja, Ma. Vally udah nggak ngelihat Kak Jean selama tiga tahun. Bentarrrrr....lima menit aja. Plis plis." Valeria memeluk Jean seperti memeluk boneka kesayangan.

"Udahlah biarin aja, Ma. Dia emang konyol. Lima menit aja lho, ya?! Kakak hitung dari sekarang!" Jean melihat jam tangannya.

"Iya! Iya, Kak"

"Aduh ada apa ribut-ribut para wanita ini?" Andre Winata, sang ayah tiba-tiba masuk sambil menggeret koper-koper Jean.

Pembantu mereka, Bik Sani langsung menghampiri dan mengambil alih. "Udah, biar saya aja, Tuan"

"Emang bisa bawa ke lantai dua, Bik? Ini berat, lho. Udah, Bik Sani siapin aja kamarnya Jean. Biar saya panggil Mas Kadi buat bawa ini semua ke kamar." Andre menaruh koper-koper itu di dekat tangga.

"Udah siap, Tuan. Begitu denger Non Jean mau datang, saya langsung bersihin kamar. Hati-hati, Tuan" Bik Sani ikut membantu menggeret koper-koper itu.

Bik Sani sudah lama mengabdi pada keluarga Winata. Ia betah bekerja karena keluarga Winata begitu baik dan tidak merendahkan derajat pembantu. Tuan Winata juga sangat sayang pada istri dan anak-anaknya.

"Udah lima menit!" Jean berteriak.

Valeria melepaskan pelukannya sambil tersenyum menampakkan giginya. "Oke deh, Kak. Sana kakak istirahat."

"Udah gede gini masih sama aja kayak dulu. Nggak berubah."

"Aku udah berubah, Kak! Sekarang goreng telur ceplok udah nggak gosong-gosong amat. Terus aku udah pake lotion kayak kakak. Tiap minggu juga udah luluran."

"Pantes jadi cantik sekarang. Ini baru anak cewek. Two thumbs up." Jean menaikkan dua jempol memuji adiknya.

Yah, Jean sebenarnya agak terkejut melihat perubahan Valeria selama tiga tahun ini. Yang jelas Valeria bertambah tinggi, lebih tinggi dari dirinya malah dan bertambah cantik.

Jean kadang khawatir pada adiknya. Seandainya Valeria tidak secantik ini. Matanya besar dan dihiasi bulu mata yang lentik. Rambutnya lurus panjang dan berponi, membuatnya tampak makin polos. Valeria agak mirip dengan Jean, hanya saja Valeria memiliki wajah yang lebih lembut. Jean memiliki wajah tegas sesuai karakternya.

Jean berharap Valeria bisa lebih jutek, tapi Vally terlalu baik untuk bisa seperti itu.

"Sudah punya pacar?" Jean iseng bertanya. Valeria terkejut dan pipinya merona merah.

"Waduh, pasti sudah punya nih!!"

"Kenapa Kakak bisa tahu?"

"Kelihatan banget dari wajahmu! Kapan jadian? Seumuran atau kakak kelas?"

Sedari SMP, sudah banyak yang menyatakan cinta pada adiknya, tapi tidak diterima oleh Valeria. Bahkan beberapa teman pria Jean pasti sudah mendekati Valeria jika Jean tidak mengancam mereka lebih dulu.

Ia ingin Valeria mendapatkan pria baik-baik yang tidak akan menyakitinya.

"Kak, sekarang Vally sudah kuliah. Dia temen sejak SMA, baru jadian minggu lalu. Jangan bilang Mama ama Papa ya Kak." Valeria berbisik padanya.

"Apaan, sih? Ya udah, Kakak nggak bakal bilang, tapi Kakak harus ketemu dia untuk memastikan anaknya kayak apa. Kamu udah diajak kencan kemana aja?"

"Belum pernah kencan, Kak. Dia nggak pernah ngajakin." Valeria menggeleng. "Aku nggak ngerti, Kak. Dia bilang sudah lama suka padaku dan baru berani nembak sekarang. Abis itu ya biasa aja, Kak. Pokoknya kita nggak kayak pacaran gitu. Apa aku kurang menarik ya Kak?"

Jean agak terkejut pada pertanyaan Valeria. Tapi ia tidak ingin menjawabnya. Adiknya memang terlalu polos.

Ah, biar sajalah Valeria tetap dengan kepolosannya itu. Jean akan menjaganya sekuat tenaga dari kejamnya dunia. Tapi nanti...

Sekarang ia ingin beristirahat dulu.

***

"Membatalkan pertunangan dengan Sean Martadinata?" Ayah mereka hampir menjatuhkan sendok garpunya di atas piring mendengar permintaan Jean.

"Aku bertemu seseorang, Pa. Dan aku mencintainya. Ia juga mencintaiku dan serius terhadap hubungan ini" Jeanita menatap mata ayahnya. Ia tidak akan menunduk agar ayahnya bisa melihat tekad yang ia tunjukkan. Ia juga sudah bersiap menghadapi kemarahan ayahnya sebelum mengatakan hal ini.

"Jean...." Mamanya menunjukkan wajah prihatin.

Valeria hanya menonton sambil tetap menyuapkan makanan ke mulutnya dengan perlahan. Ia tidak begitu mengerti.

"Kau sudah mencoba mengenal Sean Martadinata?" Ayah kembali melanjutkan makannya dengan tenang.

"Dia bukan orang yang berkelakuan baik, Pa. Aku diam-diam menyelidikinya. Jangan kira selama ini aku tidak peduli mengenai perjodohan ini. Sean itu seorang manusia yang tidak pernah peduli pada orang lain. Dalam bisnis, ia seorang yang dingin dan suka menjatuhkan pesaingnya tanpa belas kasihan. Ia tidak segan memecat karyawannya jika ia ingin. Kehidupan pribadinya bahkan lebih buruk lagi. Ia rutin mengunjungi klub malam dan bersenang-senang bersama teman-temannya. Ia juga suka terlihat bersama wanita yang berbeda-beda setiap minggu. Melihat kebiasaannya, aku bisa membayangkan rumah tangga macam apa yang akan kubangun nanti."

"Papa, jangan biarkan Kakak menikah dengan orang semacam itu " tiba-tiba Valeria ikut menimpali dengan nada cemas.

Semua berbalik memandangnya.

Ia menunduk malu karena tersadar akan ketidaksopanannya. " Maaf Vally ikut campur, Pa. Vally hanya mengkhawatirkan Kak Jean." Valeria memutar-mutar makanan di piringnya dengan sendok dan garpu.

Andre menghela napas. Ia meletakkan sendok dan garpunya.

Suasana hening seketika.

"Baiklah, kurasa aku harus berbicara dengan Marinka. Kupikir ia pasti mengerti tentang pembatalan ini. Apalagi sekarang bukan zamannya perjodohan. Bukankah begitu?" Andre tersenyum. Marinka adalah ibunda Sean Martadinata.

"Makasi Papa!!" Jean dan Valeria berdiri bersamaan dan memeluk ayah mereka.

"Tapi jangan senang dulu, Jean! Papa juga ingin bertemu dengan orang yang kausebutkan tadi itu."

"Ia memang berencana kemari, Pa. Besok ia akan kembali ke Indonesia juga"

***

"Apa?! Kakak tidak akan tinggal disini?" Valeria menatap Jean dengan sedih.

"Jangan lebay, Vally. Kakak masih di Indonesia, hanya saja tidak tinggal di rumah ini lagi. Kakak sudah membicarakan ini dengan Papa dan Mama, dan mereka mengerti. Kau bisa mengunjungi Kakak setiap hari, atau Kakak yang mengunjungimu. Bisa kan? Tiga tahun ini juga kakak ada lebih jauh di Belgia. Lebih mending mana?" Jean mengeluarkan beberapa bungkusan dari kopernya.

Baju-bajunya sudah digantung di almari oleh Bik Sani.

"Kita beruntung memiliki Papa dan Mama terbaik sedunia ya, Kak?" Valeria tersenyum sambil menghempaskan tubuhnya di tempat tidur Jean.

Tiba-tiba sesuatu jatuh menimpa kepalanya.

"Aduh!!" Valeria mengambilnya. Ternyata bungkusan yang dihias pita. "Apa ini Kak? kok dilempar-lempar sih?"

"Itu oleh-oleh buat kamu. Kakak sudah nyiapin, tapi dari tadi kamu nggak nanya oleh-oleh."

"Kak Jean udah balik dengan selamat sudah bikin Vally seneng kok." Valeria cepat-cepat membuka bingkisan itu dengan antusias. "Waw...dapet cokelat ama permen. Makasi ya Kak." Ia tertawa.

Jean hanya menggelengkan kepala. Ia sudah terlalu mengenal Valeria. Kalau sudah diberi cokelat pasti senang. Simpel banget.

Saat membereskan barang-barang, tiba-tiba matanya tertuju pada surat-surat diatas meja.

"Apa ini Val?"

"Oh itu surat-surat yang datang selama Kak Jean nggak ada. Ada tagihan ponsel pascabayar, tapi udah dibayar Papa. Ada juga surat undangan temen lama Kakak yang udah pada nikah, biar Kak Jean tau sih mereka ngundang. Terus yang ini yang terbaru, Kak." Valeria beranjak dari kasur dan menunjuk surat undangan berwarna silver. "Baru aja datang kemarin, Kak. Pesta topeng, lho. Kalau kesana ajak aku ya, Kak. Vally ingin tau pesta topeng." Valeria mengedip-ngedipkan mata penuh harap.

"Seminggu lagi ya? Kakak hari itu ada acara ke Singapura. Malik mengadakan pameran. Dia kan seniman" Jean membolak-balik undangan itu. Malik adalah nama kekasih Jean.

"Yahhh, jadi nggak bakal datang ya Kak?"

"Kelihatannya sih begitu. Ini cuma pesta ulang tahun teman lama. Nggak penting-penting amet sih. Lagian, kamu pikir pesta topeng itu dalam benakmu seperti apa? Kakak pingin tau" Jean menghadap Valeria sambil bersidekap.

"Ya menurut imajinasiku seperti di cerita-cerita fairytale gitu, Kak. Kita dansa terus berkenalan. Begitu, kan?"

Jean tertawa terbahak-bahak. Valeria kebingungan.

"Kak Jean udah nyangka pasti pikiranmu pesta semacam itu. Aduh, kamu itu memang polos." Jean mengacak-acak poni Valeria.

"Udah dong, Kak!" Valeria menepis tangan Jean dengan tampang cemberut. "Memangnya seperti apa Kak, kalo gitu?"

"Hmmmm. Gimana ya? Aku nggak mau menghancurkan imajinasimu. Yah bisa dibilang seperti itulah"

***

"Ada angin apa sehingga Mama sudi datang dari desa tempat Mama tinggal untuk ke kota yang berpolusi ini, Ma?" tanya Sean.

"Seandainya bukan masalah penting, Mama tidak akan sudi kemari." Marinka membuka kipasnya dan mulai mengipasi diri, padahal ruangan kerja Sean sudah cukup dingin.

Ia memilih duduk di sofa di sudut ruangan.

"Masalah penting? Arisan ibu-ibu sosialita?" Sean menggodanya.

"Mama tidak pernah menjadi sosialita. Ini tentang dirimu, Sean. Keluarga Winata membatalkan perjodohannya"

Sean terkejut dalam hati, tapi ia tetap tenang dan tidak menunjukkan perubahan emosinya.

"Sudah kuduga. Lalu? Mama menyetujuinya?"

"Tentu saja! Itu hal yang tidak bisa dipaksakan. Yang Mama sayangkan padahal kita sudah mendapat calon dari keluarga baik-baik. Yah meski kekayaan kita lebih besar dibanding mereka." Marinka menghela napas. "Mama sungguh tidak habis pikir mereka membatalkan pertunangan denganmu. Dengan kita, keluarga Martadinata. Sungguh suatu keputusan yang sangat bodoh...bisa-bisanya..." Marinka terus mengoceh sendiri tanpa henti.

Sean tidak mendengarkannya. Ia merasa lega dan tersenyum dalam hati. Akhirnya ia bebas tanpa usaha apapun.

***

Mau nanya-nanya :

Line : olin_linlinlin

Instagram : dian_oline_maulina

Fb : olin linlinlin

Fanspage FB : Matchamallow

twitter : dian_oline

Continue Reading

You'll Also Like

3M 152K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
17M 754K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
864K 81.2K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
3.6M 39K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...