She is Princess

By MHitachi

116K 11.2K 521

"kalian berdua, tidak ada yang benar-benar mau menjadi istriku kan?" "kenapa kau berkata seperti itu, sejak... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 7
Bab 8
Bab 9
BAB 10
Bab 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15

Bab 6

13K 1K 79
By MHitachi

Suara tepuk tangan yang meriah menyambut penyematan cincin di jari Mbak Clara.

Puncak acara pun sudah selesai dan tubuhku rasanya mau luruh ke lantai.

Mereka berdua yang disana bisa saja tersenyum bahagia karena acara mereka berjalan dengan lancar.
Tidak tau kah mereka di balik suksesnya acara ini ada orang-orang yang harus bekerja keras demi suksesnya acara ini.

"kalau ada satu orang lagi yang bilangnya mau bikin acara kekeluargaan kita harus cepet nolak"

Tiara meneguk habis minuman yang ada di gelas begitu selesai menyuarakan pikirannya.
Walau pun malam ini dia terlihat cantik dan anggun dengan gaun berwarna hijau senada seperti yang ku pakai, beberapa tindakannya tetap menunjukan sifat tomboy nya.
Lihatlah caranya minum.

"besok mbak mau pijet seluruh badan" Mbak Maura menyandarkan punggungnya di dinding yang ada di belakang kami.

"aku juga capek mbak" aku juga ikut menyandarkan punggungku.

Masa bodoh dengan gaunku yang nanti akan terlihat kusut, karena saat ini sudah pasti wajahku pun terlihat kusut karena kelelahan.

Tiara meletakan gelasnya dengan kasar di atas meja 

"penderitaan kita ini karena Mas Alvin dan ide konyolnya itu, acara kekeluargaan? yang benar saja! ini namanya pemanfaatan tenaga anggota keluarga" omelnya

Aku mengerti benar penderitaannya yang harus mengurus katering dengan mami. Sementara mami hanya memberi intruksi, Tiara yang harus turun tangan ke lapangan mengecek persiapan. Rencana sebelumnya hanya anggota keluarga, mendadak berubah total seminggu sebelumnya karena pasangan itu merasa tidak enak kalau tidak mengundang teman-temannya.

"Alvin nyebelin, badanku rasanya remuk, aku pengen berendem di air anget" rengekku.

Biarlah mereka berdua menganggapku ke kanakkan.

"aku juga capek Sha, tapi acara belum selesai, kita masih dalam masa tugas" ucap mbak Maura.

Ya dia juga capek, harus mengurus dekorasi rumah, menata tempat dan memesan bunga untuk menghiasi rumah ini sehingga menjadi cantik.

"masa tugas apa?!" protes Tiara

"mas Alvin di suruh make jasa EO ga mau, masih keukeh sama pendapatnya. Memanfaatkan seluruh anggota keluarga" lanjutnya.

"sekarang mereka berdua tersenyum dan sedang menuju kesini" jelasku

Ke dua perempuan itu mendekat kearahku untuk menyambut pasangan tunangan baru itu

"ini dia peri-peri cantik yang sudah membuat acara kita berjalan dengan lancar" Mbak Clara menatap kami dengan senyum sumringah.

Om Dimas dan Tristan ikut bergabung bersama kami.

kenapa lelaki ini kesini sih!

Tamu lain masih asik dengan pesta ini tanpa memperdulikan pasangan yang baru bertunangan ini.

"makasih loh adik-adik mas yang cantik" Mas Alvin mengelus puncak kepalaku dan Tiara

Kami bukan kucing!

Dia beralih kepada mbak Maura "Maura, my angel"
Mbak Maura menepis tangannya yang ingin mengelus puncak kepalanya.

"trimakasih banyak atas bantuan kalian" ucapnya sungguh-sungguh

Mau tak mau kami bertiga menampilkan sedikit senyum.
Ini hari bahagianya dan dia benar-benar berbahagia.

"aku sebenernya sedikit pesimis saat Alvin bilang kalian yang handle acara ini bukan EO, tapi begitu melihat hasilnya sekarang. . ." Mbak Clara menyapukan padangannya keseluruh ruangan "luar biasa"

"terimakasih" ucapnya sebelum berhambur mendekap kami bertiga dalam pelukannya.

Aku melingkarkan tanganku kesekeliling, dan aku bisa merasakan Mbak Maura dan Tiara juga melakukan hal yang sama.

"kalian berhak mendapatkan hadiah dari Alvin, karena sudah menyusahkan kalian" bisik Mbak Clara

Setelah pelukan ala teletubbies itu terlepas, aku memandang Tiara dan seperti ada kekuatan khusus, kami seolah -olah mengerti fikiran satu sama lain.

"Sepatuku rusak, aku kelamaan berdiri, aku butuh sepatu baru" keluhnya

"Badan ku capek semua" Mbak Maura memijit tengkuknya

"gaunku lecek, tau! ga ada cowok yang ngajak kenalan" omelku dengan wajah yang sengaja ku buat secemberut mungkin.
Biar Mas Alvin merasa bersalah

Ku lihat sekilas wajah Mas Alvin berubah. Aku berusaha menyembunyikan senyum kemenanganku .

Yes! Dia mulai merasa bersalah.

"bagus"

Aku mendelik marah pada Tristan yang beraninya ikut bersuara.

"kenapa  bagus om?"

Sepertinya bukan cuma Tiara yang penasaran dengan alasannya, karena semua orang memandangnya penuh tanya. Karena secara tiba-tiba dia mengucapkan kata itu dengan nada puas.

"bagus, kamu ada kesibukan yang berguna, daripada kamu sibuk tebar pesona"  dia memandangku dengan tatapan mengejek

oke, ajakan perang di trima Tristan

"kalo aku sibuk tebar pesona, itu berarti aku punya pesona buat di tebar. Lain hal nya dengan orang yang ga punya pesona buat di tebar" aku balas menatapnya dengan senyum meremehkan.

"Jadi kalian mau beli sepatu sama gaun yang baru"

kalimat Mas Alvin menghentikan niat Tristan untuk menjawab semua kata-kataku.
Dia terpaksa menutup kembali mulutnya dan menatapku dengan raut wajah kesal.

"ini" Mas Alvin menyodorkan salah satu kartu kreditnya dan langsung di sambar oleh Tiara

"kalian bertiga boleh beli sepatu, gaun dan ke salon manapun yang kalian mau" jelasnya

Tiara menetap kartu kredit yang ada di tangannya "katanya kemanapun kami mau, tapi di kasih kartu kredit yang ada batas limitnya" omelnya

Mas Alvin tertawa mendengar omelan Tiara "Jelas di kasih bates limit dek, Mas tau bener kalian bertiga mesti di batesin"

"ya udahlah, makasih" ucap Mbak Maura

"aku laper" lanjutnya lagi, sebelum berjalan menuju meja makanan meninggalkan kami

"aku juga laper" Tiara menyusul Mbak Maura di ikuti oleh Om Dimas

"Kami juga mau kesana" Dengan menggandeng tangan Mbak Clara, Mas Alvin berjalan menuju kumpulan teman-temannya yang sedang asik mengobrol dan sesekali di selingi tawa.

"jadi. . ."

Aku menatap satu-satunya orang yang tersisa yang berdiri di hadapanku dan menatapku dengan raut wajah mengejek.

Orangnya menyebalkan dan raut wajahnya juga menyebalkan.

"jadi jadian" ucapku kesal, sebelum menjauh dari nya.

Beruntung sekali malam ini aku bisa bertemu dengan lelaki ganteng ini, Rionaldi Pratama.

Kami dulu teman satu kelas selama sekolah di Singapura.
Memang tidak begitu akrab, tapi kami beberapa kali terlibat kerja kelompok bareng, dan karena kami berasal dari negara yang sama kami mempunyai banyak kesamaan.

Karena sifatnya yang terlalu pendiam dan bahkan terkesan angkuh. Banyak cewek yang bilang kalau Rionaldi atau yang sering di panggil Aldi itu adalah cowok keren, cool.

Ya tentu saja cewek-cewek memuji dia seperti itu.
Karena Aldi punya tampang dan juga uang, jadi sifat buruknya itu tidak begitu di perhatikan.
Ceritanya pasti akan berbeda kalau Aldi ini tak punya tampang dan uang tapi bersikap angkuh. Pasti dia sudah habis kena cibiran bukan pujian.

"belum punya niat mau kuliah?" Walaupun dengan nada yang terkesan biasa-biasa saja aku bisa merasakan kalau Aldi sepertinya mengejek ku yang masih jadi pengangguran dan tidak kuliah. Karena baginya pendidikan itu penting, sejak sekolah dulu dia tidak suka bermain dan melalaikan tugas sekolah.
Sekolah dan prestasi adalah proritasnya.

Entah apa cita-cita lelaki ini sampai begitu giatnya dia belajar.

Wajar saja dia makin populer, dengan otak yang cemerlang, punya tampang dan uang.
Paket komplit, tapi masih ada kurangnya, karena ga ada manusia yang sempurna, salah satunya sifat angkuhnya itu.

"lagi nyari kampus yang cocok" jawabku.

"sudah tau jurusan apa yang mau di ambil?"

Ahhh!!! Aku nyesel duduk bareng sama Aldi kalau tau dia lebih cerewet dari Mas Alvin soal pendidikanku.

Ini karena Tristan, untuk menghindarinya aku memilih mencari teman ngobrol dan menikmati makan malamku.

Saat melihat Aldi aku senang, karena ada lelaki yang tidak akan mencoba merayuku untuk mengajak jalan, nonton atau pun makan malam hanya dengan satu kali pertemuan.

Dia memang tidak merayuku, tapi pertanyaan-pertanyaannya membuat selera makanku hilang.

"bisnis kalau ga sastra" jawabku enggan

Dia menatapku dengan serius "bisnis dan sastra, kedua pilihan yang sangat jauh berbeda"

"iya memang jauh beda. Kamu kesini sama siapa?" tanyaku mencoba mengalihkan perhatiannya dari urusan pendidikanku

"kakak perempuanku, tunangannya ga bisa nemenin, jadi aku yang nemenin" jawabnya santai, dan terus menatap kearahku.

"kamu punya pacar?" tanya nya tiba-tiba

Pertanyaan yang biasa saja, tapi jadi aneh kalau lelaki seperti Rionaldi Pratama yang menanyakan.
Apa mungkin dia tertarik padaku? Memikirkannya saja sudah membuatku senang, lelaki seperti Aldi di jadikan kekasih, pasti menyenangkan.
Apalagi kalau aku bisa meruntuhkan sifat angkuhnya itu.

"ga" jawabku dan untuk lebih meyakinkan ku sertai dengan gelengan kepala.

Dia meneguk minuman yang ada di gelasnya sampai habis dan tersenyum sinis.

"kalau begitu lelaki yang sejak tadi melihat kearah sini layaknya harimau yang sedang mengintai mangsanya itu adalah pengagummu" jelasnya sambil melihat ke arah belakangku.

Karena penasaran aku pun mengikuti arah pandang nya dan berdecak kesal

Tristan!!!

"mantan pacar atau calon pacar?"

"bukan keduanya dan ga akan jadi keduanya" jawabku kesal

"tapi caranya menatapku seolah-olah. . ."

"ga usah di perduliin, anggap saja dia itu patung" jawabku kesal.

Aku fikir Aldi tertarik padaku, tapi ternyata Tristan yang jadi penyebab pertanyaannya itu.

Menyebalkan!

Tristan menyebalkan!!



Continue Reading

You'll Also Like

531K 26.6K 50
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...
258K 20.3K 34
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...
477K 51K 23
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
7M 344K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...