This Story is My Original Fantasy
Bukan untuk menghina para idol atau membuat mereka terlihat buruk. Tetapi hanya meminjam nama dan juga karakternya saja
Jika ada kesamaan tempat, nama atau kejadian mohon dimaafkan. Karena mungkin itu terjadi tanpa kesengajaan
17+
*
*
*
Bukan aku yang memintanya untuk peduli padaku!
Bukan aku yang membuatnya mencintaiku!
Aku hanya mencoba untuk bersikap adil terhadap keadaan ini
Untuk membuatmu bahagia, aku rela mengorbankan seluruh jiwa dan ragaku
Karena kaulah aku dapat masuk dalam keadaan ini! Termikasih telah membuatku menjadi lebih kuat dari yang sebelumnya
---
'Hueek'
"Yena! Gwenchana-yo?"
"Ne, Eomma gwenchana!"
Aku tidak mengerti kenapa belakangan ini aku sering mual dan juga muntah-muntah saat aku mencium wangi yang tidak sedap
Ya. Mungkin semua orang akan melakukan hal yang sama jika mencium wangi yang tidak sedap
Tetapi ini berbeda, aku merasa pusing dan tak enak badan. Makanpun aku akan mengeluarkannya kembali
'Huekk'
"Yena! Kamu kenapa sih?"
Kakak laki-lakiku, Hong Jisoo. Dia terlihat marah saat aku terus melakukan hal yang sama dihadapannya
"Adwae-yo Oppa!"
Aku memilih pergi ke toilet untuk mengeluarkan sesuatu didalam tenggorokanku
'Hueekk'
Tapi tak ada yang terjadi, sedikitpun benda tak kunjung terbuang dari mulutku. Melainkan hanya setetes air liur yang ku paksa untuk enyah dari tenggorokanku
"Yena! Kita ke dokter aja! Aku ngerasa ada yang aneh sama kamu"
Kakak laki-lakiku itu memang sangat peduli padaku. Dia selalu menghawatirkan keadaanku setiap hari
Bahkan sebelum ayah meninggalpun dia sudah peduli padaku
"Ngga papa kok Oppa! Aku cuma mual aja karena bau udang itu"
Dia sudah mengambil mantelnya dan menarik tanganku. Tapi, aku menolaknya karena aku pikir ini hanya mual biasa
---
"Yeoboseo! Jihye, bisa ngga kita ketemu?"
Aku hanya ingin tanya pada temanku saja soal penyakitku ini. Aku tak mau merepotkan Kakak ataupun Ibu yang masih berduka atas 1 bulan lalu, ayah meninggalkan kami
-
-
-
"Mual?"
"Iya! Dari kemaren aku ngga enak makan karena mual terus"
Kami bertemu di sebuah cafe yang jaraknya tak jauh dari rumah kami masing-masing
"Aku tau kamu gadis yang baik. Tapi coba aja ini!"
Sesuatu berbentuk lonjong dengan warna putih yang mengkilap
"Ahh Jihye! Kamu--"
"Sttt! Siapa tau itu bener, ayo!"
Ucapanku terpotong oleh rayuannya yang memaksaku untuk menggunakan alat itu. Artinya dia tidak menganggapku perempuan yang baik
Aku mencoba menaruh alat itu dikantung mantelku
"Loh... gak dicoba disini aja?"
"Aku coba dirumah aja"
"Mhh.. kalo udah kamu liatin hasilnya sama aku ya. Nanti kita cek bareng-bareng sekali lagi"
Dia benar-benar terlihat yakin dengan keadaanku ini, sepertinya Jihye menuduhku dengan hal yang tidak-tidak
---
Saat aku bersandar dipintu toiletku. Aku memandangi alat yang Jihye berikan padaku itu. Aku sangat takut menggunakannya
Tapi...
'Crrr'
Aku mencucinya setelah aku menumpahkan urinku keatasnya
'Degdegdegdeg'
Sebelum aku melihat hasilnya, aku terfikir dimana saat aku terbangun disebuah ranjang tanpa busana
Airmataku menetes, aku menyesal melakukan hal itu. Dan jika sekarang aku lihat hasilnya, harusnya aku tidak terkejut bagaimanapun hasilnya. Karena aku benar-benar pernah melakukannya dengan seseorang
"Ya Tuhan! Aku mohon kuatkan aku ngeliat hasilnya"
Perlahan aku membuka tanganku yang menutupi hasil tesku itu
"AAAA!!!"
"Yena! Kenapa?"
Kulihat ada dua garis merah dibenda berwarna putih dan berbentuk lonjing itu. Airmataku mengalir sempurna dikedua pipiku, sampai aku tak menjawab kalimat kekhawatiran ibuku
"Ngga papa Eomma! Ada kecoa"
"Ahhh.. hati-hati ya! Didalam sana"
Tergeletak dilantai toilet yang dingin, aku menggenggam erat alat itu
"Wonwoo! -hiks- Bagaimana ini?"
Nama itu, hanya nama itu yang dapat terlintas diotakku. Dia laki-laki yang mabuk dan tertidur bersamaku, sekarang aku tak tau harus bagaimana
-hiks-
---
***
---
Aku sampai disekolah, seperti biasa aku datang terlebih dahulu dari murid-murid lain
Testpack
Ya. Benda itu, alat yang aku gunakan untuk mengetahui penyakitku. Alat yang membuatku menangis dan menjerit semalaman
"Yena!"
Suara itu Jeon Wonwoo, akhirnya dia datang juga
"Ikut aku sebentar"
Belum sempat dia menaruh tas yang dibawanya, aku segera menariknya keluar. Kubawa dia ketempat yang sepi
"Kenapa?"
"Ini!"
Kuperlihatkan alat berwarna putih dengan dihisai dua garis merah itu padanya
"Apa ini?"
Dengan polosnya wajah itu bertanya padaku
"Aku hamil! Won!"
Airmataku lagi-lagi menetes, ku kira dia akan terkejut mendengar hal ini. Tapi
"Tenang Yena! Aku mau tanggung jawab"
'Deg'
Semudah itukah dia berkata, mataku tak dapat mempercayainya. Aku hanya dapat tersenyum sambil terus menatapnya mendengarkan ucapannya itu
"Kamu yakin?"
"Itu salahku dan aku mau tanggung jawab!"
Dia mengusap airmata yang mulai mengering dipipku. Tatapannya begitu yakin dan sepertinya dia serius dengan ucapannya
"Saranghae Yena! Tolong izinin aku buat ngejaga anak ini sampai dia besar"
Matanya lebih memperdalam tatapanku, kedua tangannya bergerak mengelus helai rambutku yang mulai berjatuhan
"Wonwoo"
"Saranghae Yena! Jeongmal saranghae-yo"
Tubuhnya mendekap tubuhku dengan erat, aku dapat merasakan keyakinannya dalam mempertanggungjawabkan perbuatannya
Dia berbeda dengan laki-laki lain, yang selalu meminta menggugurkan apa yang diberika Tuhan akibat perbuatannya. Tapi Jeon Wonwoo dengan tegasnya dia bilang kalau dia akan tanggung jawab atas kesalahnnya
Mengulang kembali dimana saat aku dan Wonwoo dapat dipertemukan. Dan alasan kenapa aku menolak untuk dipertanggungjawabkan olehnya...
---> Next?