Takdir Cinta

By RnLaili

746K 31.5K 487

Berawal dari sebuah keterpaksaan akhirnya Fatih menyetujui permintaan terakhir istrinya Rena yang tengah meng... More

Satu
2
3
4
5
6
7
8
9
BUKAN UPDATE!!!
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
21
22
23
24
25
26
27
28
C U A P - C U A P

20

24.7K 1.2K 32
By RnLaili

Hai semua.

sebelumnya author minta maaf karena lama ngga post, kemarin lagi ada kendala. Laptop author sempet rusak, jadi nggak bisa ngelanjutin ceritanya. 

Ini dikit dulu, mungkin beberapa part lagi ceritanya akan selesai. 

Bagi yang sudah berkenan membaca cerita ini, saya pribadi sangat mengucapkan terima kasih. :)

____________________________________________________________________________________ 

Sepi, itulah yang dirasakan bintang di saat malam datang menyapanya. Bintang meringkuk sembari memperhatikan Yusuf yang sudah terlelap disampingnya. Bintang mengelus-elus puncak kepala Yusuf dengan sayang. Sungguh, saat ini dia sedang merindukan sosok lelaki yang telah mengubah statusnya menjadi seorang istri.

Ya. Dia merindukan suaminya.

Fatih.

Rindu, satu hal yang suka datang secara tiba-tiba, membuat sesak di dalam dada, membuat nafas seperti tercekat, membuat air mata meluncur secara tiba-tiba. Dan tubuh seperti ingin meledak saat menahan semua itu.

Terhitung ini adalah hari ketiga belas Bintang melewati malam tanpa Fatih. Bintang meraih ponsel yang berada di atas nakas, sudah pukul sembilan malam, biasanya Fatih selalu memberi kabar Bintang paling lambat jam tujuh malam, tapi ini sudah lewat dua jam dan Fatih belum juga memberinya kabar ataupun membalas pesan darinya. Perasaan Bintang mendadak tak karuan, Bintang mencoba menelfon lagi namun malah nomor Fatih tidak aktif. Bintang berdecak kesal dan mensilent ponselnya dan meletakkan sembarang diatas nakas.

Bintang mengerucutkan bibirnya sembari menatap ke arah Yusuf, "Ayah kemana ya, Nak. Kok belum ngasih kabar ke Bunda?" tanya bintang lesu. Bintang meraih ponselnya lagi dan mengintip sedikit ke arah ponsenya dan berharap jika ada panggilan masuk ataupun pesan dari Fatih. Namun yang dilihat hanyalah Hampa. Tidak ada panggilan ataupun notif pesan dari fatih.

Bintang mendengus kesal, dan menulis serentetan kata demi kata di ponselnya.

To: Ayah

Mas, sedang apa sih sampai nggak ngasih kabar ke kami, sesibuk itukah? Biasanya jam tujuh sudah ngasih kabar, ini malah nomor nggak aktif.

Send, sent..

Bintang menatap dan mengetuk-ngetuk layar ponselnya. Dia juga sengaja tidak memberi nada getar di ponselnya.

5 menit..

Bintang masih mengetuk-ngetuk layar ponselnya dan memutar-mutar ponselnya. Tetap tidak ada notif pesan masuk.

10 menit..

Bintang berusaha menetralkan hembusan nafasnya dan menahan gemuruh dihatinya.

30 menit..

Masih tidak ada balasan dari Fatih, Bintang mengusap wajahnya kasar.

45 menit..

Bintang berusaha menahan kantuk yang menyerangnya demi tetap terjaga, dia sangat berharap jika Fatih akan menelfon ataupun membalas pesannya. Setidaknya sudah ada kabar darinya jadi hatinya sedikit tenang.

1 jam..

Bintang menuliskan pesan lagi untuk Fatih..

To : Ayah

lanjutin aja lah, aku mau tidur.

P.s : Setidaknya kasih kabar ke aku, biar aku tenang dirumah.

Send. Sent..

Bintang melemparkan ponselnya kearah sembarangan dan mulai memejamkan mata yang sedari tadi di ajak menunggu kabar dari Fatih namun tak kunjung memberi kabar.

Sayup-sayup Bintang mendengar suara tangisan Yusuf di sampingnya, Bintang membuka matanya dan dan bangun berusaha menenangkan tangis Yusuf. Bintang melihat celana tidur Yusuf yang basah. Bintang tersenyum geli, "Kamu ngompol ya nak, duuuh, anak Bunda kok ngompol sih?" ujar bintang sembari membuka celana yusuf dan menggantinya.

Bintang meraih Botol susu yang ada di nakas, dan meminumkan ke Yusuf. Melihat yusuf yang dengan semangat meminum susunya Bintang mengerti jika jagoannya ini juga sangat kehausan, Bintang lagi-lagi tersenyum. "Pelan-pelan sayang, nanti-"belum sempat Bintang melanjutkan kalimatnya Yusuf sudah dulu tersedak susu yang diminumnya. Bintang melepas botol Dot dari bibir mungil Yusuf dan mengusap pelan dada Yusuf.

"Nah kan, Bunda belum selesai bicara sudah kesedak duluan" Bintang masih mengelus dada dan pundak Yusuf pelan, setelah merasa jika Yusuf sudah sedikit tenang bintang menimang-nimang Yusuf agar kembali tertidur.

Setelah Yusuf tertidur bintang meletakkan di box nya, Bintang bergegas mencari ponsel yang ia letakkan sembarangan kemarin. Bintang melongo melihat ponsel yang ada digenggamannya saat ini. Terdapat 110 panggilan dan 31 pesan dan semuanya dari Fatih. Terakhir panggilan 30 menit yang lalu.

From: Ayah

"Maaf bintang, ponsel mas low batt. Mas tadi kecapean sekali sayang, jadi mas sampai hotel langsung ketiduran dan baru kebangun. Maaf ya sayang."

"Bintang, maaf sayang.."

"Bintang, angkat telefonnya sayang.. Mas minta maaf."

Dan masih banyak serentetan pesan permintaan maaf dari Fatih.

Bintang lagi-lagi tersenyum saat men-scroll seretetan panggilan dari Fatih dan men-dial nomor Fatih, bintang mengetuk-ngetukkan jari di lututnya, lama sambungan telefonnya belum ada tanda-tanda jika panggilan itu tersambung dengan Fatih.

Tut.

Tut..

Tut...

Di sambungan terakhir suara lelaki di seberang sana terdengar berat dan serak, Bintang terdiam mendengar sapaan dari lelaki yang beberapa hari ini membuatnya rindu.

"Assalamu'alaikum. Bintang.." sapa Fatih, bintang masih terdiam mendengar suara lelaki itu, nggak terasa air matanya meluncur begitu saja.

"Halo, Bintang. Halo.." suara Fatih terdengar khawatir. Bintang menjauhkan ponselnya dan mengusap air matanya dengan punggung tangannya.

"Waalaikumasalam, Mas" suara Bintang tercekat.

"Maaf ya, mas kemarin nggak ngasih kabar. Mas pulang dari kantor langsung tidur, capek banget. Ketiduran sampe jam 12 malem, mas baru buka ponsel dan langsung ngehubungin kamu tapi nggak ada respon." Fatih mengehembuskan nafasnya berat. "kamu jangan nangis lagi, ya. Maafin mas" Lanjutnya.

Bintang terdiam, dan air matanya meluncur lagi, "Aku khawatir, Mas." Jawab Bintang lirih.

Fatih menghembuskan nafasnya frustasi. "Maaf Bintang, maafin Mas ya" pinta Fatih.

Bintang mengangguk lemah meskipun Fatih tidak mengetahuinya. "Mau kan maafin, Mas?" lanjut Fatih.

"Iya Mas, gak papa. Lain kali usahakan jangan seperti itu lagi ya. Aku khawatir disini." Jawab Bintang, bintang mengusap sisa air mata dipipinya.

"Iya sayang, sekali lagi Mas minta maaf ya." Bintang mengangguk lagi. "Lagi apa sekarang?" tanya Fatih diseberang sana.

"Ini tadi kebangun karena Yusuf nangis, eh ternyata ngompol, tapi udah tidur lagi sih dia sekarang. Mas sendiri lagi apa?"

"Mas lagi ngopi di balkon kamar nih, mas nggak bisa tidur lagi, jadi ya disinilah sekarang. Duduk sendiri di balkon menganggu istri Mas yang sedang tidur dirumah." Jawab Fatih dengan nada menggoda. Bintang tersenyum geli mendengarnya. "Bintang..." panggil Fatih lirih.

"Iya Mas."

"I miss you, Bunda." Bintang terdiam, kembali lagi jantungnya berdebar mendengar kalimat sesederhana itu dari Fatih. Bintang terdiam, bibirnya membentuk senyuman tipis, ingin rasanya Bintang berteriak 'I MISS YOU TOO AYAH!' kepada Fatih.

Rindunya tak bertepuk sebelah tangan.

"Aku juga" jawab Bintang lirih. Mungkin jika Fatih berada disampingnya saat ini dia bisa melihat raut wajah Bintang yang berubah memerah.

"Apa? Mas nggak denger bintang." Goda fatih.

"Aku juga." Ulang Bintang.

"Apa sih, jangan bisik-bisik dong. Agak kenceng dikit, mas nggak denger nih." Bintang mendengus kesal dan mencebikkan bibirnya. Memang akhir-akhir ini Fatih suka sekali menggodanya.

"Aku juga, Maaasss." Jawab Bintang gemas. "Eitts, stop menggodaku!" lanjut Bintang.

Fatih terbahak mendengar suara Bintang yang terkesan mengerikan untuknya. "Iya, sayang. Mas denger kok." Bintang mendengus kesal.

"Mau tidur lagi?" tanya Fatih pelan.

"Tanggung jawab. Ngantukku ilang nih." Jawab Bintang dengan nada manja.

"Sini mas peluk" Jawab Fatih enteng. Raut wajah Bintang lagi-lagi memanas mendengar kalimat yang sensitif seperti itu.

"Apaan sih, mana bisa coba?" tanya Bintang sedikit menantang. Sedetik kemudian dia menyadari akan kalimat yang muncul begitu saja dari mulutnya.

"Cie..ciee.. Pengen Mas peluk beneran ya? Tunggu Mas sayang." Jawab fatih dengan nada menggoda, saat ini wajah Bintang benar-benar memanas menahan malu dan menyesali perkataannya. "Oh ya, Bintang. Sepertinya jadwal kepulangan Mas harus di tunda dulu. Karena masih ada sedikit urusan yang harus Mas selesaikan disini. Dan mungkin.." Fatih terdiam dan menghembuskan nafas kasar. "Mungkin sekitar satu minggu lagi." Lanjutnya.

Bintang terdiam, dalam hati ia berteriak dan ingin mengeluarkan kekesalannya. Kenapa harus di tambah lagi, satu minggu lagi. Setetes air mata jatuh membasahi pipi Bintang lagi.

"Oh begitu, Ya sudahlah." Jawab Bintang sebisa mungkin menahan suara tangisnya.

"Maaf ini mendadak. Kemarin pimpinan pusat baru menyampaikan kabar itu." Jelas Fatih.

"Sudah dulu ya, Mas. Aku ngantuk. Mas baik-baik disana, Assalamu'alaikum" Bintang menutup panggilannya kasar dan membanting tubuhnya di atas ranjang. Dia ingin menangis, ingin menyampaikan rindu ini dengan tangisnya.

***

Bintang POV

Pagi ini mataku sembab karena menangis sehabis menelfon mas Fatih tadi. Aku mencuci mukaku berjalan menghampiri box Yusuf dan turun untuk mengajaknya berjemur di taman depan rumah.

Aku terjengit kaget saat melihat Mama Adis yang tengah ingin mengetuk pintu, Mama Adis pun ikut kaget melihatku, sedetik kemudian senyumnya mengembang.

"Assalamualaikum.." sapa Mama Adis, aku pun segera menghampirinya dan mencium tangannya.

"Waalaikumsalam, nenek." Candaku. Mama Adis tersenyum dan langsung mencium pipi Yusuf yang sedikit tembem, aku tersenyum saat melihat Yusuf yang menarik-narik kerudung neneknya.

"Mama sendirian?" tanyaku, Mama terlihat membawa beberapa kantong plastik yang berisi sayur dan susu formula untuk Yusuf. Aku jadi merasa tidak enak sampai keperluan dibawakan oleh beliau.

Mama adis mengangguk dan menyerahkan beberapa kantong tersebut kepadaku. "Iya, Mama sendiri, tadi di anter papa sih. Tapi beliau ada panggilan meeting pagi di kantor, jadi nggak ikut mampir." Aku mengangguk, dan menaruh bawaan Mama di dapur.

Aku kembali dengan membawa secangkir teh untuk mama, mama tengah membawa Yusuf kepangkuannya. Setelah meletakkan teh tersebut aku lantas menghampiri Mama dan duduk di sampingnya.

"Bagaimana, sudah isi belum?" tanya Mama, aku melongo tidak paham.

"Ma-maksud Mama ?" tanyaku tergagap.

Mama tersenyum, kemudian menggedikkan dagunya ke arah perutku, "Itu, Yusuf udah mau punya adik belum?" tanya Mama dengan nada menggoda, wajahku memanas, bisa-bisanya mertuaku ini bertanya seperti itu kepadaku. Aku kan malu.

"Tolong rawat Fatih dan Yusuf ya Nak, Mama sangat yakin kalian berdua memang sudah ditakdirkan bersama." Aku mengangguk lemah, 'Iya ma, Bintang akan merawat mereka berdua, sebisaku, semampuku, akan aku melakukan apapun yang terbaik untuk mereka. Karena untuk mereka lah hidup Bintang saat ini. Bathinku.

"Oh ya, Fatih kapan pulang?" Mama menyerahkan Yusuf padaku.

Aku menghembuskan nafasku kasar, sepertinya mama juga mengerti dari perubahan ekspresiku. "Kenapa, Nak?" tanya Mama sekali lagi.

Aku menunduk dan menggenggam tangan mungil Yusuf. "Mas Fatih pulangnya di tunda ma, katanya masih ada urusan yang harus diselesaikan. Dan pimpinannya baru memberi tahu kemarin." jelasku lesu. Aku menoleh menatap Mama yang sedang tersenyum ke arahku.

Mama menepuk punggungku, "Ciiee, ada yang kangen." Goda Mama. Aku melongo kearah Mama, bagiamana mungkin, belum ada satu jam beliau disini tapi sudah bisa membuat wajahku memanas dua kali.

Aku salah tingkah dan menggaruk tengkukku yang tidak gatal. "Udah. Nggak usah salah tingkah, mama sepenuhnya mengerti karena kalian sudah hamir dua minggu pisah, dan Mama seneng akhirnya kalian berdua bisa membuka hati satu sama lain."

Aku tersenyum malu. "Ma, Yuk kita ke taman, Yusuf biasanya jam segini Bintang ajak Berjemur." Ajakku, ini kesempatan untuk mengalihkan pembicaraan yang bisa membuatku salah tingkah di depan mertuaku.

Dan disinilah aku, duduk di taman dengan mertuaku, berbincang-bincang masa kecil suamiku, eh. Maksudnya Mas Fatih, Mama Adis mengatakan jika waktu masih bayi sampai umur enam tahun, Mas Fatih setiap akan tidur harus mencubiti leher Mama Adis, aku tertawa sampai terbahak mendengar cerita mas kecil Mas Fatih. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan, kenapa harus dileher coba?

"Permisi, Benar ini rumah saudari Bintang?" suara lelaki membuatku menoleh kearahnya, dia membawa kotak yang entah apa isinya. Satu hal yang pasti lelaki ini mungkin adalah kurir.

"Ya, saya sendiri?" jawabku tenang.

"Ini ada kiriman paket, mohon diterima." Kurir itu menyerahkan kotak berwarna jingga kepadaku.

Aku tampak berfikir, "Dari siapa, Pak?"

Kurir itu hanya tersenyum dan mengangguk, aku semakin bingung. Sepertinya aku tidak sedang menunggu paket ataupun sedang belanja online deh?

Setelah menerima paket tersebut kurir tersebut segera undur diri, aku pun kembali duduk disamping Mama. Aku tidak yakin ingin membuka paket ini, siapa tau ini adalah Bom, dan bisa meledak saat aku membukanya. Dan bagaimana kalau ini kiriman narkoba, terus nanti ada polisi yang menggerebek rumah ini, terus aku masuk penjara gara-gara kepemilikan narkoba, Aku bergedik ngeri membayangkan itu.

"Dari siapa, Nak?" tanya Mama.

Aku menggeleng, "Nggak tau Ma, Apa Bintang buang aja ya. Ngeri juga kalo ini isinya Bom atau narkoba gitu."

Mama tersenyum. "Buka aja dulu, Kalo Beneran Bom, kita lari bareng."

Aku mengerutkan alisku, "Udah, buka aja sih" paksa Mama.

Aku membuka kotak itu, dan ternyata isinya setangkai mawar putih dan satu kartu ucapan,

Morning.

Secepatnya aku pulang, Tunggu aku. Jangan marah :)

Really miss you Both.

Ayah.

Aku tersenyum membaca kata-kata sederhana di kartu ucapan yang ada di genggamanku ini, aku mengeluarkan ponsel dan mengarahkan kameraku ke arah kotak yang masih berada dipangkuanku saat ini, aku membidiknya menjadi sebuah foto dan mengirimkan ke Mas Fatih dengan caption.

"Kami menantimu Ayah. kami merindukanmu Ayah, cepatlah pulang seperti janjimu."

Seperti biasa malam ini aku akan menghabiskan malam ini dengan kerinduanku untuk seseorang yang jauh disana, malam ini mata ini seakan tak ingin terpejam, Mas Fatih juga terakhir kali memberi kabar tadi pagi, dan sekarang nomornya tidak aktif lagi.

Aku menghembuskan nafas kasar lalu melangkahkan kakiku ke balkon kamar, angin malam yang menyambut kulitku membuatku memeluk tubuhku sendiri sedikit lebih kencang. Aku menutup mataku, dan fantasi-fantasiku membayangkan jika saat ini Mas Fatih tengah berada disampingku dan memeluk tubuhku, membawaku kedalam dekapan hangat tubuhnya. Kubuka mataku dan kuputuskan untuk kembali kedalam, menggulung tubuhku dengan selimut dan mulai memejamkan mata. Setelah cukup lama ku memejamkan mata, kudengar pintu kamar terbuka dan kembali tertutup pelan, kuraskan ada derap langkah yang semakin mendekat dan menghampiriku, namun mataku sudah tak bisa lagi untuk sekedar terbuka. Samar-samar aku mendengar seseorang berbisik dan mencium keningku lama.

"Aku pulang..."

___________________________________________________________________________________

Vote + Comment ya!



Salam,


RnL













































Continue Reading

You'll Also Like

271K 11.3K 44
Akan segera terbit dengan judul 'Alif Lam Mim Cinta' di AE Publishing ____________________________________________ Tentang cinta sejati, ketulusan ha...
1.1M 42.2K 62
Menikahi duda beranak satu? Hal itu sungguh tak pernah terlintas di benak Shayra, tapi itu yang menjadi takdirnya. Dia tak bisa menolak saat takdir...
679K 1.3K 3
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ⚠️Awas Baper!⚠️ [Spiritual - Romance] Nazwa, remaja yang harus bertarung dengan kej...
178K 15.8K 52
[Spiritual - Romance] Lelaki berperangai baik telah berhasil menggetarkan hati perempuan muda yang memiliki senyum menawan itu. Apakah lelaki itu men...