Are You? Really?

Oleh InnayahPutri

10.3M 749K 37.2K

#06 TeenFiction (23 Januari 2017) Pemenang The Wattys 2016 kategori Cerita Luar Biasa. Kita adalah sama, menc... Lebih Banyak

Cara Membaca
Prakata
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Extra Part & Question
Crush
Q&A
Terima Kasih Reno
Perfect Goodbye
Alhamdulillah
Vote Cover!
Pemberitahuan Privasi Cerita
Annoucement & Instagram
Penjualan Edisi Khusus & lain lain
Goodreads & Pengumuman Edisi Khusus
Dari Fiksi ke Hati
Grup Pembaca
First Anniversary Giveaway!
Special Order!

Tiga Belas

203K 17.3K 1.2K
Oleh InnayahPutri

Hai semua^^

Kayak di part 10, part ini juga akan ada bahasa koreanya, cuma selingan aja kok hehe^^

Palli: cepat.

Enjoy reading ya love,

Naaaysauthor❤

------------------------------------------------------

"Bangun tuan putri." suara Kai terdengar diantara indah mimpi Cessa, sadar bahwa itu bukan sekedar mimpi, Cessa menutup wajahnya dengan selimut, berharap dengan begitu Kai akan mengerti, kalau Cessa tidak mau diganggu.

Akibat hukuman Kai, dia baru tidur jam setengah tiga pagi! Kai benar-benar kejam rupanya. Karena Cessa tidak kunjung bangkit, Kai menarik selimut Cessa, lalu ditariknya juga kaki cewek itu, membuat Cessa mengerang.

"Kai gue ngantuuuk!" Cessa berusaha bertahan diatas kasur, berpegangan pada sandaran tempat tidurnya. Melihat Cessa yang masih keras kepala, Kai akhirnya mengambil tindakan yang lebih efisien.

"Kai! Turunin gue!" teriak Cessa saat Kai menggendongnya, tapi Kai tidak perduli, hukuman untuk anak ini belum selesai! Dengan sebelah tangan dibukanya ganggang pintu kamar mandi, lalu dilemparnya Cessa sampai masuk kedalam bak.

"Kaisar!" Cessa berteriak kesal, sekarang tubuhnya sudah berkubang di dalam air.

"Berat badan lo naik! Pasti gara-gara kebanyakan makan mie deh! Udah sana mandi, abis itu sarapan!" perintah Kai, tidak terbantah. Cessa hendak kembali protes, tapi Kai sudah melenggang keluar dari kemar mandi, tidak lama terdengar bunyi 'cklek' menandakan pintu dikunci dari luar.

"Kai! Kok gue dikunciin? Bukain Kai" Cessa langsung berhambur kearah pintu, lalu menggedor-gedornya dengan sekuat tenaga.

"Gue bukain kalo lo udah selesai mandi! Udah sana cepetan mandi!" Cessa dapat mendengar langkah kaki yang menjauh.

"Dasar diktaktor!" teriak Cessa kesal.

***

Cessa sudah duduk di sofa ruang keluarga sekarang, dihadapannya, tersedia sepiring nasi goreng buatan Kai. Tadi setelah mandi, Kai akhirnya membukakan Cessa pintu, dan langsung menyuruh Cessa siap-siap makan.

Jadi disinilah mereka sekarang, tempat makan favorite Cessa dan Kai, ruang keluarga.

"Lo udah punya pacar ya?" tanya Kai sambil menyetel dvd.

Beginilah weekend Cessa dan Kai kalau sedang malas keluar, makan bareng, nonton dvd, malas-malasan sambil curhat seharian penuh.

"Kai, gue bosen nonton Spiderman, pasang tom and jerry aja!" Kai berdecak mendengar protes Cessa, tapi tak pelak diturutinya juga kemauan Cessa. Setelah memasukan cd kedalam roomnya, Kai mengambil tempat disebelah Cessa.

"Lo belom jawab pertanyaan gue, lo punya pacar kan?"

"Ssst Kai diem ah, gue mau nonton." kesal dengan kelakuan Cessa, Kai menekan tombol pause, hingga gambar ditelevisi tidak lagi bergerak.

"Mau jawab atau enggak?!" Cessa menghembuskan nafas keras-keras, tau bahwa ia sudah tidak bisa mengelak.

"Pasti Chika deh yang ngadu! Awas aja tuh anak!"

"Bukan Chika, tapi cowok lo yang ngaku," Kai melemparkan hpnya ke Cessa, mata Cessa langsung melebar saat membaca isi chat tersebut.

CESSA UDAH PUNYA PACAR! JANGAN COBA-COBA GANGGU LAGI!!!

Itu memang kontak Cessa, tapi ia tidak pernah mengirim chat yang bunyinya seperti itu. Tidak perlu waktu lama bagi Cessa untuk menyadari dari mana asal pesan itu.

Elang kurang ajar!

Cessa mengatupkan rahangnya rapat-rapat, Kai bergidik ngeri melihat adiknya yang sekarang menahan geram, dalam imajinasinya, Kai membayangkan asap keluar dari lubang hidung dan telinga Cessa.

"Diemin aja, itu orang gila!" Cessa melempar hp Kai, lalu bangkit, berderap menuju kamarnya. Ia sudah tidak mood nonton dvd atau makan, dia lebih berhasrat untuk mencabik-cabik Elang!

Cessa mengambil hpnya, lalu mencari kontak Elang dalam ponselnya.

Orang gila.

Ketika ditemukannya kontak cowok itu, Cessa langsung menekan tombol hijau, menyambungkan panggilan.

"Ha..."

"LO NGAPAIN BALES CHAT DARI KAI?!" Cessa berteriak, tepat sebelum Elang menyelesaikan salam pembukannya.

"LO PAGI-PAGI NELFON CUMA BUAT NGOMEL? KENAPA HP LO KEMAREN DIMATIIN?!" Elang balas berteriak, kesal dengan Cessa, karna tujuh panggilannya kemarin malam berakhir pada jawaban operator. Cessa menghembuskan napas keras-keras.

Suka suka dia dong, mau matiin hp atau enggak!

"SUKA SUKA GUE! DASAR BOSSY!" setelah mengatakan bentakan terakhir, Cessa memutuskan panggilan, dan melempar hpnya ke kasur.

"Rumah tangga nggak harmonis ya kayaknya?" Cessa berbalik, lalu menemukan Kai yang menyender pada bingkai pintu.

"Kai, keluar sana! Jangan ganggu gue! Awas!" Cessa mendorong Kai keluar dari pintu, lalu membanting pintunya hingga menimbulkan bunyi bedebam. Sudah menyeret-nyeret Cessa ke dalam hidup cowok itu, sekarang Elang ingin 'menyegel' Cessa sebagai miliknya? Ngayal kali tuh anak!

Cih, punya pacar apanya, miara setan iya gue.

***

Elang menatap hpnya tidak percaya, setengah kesal, setengah dongkol. Bisa-bisanya, pagi-pagi dia udah kena damprat, itu anak beneran sakit jiwa deh kayaknya.

"Sweetheart" Elang mengerang mendengar suara mommynya. Baru Elang ingin menutup matanya kembali, pura-pura tidur, tiba-tiba mommynya sudah muncul dibalik pintu.

"Mommy ngapain pake celemek?" Elang mengernyitkan dahi, melihat penampilan mommynya. Tujuh belas tahun hidupnya, belum pernah Elang melihat mommynya memakai kostum ibu rumah tangga seperti ini.

"Kok nanya? Kamu pasti lupa deh. Its your day sweetheart," kata mommynya, sambil mengacung-acungkan spatulla. Seberapa keraspun Elang berfikir, ini bukan hari ulang tahunnya.

Tunggu deh, jangan-jangan...

"Mommy... Jangan bilang...," mata Elang melotot sempurna, menyadari sesuatu.

"Yups, sekarang kamu mandi, terus jemput Cessa, belanja buah okay?" kata mommynya sambil menarik selimut Elang.

"Mommy...,"

"C'mon sweetheart! Hurry up! Hurry up!!! Palli! Palli!" mommynya menarik-narik Elang, sehingga mau tak mau cowok itu bangkit juga dari kasur.

"Mommy...," Elang masih berusaha membujuk mommynya, tapi tubuhnya sudah di dorong masuk ke dalam kamar mandi. Setelah menutup pintu kamar mandi, mommynya berteriak,

"Dandan yang ganteng ya sweetheart, biar my darl nggak lari kemana-mana," mendengar kalimat mommynya, kepalanya kembali berdenyut.

Ketempelan apaan dia, bisa sial begini.

***

Setelah dua belas panggilannya diabaikan Cessa, Elang akhirnya memutuskan untuk memencet bel rumah mungil tersebut.

Ting nong...

Tetap tidak ada jawaban.

Elang mengulanginya sampai beberapa kali, sampai sebuah suara menjawab tunggunya.

"Iya sebentar," Elang mengernyitkan dahi. Kok suara cowok?

Belum sempat Elang menemukan jawaban atas pertanyaannya barusan, pintu didepannya terbuka. Dibaliknya seorang cowok berdiri, dengan celana pendek, dan kaos oblong.

"Lo siapa? Ngapain pagi-pagi dirumah Cessa?" desis Elang tajam. Tiba-tiba ia teringat pada foto Kaisar Benjamin. Benar! Cowok ini adalah si Kaisar Benjamin sialan itu!

Kai mengernyitkan dahinya, tapi ketika ia menemukan sorot letupan dimata Elang, Kai mengerti...

Cowok ini pasti cowok yang tadi ia dan Cessa bicarakan.

"Yang pasti sih, gue cowok yang berarti buat Cessa." Brengsek! Siapapun cowok ini, bagaimana bisa Cessa masukin cowok ini kerumahnya!

"Gue pacarnya. Lo ngapain disini?" Elang sama sekali tidak bermaksud untuk berkenalan, barusan ia mengumumkan jabatannya, sekaligus menandai teritorinya, membuat senyum Kai semakin lebar.

Cemburuan banget ternyata ini cowok.

"Ya karena gue kangen Cessalah, tadi malem juga gue nginep sini kok," Kai mengatakan itu dengan santai, tapi tidak sadar bahwa ia baru saja membangunkan macan tidur. Tanpa ia duga, Elang menarik bajunya, lalu mendorong Kai hingga tubuhnya terbentur tembok.

"Gue harus kasih peringatan macam apa, biar lo tau, lo nggak boleh gangguin cewek gue?!" Elang berdesis, matanya menatap Kai dengan tatapan menyalang. Tubuh Kai memang hanya sedikit lebih tinggi dari pada Elang, tapi Kai sadar, bahwa Elang memiliki kekuatan yang cukup untuk membanting tubuhnya.

Sudah cukup untuk hari ini.Kai rasa, Elang sudah memenuhi syarat pertama untuk bisa menjadi pacar Cessa. Atau justru sudah dua syarat?

Kai mendorong dada Elang, menjauh darinya.

"Lo cukup kuat juga buat ngelindungin Cessa, tapi jangan sampe gue denger lo gunain kekuatan lo itu ke adek gue ya,"

Adek? Mata Elang yang sejak tadi menyalang marah, kini mulai meredup. Dalam sedetik matanya membulat sempurna, namun di detik kemudian matanya tertutup menyadari sesuatu.

"Sialan! Elang goblok! Malu bego!" dalam hati Elang memaki-maki dirinya sendiri, tidak menyadari adanya kemungkinan itu.

Sadar bahwa Elang sekarang sudah mengerti posisinya, Kai menepuk bahu Elang. "Ayo adek ipar, berhubung Cessa masih tidur, lo temenin gue main PS, banyak juga yang harus kita obrolin. Oke?"

***

Cessa menggeliat di kasurnya, susah payah, ia membuka matanya yang menempel rapat. Jam dua belas.

Cessa memaksakan dirinya untuk bangkit, tapi kepalanya berdenyut ngilu. Ia tidak biasa tidur pagi, tapi gara-gara hukuman Kai, Cessa jadi ketiduran. Setelah sedikit lebih sadar, Cessa menajamkan kelima indranya. Samar-samar, ia mendengar suara Kai berbicara diantara bisingnya audio televisi. Pantes aja Kai anteng tidak mengganggu Cessa lagi, pasti lagi main ps ama temannya dibawah.

Cessa akhirnya menyeret kakinya menuju pintu, lalu menuruni tangga.

"Baru bangun tuan putri?"Cessa cuma melambaikan tangan mendengar suara yang menyapanya. Ia butuh air, bukan sapaan, apalagi sindiran.

Sebelah jari Cessa meraba-raba lemari buffet, tapi dengan cekatan seseorang mengambilkannya gelas.

"Thanks," gumam Cessa masih dengan suara serak, nyawanya memang belum sepenuhnya kumpul, separuh masih berada di awang-awang. Cessa hendak mengisi gelasnya di dispenser, tapi lagi-lagi tangan seseorang mencekal tangan Cessa, lalu mengambil alih gelasnya.

"Makanya tidur jangan kelamaan, jadi linglung kan, nanti kalo kena air panas bahaya." kata cowok itu, sambil mengisi gelasnya.

Cessa tidak menghiraukan cowok itu, dia bahkan tidak repot-repot mengucapkan terima kasih untuk yang kedua kalinya, ketika cowok itu memberinya gelas yang sudah terisi air.

Cessa baru saja menenggak setengah isi gelasnya, namun dari dasar gelas yang bening, samar-samar Cessa melihat wajah yang berada dihadapannya. Otaknya tidak perlu waktu lama untuk memproses informasi mengenai visual itu.

Byur...

Kaget menyadari siapa yang berada dihadapannya, Cessa tanpa sengaja malah menyembur orang itu. Cowok yang berada dihadapnnya, sampai harus mengatupkan rahang, menahan kesal.

"LO NGAPAIN DISINI?!" teriak Cessa, setelah menyemburkan seluruh air yang ada di mulutnya.

"Lo tuh ya! Harusnya lo minta maaf! Bukannya malah ngebentak gue!" Elang berteriak kesal, sambil menyeka air diwajahnya.

"Beneran rumah tangga nggak harmonis rupanya," Cessa dan Elang serentak menoleh mendengar suara Kai.

"Menurut lo kenapa gue bisa masuk rumah lo?" tanya Elang pada Cessa, posisi Elang saat ini sudah pada gesture khas Elang--berdiri dengan kedua tangan dimasukan ke saku--mata Cessa beralih pada Kai, lalu pada Elang lagi, pada Kai lagi, pada Elang lagi.

Elang menyunggingkan senyumnya, mata cowok itu berkilat-kilat penuh kemenangan.

"Kai?" Cessa memejamkan mata sambil mengatupkan bibirnya.

"Ya ndoro?" jawab Kai dengan nada santai.

"Kenapa syaiton ini bisa masuk rumah kita?" Elang melotot, ketika Cessa menyebutnya sebagai mahluk Tuhan paling durhaka. Dia memang nggak alim, tapi nggak durhaka-durhaka amat juga kali.

"Gue yang bukain, kasian tuh dia udah nungguin lo dari tadi, mending lo mandi sana." setelah mengatakan hal itu Kai berbalik, meninggalkan Elang dan Cessa di dapur.

"Kai lo mau mati ya?!" Cessa berteriak dari tempatnya, tapi Kai tidak menghiraukannya. Setelah Kai menghilang di balik sekat, Cessa beralih pada Elang. Elang menyender pada buffet, lalu mengecek jam di pergelangan tangannya.

"Waktu kita sekitar setengah jam lagi," kata Elang sambil mengangguk-angguk.

"Waktu apaan?"

"Kita mau makan malam dirumah gue, lo lupa?" Cessa melotot mendengaar pernyataan Elang. Kapan dia janjian mau makan malam dirumah Elang coba?

"Gue nggak mau." tandas Cessa kesal.

"Oke," kata Elang santai, Cessa menatap Elang curiga.

Gampang menyerah, bukan Elang banget. Cowok itu biasanya, bossy, diktaktor, tukang maksa, otoriter, tukang merintah. Kalau tidak dituruti, tidak akan segan-segan menyiksa Cessa sampai cewek itu mau nurut, atau terpaksa nurut.

Elang baru akan melenggang meninggalkan Cessa, tapi tangannya terlanjur di cekal oleh Cessa. Senyum kemenangan pun kembali tercetak dibibir Elang, Elang tau bahwa Cessa adalah cewek yang cukup pintar, tapi kali ini cewek itu tidak akan bisa mengelak.

Elangpun mundur, lalu menyandarkan tubuhnya pada buffet.

"Lo udah ngerencanain apaan?" tanya Cessa setengah berdesis.

"Bukan gue yang ngerencanain tau,"

"Terus apa?" Sebagai jawaban, Elang melihat lagi jam yang melingkar pergelangan tangannya.

"Tinggal dua puluh tujuh menit lagi," kata Elang membuat Cessa semakin kesal. Maunya apasih ini cowok, berbelit-belit banget!

"Iya, dua puluh tujuh menit lagi apaan kak?" Cessa mulai tidak sabaran.

"Sampe nyokap gue ngegedor pintu rumah lo," mendengar jawaban Elang, dahi Cessa semakin berkerut.

"Mommy... Maksud gue tante, mau kesini? Ngapain?" ralat Cessa cepat, takut Elang gede rasa.

"Jemput lo lah, lupa hari ini diajak makan malam sama keluarga gue?"

"Hah?" mata Cessa langsung melebar. Makan malam keluarga apaan? Ini nggak beres! Hubungan ia dan Elang tidak cukup serius untuk sampai pada tahap makan malam keluarga.

"Nggak mau! Gila kali lo ya!" kata Cessa setengah berteriak, ketika tersadar akan bahaya yang mengintainya. Cessa tidak bisa membayangkan makan malam bersama Elang, mommy dan papanya Elang. Itu jelas-jelas lampu merah buat dia.

"Lo kan udah makan malem ama gue sama mommy, tinggal nurut aja susah amat sih," Elang mendengus keras, Cessa kira dia mau kali ya makan malam begini.

"Itu kan beda kak Elang, hubungan kita kan bukan hubungan yang begitu," Elang menaikan sebelah alisnya, hubungan yang begitu? Hubungan yang gimana nih maksud Cessa?

"Hubungan yang begitu? Emang hubungan kita tuh kayak apa sih sebenernya?" tanya Elang sambil berdiri tegak, Elang melangkahkan kakinya mendekati Cessa, membuat cewek itu mau tidak mau menjauh, untuk menciptakan jarak sejauh mungkin.

Dan seperti dikantin dulu, usaha Cessa akhirnya terhenti ketika tubuhnya menempel pada meja dibelakangnya.

"Lo mau gue tonjok lagi ya?" Cessa berdesis sambil menutup matanya, ia tidak bisa mengedalikan dirinya, kalau Elang berada terlalu dekat seperti ini. Apalagi jika mata hitam Elang menatap manik matanya, Cessa merasa seperti tersedot ke dalam mata pekat itu.

"Makanya lain kali kalo gue bilangin nurut ya sayang," Elang membisikan kalimatnya, tepat ditelinga Cessa, lalu tersenyum. Sudah lama ia dan Cessa tidak berdesis ditelinga masing-masing, mereka sekarang lebih sering berteriak. Elang jadi kangen masa-masa awal perang mereka.

"Sekarang udah tinggal 25 menit lagi sampe nyokap gedor pintu lo, jadi mendingan lo mandi," saat mendengar suara Elang yang sudah tidak lagi begitu dekat, Cessa membuka matanya, jaraknya dan Elang sekarang sudah normal, membuat Cessa bisa menghela napas lega.

Cessa belom sempat protes lagi, Elang sudah memotongnya.

"Ya itu sih, kalo lo gak mau abang lo ikut terlibat drama kita nanti malem." kata Elang sembari menuding kearah ruang keluarga, tempat Kai bercokol sekarang. Cessa mengembuskan napasnya keras-keras.

Mau nggak mau deh, kalau sudah begini sih.

Cessa akhirnya naik keatas, meninggalkan Elang yang tersenyum lebar dibelakangnya.

-----

Bekasi, 4 Februari 2016

----

A/n: maaf yaaa, mungkin aku akan slow update, karna kuliahku udah masuk, dan tugas mulai numpuk😂 walaupun udah ada di draft tapi aku gak bisa nerbitin kalo belom bikin part selanjutnyaaa, sampai ketemu di part selanjutnya yaaa, Elang dan Cessa berharap kalian baca terus hihi^^

Bekasi, 12 Februari 2016,

Naaaysauthor❤

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

3.4M 343K 48
[ SELESAI ] Ini tentang mereka bertiga. Mario, Gisel dan Luna. Ini tentang mereka bertiga. Yang diam-diam menyimpan rahasia, yang diam-diam menahan s...
2.3M 40.3K 7
UPLOAD FULL PINDAH KE MANGATOON -- Aku tidak suka jalan cerita cintaku di samakan oleh fiksi-fiksi romantis atau film-film yang berujung bahagia. Nya...
2.4M 288K 26
"Jes, lo harus bantu gue. Jadi pacar gue sekarang. Ok? Sip." "Bob gantian nih. Lo jadi pacar gue. Gandengan sini. Yang mesra, jangan bikin malu." Kal...
717K 48.9K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...