LEANDER

By TaniaMs

191K 13.5K 744

Hidupku berjalan normal selama 17 tahun belakangan. Namun, keanehan mulai terjadi. Belakangan ini, kepalaku s... More

1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
14-END

9

11.8K 874 61
By TaniaMs

Halo, Selamat malam!

Nah, saya hadirkan Leander part 9 setelah beberapa hari nyari wangsit. Aku lagi kepengen cepet-cepet tamatin ini cerita :( soalnya mau publish cerita baru. Ntar keteteran lagi. wkwkwk Mungkin juga The Future aku hide dulu kali yak. Pokoknya cerita-cerita yang akunya belum niat buat lanjut, aku hide.

Udah segitu aja bacotnya. hehe

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo

"Maaf," ucap Leander.

Felicia mengerjap. "Apa?"

Leander memutar tubuhnya hingga menghadap ke depan. Tangannya mencengkram kemudi erat-erat. Aku mencintai gadis lain."

"Hah?"

Leander menatap Felicia sejenak sebelum kembali memalingkan wajahnya. "Aku jatuh cinta pada orang yang salah. Jelas aku tidak bisa bersamanya, tapi aku tetap mencintainya."

"Tapi Lean, kau bilang..." Felicia berkata dengan gagap. "Kita..."

"Maafkan aku," ulang Leander, kali ini dia menatap Felicia lurus-lurus. Wajah gadis itu datar, dan dia tetap tidak bisa membaca pikiran gadis itu. "Aku ingin melupakan gadis itu, karena itulah aku mengajakmu berkencan. Tapi aku tetap tidak bisa melupakannya. Perasaanku terus berkembang. Aku tidak bisa berpura-pura terus di sampingmu, seolah-olah aku menyukaimu sementara perasaanku..."

PLAK!

"Kau benar-benar keterlaluan!" cetus Felicia tajam. "Aku tidak menyangka kau sejahat ini."

"Andrew mencintaimu."

"Lalu kenapa?" tanya Felicia, nyaris menjerit. Mata gadis itu bahkan sudah memerah. "Apa kalau dia tidak mencintaiku kau akan berusaha melupakan gadis itu dan berpaling padaku?"

Leander tidak menjawab.

Felicia tertawa sinis. Dia mendongak, berusaha menahan agar air matanya tidak tumpah. "Aku mengerti," ujarnya. "Kau adalah laki-laki brengsek yang pernah kutemui!"

"Yeah." Leander mengangguk. Dia kembali mengalihkan pandangan. "I am."

"Siapa gadis itu?" tanya Felicia dengan suara bergetar.

"Leandra."

Lagi-lagi Felicia tertawa sinis. "Selain brengsek, kau benar-benar menyedihkan. Well, setidaknya aku bisa tenang," ujar Felicia sambil menyeringai. Dia tidak peduli Leander tidak menatapnya sama sekali. "Kau tidak akan pernah bisa bersama dengan gadis itu. Itu cukup adil buatku." Felicia keluar dari mobil, dan sebelum menutup pintu mobil, dia berkata, "Jangan pernah muncul di hadapanku lagi! Dan aku berharap, kau tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita lain. Teruslah mencintai adik kembarmu itu!"

oOoOoOoOo

"Kenapa kau memperumit hidupmu sendiri, Lean?"

Leander memutar bola matanya mendengar komentar pertama Leandra setelah dia selesai bercerita. Yeah, mungkin otaknya bergeser karena memutuskan untuk menceritakan hal yang terjadi sore tadi di depan rumah Felicia pada kembarannya itu. "Aku tidak memperumit hidupku, oke?"

"Lalu? Kenapa kau malah mengatakan hal yang sama sekali tidak masuk akal pada Felicia?" tanya Leandra. "Kau bilang, kau ingin gadis itu bahagia. Tapi, dengan mengatakan kau mencintai gadis lain dan gadis itu adalah adik kembarmu sendiri, sama saja kau sudah merusak kebahagiannya!"

Leander mengerang lalu menjambak rambutnya putus asa. "Aku juga tidak sadar apa yang sudah kukatakan!" kata Leander, nyaris berteriak. "Aku hanya tidak ingin dia menjauh dariku saat aku mengatakan keadaanku yang sebenarnya."

"Bahkan sebelum kau mengaku, dia sudah menjauh darimu," gerutu Leandra. "Terkadang otak pintarmu tidak bisa berjalan dengan baik."

Leander melirik Leandra kesal. Tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena ucapan gadis itu ada benarnya juga.

"Memangnya apa yang kau takutkan?" tanya Leandra, masih tidak mengerti dengan jalan pikiran kembarannya itu. "Dia sudah bilang bahwa dia mencintaimu. Kalau dia mencintaimu, dia pasti menerima keadaanmu. Kalau dia takut dan langsung menghindar, berarti cintanya tidak cukup besar untuk menerimamu apa adanya. Setelah itu kau bisa melanjutkan hidup dan mencari gadis lain yang bisa menerima keadaanmu."

"Aku hanya takut menghadapi kenyataan yang terkadang tidak selalu sesuai keinginanku."

Leandra mendesah. "Itulah kehidupan. Betapa membosankannya hidup jika semua hal yang terjadi sesuai keinginanmu."

"Tidak usah berfilosofi," komentar Leander sinis. "Hal itu bisa membuat otakmu bekerja terlalu keras."

"Aku tidak sebodoh itu," Leandra bersungut. "Tapi Lean, mudah untuk jatuh cinta pada orang lain. Kenapa kau tidak mencobanya saja?"

"Hah! Mungkin aku akan melakukannya kalau saja kalimat itu keluar dari mulut orang lain." Leander menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Memangnya setelah disakiti oleh Daren kau bisa melupakan laki-laki itu dan jatuh cinta pada orang lain?"

"Itu beda cerita!" sangkal Leandra dengan wajah memerah.

"Beda cerita apanya!"

Leandra mengibaskan tangan. "Sudahlah. Sekarang lebih baik kita kembali fokus pada masalahmu."

"Masalahku sudah selesai."

"Masalahmu itu baru dimulai saat Felicia marah padamu!"

"Dia tidak ingin melihat wajahku lagi dan itu artinya, masalah selesai. The End," ujar Leander. "Lagi pula, aku hanya akan fokus pada perubahanku."

Leandra mendesah. "Yeah. Kau ada benarnya juga." Dia kemudian menatap Leander penuh minat. "Omong-omong, bagaimana kau bisa jatuh cinta pada Felicia? Wajahnya biasa saja."

"Dan menurutmu, wajahmu cantik?"

"Tentu saja," sambar Leandra langsung. "Wajahku mirip dengan Nicole. Dan Nicole berhasil membuat ayah kita bertekuk lutut sampai sekarang. Itu artinya Nicole cantik, begitu juga denganku."

"Tidak ada sangkut pautnya sama sekali."

"Dan kau, kuakui lumayan tampan. Itu pun juga karena kau mirip dengan Justin."

"Cantik itu relatif," sahut Leander malas. "Bagi Justin, Nicole itu cantik."

"Begitu juga pendapat Zayn dan Austin. Mereka mengejar-ngejar ibu kita, remember?"

Leander memutar bola matanya. "Kau ingin mendengar ceritaku atau tidak?!" protesnya. "Kenapa kau selalu memotong ucapanku?!"

"Errr... baiklah. Baik. Aku akan diam, dan jadi pendengar saja." Leandra mengalah karena merasakan aura di sekelilingnya berubah mencekam. Tidak lucu kalau sampai Leander mengamuk lalu tiba-tiba menerkamnya.

"Seperti kataku, cantik itu relatif. Bagi Justin, Nicole itu wanita tercantik. Bagi Daren, kau juga cantik." Leander langsung mendorong kepala Leandra saat kembarannya itu menatapnya dengan mata berbinar. "Tidak usah berlebihan."

Leandra meringis, dan menjauhkan dirinya dari jangkuan Leander.

"Dan bagiku, Felicia cantik," ujar Leander. "Yang sebenarnya terjadi adalah, kalian para wanita terlihat cantik di mata pria karena pria itu jatuh cinta pada kalian. Bukan karena kalian cantik, lalu kami jatuh cinta."

"Begitukah?" Leandra menatap kembarannya takjub.

Leander mengangguk. "Kalau ada pria yang mendekatimu karena dia bilang kau cantik, itu berarti dia hanya menyukaimu. Lagi pula," Leander menatap Leandra serius. "Don't be too confident when someone tells you they like you. The real question is, until when? Because just like seasons, people change."

"Bagaimana dengan cinta?"

"Cinta..." Leander mengangkat bahu. Dia bangkit dari duduknya, lalu berjalan ke ujung balkon. Dia menatap langit yang terlihat kelam, lalu beralih pada hutan yang tak jauh dari halaman belakang rumahnya. Sesaat kemudian, dia berbalik. Leandra masih menatapnya, seperti menunggu jawaban. "Cinta tidak mudah berubah."

oOoOoOoOo

"Kenapa dia masih belum turun?" gerutu Lucy sambil menatap penuh harap pada pancake di depannya. "Haruskah kita menunggunya? Aku bisa terlambat dan kehilangan kesempatan untuk memakan pancake terenak ini."

"Sabarlah sedikit," Leandra menatap jengkel adiknya itu. Semenjak dia melihat Leander kesakitan saat perubahannya, dia lebih berpihak pada kembarannya itu. "Mom sedang membangunkannya."

"Aneh sekali," sahut Lucy. "Dia bukan orang yang sulit dibangunkan. Tidak seperti kembarannya."

Leandra melirik tajam. Dia langsung menarik rambut Lucy yang sudah terkepang rapi, membuat adiknya itu menjerit kesakitan. "Tutup mulutmu atau aku akan menarik lidahmu lalu mengikat lehermu dengan itu!"

Jaxon yang kebetulan sedang berkunjung ke rumah mereka menatap Leandra kaget. "Leane, sebaiknya kau berhenti membaca novel menyeramkan itu. Kata-katamu sangat tidak wajar."

Leandra terkekeh, tersenyum minta maaf pada pamannya itu, lalu melirik Justin. Ayahnya itu hanya menggeleng pelan namun terus melanjutkan kegiatannya membaca koran.

"Dad, bolehkah aku sarapan duluan? Aku dan Alena harus datang lebih awal hari ini." Lucy berbicara dengan manis pada Justin.

Leandra mencibir. "Mom bahkan belum sampai lima menit membangunkan Leander." Dia berdecak. "Kau ini benar-benar kelaparan atau bagaimana?"

Sebelum Lucy sempat membalas kata-kata Leandra, Nicole masuk ke ruang makan dengan wajah panik. Dia menghampiri Justin, mencengkram lengan suaminya itu. "Lean tidak bangun. Aku sudah menggedor pintu kamarnya, tapi tidak ada suara apa pun di dalam kamarnya. Kamarnya dikunci."

Justin melipat korannya lalu bertanya, "Kau sudah pakai kunci cadangan?"

Nicole menjawab dengan nada jengkel, "Kau kan tahu, kita tidak punya kunci cadangan kamarnya."

"Jangan panik, oke?" Justin bangkit dari duduknya. Dia memegang kedua bahu Nicole, menatap wajah istrinya itu lekat. "Christian bilang masih ada seminggu lagi. Bukan sekarang."

Nicole menangis. "Aku cemas, Justin." Dia meremas tangannya gelisah. "Christian bahkan tidak bisa memastikan kalau perubahan ini tidak ada kegagalannya."

Justin mengusap air mata Nicole. "Sebaiknya kau coba bangunkan dia lagi. Mungkin dia sedang di kamar mandi." Setelah Nicole pergi, dia beralih pada Jaxon. "Tolong antarkan Lucy dan Alena ke sekolah sekarang. Leane, kau juga harus kuliah pagi ini. Pergilah."

"Aku tidak akan pergi," bantah Leandra.

"Memangnya apa yang terjadi?" tanya Lucy kebingungan. "Ada apa dengan Leander? Perubahan apa?"

"Kalian tidak akan bisa membantu. Sudah cukup aku harus menenangkan Nicole nanti. Tidak perlu ditambah oleh kalian bertiga."

"Aku tidak bisa meninggalkan Lean!" bentak Leandra. "Bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi padanya?!"

"Dia harus baik-baik saja," ujar Justin. Setelah berkata begitu, Justin langsung meninggalkan ruang makan, berlari menuju lantai dua.

"Sebenarnya ada apa ini?"

"Diamlah!" teriak Leandra pada Lucy. Kedua adiknya itu memang tidak tahu perubahan Leander. Mereka sengaja menundanya sampai Leander benar-benar telah berubah. Justin bilang, tidak perlu ada kepanikan yang baru. "Leander akan berubah jadi vampire berdarah campuran."

Lucy dan Alena menatap Leandra tak percaya.

"Nah, karena kalian sudah tahu, lebih baik cepat pergi sebelum kalian berdua jadi santapannya!"

"Bagaimana mungkin kau menyuruhku pergi setelah kau melemparkan bom ke depan wajahku?!"

"Dengar ya," ujar Leandra berusaha sabar. "Pertama, aku tidak punya bom. Kedua, bagaimana mungkin aku bisa melempar bom itu ke depan wajahmu sementara aku sendiri tidak punya bom?"

"Otakmu tidak pernah berkembang sama sekali," komentar Lucy tajam. "Ayo Ally, kita ke atas. Kita harus melihat keadaan Lean."

Jaxon bertepuk tangan tiga kali hingga ketiga gadis itu menoleh padanya. "Dengar ya anak-anak, kalian harus pergi sekarang. Dan tempat yang harus kalian tuju bukanlah kamar Lean."

Tepat setelah Jaxon selesai bicara, terdengar bunyi hentaman kuat dari atas. Sepertinya Justin mendobrak pintu kamar Leander. Disusul kemudian suara jeritan Nicole. Hal itu membuat ketiga keponakannya itu berlari menuju sumber suara.

"Keras kepala," gerutu Jaxon. "Persis sang ayah."

Ketika sampai di atas, dia melihat pintu kamar Leander teronggok menyedihkan. Justin berdiri di ambang pintu, sementara Nicole dan ketiga anaknya mengelilingi ranjang Leander, menangis.

"Bahkan mengatur tiga bocah itu saja kau tidak bisa?" tanya Justin tak percaya.

"Justin, tiga bocah itu putrimu. Dan itu artinya, mereka sama keras kepalanya denganmu," protes Jaxon. "Mereka tidak mau mendengarkanku."

Justin mengurut pelipisnya yang berdenyut. "Kau lihat? Mereka berempat benar-benar membuatku sakit kepala. Bagaimana aku bisa berpikir tenang sementara mereka menangis?"

Jaxon melirik ke dalam kamar. Leander terlihat seperti sedang tertidur. Namun, kulitnya sangat pucat, dan dadanya tidak terlihat bergerak.

"Bisakah kau memanggil Christian?" Justin menatap keempat wanitanya. "Aku harus menenangkan mereka."

Jaxon mengangguk. Dia pun kembali turun.

oOoOoOoOo

"Dia benar-benar sedang berubah," ujar Christian. "Menurut perkiraanku, harusnya perubahan itu terjadi minggu depan. Tapi, tenyata auranya meningkat dengan cepat. Seharusnya tidak seperti ini."

"Apakah seharusnya dia memang setenang itu?" tanya Nicole.

"Well, aku belum pernah melihat secara langsung. Tapi, jika melihat perubahan manusia yang digigit oleh vampire, biasanya mereka akan kejang-kejang sampai tubuh mereka bisa menerima sesuatu yang baru ditubuh mereka. Seperti perubahan Leander yang pertama kali waktu itu."

"Apa itu artinya dia sudah menerima keadaannya?" Skandar mengerutkan kening. "Bukankah dulu kau bilang Leander bisa melewati perubahannya dengan tenang jika dia bisa menerima keadaannya?"

"Yeah. Kurasa begitu."

"Apakah itu baik baginya?" tanya Leandra.

"Seharusnya perubahan ini tidak akan lebih dari tiga hari," ujar Christian. "Kalau dia kejang-kejang, jangan panik dan jangan menyentuhnya. Tubuhnya akan sangat panas. Yang harus kalian lakukan adalah menenangkannya. Lakukan apa pun asal dia kembali tenang." Christian melirik Wero dan istrinya itu menggeleng pelan.

Mata Justin menyipit. Dia tidak bisa membaca pikrian Christian karena sepertinya laki-laki itu memberi perisai. Tetapi, dia bisa melihat gerakan Wero. "Katakan saja."

Nicole menatap Justin, lalu beralih pada Christian. "Ada apa?"

"Christian masih ingin mengatakan sesuatu," ujar Justin.

Christian menggeleng.

"Katakan saja," ulang Justin. "Semua orang sudah berkumpul. Leandra, Alena juga Lucy. Mereka juga harus mendengarnya. Kami akan baik-baik saja."

Christian menghembuskan napas panjang. "Aku sudah mencari kejadian yang seperti ini. Hanya sedikit, tapi pernah terjadi." Dia melirik Wero lagi.

"Berhenti menatap adikku itu dan katakan saja pada kami," sahut Skandar habis kesabaran.

"Dua dari tiga perubahan, berujung kegagalan."

Dan keadaan pun berubah kacau.

oOoOoOoOo

Pekanbaru, 21-01-2016

19:59

PS. BACA ONESHOT YANG BARU AKU POST YAK xD

Continue Reading

You'll Also Like

14.5K 8K 46
[Annyeong yerebon! Ini cerita pertama mommy. Mommy harap kalian suka!] Menceritakan sebuah perjalan cinta anak SMA harapan bangsa, yang kerap terjadi...
280 160 11
ASHANA ARAWINDA TERATAI gadis cantik yang berusaha mengejar cinta nya yang hilang sejak terjadinya ke salah pahaman di masa lalunya yang kelam. AD...
Fall✔️ By Ni-Gun

Teen Fiction

6.2K 697 21
Namon x Pluemmon x Ohmnon mungkin Chimon terlalu bodoh hingga menunggu pemuda yang tidak mungkin membalas perasaannya, disatu sisi Chimon ingin Move...